• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Fund Size, dan Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Fund Size, dan Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Reksa dana

Menurut Veithzal, et al. (2013: 108) reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menyatakan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (disebut manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Menurut Cahyono (2000: 15) reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

(2)

perseorangan maupun institusi yang menginvestasikan sejumlah dana yang mereka miliki kedalam reksadana. Dana yang telah dikumpulkan dari pemodal akan diinvestasikan pada berbagai jenis instrumen investasi seperti surat utang jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi, dan sebagainya.

Reksa dana dibentuk oleh manajer investasi dan bank kustodian melalui akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang dibuat notaris. Manajer investasi akan berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti T/D, SBI, obligasi, dan saham. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksa dana. Reksa dana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksa dana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri (Pratomo, 2007:39).

2.1.2 Bentuk Reksa dana

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat 1, bentuk hukum reksadana di Indonesia ada dua, yaitu:

1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (PT. Reksa Dana)

(3)

2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah reksa dana yang dibentuk berdasarkan suatu Kontrak Investasi Kolektif (KIK) antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio efek dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.

2.1.3 Sifat Reksa dana

Dilihat dari segi sifatnya atau cara penerbitan dan perdagangan sahamnya menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat 1, reksa dana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Reksa Dana Tertutup (Close-End Funds)

Reksa dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada investor namun tidak memilki kewajiban untuk membeli saham/unit penyertaan yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investaasinya dengan cara menjual atau mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain yang berminat.

2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Funds)

(4)

2.1.4 Jenis Reksa dana

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 18, berikut ini adalah macam-macam jenis atau produk reksa dana:

1. Reksa Dana Konvensional a. Reksa Dana Saham

Reksa dana saham atau equity fund adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen berbentuk saham (equity) dengan jumlah sekurang–kurangnya 80% dari total aset investasi. Secara teoritis pergerakan harga atau NAB reksa dana saham akan lebih fluktuatif atau lebih berisiko dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, namun reksa dana saham juga berpotensi memberikan pertumbuhan NAB yang lebih besar dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya.

b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Reksa Dana Fixed Income)

(5)

mengandalkan penghasilan berupa suku bunga (kupon) yang sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut.

c. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market)

Reksa dana pasar uang adalah reksa dana dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen yang bersifat utang jangka pendek dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Reksa dana ini mengutamakan investasi pada jenis–jenis efek di pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) dan lainnya. Reksa dana ini bersifat likuid serta mempunyai tingkat risiko lebih rendah dibandingkan dengan jenis instrumen investasi lainnya. Serta tingkat keuntungannya juga relatif rendah dari jenis reksa dana lainnya.

d. Reksa Dana Campuran (Balance Fund)

(6)

2. Reksa Dana Terstruktur

Reksa dana terstruktur adalah reksa dana yang hanya dapat dibeli atau dijual kembali oleh investor pada saat tertentu saja yang ditentukan oleh manajer investasi. Jenis-jenis reksa dana terstruktur adalah sebagai berikut:

a. Exchange Traded Fund (ETF)

Exchange Traded Fund (ETF) adalah sebuah reksa dana yang merupakan

suatu inovasi dalam dunia industri reksa dana yang sifatnya mirip dengan suatu perusahaan terbuka dimana unit penyertaannya dapat diperdagangkan di bursa. ETF ini adalah merupakan kombinasi dari reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka, dan ETF ini biasanya adalah merupakan reksa dana yang mengacu kepada indeks saham. ETF lebih efisien daripada reksa dana konvensional, karena unit penyertaannya diperdagangkan langsung di bursa setiap hari menyerupai reksa dana tertutup (dimana tidak dapat dijual kembali kepada manajer investasi). b. Reksa Dana Terproteksi (Protected Fund)

Reksa dana terproteksi (protected fund) tergolong masih baru di Indonesia. Reksa dana ini diinvestasikan pada instrument surat hutang, biasanya pada obligasi yang hampir jatuh tempo. Khusus pada reksa dana ini usianya biasanya pendek sesuai dengan jatuh tempo surat hutang yang dibelinya. 3. Reksa Dana Syariah

(7)

dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, pertahanan dan persenjataan serta bisnis hiburan yang berbau maksiat.

4. Reksa Dana Indeks (Index Fund)

Reksa dana indeks adalah reksa dana yang portofolio efeknya terdiri dari atas efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya. Sekurang-kurangya 80% dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari kumpulan efek yang ada dalam indeks tersebut. Pembobotan masing-masing efek antara 20% sampai 80% dari pembobotan atas masing-masing efek dalam indeks yang menjadi acuan dan tingkat penyimpangan dari kinerja reksa dana indeks terhadap kinerja indeks yang menjadi acuan.

2.1.5 Return Reksa Dana

Menurut Jones, et al. (2009: 10) return merupakan tingkat keuntungan yang diinginkan oleh investor dari sumber daya yang mereka investasikan. Return portofolio adalah keuntungan investasi dalam berbagai instrumen keuangan selama suatu periode tertentu. Return portofolio dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Return Realisasi Portofolio (Portfolio Realized Return)

Return realisasi portofolio (portfolio realized return) adalah rata-rata

(8)

2. Return Ekspektasi Portofolio (Portfolio Expected Return)

Return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) adalah rata-rata

tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.

Return portofolio reksa dana dapat dihitung dengan yang dilakukan untuk

menghitung return aktiva tunggal, yaitu (Hartono, 2014: 705):

������������������= ���� ����−1−

1

dimana:

NABt = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t)

NABt-1 = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu (t-1)

Menurut Jordan dan Miller (2009: 99) Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit adalah nilai total aset reksa dana dikurangi dengan kewajiban dan dibagi dengan jumlah unit penyertaan reksa dana yang beredar atau saham reksa dana yang beredar. Setiap investor yang membeli reksa dana akan mendapatkan bukti satuan kepemilikan reksa dana yang dinamakan dengan unit penyertaan atau saham.

2.1.6 Return Pasar

(9)

Return pasar merupakan perubahan indeks pasar yang dinyatakan dalam

persentase, yaitu indeks pasar sekarang dibandingkan dengan indeks pasar kemarin, atau indeks pasar bulan ini dibandingkan dengan indeks pasar bulan lalu dan perubahannya dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat ditulis (Samsul, 2006: 373):

�� = ���������− �����−1 �−1

dimana:

Rm = Returnmarket (return pasar)

IHSGt = IHSG bulan ini (t)

IHSGt-1 = IHSG bulan lalu (t-1)

2.1.7 Risk Free Rate

Menurut Jordan dan Miller (2009: 16) risk free rate merupakan tingkat pengembalian atau tingkat keutungan dari investasi tanpa risiko. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga pasar uang yang menonjol karna berfungsi sebagai aset patokan. Meskipun dalam arti murni tidak ada aset keuangan bebas risiko, secara praktis Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah aset bebas risiko (Jones, et al. 2009: 28). Rata-rata risk free rate dapat dihitung sebagai berikut:

��

���= ∑ ������������ �

dimana: ��

��� = Rata-rata risk free rate

(10)

2.1.8 Risiko Portofolio

Menurut Horne dan Machowicz (2009: 105) terdapat dua jenis risiko investasi, yaitu:

1. Risiko Sistematis (Systematic Risk)

Risiko sitematis mengacu pada faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan seperti perubahan kondisi ekonomi, politik, perubahan situasi energi bumi. Risiko ini mempengaruhi semua sekuritas dan konsekuensinya tidak dapat didiversifikasikan. Dengan kata lain, investor yang mempertahankan diversifikasi portofolio yang baik pun akan terpapar oleh risiko sistematis ini. Oleh karena itu, risiko sistematis sering disebut sebagai risiko pasar.

2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko tidak sitematis sering disebut risiko spesifik atau unik adalah risiko untuk perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini merupakan faktor independen (spesifik) ekonomi, politik dan lainnya yang mempengaruhi sekuritas. Dengan demikian, risiko ini dapat didiversifikasikan, dapat dikurangi atau dikontrol.

(11)

���(��) =�2 = [

�− �(�)]2���

�������������� = �= (�2)1/2

dimana:

Var (Rp) =σ2 = Varians returnportofolio σ = Standar deviasi

E(R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas

Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi

Pri = Probabilitas kejadian ke-i

2.1.9 Kinerja Reksa Dana

Investor yang ingin membeli reksa dana harus melihat terlebih dahulu kondisi pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar dalam keadaan ramai (bullish

market) urutan pilihan jatuh pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa

dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap, namun dalam kondisi pasar lesu (bearish market) pilihan jatuh pada reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana campuran dan reksa dana saham. Manajer investasi dapat mengubah-ubah kebijakan komposisi investasinya disesuaikan dengan keadaan pasar, baik dalam situasi pasar bullish atau bearish untuk mendapatkan sutu keuntungan yang optimal.

(12)

1. Indeks Treynor

Indeks Treynor merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko. Kelebihan ini didefinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama. Alat ukur risiko dalam indeks Treynor merupakan risiko sistematis relatif sebagaimana yang diukur oleh beta portofolio. Treynor menyatakan bahwa indeks Treynor merukapan alat ukur risiko yang tepat karena dalam portofolio terdiversifikasi penuh, risiko tidak sistematis boleh dikatakan tidak ada. Dalam bentuk persamaan, indeks Treynor adalah:

���������������������� − �������������������� ��������������

2. Indeks Sharpe

Indeks Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian/risiko (reward/ratio risk). Risiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio. Maka indeks Sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif terhadap total perbedaan portofolio. Persamaan indeks Sharpe adalah:

���������������������� − �������������������� ������������������������

3. Indeks Jensen

Indeks Jensen menggunakan model penetapan harga aktiva modal untuk menentukan apakah manajer uang telah menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks pasar. Analogi empiris dari CAPM adalah:

(13)

dimana:

E(Rp) = pengembalian diharapkan dari portofolio

Rf = suku bunga bebas risiko

βp = beta portofolio

E(RM) = pengembalian diharapkan pada pasar

e = istilah bagi kesalahan acak

Kinerja reksa dana mencerminkan return atau tingkat pengembalian yang diberikan oleh suatu reksa dana untuk para investornya. Kinerja reksa dana ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari manajer investasinya untuk memilih saham-saham yang nilainya dibawah pasar serta pandai dalam mengelola market

timing portofolionya. Dalam penelitian ini kinerja reksa dana diukur

(14)

2.1.10 Stock Selection Skills dan Market Timing Ability

Menurut Jensen (1968) dan Fama (1972) konsep kinerja portofolio dibagi menjadi dua dimensi, yaitu (1) kemampuan manajer portofolio atau analisis sekuritas untuk meningkatkan return portofolio melalui prediksi yang tepat tentang harga sekuritas di masa yang akan datang dan (2) kemampuan manajer portofolio untuk meminimalkan risiko (melalui diversifikasi yang efisien) yang muncul dari kepemilikan portofolio.

Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock

market (Hirschey. 2008: 141). Menurut Corrado (2002: 56) security selection is

selection of spesific securities within a particular class. Sedangkan market timing

is an investment style that atemps to buy into the stock market before bull market

move and sell before a bear market move (Hirschey, 2008: 141). Kemudian

menurut Menurut Corrado (2002: 55) market timing is an investment decision you

must make is wheather you will try to buy and sell in anticipation of the future of

overall market.

Untuk menghitung stock selection skillsdan market timing ability digunakan dua model, yaitu:

1. Model Treynor-Mazuy

Menurut Treynor dan Mazuy (1966) ketika nilai α atau alpha positif berarti menunjukan adanya kemampuan selectivity dan ketika nilai γ atau market

timing positif berarti menunjukan adanya kemampuan market timing, maka

(15)

market. Model regresi kuadratik adalah sebuah pengukuran yang valid dari

pengukuran kinerja market timing dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas dari timing information dan mendeteksi keberadaan dari selectivity information. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini adalah dengan formula sebagai berikut:

�� − �� = �+���� − ���+�(��− ��)2+��

dimana:

Rp = Return reksa dana pada periode t

Rf = Return bebas risiko pada periode t

Rm = Return pasar pada periode t

α = Intercept yang merupakan indikasi stock selection dari manajer investasi

β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun

(bearish)

γ = Koefisien regresi yang merupakan indikasi kemampuan market timing

dari manajer investasi

εp = Merupakan random error

2. Model Henriksson-Merton

Melalui model regresi yang dikembangkan oleh Henrikson dan Merton (1981) bisa diukur kemampuan market timing dan tingkat keberhasilan stock

selection skillsdari portofolio yang dikelola secara aktif, yang masing-masing

(16)

stock selection yang baik, dan sebaliknya jika (α < 0) artinya kemampuan

stock selection-nya tidak baik. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini

adalah dengan formula sebagai berikut:

�� − �� = �+���� − ���+���� − ����+��

dimana:

Rp = Return reksa dana pada periode t

Rf = Return bebas risiko pada periode t

Rm = Return pasar pada periode t

β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun

(bearish)

γ = Koefisien regresi yang merupakan indikasi market timing abilitydari

manajer investasi

D = Dummy untuk melakukan peramalan market timing dengan ketentuan:

D=1, Jika (Rm - Rf) > 0 Up market (bullish) dan D=0, Jika (Rm-Rf) < 0 Down

market (bearish)

εp = Merupakan random error

2.1.11 Fund Size (Ukuran Reksa Dana)

(17)

manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan dan biaya lainnya. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan ke pada investor (Chan et al., 2009).

Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Chen et al (2004) dan Gallagher(2005) juga menggunakan logaritma natural dari TNA (Total Net Asset) atau log dari total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebagai proksi ukuran reksa dana. Kemudian penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) mengenai kinerja reksa dana saham Swedia dengan menggunakan berbagai karakteristik reksa dana yang berbeda, juga menunjukkan bahwa jumlah dana kelolaan reksa dana mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.

2.1.12 Fund Longevity (Usia Reksa Dana)

Fund longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis

(18)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Waelan (2008) menunjukkan bahwa manajer investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills tapi market

timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Alexandri (2015) menunjukkan bahwa stock

selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana dan

market timing ability berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana. Penelitian yang dilakukan oleh Kaur (2013) menunjukkan bahwa stock selection

skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana dan

market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana.Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Anita (2013) menunjukkan bahwa kinerja reksadana saham syariah di Indonesia outperform daripada kinerja pasarnya. Manajer investasi reksadana yang mengelola portofolio saham syariah memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang baik (stock selection ability). Akan tetapi nilai koefisien market timing atau gamma menghasilkan nilai negatif, berarti ketidakmampuan manajer investasi dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana.

(19)

penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2004) menunjukkan sebagian besar reksa dana Amerika pada tahun 1962-1999 memiliki hubungan negatif antara fund

size dan kinerja reksa dana.

Hasil penelitianyang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) menyatakan bahwa fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana. Namun demikian, terdapat argumentasi yang menyatakan bahwa reksa dana dengan usia yang lebih muda menunjukkan kinerja yang lebih aktif. Hal ini didukung oleh Blake dan Timmermann (1998) yang mengungkapkan bahwa reksa dana cenderung untuk melakukan yang terbaik selama tahun pertama kemunculan mereka. Selain itu penelitian yang dilakukan Chen et al. (2004) dan Otten (2002) menunjukkan bahwafund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No

Penelitian Hasil Analisis

1. Alexandri

-Stock selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana.

-Market timing ability berpengaruh

(20)

Lanjutan Tabel 2.1

Penelitian Hasil Analisis

Indonesia manajer investasi

dalam mengelola

-Stock selection skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana.

-Market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana.

-Manajer Investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills. -Market timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan.

5. Karlsson

Fund size, expense ratio, fund longevity, dan management tenure berpengaruh terhadap kinerja reksa dana.

-Risk ratio signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana.

-Fund size

(21)

Lanjutan Tabel 2.1

Penelitian Hasil Analisis

berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana.

-Fund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. positif terhadap kinerja reksa dana.

-Expense ratio dan fund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana.

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Stock Selection Skills terhadap Kinerja Reksa Dana

Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock

market (Hirschey. 2008: 141). Menurut Corrado (2002: 56) security selection is

selection of spesific securities within a particular class. Stock selection skills

(22)

2.3.2 Pengaruh Market Timing Ability terhadap Kinerja Reksa Dana

Market timing is an investment style that atemps to buy into the stock

market before bull market move and sell before a bear market move (Hirschey,

2008: 141). Market timing ability dinilai berkontribusi positif karena Manajer Investasi akan mampu memprediksikan kapan waktu yang tepat untuk menyesuaikan portofolio sahamnya sebagai antisipasi terhadap perubahan harga pasar. Selain itu, Manajer Investasi bertujuan untuk membeli sekuritas sebelum pergerakan pasar bullish dan menjual sekuritas sebelum pergerakan pasar bearish. Jadi kinerja reksadana akan lebih baik ketika market timing atas pembaruan portofolio saham yang dilakukan manajer investasi baik pula.

2.3.3 Pengaruh Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana

(23)

Pemikiran-pemikiran di atas mengindikasikan bahwa ukuran reksa dana berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) serta Otten (2002) yang menunjukkan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.

2.3.4 Pengaruh Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana

Menurut Rao (2000), reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya. Fund

longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis numerik yang

(24)

Untuk memudahkan suatu penelitian, maka perlu dibuat suatu kerangka konsep penelitian seperti pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dantinjauan pustaka serta penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnyadapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

1. Stock selection skillsberpengaruh terhadapkinerja reksa dana saham. 2. Market timing ability berpengaruh terhadapkinerja reksadana saham.

3. Fund sizeberpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.

4. Fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.

5. Stock selection skills, market timing ability, fund size, dan fund longevity

berpengaruh secara simultan terhadap kinerja reksa dana saham.

Stock Selection Skills

Kinerja Reksa Dana

Market Timing Ability

Fund Size

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pancang (n) potongan bambu (kayu) yang pangkalnya runcing, ditancapkan atau dihunjamkan ke tanah (untuk tanda batas,.. Analisis fungsi semantis. Beberapa deskripsi

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website P.D.Jayaremaja dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX untuk merancang tampilan website bahasa pemrograman PHP

5 Multimedia Pembelajaran 6 Perencanaan Pembelajaran 7 Pengembangan Sumber Belajar 8 Ilmu Pendidikan. 9

245 Tahun 2007 tentang Tunjangan Lauk Pauk bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul dinyatakan tidak berlaku lagi.. KEEMPAT  Keputusan Bupati ini mulai berlaku

KESATU : Membentuk Unit Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) Tahun 2010 dan Unit Pelaksana P2SDS Kabupaten Bantul dengan susunan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IVA yang berjumlah 32 orang dan kelas IVB

Finally, even the exoneree who satisfies the eligibility requirement, perseveres in his legal battle, and joins the successful 41% is not guaranteed to recover very much. States