• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompensasi dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Bank Danamon Kacab. Pembantu Unit Medan Deli )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompensasi dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Bank Danamon Kacab. Pembantu Unit Medan Deli )"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 URAIAN TEORISTIS

2.1.1 PENGERTIAN KOMPENSASI

Kompensasi adalah apa yang diterima pegawai sebagai pertukaran

pekerjaannya. Apakah itu upah jam-jaman atau gaji berkala, bagian personalia

biasanya merencanakan dan mengelola kompensasi pegawai. Apabila

kompensasi itu dilaksanakan dengan cermat, maka pegawai kemungkina besar

akan merasa puas dan dimotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dan bagian

personalia kemungkina besar akan mencapai tujuannya dan tenaga kerja yang

efektif. Akan tetapi apabila pegawai menerima kompensawsi yang tidak

memadai, maka pelaksanaan pekerjaan, motivasi, dan kepuasan mungkin akan

berkurang.

Program kompensasi memilihara sumber daya manusia dari suatu

organisasi. Apabila upah dan gaji tidak dikeola dengan baik, maka mungkin

perusahaan akan kehilangan pegawai-pegawai dan biaya yang dikeluarkan untuk

menarik, memilih, melatih dan mengembangkan mereka. Meskipun

pegawai-pegawai tidak berhenti dari perkerjaan, mereka mungkin merasa tidak puas

terhadap perusahaan.

Tantangan yang mempengaruhi kompensasi:

1. Tarif upah yang berlaku

Beberapa jabatan harus dibayar lebih banyak ketimbang yang ditunjukkan

(2)

2. Kekuasaan serikat sekerja

Apabila serikat sekerja mewakili sebagian tenaga kerja maka ada

kemungkina serikat sekerja tersebut dapat menggunakan kekuasaannya

untuk memperoleh tarif ubah diluar perbandingan nilai relatifnya.

3. Produktivitas

Perusahan harus mendapat keuntungan untuk berdiri terus. Tanpa

keuntungan perusahaan tidak dapat menarik penanam modal yang

diperlukan untuk tetap bersaing. Oleh karena itu perusahaan tidak dapat

membayar karywan lebih banyak ketimbang apa yang mereka

sumbangkan kembali kepada perusahaan melalui produktivitas mereka.

Apabila hal ini terjadi (karena kelangkaan atau kekuasaan serikat sekerja),

maka perusahaan biasanya merencanakan kembali jabatan-jabatan

tersebut, melatih karyawan baru untuk meningkatkan penawaran, atau

mengotomatiskan.

4. Kebijakan upah dan gaji

Kebanyak organisasi mempunyai kebijaksanaan yang menyebabkan upah

dan gaji disesuaikan. Suatu kebijaksanaan umum adalah meberikan

kepada karyawan-karyawan yang tidak bergabung dalm serikat sekerja

kenaikan upah dann gaji yang sama dengan yang diperoleh

karyawan-karyawan yang tergabung dalam serikat sekerja.

5. Pembatas pemerintah

Pemerintah dapat menentukan upah minimum, pembayarna uang lembur,

pembayaran yang sepadan, tenaga kerja kanak-kanak, dan sebagainya.

(3)

majikan untuk membayar sekurang-kurangnya tarif pembayarn jam-jaman

minimum tidak pandang nilai jabatan

Menurut Werther and Davis (1982) kompensasi itu adalah “compensation is what

employee receive in exchange of their work. Wheather houly wages or priodic

salaries, the personal departemen usually design and adminters employee

compensation”. Atau dalam bahasa yang lebih mudah dipahami adalah “apa yang

seseorang karyawan/pegawai/pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang

diberikan.

Filosofi kompensasi ini sangat penting dipahami oleh para eksekutif yang

bertanggung jawab dalam pemberian kompensasi di oragnisasi yang dipimpinnya

agar tidak terjadi salah kaprah. Pada hakekatnya tujuan utama pemberian

kompensasi itu agar terciptanya rasa keadilan. Oleh karena itu pemberian

kompensasi tidak asal ada saja, tetapin benar-benar diperhitungkan dengan cermat

agar tidak mengurangi rasa keadilan bagi para karyawan yang bekerja di

organisasi tersebut.

Menurut Wibowo, seseorang bekerja memberikan waktu dan tegananya kepada

organisasi, dan sebagai kontra prestasinya organisasi memberikan imbalan yang

bentuknya sangat bervariasi.

Tujuan pemberian kompensasi menurut wibowo adalah untuk keadilan internal

dan eksternal. Keadilan internal memastikan bahwa jabatan yang lebih

menantang atau orang yang mempunyai kualifikasi yang lebih baik dalam

organisasi yang dibayar lebih tinggi. Semetara itu keadilan eksternal menjamin

(4)

dengan pekerjaan yang sama dipasar tenaga kerja. Menurut Werther dan Davis

tujuan pemberian kompensasi adalah untuk:

1. Memperoleh personil berkualitas

Maksudnya kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk mampu

menarik tenaga kerja yang berkualitas.

2. Mempertahankan karyawan yang ada

Maksudnya pekerja dapat keluar apabila tingkat kompensasi tidak

kompetitif dibanding organisasi (perusahaan) lain berakibat berkurang

karyawan. Oleh karena itu pimpinan organisasi (perusahaan) perlu

mempertimbangkan mana yang lebih menguntungkan antara meningkatan

kompensasi dengan mencari pekerja baru dengan konsekuensi harus

melatih lagi.

3. Memastikan keadilan

Maksdunya manajemen organisasi (perusahaan) berusaha keras menjaga

keadilan internal dan ekternal. Keadilan ekternal memastikan bahwa

pembayaran kompensasi dihubungkan dengan nilai relatif pekerjaan

sehingga pekerjaan yang sama mendapat pembayaran yang sama. Keadilan

eksternal berarti membayar pekerja sebesar apa yang diterima oleh

karyawan perusahaan lain.

4. Menghargai perilaku yang diinginkan

Maksudnya pembayaran kompensasi harus memperkuat perilaku yang

diinginkan dan akan datang. Rencana kompensasi yang efektif menghargai

(5)

5. Mengawasi biaya

Maksudnya sistem kompensasi yang rasional membantu organisasi

memelihara dan mempertahankan karyawan pada biaya yang wajar. Tanpa

manajemen kompensasi yang efektif bisa saja terjadi karyawan dibayar

terlalu tinggi atau terlalu rendah.

6. Mematuhi peraturan

Maksud sistem kompensasi yang baik mempertimbangkan tantangan legal

yang dikeluarkan pemerintah dan memastikan pemenuhan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini undang-undang

ketenagakerjaan.

7. Memfasilitasi saling pengertian

Maksud sitem kompensasi itu mudah harus dipahami baik oleh kalangan

manajemen (yang mengatur) maupun bihak kalangan karyawan sebagai

pihak yang paling berkepentingan.

8. Efisiensi administrasi

Maksud sistem kompensasi itu harus dirancang sebaik dan seefisien

mungkin sehingga mudah dipahami oleh pihak manajemen sendiri maupun

karyawan.

Jenis kompensasi:

1. Menurut sifatnya

a) Kompensasi yang bersifat financial

Kompensasi financial adalah kompensasi yang diterima karyawan

dalam bentuk uang atau bernilai uang. Misalnya gaji atau upah,

(6)

b) Kompensasi yang bersifat non financial

Komepensasi yang bersifat non financial ini secara langsung

mempertahankan karyawan dalam jangka panjang. Misalnya

progaram-program pelayanan bagi karyawan yang berupaya untuk

menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

2. Menurut mekanisme penerimaannya

a) Kompensasi langsung

Yaitu kompensasi yang penerimaannya langsung berkaitan dengan

prestasi kerja karyawan.

b) Kompensasi tidak langsung (pelengkap)

Yaitu kompensasi yang penerimaannya tidak secara langsung

berkaitannya dengan prestasi kerja.

3. Menurut jenisnya

a) Kompensasi upah, keamanan, dan kesehatan

Yaitu kompensasi yang merupakan balas jasa dalam bentuk uang

maupun barang yang diterimakan kepada karyawn sebagai

konsekwensi dari kedudukukannya sebagai seorang karyawan atau

pekerja yang memberikan sumbangan dalam mecapai tujuan

organisasi.

b) Kompensasi insentif

Kompensasi ini merupakan kompensasi langsung yang didasarkan

(7)

c) Kompensasi tunjangan dan pelengkap

Jenis kompensasi lain yang banyak diberikan oleh

perusahaan-perusahaan adalah aneka tunjangan dan peningkatan kesejahteraan,

yang pemberiannya tidak didasarkan pada kinerja karyawan

sebagai bagaian dari oraganisasi (perusahaan), serta eksitensi

karyawan sebagai manusia seutuhnya.

d) Kompensasi gaji

Yaitu balas jasa dalam bentuk uang yang diterima oleh

karyawan/pegawai sebagai konsekuensi dan statusmya sebagai

seorang karyawan/pegawai yang memberikan konstribusi dalam

mencapai tujuan organisasi/perusahaan.

e) Kompensasi pensiun dan tabungan hari tua

Pensiun adalah dana yang dibayarkan secara reguler dengan

interval tertentu kepada seorang karyawan (dan keluaarganya)

setelah berhenti dari perusahaan (organisasi). Tabungan hari tua

adalah jaminan yang dipupuk oleh pegawai sendiri dan bantuan

perusahaan, disamping pensiun yang diterimanya.

1. Sistem Kompensasi

Kompensasi dalam sistem waktu ditetapkan berdasarkan standar waktu

seperti jam, hari, minggu atau bulan dalam bekerja, sehingga dalam pemberian

kompensasi relatif mudah untuk karyawan tetap maupun karyawan honorer.

Adapun sistem hasil (output) ditetapkan atas satuan unit yang dihasilkan pekerja,

seperti perpotong, permeter, atau perkilogram.Sedangkan sistem borongan

(8)

dilakukan oleh karyawan perusahaan/organisasi.

2. Kebijaksanaan kompensasi

Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan,

spesifikasi pekerjaan, jabatan, serta berpedoman pada keadilan dan

undang-undang pegawai/perburuhan. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan akan terbina

kerja sama yangserasi dan memberikan kepuasan kepada semua pihak. Selain itu,

pemberian kompensasi juga hendaknya ditetapkan waktunya yang paling tepat,

sehingga pemberian kompensasi akan memberikan dampak yang positif untuk

karyawan maupun perusahaan/organisasi yang bersangkutan.

3. Waktu pembayaran kompensasi

Kompensasi harus diayarkan tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi

penundaan pemberian kompensasi, karena akan menyebabkan disiplin kerja

karyawan yang menurun akibat kompensasi yang belum diberikan dan juga akan

berdampak kepada kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk keluarga karyawan.

Oleh karena itu, pemberian kompensasi yang tepat pada waktunya akan

berdampak positif bagi karyawan dan perusahaan/ organisasi yang bersangkutan.

Apabila terjadi penundaan kompensasi, perusahaan/ organisasi harus memberikan

penjelasan kepada karyawan mengenai hal tersebut, sehingga karyawan dapat

memahami alasan tersebut.

Insentif adalah imbalan yang dibayarkan kepada karyawan diluar gaji dan

upah karena bekerja melebihi standar yang ditentukan perusahaan/organisasi yaitu

berupa prestasi kerja karyawan. Menurut Mangkunegasa (2000) mengatakan

pengertian insentif adalah “suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan

(9)

bekerja dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam pekerjaan di

perusahaan/ organisasi tersebut.

Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan

prestasi kerja, semakin tinggi prestasi kerjanya, semakin besar pula insentif yang

diberikan.Edy Sutrisno menggolongkan insentif dibagi menjadi dua, yaitu:

“insentif individu yang bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain

gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi kerja, insentif

kelompok bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk kerja sama, atau

ketergantungan dari seseorang terhadap orang lain dan kinerja mereka juga

melebihi standar yang telah ditetapkan”.

Menurut Sondang yang termasuk pada sistem insentif individu ialah

“piecework, bonus produksi, komisi, kurva kematangan dan insentif bagi para

ekslusif. Sedangkan sistem insentif kelompok mencakup antara lain, insentif

produksi, bagi keuntungan dan pengurangan biaya”. Jelaslah bahwa pemberian

insentif kepada para karyawan, baik pada tingkat individual maupun pada tingkat

kelompok, termasuk bagi mereka yang menduduki jabatan pemimpin merupakan

bagian penting dari suatu sistem kompensasi.

Tunjangan adalah penghargaan tidak langsung yang diberikan perusahaan/

organisasi kepada karyawan untuk mendapatkan kesejahteraan dan rasa nyaman

dalam pekejaannya tersebut.“Para pemberi kerja memberikan sebagian besar

tunjangan secara sukarela, namun hukum mewajibkan tunjangan lainnya yaitu

mencakup 10 persen dari kompensasi total, tunjangan tersebut meliputi jaminan

sosial, ganti rugi karyawan, asuransi, serta cuti keluarga dan pengobatan”.

(10)

tetapi merupakan bagian sekunder dari total program kompensasi. Tunjangan

perlu kompetitif, tetapi paket tunjangan yang terbaik sekalipun tidak akan

menjamin bahwa setiap orang akan tertarik bekerja untuk sebuah perusahaan”.

Tunjangan meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk ke

dalam kompensasi finansial langsung, yaitu bukan berupa uang/barang, akan

tetapi kompensasi berupa jaminan sosial untuk karyawan. Meskipun karyawan

tidak mendapatkan uang dari tunjangan tersebut, namun karyawan mendapatkan

manfaat perlindungan asuransi yang diberikan perusahaan/organisasi.

2.1.2 Fungsi Kompensasi

Menurut Martoyo (1994) Fungsi kompensasi adalah: “Penggunaan

Sumber Daya Manusia secara lebih efisien dan lebih efektif, mendorong stabilitas

dan pertumbuhan ekonomi”. Dari pengertian yang dijelaskan di atas maka

kompensasi memiliki fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar kegiatan

organisasi atau perusahaan dengan kinerja yang dihasilkan oleh karyawanya.

Selain itu, kompensasi merupakan alat pengikat perusahaan tehadap karyawannya,

faktor penarik bagi calon karyawan dan faktor pendorong seseorang menjadi

karyawan di dalam sebuah perusahaan/ organisasi.Kompensasi juga memberikan

kesejahteraan kepada karyawan untuk memnuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Dengan kompensasi perusahaan juga dapat memberikan motivasi kepada

karyawan untuk meningkatkan produktivitas dalam pekerjaannya, sehingga

produk atau hasil kerja yang diraih mendapatkan keuntungan untuk perusahaan/

(11)

2.1.3 Tujuan Kompensasi

Tujuan kompensasi Menurut Ivancevich (2001) yang dikutip oleh

Nurlaila Fadjarwati dalam jurnalnya tujuan dari kompensasi adalah “menciptakan

suatu sistem imbalan yang adil kepada majikan dan karyawan sama”. Secara

umum tujuan kompensasi adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan

keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal dan

eksternal.Ada pun tujuan lain dari kompensasi menurut Sedarmayanti adalah

“menghargai kinerja, menjamin keadilan, mempertahankan karyawan,

memperoleh karyawan bermutu, mengendalikan biaya dan memenuhi peraturan”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Singodimedjo (2000) tujuan kompensasi

antara lain “menjamin sumber nafkah karyawan beserta keluarganya,

meningkatkan prestasi kerja, meningkatkan harga diri para karyawan, mempererat

hubungan kerja antarkaryawan, mencegah karyawan meninggalkan perusahaan,

meningkatkan disiplin kerja, dan perusahaan dapat memberikan teknologi baru.

Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa para

ahli jelaslah bahwa peranan serta pentingnya masalah kompensasi untuk

mensejahterakan karyawan dalam sebuah perusahaan/organisasi. Karena itu

semestinya pemberian kompensasi kepada karyawan perlu mendapatkan perhatian

khusus dari organisasi atau perusahaan agar memotivasi para karyawan dan

bertahan untuk bekerja di organisasi atau perusahaan tersebut. Kompensasi juga

tidak saja dapat diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga berbentuk materil

atau benda.Hal ini dikarenakan prestasi yang diberikan kadang-kadang sukar

dinilai dengan uang, tetapi lebih mudah diberikan dalam wujud materil atau

(12)

berupa fasilias bagi karyawan.Kompensasi berupa fasilitas ini biasanya diberikan

sebagai tambahan dari bentuk kompensasi materil.

Kompensasi langsung terdiri dari

1.gaji

merupakan kompensasi sebagai kontra prestasi atas pengorbanan pekerja.gaji

Pada umum nya dinerikan atas kinerja yang telah dilakukan berdasarkan standart

kinerja yang di tetapkan maupun di setujui bersama berdasarkan personal contrac.

Gaji di berikan sebagai kompensasi atas tanggung jawab terhadap pekerjaan

tertentu

Dari pekerjapada tingkatan yg lebih tinggi

2. intensif

Menghubungkan penghargaan dan kinerja dengan memberikan imbalan kinerja

Tidak berdasarkan senioritas atau jam bekerja. Program insentif dirancang untuk

meningkatkan motivasi kerja pekerja.

3. bonus

Bonus ini hanya diberikan kepada mereka-mereka yang mempunyai jabatan

tertentu, seerpti misalnya: karyawan , Pengawas, Kepala Bagian, Manajer,

ataupun Direktur. Besarnya bonus jabatan untuk masing-masing personil tidaklah

sama. Hal ini sangat tergantung dengan beban pekerjaan, prestasi yang dihasilkan

serta beratnya tangggung jawab pekerjaan yang dipikul. Bonus jabatan biasanya

diberikan bersama-sama dengan gaji pokok.

Kompensasi tidak langsung terdiri dari :

(13)

Pasar tenaga kerja sebaiknya tidak diatur oleh kekuatan permintaan dan

penawaran,pada kenyataannya,apabila terdapat kesempatan kerja penuh,upah dan

gaji mungkin lebih tinggi untuk menarik dan menjaga kecukupan pekrtja yang

berkualitas.

2.the economy

Kondisi perekonomian terutama tingkat daya saing mempengaruhi kemampuan

organisasi membayar upah tinggi

3.the government

Pemerintah secara langsung mempengaruhi kompensasi melalui pengendalian

upah,antara lain sevagai contoh apabila pemerintah menetapkan besaran upah

minimum.

2.1.4 Semangat Kerja

Pengertian semangat kerja menurut Nitisemito dalam jurnal Variabel Semangat

Kerja dan Indikator Pengukurannya oleh Didit Darmawan, semangat dan gairah

kerja sulit untuk dipisah-pisahkan meski semangat kerja memiliki pengaruh yang

cukup besar terhadap semangat kerja. Dengan meningkatnya semangat dan gairah

kerja, maka pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan dan semua pengaruh buruk

dari menurunnya semangat kerja seperti absensi dan selanjutnya akan dapat

diperkecil dan selanjutnya menaikkan semangat dan gairah kerja yang berarti

diharapkan juga meningkatkan produktivitas karyawan.

Semangat kerja dapat diartikan sebagai semacam pernyataan ringkas dari

kekuatan-kekuatan psikologis yang beraneka ragam yang menekan sehubungan

dengan pekerjaan mereka. Semangat kerja dapat diartikan juga sebagai suatu iklim

(14)

rasa kegairahan di dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong mereka untuk

bekerja secara lebih baik dan lebih produktif.

Upaya pencapaian tujuan operasional masalah semangat kerja

pegawai tidak dapat diabaikan begitu saja karena pegawai perupakan faktor yang

sangat penting disamping faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu semangat kerja

pegawai perlu dipupuk dan ditingkatkan demi tercapainya tujuan organisasi secara

efektif dan efisien. Leighten dalam Moekijat (1997) menyatakan bahwa semangat

atau motif kerja adalah kemampuan sekelompok orang untuk bekerjasama dengan

giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama, bekerjasama menekankan

dengan tegas hakekat saling berhubungan dari suatu kelompok dengan keinginan

yang nyata untuk bekerjasama. Dengan giat dan konsekuen menunjukkan caranya

untuk sampai pada tujuan melalui disiplin bersama. Tujuan bersama menjelaskan

pada tujuannya adalah satu yang mereka inginkan.

Pendapat di atas mempunyai maksud bahwa semangat kerja merupakan

sifat kejiwaan dan perasaan seseorang untuk bekerjasama dengan giat dan

konsekuen dalam mencapai tujuan bersama untuk tujuan organisasi.

Keberhasilan dalam proses kerja untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan

sangat dipengaruhi oleh suasana diantara orang-orang yang melakukan pekerjaan

itu. Apabila terdapat semangat kerja diantara karyawan, dapat diharapkan tugas

pekerjaan yang diberikan pada mereka akan dilakukan lebih cepat dan baik.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka pengertian semangat kerja menurut

(15)

lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan dapat selesai lebih cepat dan lebih

baik.

Berdasarkan pendapat di atas pengertian semangat kerja lebih ditekankan sebagai

suatu yang positif, sesuatu yang baik sehingga mampu memberikan sumbangan

terhadap pekerjaan dalam arti lebih cepat lebih baik. Sedangkan Anoraga dan

Suyati (1995), memberikan pengertian tentang semangat yaitu sikap kejiwaan dan

perasaan individu-individu maupun kelompok terhadap lingkungan kerjanya yang

sikap kejiwaannya dan peranan individu tercermin dengan adanya minat, gairah

dan bekerja secara lebih giat terhadap pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan sikap

kelompok dicerminkan dengan adanya hubungan-hubungan kerja diantara mereka

dalam setiap kerjasama.

Indikator Semangat Kerja

Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis dan

pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat kerja agak

sukar diukur karena sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari

kondisi fisik, sikap, perasaan, dan sentimen karyawan. Untuk mengetahui adanya

semangat kerja yang rendah dalam perusahaan dapat dilihat dari beberapa

indikasi. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui faktor penyebabnya dan

berusaha untuk mengambil suatu tindakan yang lebih dini. Menurut Nitisemito

(1996), indikasi yang menunjukkan kecenderungan umum rendahnya semangat

kerja adalah rendahnya produktivitas, tingkat absensi yang tinggi, labour turnover

yang tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan di mana-mana, tuntutan

(16)

karyawan dapat diketahui dari tiga indikator, yaitu budaya organisasi, kompensasi

dan motivasi.

Dalam budaya organisasi, akan cermin tentang pola kerja yang terbentuk

karena adanya kebiasaan di organisasi. Kebiasaan itu dapat berupa disiplin, saling

kerjasama secara tim dan lain sebagaimana. Selanjutnya adalah kompensasi

adalah upaya perusahaan dalam meningkatkan semangat kerja karyawan dalam

memaksimalkan tujuan perusahaan. Kompensasi dapat berubah bonus dan gaji

yang memadai dimana kebutuhan sehari-hari karyawan dapat tercukupi.

Sedangkan motivasi ini adalah penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan

terhadap karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi dan mampu untuk

mencapai target tujuan perusahaan secara maksimal.

Setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan semangat kerja

karyawan dengan berbagai cara, hal ini erat kaitannya dengan anggapan bahwa

semangat kerja yang tinggi akan memberikan peranan pada produktivitas yang

tinggi pula, karena itu maka selayaknya perusahaan berusaha selalu meningkatkan

semangat kerja.

Semangat merupakan individu atau golongan dalam menjalankan

kegiatannya dengan melakukan pekerjaan lebih giat sehingga diharapkan dapat

dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik. Karena semangat kerja karyawan tidak

pernah diyakini tetap, karena bisa mengalami pasang surut. Oleh karena itu, tidak

mungkin mengharapkan semangat kerja dan perilaku karyawan akan tetap prima.

Penting juga disadari bahwa semangat kerja karyawan senantiasa berubah

– ubah, ini bisa terjadi karena karyawan merasa terpuaskan atau sebaliknya, ini

(17)

Semangat kerja juga merupakan cermin dari kondisi karyawan dan

lingkungan kerjanya, jika semangat kerja meningkat maka perusahaan akan

memperoleh keuntungan seperti rendahnya tingkat absensi, kecilnya lobour turn

over, pekerjaan lebih cepat diselesaikan dan sebagainya, sehingga diharapkan

semangat kerja dapat meningkat dan kemajuan perusahaan dapat dicapai dengan

apa yang diinginkan oleh perusahaan.

Menurut Dressler, (2001:167) semangat kerja dapat diukur melalui

presensi pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin

kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta

tingkat produktivitas kerja. Untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut

diuraikan penjelasan masing-masing unsur sebagai berikut :

1. Presensi, merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan

kewajibannya. Pada umumnya instansi / lembaga selalu mengharapkan

pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak

tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja, sehingga instansi/ lembaga tidak bisa mancapai tujuan secara

optimal.

Presensi atau kehadiran karyawan dapat diukur melalui :

a. Kehadiran pegawai di tempat kerja

b. Ketepatan pegawai datang/pulang kerja

c. Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau

(18)

2. Disiplin Kerja, merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu peraturan yang

berlaku dalam organisasi yang menggabungkan diri dalam organisasi itu atas

dasar adanya kesadaram dan keinsafan, bukan karena adanya paksaan.

Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur melalui :

a. Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi.

b. Kepatuhan pegawai terhadap intruksi yang datang dari atasan.

c. Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

d. Memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Menggunakan dan memelihara peralatan

3. Kerjasama, Kerjasama merupakan tindakan konkret seseorang dengan orang

lain. Kerjasama juga diartikan sebagai suatu sikap dari individu maupun

kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerja sama agar dapat mencurahkan

kemampuannya secara menyeluruh. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi

tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Untuk itu penting adanya

kerjasama yang baik diantara semua pihak dalam organisasi, baik dengan atasan,

teman sejawat, maupun bawahan.

Untuk mengukur tingkat kerjasama digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat,

maupun bawahannya.

b. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan pekerjaan.

c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari orang

(19)

d. Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

4. Tanggungjawab

Tanggung jawab merupakan keharusan pada seseorang yang melaksanakan

kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. Tanggung jawab juga

merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah

diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena

kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.

Tingkat tanggung jawab seseorang dapat melalui:

a. Dapat dituntut atau dipersoalkan. Kesanggupan dalam melaksanakan perintah

dan kesanggupan dalam bekerja.

b. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.

c. Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaikbaiknya.

d. Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya untuk

kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.

2.1.5 Kinerja karyawan

Menurut Anoraga dan Suyati (1995), bahwa untuk mengetahui pelaksanaan kerja

bawahan yang dilakukan dengan bergairah dapat dilihat dari beberapa hal:

a. Karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dengan disertai perasaan

gembira dan senang hati serta rela berkorban tanpa banyak perintah.

b. Karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan penuh perhatian

tanpa mengeluh dan bermalas-malasan.

c. Karyawan selalu mengisi waktu kosong dengan bekerja.

(20)

“Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti Hasil kerja seorang

pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan,

dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan

dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).”

Menurut Wibowo (2010 : 7) mengemukakan bahwa :

“Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut.”

Gilbert (1977), yang dikutip Soekidjo Notoatmodjo (2009:124) mengemukakan

bahwa :“Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja

adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar

dan kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.

Indikator Kinerja

Anwar Prabu Mangkunegara (2009 : 75) mengemukakan bahwa indikator kinerja,

yaitu

1. Kualitas

Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang

seharusnya dikerjakan.

2. Kuantitas

Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya.

Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu

masing-masing.

(21)

Pelaksanaan Tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan

pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.

.

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Tinggi rendahnya kinerja seorang pegawai tentunya ditentukan oleh faktor-faktor

yang mempengaruhinya baik secara langsung ataupun tidak langsung

Anwar Prabu Mangkunegara (2009:67) menyatakan bahwa:

“Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation). Sedangkan menurut Keith Davis dalam

Anwar prabu Mangkunegara (2009:67) dirumuskan bahwa faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kinerja adalah :

Human Performance = Ability + Motivation

Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + Skill

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi

(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang memiliki

IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya

dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih

(22)

ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the

right place, the right man on the right job).

2 Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.

Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk

mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai

harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fisik, tujuan

dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik,

memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu

memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.

Menurut A. Dale Timple yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara

(2006:15) faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal :

“Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan

tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan ataupimpinan, fasilitas kerja, dan iklim

organisasi.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja

dapat bersumber dari dalam individu pegawai maupun dari luar individu. Tinggal

bagaimana kebijakan organisasi mampu menyelaraskan antara faktor-faktor

(23)

Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan potensi

pegawai secara efektif dan efisien karena adanya kebijakan atau program yang

lebih baik atas sumberdaya manusia yang ada di dalam suatu organisasi. Penilaian

kinerja individu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan organisasi secara

keseluruhan.

Menurut Bernardin dan Russel yang diterjemahkan oleh Khaerul Umam

(2010:190-191), mengemukakan bahwa

“Penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu (karyawan) pada

organisasi tempat mereka bekerja

Menurut Sedarmayanti (2011:261), mengemukakan bahwa:

“Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan

mengevaluasi secara berkala kinerja seserang.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pegawai sangat

perlu dilakukakan, karena dapat dijadikan sebagai evaluasi terhadap setiap

pegawai oleh kepala bidang dan kepala dinas dalam Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan untuk proses tindak lanjut setelah mengetahui apa

kekurangan dan kelebihan dari kinerja bawahannya, maka kepala bidang dan

kepala dinas dapat mengetahui tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi

kekurangan serta mempertahankan kelebihan tersebut, sehingga akan berdampak

pada pengambilan keputusan yang strategis mengenai hasil evaluasi kinerja serta

komunikasi yang telah dilakukan oleh atasan dan bawahan sehingga tujuan

instansi akan cepat tercapai.

(24)

Menurut Syafarudin Alwi yang dikutip oleh Khaerul Umam (2010:191),

mengemukakan bahwa:

\Secara teoritis, tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang bersifat

evaluation dan development.

Suatu yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:

a) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi

b) Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision

c) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi

Sedangkan yang bersifat development Penilai harus menyelesaikan:

a) Prestasi real yang dicapai individu

b) Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja

c) Prestasi-prestasi yang dikembangkan

Menurut Sedarmayanti (2011:262) menjelaskan bahwa tujuan penilaian kinerja

adalah:

1. Meningkatkan kinerja karyawan dengan cara membantu mereka agar

menyadari dan menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan

organisasi.

2. Memberikan informasi kepada karyawan dan pimpinan sebagai dasar untuk

mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan

serangkaian proses untuk mengevaluasi proses atau hasil kerja seorang pegawai

untuk memudahkan pimpinan (Kepala Bidang dan Kepala Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan) dalam menentukan kebijakan bagi pegawai

(25)

2.1.7 Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Khaerul Umam (2010:101), mengemukakan bahwa:

Kontribusi hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi

perencanaan kebijakan organisasi.secara terperinci, penilaian kinerja bagi

organisasi adalah:

a) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

b) Perbaikan kinerja

c) Kebutuhan latihan dan pengembangan

d) pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,

pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja

e) Untuk kepentingan penelitian pegawai

f) Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai..

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka kinerja individual dapat diukur, dimana

pada tingkat individu ini berhubungan dengan pekerjaan, mengacu kepada

tanggungjawab utama. Bidang kegiatan utama atau tugas kunci yang merupakan

bagian dari pekerjaan seseorang. Fokusnya kepada hasil yang diharapkan dapat

dicapai seseorang dan bagaimana kontribusi mereka terhadap pencapaian target

per orang, tim, departemen dan instansi serta penegakan nilai dasar Instansi.

2.1.8 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara dan masih harus diuji kebenarannya melalui

penelitian. Dapat diartikan dengan asumsi/dugaan mengenai suatu halyang dibuat

untuk menjelaskan sesuatu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan Hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

(26)

Ha: : hubungan kompensasi dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan adalah tidak signifikan

2.1.9 Penelitian terdahulu

Penelitian ini disusun oleh Nissa Feriani, NRP : 02.03.336, berjudul

Pengaruh Kompensasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada rumah makan

Resep Moyang di bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk

kompensasi yang diberikan kepada karyawan, tingkat semangat kerja karyawan

dan pengaruh kompensasi terhadap semangat kerja karyawan. Alat penelitian

yang digunakan dengan metode sensus, dan pengumpulan data melalui kuesioner,

observasi dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bentuk

kompensasi yang diberikan kepada karyawan pada rumah makan Resep Moyang

yaitu Kompensasi langsung (Direct Compensation) dalam bentuk gaji. Dan

Kompensasi tidak langsung (Indirect Compensation) seperti tunjangan kesehatan

dan tunjangan keluarga. Sedangkan tanggapan responden mengenai kompensasi

di Rumah makan Resep Moyang dapat dikatakan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sabri Ahmad dalam Mohd Hishamuddin (2007), kebolehan diukur tidak hanya pada keupayaan yang tinggi tetapi pencapaian akademik yang biasa juga mempunyai peluang untuk

KANDUNGAN PEMBELAJARAN STANDARD OBJEKTIF CADANGAN AKTIVITI PENGUASAA TAHAP N (TP

Penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem Informasi pendidikan CCTV berbasis Aplikasi Android dalam Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran PAI di MA NU Mazro’atul Huda

Sebelum menghitung curah hujan wilayah dengan distribusi yang ada dilakukan terlebih dahulu pengukuran dispersi untuk mendapatkan parameter-parameter yang digunakan dalam

[r]

Based on interpretation of gravity maps, total magnetic intensity maps, and subsurface geological model at the top of the Mesozoic, could be concluded that the

Hasil dari pembuatan sistem ini adalah halaman-halaman informasi yang nantinya dijalankan dengan web browser. Adapun sub-menu yang terdapat di dalam sistem pada

DAK dibagi menjadi dua, yaitu DAK Fisik dan Nonfisik. Terdapat tiga jalur pemanfaatan DAK Fisik, yaitu regular, penugasan, dan afirmasi. Berdasarkan Peraturan Presiden