• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERHADAP HASIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERHADAP HASIL"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP NEGERI 8 KOTA CIREBON

Nuryana, Elinda Aprismayanti

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass Cirebon 45132, Indonesia

Telepon : +62 231 481264

ABSTRAK

Penilaian modul merupakan pendekatan baru yang diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah selain pendekatan penilaian yang telah lama digunakan. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh penulis di SMP Negeri 8 Kota Cirebon, bahwa dalam pembelajaran matematika dalam menggunakan modul terdapat banyak faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang kurang merespon ketika proses belajar mengajar berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika, sehingga penggunaan modul yang sesuai dengan kriteria dalam suatu pembelajaran. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa penggunaan modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan modul sebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (Y). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui angket dan tes. Analisis data menggunakan uji normalitas, homogenitas, uji independen dan kelinieran regresi, uji korelasi, uji hipotesis, dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modul dalam bidang studi matematika dengan menggunakan angket kategori baik dengan rata-rata 72,46 dan hasil belajar matematika memiliki nilai rata-rata 72,36 .Persamaan regresi yaituŶ = 42 + 0,4 X artinya koefisien arah regresi (b) = 0,4 bertanda positif. Perhitungan korelasi diperoleh rhitung0,4, Korelasi tersebut diperoleh indeks determinan sebesar 16%. Sedangkan uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung2,75 dan ttabel 1,684. Hal ini menunjukkan thitung >ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebesar 16%.

Kata Kunci : modul, hasil belajar

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu dasar dalam pendidikan.matematika sangat penting untuk dipelajari karena merupakan ilmu yang menjadi sumber dari semua ilmu. Sesuai dengan tujuannya, pembelajaran matematika bertujuan untuk, 1) melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan penyelidikan, 2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran orisinil, rasa ingin tau, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba – coba, 3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui lisan, catatan, diagram, grafik, dalam menjelaskan gagasan. (UPI PRESS, 2006 : 34)

(2)

Demikian pula dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah, maka perlu sekali memperhatikan kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memberikan pengajaran kepada peserta didik sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini menunjukan bahwa tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa sebagai peserta didik dan proses mengajar yang di alami guru sebagai pendidik. Karena sesungguhnya pendidikan merupakan suatu proses membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka dan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai proses interaksi antara guru dan siswa untuk melaksanakan kurikulum yang telah ada dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian pendidikan secara sempit, guru memiliki peran sebagi perencana, penilai dan pelaksana dalam proses pendidikan. Peranannya sebagai pelaksana, guru dituntut untuk selalu mengembangkan profesionalismenya dengan menciptakan lingkungan atau situasi belajar yang kondusif bagi siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 mengenai system pendidikan nasional. Standar pendidikan nasional bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : faktor guru, siswa, sarana dan prasarana, metode, kurikulum, lingkungan dan lain-lain khususnya mengenai aspek guru dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Menurut Moh. Ali (1989 :4) komponen penting dalam pengajaran meliputi guru, isi atau materi pelajaran dan siswa. Ketiga komponen ini satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Lebih lanjut menurut Nana Sudjana (1998:12) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya pada guru tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran sekolah.

Kegiatan belajar mengajar matematika menurut E.T Ruseffendi (1991:233) mengungkapkan bahwa siswa akan senang terhadap bidang studi matematika apabila pengajaran dan gurunya menarik. Misalnya guru selalu menggunakan alat peraga, permaianan, teka-teki, kegiatan lapangan dan lain-lain. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi, dan alangkah baiknya jika guru menyampaikan materi dengan cara lebih konkrit agar siswa mudah memahami.

Dengan media pengajaran siswa akan lebih cepat menangkap materi yang disajikan oleh gurunya. Jadi dalam pengajaran matematika hendaknya guru selalu memanfaatkan media pembelajaran. Tujuannya agar siswa tertarik dan mudah dalam memahami mata pelajaran matematika. Buku pegangan seperti modul, LKS, buku paket dapat digunakan sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar secara maksimal. Sehingga pengajaran matematika disekolah tidak hanya terpengaruh dari pemilihan strategi belajar mengajar saja, oleh karena itu perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Dimana evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan subjek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Adapun evaluasi pencapaian belajar siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban setiap guru atau pengajar. Dikatakan suatu kewajiban karena pada dasarnya pengajar pada akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya atau kepada siswanya itu sendiri.

Siswa sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang tanpa bantuan guru. Sehingga keberhasilan siswa tergantung dari cara guru mengajar dalam proses kegiatan belajar mengajar.

(3)

Oleh karena itu maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi matematika.

METODE DAN SUBJEK PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas karakteristik observasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005 :49 ). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 8 kota Cirebon.

Jumlah populasi yaitu 305 siswa yang dibagi dalam 6 kelas, setiap jumlah kelas masing-masing 50 sampai dengan 52 siswa. Berikut ini adalah jumlah siswa dalam kelas 1.

Tabel 3.3 Jumlah Populasi

Kelas Jumlah Siswa

VII A 52

VII B 52

VII C 50

VII D 51

VII E 51

VII F 49

Jumlah 305

Sumber SMP Negeri 8 kota Cirebon Tahun 2009/2010

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Ridwan, 2008 :10). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik propotional random sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proposional.

Menurut Suharsimi (2006:134) untuk sekedar perkiraan maka apabila subjeknya kurang dari 100 maka diambil semua sehingga penelitian populasi. Sedangkan jika jumlah subjeknya besar dapat diambil anata 10- 15% atau 20-25% atau lebih. Tergantung setidak-tidaknya dari kemapuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. sampel yang diambil oleh penelitian adalah 42 siswa atau 14% dari populasi yang berjumlah 305. untuk lebih jelasnya terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4 Jumlah Sampel

kelas jumlah populasi persentase jumlah sampel

VII A 52 14% 7

VII B 52 14% 7

VII C 50 14% 7

VII D 51 14% 7

(4)

VII F 49 14% 7

JUMLAH 305 42

B. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, tujuannya adalah untuk menemukan ada tidaknya suatu hubungan antara dua variabel yang berbeda. Adapun variabelnya yaitu vaiabel bebas (X) dan variable terikat (Y). variable bebas (X) dalam penelitian ini adalah penggunaan modul dalam pembelajaran matematika, sedangkan variable terikat (Y) adalah hasil belajar siswa pada bidang studi matematika.

Dari uraian diatas dapat dibuat desain penelitian sebagai berikut :

kelompok Variable Bebas Variable Terikat

A X Y

B O1 O2

Keterangan :

X adalah penggunaan modul Y adalah hasil belajar matematika A = kelompok kasus

B = kelompok kontrol

O1 dan O2 =adalah pengukuran yang dilakukan pada tiap kelompok

Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 8 Kota Cirebon.

C. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan variabel-variabel dan permasalahan yang ada, maka tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik dokumentasi

Tehnik dokumentasi adalah mencari data tentang hal-hal atau variabel dari sumber data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Maka dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian modul.

2. Teknik Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 8 kota Cirebon, sehingga dalam observasi dapat mengetahui bagaimana penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika.

3. Angket

Angket digunakan penulis untuk memperoleh data tentang penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika menggunakan skala likert, dengan menyusun sebanyak 20 butir pertanyaan yang harus dijawab oleh respondan. Isi pertanyaan disesuaikan dengan indikator sebagaimana dituliskan pada kisi-kisi instrumen penelitian. Setiap minimalnya diwakili oleh sebuah pertanyaan, sehingga jawaban angkat akan diperoleh diharapkan benar-benar representative. Adapun bentuk angket bentuk pilihan ganda, sehingga untuk setiap jawaban diberi nilai, jika jawaban A=5, B=4, C=3, D=2. (Riduan,2008 : 87 )

Angket tersebut untuk dijadikan variabel X.

(5)

Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, petunjuk, yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunju itu. Materi tes tersebut mengenai persegi, persegi panjang dan jajar genjang.Adapun tujuan dari tes tersebut adalah untuk mengukur hasil belajar matematika dalam menggunakan modul, dan tes dijadikan variabel Y.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. DESKRIPSI DATA

Hasil observasi awal dari kelas yang akan dijadikan tempat penelitian, diketahui bahwa secara umum guru sering menggunakan cara mengajar secara tradisional yaitu guru menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan tugas. Oleh karena kegiatan belajar dalam kelas yang masih sering didominasi oleh guru, guru lebih banyak menjelaskan materi dan siswa mendengarkan informasi yang diperoleh dari guru.

Berdasarkan pengamatan di atas, peneliti berpendapat bahwa guru tersebut sudah bagus dalam hal mengajar dan penyampaian materi, namun siswa belum dibiasakan untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Namun perlu diadakan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 8 Kota Cirebon.

1. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Modul

Berikut analisis respon siswa terhadap pembelajaran matematika pada pokok bahasan persegi, persegi panjang dan jajargenjang di kelas VII SMPN 8 kota Cirebon sebagai berikut:

(6)

6 Apakah anda

Rata -rata 16,67 38,67 30,36 14,29

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa sisiwa berpendapat salah satu peranan modul dalam pembelajaran adalah dapat memberikan keleluasaan mereka dalam mengerjakan soal matematika. Sebagian kecil 38,68 % responden menjawab sering modul digunakan sebagai penunjang dalam pembelajaran, sebagian kecil 16,67 % menjawab selalu, sebagian kecil 30,36 % menjawab kadang–kadang dan 14,29 % menjawab tidak pernah. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan siswa yang menyatakan bahwa guru sering memberikan tugas dengan modul, siswa pun serimg mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

Tabel 4.2

Peningkatan Pemahaman Matematika Anak No item

soal

Pertanyaan Alternative jawaban F Persentase ( % )

A B C D

(7)

Tabel 4.3 Menyukai Matematika

No Pertanyaan Alternatif jawaban F Persentase ( % )

A B C D

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa siswa berpendapat pembelajaran dengan menggunakan modul menjadikan mereka lebih menyukai matematika. Sebagian kecil 38,1% responden menjawab menyenagkan pembelajaran dengan modul, sebagian kecil 21,43 % menjawab sangat menyenangkan,sebagian kecil 23,01 % menjawab kadang – kadang dan sebagian kecil 17,46 % menjawab tidak menyenangkan. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan bahwa siswa menyukai dengan cara penyampaian guru dalam pembelajaran dengan menggunakan modul.

Tabel 4.4 Keaktifan Belajar No

item soal

Pertanyaan Alternatif jawaban F Persentase ( % )

(8)

12 Apakah guru anda

Berdasarkan tabel di atas dapat di gambarkan bahwa siswa berpendapat penggunaan modul dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan belajar mereka. Hamper setengahnya 42,07 % responden menjawab sering, sebagian kecil 19,45 menjawab selalu, sebagian kecil 25,79 % menjawab kadang-kadang,sebagian kecil 12,69 % menjawab tidak pernah. Pernyataan itu didukung oleh pernyataan bahwa guru selalau membahas dan menilai tugas yang dikerjakan siswa, didukung oleh pernyataan sisiwa yang tidak terbebani demngan menggunakan modul serta respon siswa yang baik terhadap kepemilikan modul sebagai penunjang dalam pembelajaran.

(9)

anda yang

Berdasarkan tabel di atas dapat di gambarkan bahwa siswa berpendapat dengan menggunakan modul dapat meningkatkan motivasi belajar mereka, hampir setengahnya 38,1 % responden menjawab penggunaan modul dapat meningklatkan motivasi belajar mereka, sebagian kecil 18,45 % menjawab sangat meningfkatkan,sebagian kecil 25,59 % menjawab kadang-kadang , sebagian kecil 17,86 % menjawab tidak meningkatkan. Pernyataan itu didukung oleh pernyataan bahwa belajar dengan menggunakan modul dan pemberian tugas dengan modul dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar mereka.

Table 4.6

Rekapitulasi Prosentase Rata-rata Hasil jawaban Angket Penggunaan modul dalam Pembelajaran Matematika

No Indikator Alternative jawaban ( % ) Jumlah

(10)

2 Peningkatan pemahaman matematika anak dengan kodul

16,67 43,65 26,98 12,7 100

3 Menyukai

matematika dengan modul

21,43 38,1 23,01 17,46 100

4 Keaktifan belajar dengan modul

19,45 42,07 25,79 12,69 100

5 Peningkatan

motivasi belajar dengan modul

18,45 38,1 25,59 17,86 100

Jumlah 92,67 200,6 131,73 75

-Rata-rata 18,53 40,12 26,35 15

-Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa hasil angket pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar sisw pada pembelajaran matematika menunjukan angka rata-rata sebagian kecil 18,53 % dengan jawaban selalu, hamper setengahnya 40,12 % dengan jawaban sering, sebagian kecil 26,35 % dengan jawaban kadand-kadand,sebagian kecil 15 % dengan jawaban tidak pernah.

Selain menghitung perolehan prosentase respon siswa terhadap angket penggunaan modul yang telah diuraikan di atas, penulis juga menghitung perolehan hasil skornya. Data perolehan skor penyebaran angket penggunaan modul pada pembelajaran matematika selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Daftar Skor Angket Kode

siswa

Nilai Kode

siswa

NILAI

Uji–1 78 Uji–22 76

Uji–2 86 Uji–23 76

Uji–3 88 Uji–24 80

Uji–4 74 Uji–25 77

Uji–5 83 Uji–26 83

Uji–6 77 Uji–27 80

Uji–7 69 Uji–28 70

Uji–8 79 Uji–29 63

Uji–9 69 Uji–30 69

Uji–10 59 Uji–31 71

Uji–11 80 Uji–32 56

Uji–12 73 Uji–33 64

Uji–13 87 Uji–34 57

Uji–14 52 Uji–35 56

Uji–15 86 Uji–36 81

Uji–16 61 Uji–37 56

Uji–17 69 Uji–38 72

Uji–18 83 Uji–39 83

Uji–19 74 Uji–40 86

(11)

Uji–21 77 Uji - 42 59

Berdasarkan table di atas setelah dihitung skornya diperoleh rata –rata 72,46, varians 103,66 dan simpangan baku 10,18. Selain itu untuk menjawab permasalahan penelitian pertama yaitu “ Bagaimana Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Matematika di SMP Negeri 8 Kota Cirebon ,“ penulis menginterpretasikan skor hasil angket dengan membuat table distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.8

Interpretasi Respon Siswa Terhadap Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Matematika

No. Nilai Kategori Frekuensi Prosentase

1 0 - 40 Rendah sekali 0 0 %

2 41-55 Rendah 1 2,4 %

3 56-70 Sedang 16 38,1 %

4 71-85 Baik 20 47,6 %

5 86-100 Baik sekali 5 11,9 %

Jumlah 42 100%

2. Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Modul

Data tes hasil belajar siswa diambil dari data postes. Tes terdiri dari 20 soal dengan bentuk soal pilihanganda dengan empat pilihan jawaban ( A, B, C dan D ). Materi tes meliputi materi persegi, persegi panjang dan jajargenjang.

Postes dilakukan dengan diikuti 42 siswa yang diambil secara acak. Hasil tes diperoleh dengan skor tertinggi = 95 dan skor terendah = 50, skor rata-rata = 72,36, simpangan baku ( S 0 = 10,87. Berdasarkan aturan distribusi frekuensi menurut ketentuan arikunto ( 2006 : 245 ) termasuk kategori baik karena berada di antara kisaran 61–80. Berikut ini hasil dari tiap item soal tes.

Tabel 4.9

Jumlah Siswa yang Menjawab benar untuk Pretes dan Postes

Sub Bahasan No Item Soal Pretes Postes

Persegi 1 22 33

3 18 33

5 19 32

7 18 31

17 7 27

20 1 26

Rata-rata ( % ) 33,73 % 72,22 %

Persegi panjang 2 25 34

4 21 28

6 22 31

8 22 32

11 18 29

12 17 28

13 12 29

(12)

16 9 31

18 5 31

19 2 28

Rata-rata ( % ) 35,71 % 71,21 %

Jajargenjang 9 20 33

10 20 30

14 12 31

Rata-rata ( % ) 41,26 % 74,60 %

Berdasarkan tabel di atas hasil tes siswa pada pokok bahasan persegi mengalami peningkatan rata-rata dari 33,73 % menjadi 72,22 %. Sedangkan untuk hasil tes siswa pada pokok bahasan persegi panjang mengalami peningkatan rata-rata dari 35,71 % menjadi 71,21 %, begitu pula dengan hasil tes pokok bahasan jajargenjang mengalami peningkatan dari 41,26 % menjadi 74,60 %. Hal ini menunjukan bahwa setelah pembelajaran dengan modul siswa mengalami peningkatan pemahaman tentang materi persegi, persegi panjang dan jajargenjang.

Selain menghitung perolehan prosentase hasil tes siswa yang telah diuraikan di atas, penulis juga menghitung hasil skornya. Data perolehan skor hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10

Data Hasil Tes Belajar Matematika Siswa

Kode siswa Nilai Kode siswa Nilai

Uji–1 75 Uji–22 80

Uji–2 80 Uji–23 70

Uji–3 70 Uji–24 70

Uji–4 80 Uji–25 70

Uji–5 95 Uji–26 75

Uji–6 75 Uji–27 85

Uji–7 85 Uji–28 55

Uji–8 75 Uji–29 55

Uji–9 60 Uji–30 50

Uji–10 70 Uji–31 60

Uji–11 60 Uji–32 65

Uji–12 65 Uji–33 55

Uji–13 90 Uji–34 70

Uji–14 80 Uji–35 65

Uji–15 85 Uji–36 55

Uji–16 90 Uji–37 70

Uji–17 75 Uji–38 80

Uji–18 70 Uji–39 75

Uji–19 70 Uji–40 75

Uji–20 75 Uji–41 80

(13)

Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata = 72,36, simpangan baku ( S ) = 10,87. Berikut ini tabel distribusi frekuensi dengan ketentuan menurut arikunto ( 2006 : 245).

Tabel 4.11

Interpretasi Nilai Hasil Tes

No. Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 81–100 Baik Sekali 6 14 29 %

2 61–80 Baik 28 66,67 %

3 41–60 Cukup 8 19,04 %

4 21–40 Rendah 0 0 %

5 0–20 Rendah Sekali 0 0 %

Jumlah 42 100 %

B. ANALISIS DATA

I. UJI PRASYARAT DATA

Sebelum mengetahui besarnya pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa dan menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, terlebih dahilu dilakukan pengolahan uji prasyarat data hasil penelitian. Dalam uji prasyarat yang diolah adalah data hasil angket penggunaan modul sebagai variabel X dan hasil belajar siswa sebagai variabel Y.

1. Analisis Data Angket (X) a. Uji Normalitas

Kenormalan distribusi pada hasil data angket menggunakan rumus Chi–kuadrat, yaitu dengan criteria pengujiannya jika < maka data angket berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan diperoleh data hasil angket pada table berikut :

Tabel 4.12 Data Hasil Angket

Rata-rata ( ) Simpangan Baku ( S )

72,46 10,18

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dan dengan taraf nyata a = 0,05 dan dk = 3, seperti pada table berikut :

Tabel 4 .13

Harga Chi- Kuadrat Hasil Angket

7,13 7,81

Berdasarkan table di atas menunjukan bahwa <

(14)

2. Analisis Data Tes (Y) a. Uji Normalitas

Kenormalan distribusi pada hasil data tes menggunakan rumus Chi – kuadrat, yaitu dengan criteria pengujiannya jika < maka data tes berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan diperoleh data hasil tes pada table berikut :

Tabel 4.14 Data Hasil Tes

Rata-rata ( ) Simpangan Baku ( S )

72,36 10,87

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dan dengan taraf nyata a = 0,05 dan dk = 3, seperti pada table berikut :

Tabel 4.15

Harga Chi- Kuadrat Hasil Tes

6,49 7,81

Berdasarkan table di atas menunjukan bahwa < ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria, data tes berdistribusi normal.

II. Uji Hipotesis a. Uji Normalitas

Kenormalan distribusi pada hasil data angket dan tes menggunakan rumus Chi –kuadrat, yaitu dengan kriteria pengujiannya jika < maka data angket dan tes berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan diperoleh data angket dan data hasil tes pada table berikut :

Tabel 4.16

Data Angket dan Data Hasil Tes

Data Rata-rata ( ) Simpangan Baku ( S )

Angket ( X ) 72,46 10,18

Tes ( Y ) 72,36 10,87

(15)

Tabel 4.17

Harga Chi- Kuadrat Hasil Tes Data

Angket ( X ) 7,13 7,81

Tes ( Y ) 6,49 7,81

Berdasarkan table di atas menunjukan bahwa < ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan criteria, data angket dan data tes berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas antara data angket dan data hasil tes menggunakan rumus uji – F dengan criteria pengujian jika Fhitung< Ftablemaka data homogeny pada tingkat signifikan

0,05 dan dk pembilang 41 , dk penyebut 41.

Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitungdan Ftablesebagai berikut :

Tabel 4.18

Hasil Uji Homogenitas Angket ( X ) dan Tes ( Y )

Data Varians Fhitung Ftabel

Angket ( X ) 103,66 1,14 1,66

Tes ( Y ) 118,077

Table di atas menunjukan bahwa harga F hitung < F table antara data angket dan data hasil tes yaitu 1,14 < 1,66. Maka dapat disimpulkan data angket dan tes bersifat homogen.

c. Uji Independen dan Kelinieran Regresi

Langkah–langkah sebagai berikut :

i. Menentukan Persamaan Umum Regresi

Untuk menentukan persamaan regresi menggunakan persamaan umum regresi ỳ =a+bX, nilai a = 42 dan b = 0,4 sehingga persamaan diperoleh persamaan regresi nilai ỳ = 42 + 0,4 X persamaan ini mem punyai arti koefisien arah regresi linier b = 0,4 bertanda positif, sehingga hasil belajar siswa ( Y ) bertambah atau meningkat sesbesar 0,4 kali apabila menggunakan modul ( X ). Perhitungan selengkapanya dapat dilihat pada lampiran.

ii. Uji Independen dan Kelinieran Regresi

Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.19

Hasil Uji Independen dan Kelinieran Regresi

Sumber Variasi Dk JK KT F

Total 42 223000 223000 α =0,05

Regresi a Regresi b/a

Residu

1 1 40

218592,85 685,71 3721,42

218592,85 685,71

93,03

7,37

(16)

Kekeliruan 18 1906,26 45,37

Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa :

• Harga = = 7,37 sedangkan dengan tingkat kepercyaan 95 % , (α = 0,05 ) diperoleh = , = ( 1,40 ) = 2,51. Dengan demikian berdasarkan

pada criteria pengujian dependen > maka hubungan keduanya ubahan bebas dependen.

• Harga = = 1,73 sedangkan untuk , , tidak terdapat

pada daftar table maka dilakukan interpolasi linear sebagai berikut:

, , = 2,13 , , = 2,07

Maka didapat = 2,13 - ( 2,13–2,07 ) = 2,13–( 0,1 ) ( 0,06 ) = 2,13–0,006 = 2,124

Dengan demikian berdasarkan pada criteria pengujian hubungan antara ubahan linear < maka hubungan regresi linear keduanya diterima.

d. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika. uji korelasi menggunakan rumus product moment sehingga diperoleh r

hitung = 0,40 sedangkan r tabel = 0,312 karena > . maka H0 ditolak, berarti

terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika di SMP Negeri 8 kota cirebon.

e. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh > atau 2,75 > 1,684 dengan taraf nyata ( α ) 0,05, db =n-2=42-2=40 adalah 1,684 maka Ho di tolak dan Ha diterima. dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika. perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

f. Uji Determinasi

Hasil perhitungan = 0,16 sehingga nilai determinasi sebesar 16% maka dapat diartikan bahwa pegaruh hasil belajar matematika melalui penggunaan modul terhadap hasil belajar matematika sebesar 16% dan sisanya ditentukan oleh factor lain. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dilampiran.

INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

(17)

perbandingan antara pretes dan postes yang terjadi adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini terjadi setelah diberi pembelajaran dengan menggunakan modul.

Dalam penelitian ini, ditemukan pula jumlah respon siswa yang menjawab “ sering “ pada tiap indikator pertanyaan angket penelitian hampir separuhnya 40,12 %. Hal ini didukung pula oleh pendapat siswa bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul, guru selalu memeriksa dan membimbing siswa dalam mengerjakan tugas modul, serta kelengkapan siswa memiliki modul, kesemua unsure tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Sesuai dengan hasil pengumpulan data angket yang telah disebarkan diperoleh rata – rata sebesar 72,46. Sedangkan pengumpulan data melalui tes diperoleh rata–rata 72,36 keduanya termasuk kategori baik.

Dengan demikian sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan modul menunjukan sikap yang positif. Hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik dalam meningkatkan hasil belajar.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I dan sesuai dengan hasil pembahasan serta hasil pengujian hipotesis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan modul pada pembelajaran matematika di SMP Negeri 8 Kota Cirebon mendapat respon baik, berdasarkan interpretasi yang dilakukan, sebesar 40,47 % siswa merespon baik terhadap penggunaan modul pada pembelajaran matematika, dengan skor rata-rata 72,46 .

2. Kemampuan belajar siswa pada pembelajaran matematika di SMP Negeri 8 Kota Cirebon, termasuk kategori baik, berdasarkan interpretasi yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan modul sehingga menumbuhkan kecintaan, keaktifan, keleluasaan dan peningkatan kemampuan serta pemahaman siswa, di dapat pencapaian nilai rata–rata hasil belajar 72,36.

3. Pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di SMP Negeri 8 Kota Cirebon berdasarkan perhitungan r product moment menunjukan korelasi dengan

= = 0,4. Berdasarkan uji signifikansi ( uji hipotesis) didapatkan thitung= 2,75 dan ttable

= 1,684. Hal ini menu njukan t hitung > t table, berarti ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pengaruh yang signifikan penggunaan modul terhadap pembelajaran matematika sebesar 16 % dan sisanya dipengaruhi oleh factor lain.

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi dan Maulana.2006. Pemecahan Masalah Matematika. Bandung : Upi Press Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian syatu Pendekatan Praktik. Jakarta ; Rineka Cipta Arini, Eni Aprilia. 2009. Pengembangan Modul Matematika sebagai Sarana Pencapaian

Kompetensi Pada Materi Pokok Faktorisasi Suku aljabar SMP Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Negeri Semarang

Daryanto.2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Rineka Cipta

Djamarah, Saiful Bachri, Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar : Bandung : Rineka Cipta Fathoni , Abdurahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan Skripsi, Jakarta : Rineka Cipta

Fibriyanti, Rahma.2007. Implementasi modul siklus Belajar Untuk meningkatkan Kreatifitas dan

(18)

Hamalik,Oemar.1994.Media Pendidikan. Bandung : PT Citra Aditiya bakti

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000

Kartawijaya, Edi soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi belajar. Bandung : Sinar Baru Lestari, Sri.2008. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Media

Audio Visual dan Modul Bergambar disertai LKS Terhadap Prestasi Belajar Fisika ditinjau dari Kemampuan Awal dan Aktifitas Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Materi Tata surya ). Jatim :

Universitas Sebelas Maret

Mulyati .2005. Psikologi belajar. Yogyakarta : CV andi offset

Otong Karsdiputra. 2000. Teori-teori Belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Purwanto Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Karya

Riduan, 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Riduan. 2008. Dasar-dasar statistic. Bandung : alfabeta

Rosyid, Muh. 2010. Dikllat Kabar baru Pendidikan STIE Putra Bangsa : UT http/www/.google.com / Wikipedia.posted by

Ruseffendi. 1988. Pengajaran CBSA. Bandung : Tarsito

Ruseffendi. 1991. Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran

Matematika. Bandung : tarsito

Sadiman, Arif.1986. Media Pendidikan, Pengertian dan pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sandjaja, Herianto Albertus. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Publisher

Sardiman. 1996. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Bandung :Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung ; Tarsito

Sudjiono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo persada Sugijono, Adinawan Cholik, 2006. SeribuPena Matematika untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta : Erlangga

Sugiono.1994. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung : Wijaya Kusumah

Suherman, Erman.2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika . Bandung : UPI Bandung

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Syah Muhibin. 2005. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosda karya

Syaodih, Nana. 1988. Azas-azas dan Teori belajar Mengajar. Bandung : Tarsito UU Sistem Pendidikan Nasional UU RI N0 20.Th.2003. Jakarta : Asa mandiri

Widiasto, Sukma. 2010. Pengaruh Penggunaan Modul Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa

(19)

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA MODEL SEGITIGA PADA

PEMBELAJARAN BIDANG DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(STUDI EKSPERIMEN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KRANGKENG

KABUPATEN INDRAMAYU)

Edi Prio Baskoro, Mirah Habibah

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass Cirebon 45132, Indonesia

Telepon : +62 231 481264

ABSTRAK

Matematika adalah mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga membutuhkan penalaran yang tinggi untuk memahaminya. Tugas seorang guru adalah berusaha agar matematika yang bersifat abstrak dapat cepat dipahami oleh siswa. Maka untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika harus diupayakan inovasi dalam pembelajaran agar tumbuh kembali minat dan perhatian siswa untuk mempelajari matematika sehingga hasil belajar maksimal. Salah satu inovasi dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami matematika adalah menggunakan media pembelajaran Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengkaji hasil belajar siswa yang menggunakan alat peraga model segitiga. (2) Untuk mengkaji hasil belajar siswa yang tidak menggunakan alat peraga model segitiga. (3) Untuk mengkaji adakah pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa alat peraga model segitiga sangat berperan dalam pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana belajar atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Salah satu faktor yang membuat sisiwa malas belajar, jenuh, dan keluhan lainnya dalam proses belajar mengajar dikelas adalah karena pembelajaran yang monoton. Untuk menumbuhkan perhatian, keaktifan, dan siswa merasa senang dalam belajar matematika alat peraga model segitiga merupakan cara yang tepat untuk merangsang siswa lebih aktif dalam proses belajar matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif jenis eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Krangkeng Tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 332 siswa dan terbagi menjadi 8 kelas, sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu peneliti mengambil secara acak satu kelas dari delapan kelas yang ada. Peneliti mengambil kelas VII B sebagai kelas eksperimen yang menggunakan alat peraga model segitiga. Untuk pengumpulan data menggunakan hasil angket dan tes dari kelas eksperimen. Data yang diperoleh dari hasil tes dan angket dianalisis melalui uji normalitas, uji homgenitas, uji independen dan kelinieran regresi, uji korelasi, uji hipotesis dan koefisien determinasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh thitung= 3,01 dan ttabel = 2,03 karena thitung > ttabel atau 3,01 > 2,03 maka berdasarkan kriteria uji hipotesis ini Haditerima artinya ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu.

Kata Kunci : model segitiga, bidang datar

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan atau jenjang pendidikan. Pembelajaran sebagai aktivitas operasional kependidikan yang dilaksanakan oleh guru yang tugas utamanya mengajar. Dalam hal ini, guru harus mampu menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Dengan iklim belajar mengajar yang termotivasi diharapkan siswa memiliki kompetensi dan bersemangat dalam belajarnya sehingga akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar yang optimal.

(20)

kewajiban perorangan yang tidak memandang status sosial, umur maupun jenis kelamin. Belajar bisa terjadi dimana saja baik di lingkungan formal maupun non formal. Sekolah merupakan salah satu pendidikan formal, yang mana didalamnya terjadi proses pembelajaran. Dalam proses tersebut, seorang pendidik mentransfer ilmu yang mereka punya pada peserta didik sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku, pola pikir dan pembentukan jati diri siswa kearah yang lebih baik.

Matematika merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, matematika harus dikuasai oleh siswa. Matematika mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga membutuhkan penalaran yang tinggi untuk memahaminya. Tugas seorang guru adalah berusaha agar matematika yang bersifat abstrak dapat cepat dipahami oleh siswa. Maka untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika harus diupayakan inovasi dalam pembelajaran agar tumbuh kembali minat dan perhatian siswa untuk mempelajari matematika sehingga hasil belajar maksimal.

Salah satu inovasi dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami matematika adalah menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran memberikan konstribusi yang positif dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Ibrahim dalam Arsyad (2009:6) yang menyatakan bahwa media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi siswa dan memperbaharui semangat mereka. Membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.

Salah satu alat peraga yang berhubungan dengan konsep kekekalan luas yang akan dibahas adalah model segitiga yang merupakan alat permainan matematika (Darhimkas, 1983 : 76). Alat peraga model segitiga merupakan alat untuk mengidentifikasi unsur-unsur segitiga untuk mempelajari sifat-sifat bidang datar (segiempat). Dengan adanya alat peraga model segitiga siswa mampu menerapkan konsep yang ada pada segitiga baik sifat-sifat segitiga, unsur maupun jenis–jenis segitiga untuk memahami materi bidang datar (segiempat). Dengan penanaman konsep pada diri siswa, maka siswa akan mudah mengingat dan mengerti pelajaran matematika. Setiap konsep dalam matematika yang baru dipahami anak perlu segera diberi penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahan lama tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir tidak hanya sekedar hafalan atau mengikat saja yang tentunya akan mudah dilakukan dan sulit dimiliki, karena itulah dalam pengajaran matematika diperlukan alat peraga.

Setelah penulis melakukan studi pendahuluan di SMPN I Krangkeng kabupaten Indramayu, ternyata matematika termasuk pelajaran yang tidak disenangi. Siswa menganggap matematika terlalu sukar, terbukti dengan nilai ulangan harian mereka yang dibawah nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 50. Kurang dari 50% siswa yang nilai ulangan harian matematikanya di atas KKM. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, materi segiempat belum pernah menggunakan media pembelajaran. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh alat peraga model segitiga pada pembelajaran bidang datar terhadap hasil belajar siswa.

METODE DAN SUBJEK PENELITIAN A. SAMPEL DAN POPULASI

1. Populasi

(21)

Tabel 2

Penyebaran Populasi Kelas VII

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII A 41

2 VII B 40

3 VII C 42

4 VII D 40

5 VII E 41

6 VII F 45

7 VII G 43

8 VII H 40

Jumlah 332

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan secara acak (random) sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun yang diteliti secara acak atau random adalah kelasnya bukan siswanya karena kelasnya homogen (berada pada tingkatan yang sama). Peneliti mengambil secara acak satu kelas dari delapan kelas yang ada. Dari delapan kelas yang ada, yang diambil sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII B sebanyak 40 siswa sebagai kelas yang menggunakan alat peraga model segitiga.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif jenis eksperimen, dimana peneliti terlibat langsung dalam proses pembelajaran pada kelas yang akan diteliti. Langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut :

a. Persiapan administrasi dan perijinan.

b. Memilih kelas untuk melakukan uji coba instrumen penelitian dan melaksanakan uji coba instrumen.

c. Menganalisa data hasil uji coba instrumen berupa validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian.

d. Melaksanakan pre test pada kelas eksperimen.

e. Melaksanakan proses pembelajaran di kelas eksperimen (VII B) yang pembelajarannya menggunakan alat peraga model segitiga.

f. Melaksanakan post test pada kelas eksperimen. g. Menganalisis data.

2. Desain Penelitian

Penelitian menggunakan desain Pre-tes and Post-test Group dengan pola sebagai berikut (Arikunto, 2006 : 85) :

E 01 X 02

Keterangan : 01 = Pre-test 02 = Post-test

(22)

(tes awal) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Kemudian setelah diberi perlakuan, kelas eksperimen diberi tes akhir yaitu post test untuk mengetahui peningkatan hasil belajar.

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

a) Sumber data empirik yakni siswa SMP Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu. b) Sumber data Teoritis yakni dari kepustakaan yang ada relevansinya dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, maka dalam penelitian ini data dapat diperoleh dengan menggunakan :

a) Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010 : 199). Angket yang digunakan peneliti hanya diberikan pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan alat peraga model segitiga. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan alat peraga model segitiga.

Penyusunan instrumen angket dibuat sebanyak 20 pertanyaan dengan 5 pilihan alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan ketentuan skor untuk pernyataan positif SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, STS = 1 dan untuk pernyataan negatif SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5 (Riduwan, 2009 : 87).

b) Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mangukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh indiovidu atau kelompok (Subana, 2005 : 28). Dalam penelitian ini, penggunaan tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dalam proses pembelajaran menggunakan alat peraga model segitiga dengan yang tidak menggunakan alat peraga model segitiga.

Sebelum melaksanakan tes dilakukan terlebih dahulu uji coba instrumen dengan jumlah 25 soal pilihan ganda kepada kelas VIIIA yang telah menerima materi pelajaran matematika segi empat. Hasil uji coba tersebut kemudian di cari nilai validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya. Soal yang valid berjumlah 20 soal yang kemudian dijadikan sebagai soal tes. Pelaksanaan tes dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu pre test (test awal) dan post test (test akhir).

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa yang dalam Pembelajarannya Menggunakan Alat Peraga Model Segitiga

a. Hasil Belajar Siswa Sebelum Menggunakan Alat Peraga Model Segitiga

(23)

dengan standar deviasi 11,34. Skor maksimum yang diperoleh adalah 60 yang dicapai oleh 5 orang siswa dan skor minimum 20 yang dicapai oleh 2 orang siswa.

Data tersebut di atas menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen sebelum menggunakan alat peraga model segitiga termasuk kategori cukup. Hal tersebut berdasarkan pada data pre-test yang harus dicapai siswa dari 20 soal tes yaitu skor maksimum 100 dan minimum 0. Sehingga diperoleh rentang 100 – 0 = 100, banyaknya kelas = 3 (interpretasi : rendah, cukup, baik). Sedangkan panjang kelas interval = 100/3 = 33,33, sehingga dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:

Tabel 8

Interpretasi Data Pre-Test Kelompok Eksperimen

Rentang Skor Interpretasi Frekuensi (%)

0–32 Rendah 12 30

33–65 Cukup 28 70

66–98 Baik 0 0

Jumlah 40 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa:

• 30% dari sampel atau 12 siswa ada pada level rendah direntang 0 -32.

• Sebagiann besar siswa yaitu 28 atau 70% dari sampel ada pada level cukup direntang 33–65.

b. Hasil Belajar Siswa Setelah Menggunakan Alat Peraga Model Segitiga

Data hasil belajar siswa yang menggunakan Alat Peraga Model Segitiga, penulis peroleh dari hasil post-test. Dari 20 butir soal tes diperoleh rata-rata 73,9 dengan standar deviasi 12,80. Skor maksimum yang diperoleh adalah 95 yang dicapai oleh 2 orang siswa dan skor minimum adalah 50 yang dicapai oleh 2 orang siswa, sehingga dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:

Tabel 9

Interpretasi Data Post-Test Kelompok Eksperimen Rentang Skor Interpolasi Frekuensi (%)

0–32 Rendah 0 0

33–65 Cukup 12 30

66–98 Baik 28 70

Jumlah 40 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa:

• 30% dari sampel atau 12 siswa ada pada level cukup direntang 0 -32

• Sebagian besar sisiwa yaitu 28 atau 70% dari sampel ada pada level baik direntang 66 – 98.

2. Pengaruh Alat Peraga Model Segitiga dalam Pembelajaran Bidang Datar

Adapun angket pengaruh alat peraga model segitga dalam pembelajaran bidang datar meliputi: kualita isi dan tujuan penggunaan ala peraga model segitiga, kualitas instruksional, pemahaman materi dan memotivasi siswa. Data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 10

Kualitas Isi dan Tujuan Penggunaan Alat Peraga Model Segitiga

No. Item Alternatif Jawaban F (%)

(24)

Penggunaan alat peraga model

No. Item Alternatif Jawaban F (%)

(25)

RR

No. Item Alternatif Jawaban F (%)

(26)

peraga model segitiga RR

No. Item Alternatif Jawaban F (%)

(27)

segitiga membuat saya tidak semangat

Perhitungan rata-rata Jawaban Angket Penggunaan Alat Peraga Model Segitiga

No. Item Alternatif Jawaban (%) Jumlah (%)

SS S R TS STS

Jumlah 280 745 507,5 387,5 110

-Rata-rata 14 37,25 25,38 17,87 5,5 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa hasil angket pengaruh alat peraga model segitga menunjukan rata-rata 14% menjawab sangat setuju, 37,25% menjawab setuju, 25,38% menjawab ragu-ragu, 17,87% menjawab tidak setuju dan 5,5% menjawab sangat tidak setuju.

Penulis menentukan interpretasi skor hasil angket dengan membuat tabel distribusi frekuensi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Menentukan rentang (R)

(28)

• skor minimum dari 20 item pernyataan angket = 20 • R = 100 - 20 = 80

b. Menentukan panjang interval kelas (P) dengan banyaknya kelas (K) adalah 3 (interpretasi : rendah, cukup, baik). P = R/K = 80/3 = 26,67 ≈ 27.

c. Menghitung frekuensi berdasarkan skor interpretasi hasil angket pengaruh alat peraga model segitiga

Dari ketentuan di atas disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 15

Dari tabel di atas diketahui bahwa:

• 30% dari sampel atau 18 siswa ada pada level rendah di rentang 47 –73. • 70% dari sampel atau 22 siswa ada pada level baik di rentang 74 –100. • Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan alat peraga model segitiga dalam

pembelajaran bidang datar berada dalam taraf baik dengan rata-rata 55%.

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Data

a. Analisis Data Pre-Test dan Post-Test Kelompok Ekspeimen 1) Uji Normalitas

Untuk mengetahui kenormalan distribusi pada kelompok eksperimen menggunakan rumus chi-kuadrat dengan kriteria penguiannya adalah jika χ2hitung < χ2tabel maka

data berdistribui normal. Hasil data pre-test dan Post-Test untuk kelompok eksperimen dengan χ2hitungdan χ2tabeldapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 16

Data Uji Normalitas Pre-Test dan post-test Kelompok

Tabel di atas menunjukan bahwa pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 5 diperoleh χ2

hitung< χ2tabeluntuk masing-masing kelompok sampel. Dengan demikian hasil pre-test

dan post-test berdistibusi normal.

(29)

Pengujian homogenitas pada pre-test dan post-test kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus uji F, dengan kriteria pengujian Fhitung < Ftabel maka data

homogen. Ftabeldiperoleh dari α= 0,05 dan dk pembilang 39 dan dk penyebut 39.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitungdan Ftabelseperti tercantum pada tabel di

bawah ini:

Tabel 17

Data Uji Homogenitas Pre-Test dan Post-Test Kelompok Sampel Varians (S2) Fhitung Ftabel

Pre-test

Tabel di atas menunjukan bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa

antara kedua kelompok homogen.

b. Analisis Data Post–Test Dan Angket Kelompok Eksperimen 1) Uji Normalitas

Untuk mengetahui kenormalan distribusi pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18

Data Uji Normalitas Post-Test dan Angket Kelompok

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 5 diperoleh

2 χ

hitung <

2

χ tabel untuk masing-masing kelompok sampel. Dengan demikian hasil

post-test dan angket berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas post-test dan angket pada kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus uji F, dengan kriteria pengujian Fhitung < Ftabel maka data

homogen. Ftabeldiperoleh dari α= 0,05 dan dk pembilang 39 dan dk penyebut 39.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitungdan Ftabelseperti tercantum pada tabel di

bawah ini:

Tabel 19

Data Uji Homogenitas Post-Test

Kelompok Sampel Varians (S2) Fhitung Ftabel Post-test

(30)

2. Analisis Data Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Model Segitiga pada Pembelajaran Bidang Datar Terhadap Hasil Belajar Siswa

Analisis data pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar siswa penulis lakukan dengan mengolah dan menganalisis data angket (X) dan data post-test (Y) kelompok eksperimen yang tujuannya untuk menguji hipotesis.

Tabel 20

Analisis data Angket (X) dan post-test (Y) Kode

Siswa X Y

S-1 50 70

S-2 82 65

S-3 90 60

S-4 57 85

S-5 53 80

S-6 82 80

S-7 71 85

S-8 56 70

S-9 69 85

S-10 77 95

S-11 81 60

S-12 71 60

S-13 74 70

S-14 69 70

S-15 90 95

S-16 84 75

S-17 60 55

S-18 74 65

S-19 67 85

S-20 95 85

S-21 75 85

S-22 91 70

S-23 60 75

S-24 77 50

S-25 60 80

S-26 86 70

S-27 74 80

S-28 73 65

S-29 64 50

S-30 89 90

S-31 86 95

S-32 65 85

S-33 86 65

S-34 91 90

S-35 91 55

(31)

S-37 64 90

S-38 70 65

S-39 81 70

S-40 71 70

N = 40 2981 2965

Hipotesis yang diuji adalah :

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar

siswa.

Ha : Ada pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar

siswa.

Kriteria pengujiannya adalah terima H0jika thitung< ttabel,untuk harga yang lain H0ditolak.

Langkah–langkah dalam analisis data yaitu : a. Menentukan Persamaan Regresi

Untuk mengetahui hipotesis penelitian ini, terlebih dahulu ditentukan persamaan regresi untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel X dan variabel Y. Hasil analisis regresi memberikan persamaan sebagai berikut:

Y = 36,86 + 0,50X

Persamaan tersebut mengandung arti koefisien arah regresi linier (b) = 0,50 bertanda positif, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa (Y) bertambah atau meningkat dengan 0,50 kali nilai pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga pada pembelajaran bidang datar.

b. Uji Independen dan Kelinieran Regresi

Untuk mengetahui persamaan regresi linier atau tidak linier, maka diperlukan uji linieritas regresi. Berdasarkan perhitungan diperoleh Ringkasan Analisis Varians (Anava) seperti pada tabel berikut:

Tabel 21

Daftar Analisis Varians untuk Uji Kelinieran Regrsi

Sumber Varians dk JK KT F

Total 40 225.875 225.875

Regresi (a) Regresi (b/a)

Residu

1 1 38

219.780,63 1186,69 4.907,68

219.780,63 1.186,69

129,13 9,19

Tuna Cocok

Kesalahan (eror) 2117 4.845,8561,83 285,052,94 0,01

Dari tabel diatas didapat disimpulkan bahwa:

• Hasil bagi F = 2 9,19

2

= res S

reg S

, sedangkan Ftabel 0,95 (1,38)adalah 4,10 sehingga Fhitung>

(32)

• Hasil bagi F =

e TC S S

2 2

=0,01, sedangkan Ftabel= F0,95 (21,17)adalah 2,22, sehingga Fhitung<

Ftabel, maka berdasarkan kriteria hubungan antara ubahan linier dan model regresi linier

dapat diterima.

c. Uji Korelasi Data Angket (X) dan Post–Test Kelompok Eksperimen

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel (X) dan Variabel (Y) ditentukan dengan menggunakan analisis korelasi (r).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga korelasi (r) sebesar 0,44 dan berada pada interval 0,40 – 0,599, sehingga antara variabel (X) dan variabel (Y) mempunyai tingkat hubungan yang kuat.

d. Uji Hipotesis 1) Uji t

Pengujian hipotesis dilakukan uji t denagan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang diuji adalah:

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil

belajar siswa.

Ha : Ada pengaruh penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar

siswa.

Kriteria pengujiannya adalah terima H0jika thitung< ttabel dan untuk harga lain tolak H0.

Dengan daftar distribusi t dengan taraf α= 0,05 dan dk = n–2 = 40– 2 = 38, maka

t-tabeladalah 2,03. Hasil anaslis uji t disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 22 Hasil Analisis Uji t

N r thitung ttabel

40 0,44 3,01 2,03

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa thitung > ttabel, sehingga berdasarkan kriteria H0

ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha) artinya adalah Alat peraga model

segitiga berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa.

2) Menentukan Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil perhitungan koefisen determinasi didapat KD = (0,44)2 × 100% = 19%. Artinya pengaruh penggunaan Alat Peraga Model Segitiga pada Pembelajaran Bidang Datar terhadap hasil belajar siswa adalah sebesar 19% sedangkan sisanya 81% ditentukan oleh variabel lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri I Krangkeng Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2009/2010.

INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

(33)

pengajaran (Djamarah dan Zain, 1997 :137). Menurut Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2008 : 163) media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran dan majalah.

Berdasarkan hasil analisis di atas, penggunaan alat peraga model segitiga pada pembelajaran bidang datar (segi empat) menunjukkan kategori baik. Hal ini diperoleh dari skor rata-rata post test kelas eksperimen yaitu 73,9 dan skor rata-rata angket yaitu 74,9. Dari gambaran tersebut, secara umum pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga model segitiga menunjukkan sikap atau respon siswa yang positif.

Hasil uji hipotesis menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar siswa. Besarnya pengaruh sebesar 19%. Hal ini berarti 19% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh alat peraga model segitiga, sedangkan sisanya 81% dipengaruhi oleh variabel lain.

Hasil di atas sesuai dengan pendapat Djamarah (1997 :138) bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dan dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga model segitiga dapat memberikan pengaruh pola pikir siswa dalam penerimaan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Serta dengan bantuan alat peraga model segitiga juga dapat mempertinggi kegiatan belajar siswa sehingga menghasilkan proses dan hasil belajar yang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan sesuai dengan data yang terkumpul serta dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu yang menggunakan alat peraga model segitiga menunjukkan kategori baik dengan skor rata-rata post test yaitu sebesar 73,9.

2. Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu yang tidak menggunakan alat peraga model segitiga menunjukkan kategori cukup dengan skor rata-rata post test yaitu sebesar 41,9.

3. Ada pengaruh yang cukup kuat Penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran bidang datar di SMP Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu, berdasarkan korelasi produk momen sebesar 0,44 dengan koefisien determinasi 19%. Hal ini berarti 19% kontribusi penggunaan alat peraga model segitiga terhadap hasil belajar siswa, sisanya 81% ditentukan oleh variabel lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers

Danim, S. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Darhimkas. 1983. Media pendidikan Matematika. Bandung: FPMIPA IKIP

Djamarah, S. B. dan Aswan Z. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ibrahim, R. dan Nana S. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

(34)

Munadhi, Y. 2008. Media Pembelajaran. Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada Press.

Negoro, ST. dan Harahap. 2005. Ensiklopedia Matematika. Bogor : Ghalia Indonesia.

Purwanto, N. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern Dan Komputer Untuk Guru. Bandung: Tarsito.

Sadiman, A. et al. 2003. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Subana, et al. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. Sudjana. 2006. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. . 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suherman, E. dan Sukjaya Y. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA Jurusan Pendidikan Matematika UPI.

Sutikno, S. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect.

Syah, M. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(35)

PENGARUH PENGGUNAAN SCRATCH TERHADAP KREATIVITAS BERFIKIR MATEMATIS

(Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Negeri Ketanggungan Kabupaten Brebes)

Toheri, Nuraenafisah

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass Cirebon 45132, Indonesia

Telepon : +62 231 481264

ABSTRAK

Setiap pendidik menginginkan siswanya berfikir kreatif dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika. Berdasarkan observasi peneliti di MTs negeri Ketanggungan, kreatif berfikir kreatif matematis siswa kurang baik, karena masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban serta menggunakan strategi yang bersifat baru terhadap masalah bangun ruang datar.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui seberapa baik penggunaan SCRATCH dalam pembelajaran matematika dan mengetahui seberapa baik kreativitas berfikir matematika siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang datar serta mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan SCRATCH terhadap kreativitas berfikir matematika siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang datar.

Scratch adalah bahasa pemprograman yang sifat pengoperasiannya bias menumbuh kembangkan kreativitas berfikir matematis. Dengan scratch siswa dapat menciptakan atau membuat produk/permainan matematika dan siswa juga dapat mengembangkan kelancaran berfikir logis dan kreatif. Semakin maksimal penggunaan Scratch dalam pembelajaran matematika maka akan semakin meningkat pula kreativitas berfikir matematis siswa.

Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII MTs N Ketanggungan, sedangkan sampel VIII B (eksperimen) dan VIII D (control). Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan tes. Setelah data diperoleh, kemudian dianalisis secara deskriptif dan dilakukan pengujian statistik berupa uji regresi dengan menggunakan SPSS 18.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan Scratch termasuk kategori baik, hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata dari data angket sebanyak 71,62. Kreativitas berfikir matematis siswa MTs Negeri Ketanggungan yang menggunakan Scratch tergolong baik. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata 75,22. Penggunaan Scratch berpengaruh positif terhadap kreativitas berfikir matematis. Hal ini ditunjukan dengan analisis regresi, yaitu = 48,767 + 0,369 dengan besarnya pengaruh yaitu 12,5%.

Kata Kunci : Scratch dan kreativitas berfikir matematis

PENDAHULUAN

Wadah yang paling tepat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Pendidikan juga dapat mengembangkan potensi diri seseorang secara aktif dan kreatif sesuai undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Menurut Brubacher dalam (Kasijan, Z. 1984) bahwa: Pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapsitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.

(36)

lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Tetapi berbeda halnya dengan pendidikan yang berada di Indonesia, dimana pendidikan belum memanfaatkan perkembangan dari ilmu tekhnologi itu sendiri, ini pun dapat dirasakan dari sarana dan prasarana di sekolahan, dari cara pendidik memanfaatkan tekhnologi untuk mengolah proses pembelajaran dikelas.

Dalam pendidikan, Matematika sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup seseorang di era globalisasi, hal ini dilihat dari keterlibatan matematika dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti di bidang teknologi, ekonomi, pembangunan, industri, pertahanan maupun dalam bidang lainnya. Seperti pendapat ilmuan Inggris bernama Roger Bacon (1267) yang menuliskan bahwa : “Matematics is the gate and key of scienses (Matematika adalah gerbang dan kunci ilmu pengetahuan)” (Linda Campbell

dkk. 2004 : 69). Hal inilah yang menjadikan matematika selalu diajarkan disemua jenjang pendidikan. Fakta dalam pembelajaran matematika di sekolah banyak siswa yang berasumsi bahwa pelajaran matematika yang diberikan di sekolah itu sangat sulit dan membosankan. Sehingga banyak siswa yang kurang tertarik dengan pelajaran matematika dan mereka mempunyai anggapan bahwa pelajaran matematika itu sulit untuk dimengerti serta hanya orang-orang yang berintelegensi tinggilah yang mempunyai bakat untuk memahami matematika.

Tidak semua orang yang berbakat itu berintelegensi tinggi, hal ini pun sesuai dengan pendapat Renzulli (1981) (Utami Munandar.2009:6). Keberbakatan ditentukan bukan hanya berdasarkan kecerdasan melainkan juga kreatifitas dan motivasi untuk berprestasi. Berkenaan dengan kreativitas siswa, gambaran pendidikan di negara kita, banyak pendidik yang lebih menenkankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan dengan melalaikan sebuah kreatifitas, padahal dengan adanya kreatifitas peserta didik akan menciptakan pengetahuan yang orisinal.

Guilford (1950) dalam pidato pelantikannya sebagai presiden dari American Psychological

Associationmenyatakan bahwa “ keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai luluan perguruan

tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru”. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan telah melupakan fungsi dari kreatifitas itu sendiri sehingga mengakibatkan lulusan tidak bisa memecahkan masalah dengan cara yang berbeda.(Utami Munandar,2009:7)

Berkenaan dengan sistem pendidikan di Indonesia, Supriadi (1994) berpendapat bahwa salah satu kemungkinan penyebab rendahnya kreativitas anak adalah lingkungan yang kurang menunjang anak-anak kita untuk mengekspresikan kreativitasnya, khususnya lingkungan keluarga dan sekolah (Yeni Rachmawati dkk.2011:9). Saat ini orientasi system pendidikan kita khususnya di Indonesia lebih mengarah pada pendidikan “akademik” dan “industry tenaga kerja”. Ini berarti system persekolahan kita lebih mengarah pada upaya membentuk manusia untuk menjadi pintar disekolah saja dan menjadi pekerja bukan menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya.

Penelitian Munandar (1999) menemukan bahwa karakteristik peserta didik ideal menurut orang tua dan pendidik tidak mencerminkan murid yang kreatif. Peserta didik yang ideal menurut pendidik diantaranya sehat, sopan, rajin, punya daya ingat yang baik, dan mengerjakan tugas secara tepat waktu. Begitu juga yang terjadi di MTs Negeri Ketanggungan, keidealan dilihat dari kecerdasan.

Gambar

Tabel 4.7Daftar Skor Angket
Tabel 4.14Data Hasil Tes
Tabel 2Penyebaran Populasi Kelas VII
Tabel 11Kualitas Instruksional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tujuan pelaporan investasi tersebut menggunakan metode ekuitas, aset dan liabilitas kedua perusahaan ini pada tanggal laporan posisi keuangan

Terlepas dari dinamika tersebut di atas, penulis masih melihat bahwa GKPB telah berhasil menginspirasi banyak gereja yang lain untuk berani keluar dari zona nyaman

menegaskan bahwa pendekatan TIS bukan- lah sebuah metode tunggal atau disiplin khu- sus yang dapat diterapkan secara pragmatis, melainkan TIS adalah ragam praktik dengan cakupan

Strategi curiosity based learning (CBL) adalah perancangan pembelajaran dari berbagai aspek pembentukan sistem instruksional yang mengarah pada pengaktifan rasa ingin

6engan jumlah # milyar orang terinfeksi penyakit TB% +,- memberikan  perhatian khusus agar permasalahan ini dapat di tangani dengan baik sehingga infeksi TB laten ini

Dalam film genre dapat diklasifikasikan dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subjek cerita, tema, struktur cerita, aksi

Tujuan disusunnya buku ini adalah sebagai panduan bagi Mahasiswa Program Studi Administrasi Perkantoran khususnya semester 5 yang akan mengambil mata kuliah

Fitrah jenis kelamin manusia yang dibagi menjadi dua kategori yakni laki-laki dan perempuan nampaknya berkonsekuensi pada munculnya asumsi bahwa laki-laki pasti