• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguaan Aktifitas; Intoleransi Aktifitas di RSUD dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguaan Aktifitas; Intoleransi Aktifitas di RSUD dr. Pirngadi Medan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep DasarKebutuhan Dasar Aktifitas

Dalam buku yang ditulis oleh Effendy(1998), manusia sebagai makhluk

bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik.Teori kebutuhan dasar manusia memandang

manusia sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir yang mendorong

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.Kebutuhan Dasar Manusia bila dipandang

dari aspek keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keperawatan dan

kesehatan individu,keluarga, kelompok, maupun masyarakat yang menjadi sasaran

dalam perawatan masyarakat. Kebutuhan dasar tersebut dirumuskan menurut Hirarki

Maslow(1967), yang kemudian dikembangkan oleh Richard A. Khalish(1973), dimana

tingkatan kebutuhan dasar manusia yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis

a. Kebutuhan oksigen

b. Kebutuhan cairan dan elektrolit

c. Kebutuhan nutrisi

d. Kebutuhan eliminasi

e. Kebutuhan istirahat

f. Kebutuhan menghindari dari rasa nyeri

g. Kebutuhan regulasi suhu badan

h. Kebutuhan stimulasi

i. Kebutuhan melaksanakan Aktivitas/kegiatan(toleransi aktifitas)

j. Kebutuhan eksplorasi dan manipulasi

k. Kebutuhan seksualitas

Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya

untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan

dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia.Kemampuan tersebut meliputi,

berdiri,berjalan,bekerja dan lain sebagainya.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi

sehat,sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, metabolisme

tubuh dapat optimal. Disamping itu, kemampuan bergerak juga akan mempengaruhi

harga diri dan citra tubuh seseorang. Dalam hal ini,kemampuan beraktivitas tidak lepas

(2)

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak, dimana manusia

memerlukan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup (Tarwoto Wartonah,2006).

I. Fisiologi Pergerakan

Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem musculoskletal dan

persarafan.Sistem skelet berfungsi untuk mendukung dan memberi bentuk jaringan

tubuh, melindung bagian tubuh tertentu seperti(hati, jantung, paru, ginjal dan

otak),tempat melekatnya otot dan tendon serta tempat produksi sel darah.Sedangkan

persarafan berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar, kemudian diteruskan ke

susunan saraf pusat.Saraf pusat memproses implus dan kemudian memberikan respon

melalui saraf efferent, sehingga saraf efferent menerima respon dan diteruskan ke otot

rangka (Tarwoto Wartonah, 2006).

II. Konsep Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh adalah pengunaan organ tubuh secara efesien dan efektif sesuai

dengan fungsinya.Dengan melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam

posisi yang benar dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya

penyait.Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang mengalami tirah

baring lama, karena dapat terjadi penurunan kemampuan tonus otot(Mubarak,2007).

III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan yaitu

sebagai berikut:

a. Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan tubuh

Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskular dan tubuh secara

proporsional, postur, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara

optimal(Mubarak,2007).

b. Kesehatan Fisik

Ganguan pada sistem muskuloskelatal atau persarafan dapat menimbulkan

dampak negatip pada pergerakan dan mekaniak tubuh seseorang, misalnya

penyakit,cacat tubuh, dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

Karenanya, untuk memberikan intervensi yang tepat pada klien, perawat perlu mengkaji

respon klien terkait dengan hambatan mobilitas yang dialaminya.

c. Keadaan Nutrisi

Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status kesehatan.

(3)

pergerakan(Mubarak,2007).Kurang nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan

obesitas dapat menyebabkan pergerakan jadi kurang bebas(Tarwoto&Wartonah,2006).

d. Emosi

Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktifitas

tubuhseseorang.Keresahan dan kecemasan dapat menghilangkan semangat, yang

kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas

(Tarwoto&Wartonah,2006).

Jika konsep aktifitas tersebut terganggua, maka akan muncul masalah kesehatan

yaitu intoleransi aktivitas.

Menurut NANDA, 2012-2014, intoleransi aktifitas adalah ketidakcukupan

energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Menurut Tarwoto&Wartonah(2006), intoleransi aktivitas adalah kondisi dimana

seseorang mengalami penurunan energi fisiologis dan psikologis untuk melakukan

aktivitas sehari-hari.

IV. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada

pasien Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan

darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi

(Smeltzer & Bare,2001).

Gejala klinis gagal jantung kongestif adalah adanya edema yang terjadi dimulai

pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan

akhirnya ke genitalia ekterna dan tubuh bagian bawah(A.Gede,1993).Pitting edema

adalah edema yang tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari.

Sedangkan kelelahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan, disebabkan karena

menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah

katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan(Smeltzer & Bare,2001).

Kasus yang dijelaskan dalam karya tulis ilmiah inimengangkat satu diagnosa

yang menjadi prioritas masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu

aktifitas(intoleransi aktifitas).

Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan pastinya akan diperlukan suatu proses

dalam pembuatan asuhan keperawatan, dimana akan dimulai dengan proses pengkajian,

analaisa data, perencanaan pelaksanaan dan implementasi keperawatan.Dan berikut ini

(4)

a. Pengkajian

1. Riwayat Penyakit Saat ini

Konsep pengkajian PGRST yang dikutip dari buku, Muttaqin, 2009 yaitu

sebagai berikut:

Provoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan

sampai berat.

Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang

dirasakan atau digambarkan klien.

Region : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau mempengaruhi keseluruhan

sistem otot rangka, apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.

Severity of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Biasanya kemampuan aktivitas klien menurun sesuai drajat perfusi jaringan

yang dialami.

Time : sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul

perlahan.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian RPD yang mendukung, dikaji dengan menanyakan apakah

sebelumnya klien pernah menderita hipertensi, iskemia miokardium, diabetes

mellitus dan hiperlipidemia (Muttaqin, 2009).

3. Tingkat aktivitas sehari-hari

Yang harus dikaji yaitu pola aktivitas sehari-hari,latihan fisik(jenis, frekuensi dan

lamanya aktifitas fisik),(Tarwoto&Wartonah,2007).

4. Tingkat kelelahan

Yang harus dikaji, yaitu aktivitas yang membuat lelah, riwayat sesak napas serta

kelelahan/keletihan sepanjang hari(Tarwoto&Wartonah,2007).

5. Gangguan pergerakan

Yang dikaji adalah penyebab gangguan pergerakan, tanda dan gejala serta efek dari

gangguan pergerakan tersebut (Tarwoto&Wartonah,2007).

6. Pemeriksaan fisik

Yang dikaji adalah tingkat kesadaran, postur/bentuk tubuh(skoliosis, kifosis,

lordosis dan cara berjalan) ektremitas (kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot,

atropi, tremor, dan kekuatan otot), kemampuan jalan, kemampuan duduk,

(5)

7. Kelelahan

Kelelahan dapat terlihat jelas, yang disebabkan oleh curah jantung yang rendah

akibat gejala sekunder penyakit jantung, sehingga menyebabkan suplai oksigen ke

jaringan tidak adekuat.Klien mungkin mengalami kaheksia, yaitu terdapat penurunan

berat badan yang parah dan adanyaatropi otot.Kelainan ini sering disebabkan oleh

penyakit keganasan dan gagal jantung yang parah dapat menimbulkan efek ini dan

mungkin pula adanya peningkatan kecepatan metabolisme akibat kebutuhan oksigen

yang meningkatoleh jantung yang hipertropik(Muttaqin,2009).

8. Kaji sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi, Impark Miokard akut/kronik, endokarditis, anemia,

serta syok septik, tandanya adanya bengkak pada kaki, telapak kaki atau

abdomen(gagal jantung kanan), adanya pitting edema(Doengoes,2000).

9. Integritas Ego

Adanya gejala cemas, khawatir, takut, stres yang berhubungan dengan

penyakit.Tanda-tanda yang ditunjukkan berupa marah,ketakutan dan mudah

tersinggung(Doengoes,2000).

10. Neurosensori

Adanya gejala berupa kelemahan, pingsan,pening, perubahan prilaku serta mudah

tersinggung(Doengoes,2000), bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah

meningkat, maka darah yang beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transport

oksigen akan berkurang, sehingga otak tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan

oksigen dan pasien akan mengalami konfusi (Smeltzer & Bare, 2001).

11. Nyeri/kenyamanan

Adanya gejala berupa nyeri dada, angina akut/kronis, serta sakit pada otot.Dengan

tanda-tanda, tidak tenang, gelisah, menarik diri serta prilaku melindungi diri

(Doengoes,2000).

12. Keamanan

Adanya gejala berupa perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus

(6)

b. Analisa Data

Analisa data dapat menunjukkan diagnosa perawatan aktual dari hasil data

pengkajian yang diperoleh, yaitu mengenai intoleransi aktivitas. Dengan pohon

masalah yaitu sebagai berikut:

Kelainan fungsi jantung/otot jantung

Hipertensi peradangan faktor sistemik

Meningkatkan kerja jantung yang akhirnyamengakibatkan hipertropiserabut otot

jantung dan dianggap sebagai mekanisme kompensasi dari jantung, tapi untuk alasan

yang tidak jelas, hipertropi jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal dan terjadi

gagal jantung.

(ventrikel kanan gagal memompa darah)

Kontraktilitas jantung↓

Kongesti visera dan jaringan perifer kerena sisi kanan jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat, sehingga tidak dapat mengakomodasikan

semua darah secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Sirkulasi sistemik melambat, aliran darah ke vena akhirnya melemah, dan

tekanan hidrostatik meninggi menyebabkan cairan terakumulasi di jaringan perifer.

Penurunan curah jantungtergantung pada volume sekuncup, yaitu jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor(preload yaitu

jumlah darah yang mengisi jantung, kontraktilitas yaitu perubahan kekuatan kontraksi

(7)

(pusing,konfusi,kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan

panas,anoreksia,mual,nokturia dan pitting edema)

INTOLERANSI AKTIVITAS

(Smeltzer & Bare, 2001).

Kemungkinan data yang ditemukan pada diagnosa intoleransi aktivitas ini adalah

secara verbal mengatakan adanya kelelahan, kesulitan dalam pergerakan, abnormal

nadi dan tekanan darah terhadap respon aktivitas(Tarwoto&Wartonah,2006).

Dan kondisi klinis yang terjadi terkait diagnosa intoleransi aktivitas, terjadi pada

pasien anemia, gagal ginjal kronis, gangguan jantung, kardiak aritmia, gangguan

metabolisme dan gangguan musculoskeletal(Tarwoto&Wartonah,2006).

c. Penetapan Diagnosa atau Rumusan Masalah

Menurut NANDA(2003), yang dituliskan dalam bukuMubarak, 2007, diagnosa

keperawatan yang terkait dengan masalah aktivitas dan olahraga antara lain:

1. Intoleransi aktivitas

2. Resiko intoleransi aktivitas

3. Hambatan mobilitas fisik

4. Resiko disuse syndrome

Menurut Mubarak,2007 sebagai bagian dari asuhan keperawatan, perawat

bertanggung jawab mengidentifikasi klien yang membutuhkan bantuan dengan

postur tubuh dan menentukan besarnya bantuan yang mereka butuhkan. Secara

umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan masalah aktivitas bervariasi,

tergantung pada diagnosa dan karakteristik masing-masing individu. Salah satu

diagnosa pada masalah keperawatan aktifitas adalah intoleransi aktifitas, yang dapat

berhubungan dengan:

1. Gangguan sistem traspor oksigen, sekunder gagal jantung

kongestif,atelektasis,anemia,hipovolemia,gangguan endokrin atau metabolik.

2. Ketidakadekuatan sumber energi, sekunder akibat obesitas, malnutrisi dan diet

yang tidak adekuat.

3. Peningkatan kebutuhan metabolik, sekunder stres ekstrim, nyeri,suhu yang

ekstrim, polusi udara dan sebaginya.

(8)

5. Kelelahan atau dispnu akibat penurunan curah jantung(Smeltzer & Bare, 2001)

Kriteria hasil: individu akan meningkatkan aktivitasnya hingga tahap(tetapan

aktivitas yang diharapkan).

Indikator:

1. Mengidentifikasi faktor yang memperburuk intoleransi aktifitas.

2. Mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi aktifitas.

3. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, 3 menit setelah beraktifitas.

d. Perencanaan Keperawatan

Hampir semua klien membutuhkan bantuan dan bimbingan perawat untuk

mempelajari, memperoleh, serta mempertahankan mekanika tubuh yang tepat. Dalam

hal ini perawat dapat mengajarkan anggota keluarga atau pasien berbagai teknik untuk

bergerak, mengangkat tubuh atau berpindah tempat disekitar rumah sakit

(Mubarak,2007).

Intervensi yang disarankan dalam buku yang dibuat oleh(Mubarak,2007) terkait

dengan intoleransi aktifitas yaitu:

1. Pantau respon klien terhadap aktifitas

a. Ukur nadi, tekanan darah, dan pernafasan saat istirahat.

b. Minta klien untuk melakukan aktifitas.

c. Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas(latihan dapat meningkatkan denyut

nadi sekitar 50 denyutan).

d. Minta klien untuk beristirahat sebanyak 3 menit, ukur tanda-tanda vital kembali.

e. Hentikan aktifitas jika terdapat keluhan nyeri dada, vertigo atau konfusi.

f. Turunkan intensitas atau durasi aktifitas jika frekuensi pernapasan meningkat

secara berlebihan setelah aktivitas.

2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

a. Tingkatkan aktivitas toleransi klien dengan memintanya melakukan aktifitas lebih

lambat, atau dalam priode waktu yang lebih singkat dengan diselingi istirahat yang

lebih banyak atau dengan lebih banyak bantuan.

b. Mulai lakukan latihan rentang gerak sendi sekurang-kurangnya 2x/hari.

c. Dorong klien untuk melakukan latihan isometrik.

d. Dorong klien untuk mengubah posisi dan mengangkat tubuhnya secara aktif jika

tidak ada kontraindikasi.

(9)

3. Kaji keadekuatan pola tidur klien.

a. Rencanakan priode istirahat berdasarkan jadwal harian klien.

b. Anjurkan klien untuk istirahat selama satu jam pertama setelah melakukan aktifitas.

Istirahat dapat melakukan berbagai cara: tidur sebentar, duduk dan menonton tv, atau

duduk dengan kaki ditinggikan.

4. Munculkan sikap “ bisa melakukan” dari dalam diri.

a. Identifikasi faktor yang menghambat percaya diri klien(misalnya takut

jatuh,persepsi tentang kelemahan,gangguan penglihatan).

b. Rencanakan tujuan aktivitas, seperti duduk dikursi sambil makan,berjalan menuju

jendela untuk melihat pemandangan, atau berjalan kedapur untuk mengambil

minuman.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi kemajuan yang didapat. Jangan anggap remeh

nilai pujian dan dukungan sebagai suatu teknik motivasi yang efektif. Dalam kasus

tertentu, akan sangat membantu jika kita membuat catatan tentang aktivitas yang telah

kita lakukan untuk memperlihatkan kemajuan klien.

5. Dorong keluarga untuk menyampaikan masalahnya.

6. Beri penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.

Setelah gagal jantung terkontrol, pasien dibimbing secara bertahap kembali kegaya

hidup dan aktivitas sebelum sakit sedini mungkin.Aktivitas kegiatan hidup sehari-hari

yang harus direncanakan untuk meminimalkan priode apnue dan kelelahan.Setiap

aktivitas yang menimbulkan kelelahan harus dihindari atau dilakukan adaptasi.Pasien

harus dibantu untuk mengidentifikasi stres emosional dan menggali cara-cara

menyelesaikannya(Smeltzer & Bare, 2001).

Dalam buku yang ditulis oleh Tarwoto&Wartonah,2006, untuk diagnosa intoleransi

aktivitas disarankan beberapa intervensi diantaranya:

1. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas

Rasionalnya:merencanakan intervensi dengan tepat

2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.

Rasionalnya: pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri.

3. Catat tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

Rasionalnya: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas.

4. Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan aktifitas.

Rasionalnya: meningkatkan kerjasama tim dan perawatan holistik.

(10)

Rasionalnya: membantu mengembalikan energi.

6. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.

Rasionalnya: metabolisme membutuhkan energi.

7. Berikan pendidikan kesehatan tentang:

Perubahan gaya hidup untuk menyimpan energi dan penggunaan alat bantu

pergerakan.

Rasionalnya: meningkatkan pengetahuan dalam parawatan diri.

e. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya intervensi menurut buku yang

ditulis oleh (Smeltzer & Bare, 2001) adalah:

a. Mengalami penurunan kelelahan.

1. Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik amupun emosional.

2. Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurani kelelahan dan dispnu.

b. Mengalami penurunan kecemasan.

1. Menghindari situasi yang menimbulkan stress.

2. Tidur pulas dismalam hari.

3. Melaporkan penurunan stres dan kecemasan.

c. Mencapai perfusi jaringan yang normal.

1. Mampu beristirahat dengan cukup.

2. Melakukan aktivitas yang memperbaiki aliran balik vena(latihan harian sedang,

rentang gerak ektremitas aktif atau pasif).

3. Kulit hangat dan kering dengan warna normal.

(11)

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana Ekonomi

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Jl. Mushollah, No. 16, Medan Sunggal

Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2014

No. Register : 00.41.36.95

Ruangan / kamar : Dahlia II/ SVIP

Golongan Darah : A

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014

Tanggal operasi : Tidak ada rencana operasi

Diagnosa Medis : CHF + DM tipe 2

II. KELUHAN UTAMA

Klien tiba dirumah sakit pada tanggal 31 mei 2014, dengan keluhan

badan terasa lemas, telapak kaki terasa sakit saat diinjakkan dan tidak dapat

digerakkan, dan kedua kaki klien terlihat udem. Dan pada tanggal 02 Juni 2014

dilakukan pengkajian ulang, dengan keadaan diperoleh data klien mengeluh

kakinya terasa kaku dan masih sulit digerakan, udem(+),pucat, klien juga

mengeluh sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas apapun sejak ia dirawat

dirumah sakit, tubuhnya terasa lemah dan mudah lelah saat melakukan aktivitas,

(12)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A.Provocative/ palliative

1. Apa penyebabnya

Klien datang kerumah sakit dengan keadaan badan terasa lemah dan

mudah lelah jika banyak bergerak, kemungkinan disebabkan oleh adanya

penurunan curah jantung,kaki terlihat udem, kemungkinan disebabkan oleh tekanan

hidrostatik yang meninggi menyebabkan cairan terakumulasi di jaringan periferdan

tidak dapat digerakan diakibatkan oleh kehilangan kekuatan/tonus otot, serta

tekanan darah tinggi, 180/90 mmHg adalah salah satu penyebab terjadinya gagal

jantung kongestif.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien hanya bedrest/immobilisasi dan terlihat selalu melindungi bagian

kakinya yang terasa sakit jika hanya tersentuh saja, dan selalu menangis jika

menceritakan kondisi tubuhnya.

B.Quantity/ quality

1. Bagaimana dirasakan

Saat ingin melakukan aktifitas, saat kaki mulai ingin diinjakkan terasa

seperti menebal dan otot-otot dibagian kaki terasa melemah dan rasanya tidak bisa

menopang berat tubuh hingga tubuh terasa lelah.

2. Bagaimana dilihat

Saat dilakukan pengkajian, klien tidak bersedia untuk berdiri, dan

perawat hanya melakukan pemeriksaan dengan menggoreskan secara perlahan

telapak kaki dengan mengunakan ujung pena, klien terlihat merintih.

C.Region

1. Dimana Lokasinya

Udem berada di kedua kaki klien yaitu kaki kanan dan kiri dan itulah

yang membuatnya malas untuk melakukan aktivitas.

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan sakit yang dirasakannya, jika kakinya diinjakkan

sampai menyebar ke lutut, dan lutut terasa lemah.

D.Severity

Klien mengatakan dengan keadaannya yang seperti ini(lemah, mudah

(13)

terlihat membengkaksangatlah mengganggua aktifitasnya, karena itu klien memilih

untuk bedrest daripada harus terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

E.Time

Klien merasakan sakit pada ototnya itu jika, klien terlalu banyak bergerak

terutama saat klien akan berdiri.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A.Penyakit yang pernah dialami

Klien memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus sejak 6 tahun yang lalu.

B.Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Klien rutin melakukan pemeriksaan Kadar Gula Darah ke poli Endokrinologi

secara terkontrol.

C.Pernah dirawat/dioperasi

Satu minggu sebelum tanggal 31 juni 2014, klien sudah pernah dirawat di RS

tempat klien berada sekarang dengan diagnosa utama Diabetes Melitus tipe 2.

D.Lama dirawat

Klien dirawat selama satu minggu di Rumah Sakit. Dan dua hari setelah pulang

dari Rumah Sakit tiba-tiba kaki klien tidak bisa digerakkan dan terasa sangat sakit

pada telapak kaki jika dinjakkan dan klien memutuskan untuk bedrest, kedua kaki

klien juga tampak bengkak, sehingga klien kembali ke Rumah Sakit untuk dirawat

inap.

E.Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi, baik alergi makanan ataupun obat-obatan.

F. Imunisasi

Klien tidak bisa mengingat apakah status imunisasi dahulu lengkap, dan klien

mengatakan zaman dahulu imunisasi sulit untuk diperoleh.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A.Orang tua

Klien mengatakan kedua orangtuanya sudah meninggal pada usia, ayah 60 tahun

dan ibu 63 tahun. Diketahui penyebab orang tua klien meninggal bukan karena suatu

(14)

B.Saudara kandung

Klien memiliki empat saudara kandung.Dan saudara paling bungsu meninggal

dunia sejak baru dilahirkan, sedangkan saudara laki-laki yang sulung saat ini

mengalami penyakit Diabetes Melitus.

C.Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan selama ini yang ia ketahui tidak ada penyakit keturunan dari

kedua orang tua.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien selalu terlihat sedih dan menangis jika mengingat kondisi kesehatannya

sekarang dan pasien merasa bahwa penyakitnya tidak akan pernah sembuh.

B.Konsep Diri

Gambaran diri:klien mengatakan kalau dulu klien adalah

orangyang sangat pekerja keras dan memiliki jabatan dan peran yang paling

penting ditempat ia bekerja, tak pernah merasakan sakit sedikit pun.

Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sehat, dengan kondisi badan yang kuat

dan dapat berjalan karena klien merasa rindu untuk berada dirumah.

Harga diri:klien mengatakan kalau dirinya sudah tidak berguna lagi karena

kondisi kesehatannya yang semakin lama semakin lemah dan klien juga merasa

sangat berdosa karena tidak bisa beribadah lagi dengan total.

Peran diri :setelah kondisi kesehatannyasemakin melemah dan bertambah

banyak penyakitnya, klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas seperti

dahulu bahkan untuk beribadah pun klien susah untuk mengingat bacaan shalat, dan

klien juga mengatakan sedih sekali meninggalkan istrinya dirumah, karena klien

sering masuk Rumah Sakit.

Identitas :klien adalah seorang pensiunan dari PNS , yang selama ini bekerja di

sebuah kantor koperasi didaerah sekitar pulau Kalimantan. Klien memiliki jabatan

dan peran yang cukup penting ditempat ia bekerja, tetapi sejak kondisi

kesehatannya menurun klien mulai dipindahkan ke salah satu kantor koperasi di

kota Medan.

(15)

B.Hubungan sosial:

Orang yang berarti: Bagi klien, orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah

istrinya yang kini sudah tua dan di tinggal dirumah karena sudah tidak mampu lagi

jika harus mengurusnya dirumah sakit. Klien tidak memiliki anak selama ini.

Hubungan dengan keluarga:Klien mengatakan hubungannya dengan semua

keluarga selama ini baik-baik saja dan harmonis.

Hubungan dengan orang lain :Klien mengatakan selalu berusaha menjaga hubungan

baik dengan tetangga maupun dengan orang lain diluar lingkungan rumah sekalipun.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :Klien tidak memiliki hambatan

saat berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain.

C. Spiritual:

Nilai dan keyakinan

Klien memiliki nilai spiritual yang tinggi, klien meyakini sekali kalau penyakitnya

ini berasal dari Tuhan dan atas dasar karena kasih sayang dari Tuhan pulalah

penyakitnya akan sembuh.

Kegiatan ibadah

Klien memiliki jadwal ibadah yang sama sekali tidak boleh ia tinggalkan walau

dalam kondisi apapun, yaitu shalat 5 waktu, walaupun terkadang klien mengatakan

kalau ia sering lupa bacaan shalat.

VII. STATUS MENTAL

Tingkat kesadaran

Saat dilakukan pengkajian klien dalam keadaan composmentis.Klien

menyebutkan namanya, istrinya dan saudara kandungnya yang saat ini sedang

menjaganya di Rumah Sakit.

Penampilan

Klien berpenampilan rapi dan bersih, dan tidak tampak adanya personal hygine

yang buruk.

Pembicaraan

Saat dilakukan wawancara, klien menjawab pertanyaan dengan baik tetapi

dengan karakter berbicara yang lambat dan suara yang cukup pelan serta raut wajah

yang tampak sedih dan tidak mau tersenyum.

(16)

Saat dilakukan wawancara, klien tampak kooperatif dengan bersedia menjawab

pertanyaan yang diajukan perawat.Kontak mata baik dan klien memiliki tingkat

perasaan yang sensitif dan mudah tersinggung.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Kedaaan Umum

Klien tampak composmentis, lemah, terlihat kelelahan saat diajak berbicara,

merasa takut jika kakinya disentuh karena akan terasa sakit, udem (+)pada

ektremitas bawah.

B. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : 360C

Tekanan darah : 110/ 90 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 22x/menit

TB : 170 cm

BB : 80 kg

C. PemeriksaanHead to toe Kepala dan rambut

Bentuk : bulat dan simetris.

Ubun-ubun :fontanel anterior(-).

Kulit kepala : kulit kepala bersih.

Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut: setengah dari rambut klien warnanya sudah

berubah menjadi uban dan penyebaran rambut merata diseluruh kepala.

Bau: tidak tercium bau yang tidak sedap pada kulit kepala/rambut klien.

Wajah

Warna kulit : warna kulit klien kuning langsat.

Struktur wajah : simetris, wajah berbentuk persegi,

Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan: klien memiliki sepasang mata(kanan-kiri) yang

(17)

Palpebra: kelopak mata berfungsi dengan baik(reflek berkedip baik),posisi

kelopak mata simetris, warna anemis,serta pertumbuhan bulu mata merata pada

bagian kanan dan kiri.

Konjungtiva dan sclera: infeksi(-), pus (-) dan warna anemis (-)

Pupil: isokor(+)simetris antara kiri dan kanan, reflek pupil bagus(mengedip saat

diberi cahaya)

Kornea dan iris: tanda-tanda radang(-), fotofobia(-) bila melihat cahaya terang

Tekanan bola mata: bola mata dapat melihat ke segala arah.

Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi

Terdapat tulang hidung dengan posisi septum nasi tepat ditengah(medialis)

Lubang hidung

Posisis lubang hidung simetris,tidak ditemukan adanya pembengkakan, pernafasan

cuping hidung(-), tidak terdapat pengeluaran sekret atau darah serta tidak diemukan

adanya massa.

Cuping hidung

Pernapasan cuping hidung(-).

Mulut dan Faring

Keadaan bibir

Tidak terdapat adanya lesi, bekas trauma atau massa. Mukosa bibir tampak kering.

Keadaan gusi dan gigi

Tidak ditemukan adanya pendarahan, keadaan gigi masih bagus(bersih,karang

gigi(-), warna tampak putih)

Keadaan lidah

Warna permukaan lidah merah keputih-putihan,penumpukan slem/secret(-)

Orofaring

Normal, tidak ada ditemukan tanda-tanda peradangan serta uvula sejajar di

medialis.

Leher

Posisi trakea

(18)

Thyroid

Dinyatakan besar dan bentuknya normal,difusa dan nodular

(-),konsistensi(kenyal,dan keras).

Suara

Saat berbicara klien mengelurkan kata-kata yang jelas, tetapi dengan nada suara

yang kecil dan lambat.

Vena jugularis

Vena jugularis eksterna teraba lemah, bendungan vena-vena jugularis(+), teraba

jika klien batuk.

Denyut nadi karotis

Dapat teraba vulsasi arteri karotis ekterna pada leher.

Pemeriksaan integumen

Kebersihan

Kulit tampak bersih,pruritus(-), ruam(-)

Kehangatan

Kulit teraba dingin dan tidak berkeringat.

Warna

Warna kulit pucat kerena vaskularisasi yang abnormal akibat menurunnya pasokan

darah (albumin)dan kurangnya pasokan O2 kedalam darah.

Turgor

Saat dilakukan tes (cubitan) teraba turgor kulit kembali selama 3 menit.

Kelembaban

Kulit terasa sedikit kering, karena kurangnya keinginan untuk minum dan proses

penyakit serta adanya indikasi medis untuk pembatasan cairan.

Kelainan pada kulit

Vertiligo(-), hiperfigmentasi(-), hipopigmentasi(-)

Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi thoraxs(normal, burrel chest (-), funnel chest (-), pigeon chest(-), flail

chest(-), kifosis koliasis(-)

Bentuk dada normal (Ratio A-P lateral)

Pernafasan(frekuensi, irama)

(19)

Tanda kesulitan bernafas

Ortopnea(-),chyne stone(-), kussmaul(-).

Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara

Fremitus taktil normal, tidak terjadi peningkatan(adanya penimbunan cairan pada

rongga dada), tidak terjadi penurunan (atelektasis).

Perkusi

Perkusi dada anterior terdengar suara resonan.

Auskultasi(suara nafas, suara ucapan, suara tambahan)

Tidak terdengar adanya suara tambahan(ronchi, wheezing,friction rub). Suara nafas

terdengar bronkovesikuler: intensitas sedang, ratio I/E= 1/1.

Pemeriksaan jantung

Inspeksi

Wajah anemis, konjungtiva anemis, bibir sianosis(-), pembengkakan di

wajah(+),pulsasi arteri karotis eksterna (+)

Palpasi

Tekanan darah: 110/90 mmHg, HR: 72x/menit, pulsasi arteri radialis dan dorsalis

pedis(+) tetapi lemah.

Auskultasi

Terdengar suara jantung S1 (lub),S2 (dub) serta S3(gallop)

S1 dan S2 terdengar melemah.

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi (bentuk, benjolan)

Simetris antara kanan dan kiri, tidak terlihat adanya trauma dan pembengkakan.

Auskultasi

Tidak terdengar adanya suara borborigmus/ indikasi klien mengalami diare.

Palpasi(tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar)

Melakukan pemeriksaan dengan teknik ballottement maka diperoleh tidak terdapat

(20)

Perkusi

Saat diperkusi pada bagian punggung belakang paling bawah, maka diperoleh

hasil klien merasakan sakit yang menandakan bahwa terjadi gangguan dibagian

ginjal.

Pemeriksaan musculoskeletal/ektremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)

Ektremitas atas: simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat adanya bekas

trauma, kekuatan otot: 3 (dapat bergerak serta dapat melawan tahanan dengan

kekuatan minimal),edema(-)

Ekstremitas bawah:simetris antara kanan dan kiri,adanya bekas trauma akibat

sering jatuh, kekuatan otot: 3 (dapat bergerak serta dapat melawan tahanan dengan

kekuatan minimal),edema(+).

Pemeriksaan neurologi(nervus kranial) NervusOlfaktorius

Fungsi normal,klien dapat mengidentifikasi bau kopi.

Nervus Optikus

Fungsi normal, klien dapat melihat dengan jarak 4m

Nervus Okulomotorius,Trochlearis,Abdusen

Fungsi normal,klien dapat menggerakkan bola mata dengan teori Point of Gaze.

Nervus Trigeminus

Normal,klien dapat merasakan adanya sentuhan kapas, tajam-tumpul, dan panas serta

mengatakan anggota tubuh yang disentuh.

Nervus Facialis

Fungsi normal, klien dapat mengidentifikasi rasa pedas,manis serta

menggembungkan pipi dan menutup mata dengan rapat.

Nervus vestibulocochlearis

Fungsi normal, klien dapat mendengar dengan baik, tetapi klien belum mampu untuk

berdiri secara seimbang.

Nervus Glossopharingeus, Nervus Vagus

Fungsi normal,klien dapat membuka mulut dan pada saat makan dan minum tidak

(21)

Nervus Asesorius

klien dapat mengangkat bahu secara bersamaan dan melakukan pertahanan minimal

saat diberikan perlawanan kekuatan otot(3).

Nervus Hipoglosus

Fungsi normal, klien mampu menjulurkan lidah dan mampu mendorong salah satu

bagian pipi dengan lidah.

Fungsi motorik

Cara berjalan

Klien berjalan dengan lambat serta dibantu/dipapah oleh orang lain.

Romberg test

Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan karena klien tidak bersedia/ tidak mampu

Tes jari-hidung

Koordinasi baik

Pronasi- supinasi test

Hanya dilakukan pada ekstremitas bawah dan hasilnya klien mampu melakukan test.

Fungsi sensori (pemeriksaan adanya sentuhan tajam-tumpul serta sentuhan)

Klien dapat mengidentifikasi dengan baik adanya sentuhan tanjam-tumpul serta

sentuhan kapas dan mampu mengidentifikasi dimana sentuhan tersebut dilakukan.

Refleks (biseps, triseps, brachioradialis, patelar, tendon achiles, plantar)

Pada saat pemeriksaan reflex ektremitas bagian bawah sedang terjadi nyeri sehingga

klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari: 3(tiga) kali

- Nafsu/ selera makan:klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi nasi yang diberikan.

- Nyeri ulu hati: klien mengatakan tidak merasakan adanya nyeri ulu hati.

- Alergi: klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi akan makanan

- Mual dan muntah: klien mengatakan tidak pernah muntah tetapi jika ia makan nasi

dicampur dengan lauk pauk maka akan timbul perasaan ingin muntah dan

abdomennya terasa mual.

- Waktu pemberian makan : pagi 08.00, siang 13.00,malam 18.00

(22)

- Waktu pemberian cairan/minum: ketika klien merasa haus dan saat datang jadwal

makan atau minum obat.

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan atau mengunyah):Klien mengatakan

tidak memiliki masalah kesulitan menelan atau mengunyah.

II. Perawatan Diri

- Kebersihan tubuh: klien mengatakan akan mandi satu kali dalam sehari walau

dalam kondisi sakit.

- Kebersihan gigi dan mulut: klien selalu menyikat giginya setiap kali ia mandi jika

ia mampu.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku kaki dan tangan klien terlihat pendek dan

bersih.

III. Pola kegiatan/aktivitas

- Untuk kegiatan makan,mandi,mengganti pakaian serta eliminasi terkadang klien

melakukannya dengan sendiri jika klien merasa ia mampu, tetapi jika tidak klien

akan meminta bantuan kepada orang lain.

- Untuk aktivitas ibadah, klien ini sangat rajin beribadah. Walaupun sakit klien

merasa wajib untuk tetap beribadah walau harus melakukannya diatas tempat tidur.

Klien hanya banyak tidur beraktivitas ditempat tidur karena takut kelelahan dan

jatuh.

IV. Pola Eliminasi 1. BAB

- Pola BAB: sejak dua hari yang lalu pola BAB klien lebih dari 3x sehari.

- Karakter feses: cair dan agak kehitaman.

- Riwayat perdarahan: klien tidak memiliki riwayat perdarahan saat BAB.

- BAB terakhir: konsistensinya masih cair.

- Diare : klien terkena diare sejak dua hari yang lalu.

2. BAK

- Pola BAK: 2-4 kali perhari

- Karakter urine: kuning dengan jumlah urin sedikit

- Nyeri /rasa terbakar/kesulitan BAK: klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk

(23)

ANALISA DATA

No Symptom Etiologi Problem

1 DS:

Klien

mengatakan

mudah lelah serta

badan terasa

lemah dan sesak

yang masih dapat

ditoleransi setelah melakukan aktivitas,kaki sulit digerakkan DO: PX bedrest Klien tampak lelah, pucat,

HR: 70 x/i

RR: 25 x/i

TD: 110/90

mmHg

HR: 70 x/i

Temp: 370C

Piting edema +3

(menghilang

dalam waktu 1

menit)

KGD:

243mm/dl(rando

m)

Albumin 2,9 g/dl

Globulin 1,7 g/dl

Kelainan fungsi jantung/otot

jantung

Hipertensi peradangan faktor

sistemik

Meningkatkan kerja

jantung yang akhirnya

mengakibatkan hipertropi

serabut otot jantung dan

dianggap sebagai mekanisme

kompensasi dari jantung, tapi

untuk alasan yang tidak jelas,

hipertropi jantung tadi tidak

dapat berfungsi secara normal

dan terjadi gagal jantung ↓

(ventrikel kanan gagal

memompa darah) ↓

Kontraktilitas jantung↓ ↓

Kongesti visera dan jaringan

perifer kerena sisi kanan jantung

tidak mampu mengosongkan

volume darah dengan adekuat

sehingga tidak dapat

mengakomodasikan semua darah

secara normal kembali dari

sirkulasi vena ↓

Sirkulasi sistemik melambat

Intoleransi

(24)

aliran darah ke vena akhirnya

melemah, dan tekanan

hidrostatik meninggi

menyebabkan cairan

terakumulasi di jaringan perifer

Penurunan curah jantug

(anoreksia,mual, kelelahan dan

keletihan, edema pada tungkai,

pucat dan berkeringat) ↓

INTOLERANSI AKTIVITAS

2 DS:

Klien

mengatakan

sering

berkeringat

dingin, lemah,

haluaran urin

berkurang

(oliguri)

DO:

RR: 23 x/i

TD: 107 / 90

mmHg

HR: 70 x/i

Temp:370C

Piting edema +3

(menghilang

dalam waktu 1

menit)

Kontraktilitas

jantung ↓ ↓

Kerusakan serabut otot jantung ↓

Volume sekuncup berkurang

pada preload, kontraktilitas dan

afterload

Penurunan curah jantung

Penurunan curah

(25)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas

2. Penurunan curah jantung

DIAGNOSA KEPERAWATAN(PRIORITAS)

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum,gaya hidup kurang gerak d/d Klien

mengatakan mudah lelah setelah beraktivitas serta badan terasa lemah dan sesak yang

masih dapat ditoleransi setelah melakukan aktivitas,kaki sulit digerakkan, klien bedrest,

TTV(HR:70x/menit,RR:25x/menit,TD:110/90 mmHg,HR:70 x/menit,Temp: 370C,Piting

(26)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/

tanggal

No.Dx Perencanaan Keperawatan

I Tujuan :

Tujuan Jangka Panjang: Dapat mentoleransi aktivitas yang biasa

dilakukan.

Tujuan Jangka Pendek: klien mampu menyadari keterbatasan

energi, menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat, serta

mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi.

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien mampu:

1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan

kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi

aktivitas.

2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan

dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi

pernafasan, dan tekanan darah dalam batas normal.

3. Mengatur kehilangan tenaga yang minimal.

4. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan

beberapa bantuan(misalnya, eliminasi dengan bantuan

ambulasi untuk ke kamar mandi).

5. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

Rencana tindakan Rasional

MANDIRI

1. Terapi aktifitas(kaji tingkat

kemampuan klien untuk

berpindah dari tempat

tidur, berdiri, ambulasi dan

melakukan aktivitas

kebutuhan sehari-hari,

respon emosi, sosial dan

spiritual).

- Memberi anjuran

tentang dan bantuan

dalam aktivitas

fisik,sosial serta

spiritual yang spesifik

untuk meningkatkan

rentang frekuensi atau

durasi aktivitas

(27)

2. Manajemen energi(bantu

pasien untuk

mengidentifikasi pilihan

aktifitas, bantu dengan

aktifitas fisik teratur

misalnya;

ambulasi,berpindah,mengu

bah posisi dan perawatan

personal jika perlu,pantau

TTV(TD,HR,RR) sebelum

dan sesudah melakukan

aktivitas perawatan diri

atau aktivitas

keperawatan(misalnya

nyeri

dada,pucat,vertigo,dispnea

),bantu pasien untuk

melakukan pemantauan

mandiri dengan

membuatdan menggunakan

dokumentasi tertulis yang

mencatat asupan kalori dan

energi, jika perlu. Pantau

dan dokumentasikan pola

tidur pasien dan lamanya

waktu tidur dalam jam).

3. Terapi latihan fisik

mobilitas sendi dan

pengendalian

otot(misalnya latihan ROM

(Range of

Motion)pasif(ektremitas

- Mengatur penggunaan

energi untuk mengatasi

atau mencegah

kelelahan dan

mengoptimalkan fungsi

aktifitas.

- Menggunakan gerakan

tubuh aktif dan pasif

untuk mempertahankan

atau memperbaiki

(28)

atas; abduksi, adduksi,

supinasi, pronasi, rotasi

serta fleksi dan ektensi,

ektremitas bawah; fleksi

dan ektensi sesuai rentang

kamampuan klien.

KOLABORASI

4. Berikan obat nyeri sebelum

aktivitas, apabila nyeri

merupakan salah satu

faktor penyebab.

5. Pantau hasil lab darah

rutin, Kadar Gula

Darah, Urinalisis, EKG

(Elektrokardiogram).

6. Rujuk pasien ke ahli gizi

untuk perencanaan diet.

PENYULUHAN UNTUK PASIEN

DAN KELUARGA

7. Ajarkan kepada pasien dan

orang-orang terdekat

tentang teknik perawatan

diri, pengaturan aktivitas

dan teknik manajemen

waktu dalam beraktivitas.

menggunakan aktifitas

atau protokol latihan

yang spesifik untuk

meningkatkan atau

memulihkan gerakan

tubuh yang terkontrol.

- Kecemasan atau nyeri

dapat mengakibatkan

intoleransi aktifitas.

- Mengidentifikasi

adanya komplikasi

penyakit atau pengaruh

dari pemenuhan

kebutuhan aktivitas

yang berlebihan.

- Meningkatkan asupan

makanan yang kaya

energi.

- Untuk mencegah

(29)

8. Ajarkan/anjurkan keluarga

atau pasien untuk

melakukan teknik relaksasi

misalnya distraksi atau

visualisasi

Mengalihkan fikiran

klien tentang aktivitas

yang dikerjakan tanpa

menimbulkan kelelahan

yang berlebihan dan

efektif juga untuk

mengatasi sesak yang

(30)

Hari/ tanggal

No.Dx Perencanaan Keperawatan

II Tujuan :menunjukkan curah jantung yang adekuat, dibuktikan oleh efektifitas perfusi jaringan (perifer); status tanda-tanda vital

dalam rentang normal.

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien akan:

1. Mempunyai warna kulit yang normal

2. Menunjukkan toleransi terhadap aktivitas fisik(tidak

mengalami dispnue, kelelahan, sinkop dan lain-lain)

3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi

yang dapat dilaporkan

Menunjukkkan status sirkulasi yang adekuat dengan indikator:

1. Tidak ditemukan adanya edema perifer

2. Suara napas tambahan

3. Asites

4. Distensi vena jugularis

Rencana tindakan Rasional

MANDIRI

1. Pemantauan tanda-tanda

vital(TD, HR, RR, T, dan

nyeri).

2. Perawatan embolus perifer

(ubah posisi pasien ke posisi

datar atau

trendelenburgketika tekanan

- Mengumpulkan dan

menganalisis data

kardiovaskular,

pernapasan, dan suhu

tubuh untuk

mengidentifikasi,

menentukan dan

mencegah adanya

komplikasi.

Membatasi

komplikasi untuk pasien

yang mengalami, atau

(31)

darah klien berada pada

rentang lebih rendah

dibandingkan dengan

biasanya. Ubah posisi klien

setiap daua jam atau

pertahankan aktivitas lainnya

yang sesuai atau dibutuhkan

untuk menurunkan stasis

sirkulasi perifer misalnya

memberikan posisi dengan

meninggikan kaki yang

udem.

3. Perawatan jantung (kaji dan

dokumentasikan TD, adanya

sianosis dan status mental,

kaji toleransi aktivitas dengan

perhatikan adanya awitan

napas pendek, nyeri,

palpitasi, pantau denyut

perifer,suhu serta warna

ektremitas. Pantau haluaran

urin dan berat badan jika

perlu. Auskultasi suara paru

apakah ada suara tambahan

seperti creakels).

KOLABORASI

4. Berikan obat antikoagulan

jika dibutuhkan.

sumbatan sirkulasi

perifer.

Membatasi komplikasi

akibatketidak seimbangan

antara suplai dan

kebutuhan nutrisi atau

oksigen miokard pada

pasien yang mengalami

kerusakan fungsi jantung.

Mencegah

pembentukan

(32)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

Tanggal

No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Senin,02 Juni 2014 I MANDIRI

1. Mengkaji tingkat kemampuan

klien untuk berpindah dari tempat

tidur, berdiri, ambulasi dan

melakukan aktivitas kebutuhan

sehari-hari, respon emosi, sosial dan

spiritual).

2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas,

bantu dengan aktifitas fisik teratur

misalnya;ambulasi,berpindah,

mengubah posisi dan perawatan

personal jika perlu,pantau

TTV(TD,HR,RR) sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas

perawatan diri atau aktivitas

keperawatan(misalnya nyeri

dada,pucat,vertigo,dispnea).

Memantau pola tidur pasien dan

lamanya waktu tidur dalam jam.

3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian

otot(misalnya latihan

ROMpasif(ektremitas atas; abduksi,

adduksi, supinasi, pronasi, rotasi

serta fleksi dan ektensi, ektremitas

bawah; fleksi dan ektensi sesuai

rentang kamampuan klien.

S: klien mengatakan

tubuhnya sangat lemas

dan tidak bertenaga dan

kakinya terasa sakit

saat diinjakkan

sehingga klien tidak

bersedia bergerak dan

merasakan perasaan

yang sangat sedih

karena tidak dapat

melakukan aktivitas

apapun.

O: klien tampak sedih,

lemas, skala nyeri

5(saat dilakukan ROM),

Klien tampak tenang

setelah diberikan mendengarkan musik religi. TD:107/90 mmHG RR:23x/menit HR: 72x/menit.

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

(33)

Selasa,

03 Juni

2014

I

PENYULUHAN UNTUK PASIEN

DAN KELUARGA

4. mengajarkan/menganjurkan

keluarga atau pasien untuk

melakukan teknik relaksasi

misalnya distraksi atau

visualisasi(mendengarkan

musik).

MANDIRI

1. Mengkaji tingkat kemampuan

klien untuk berpindah dari tempat

tidur, berdiri, ambulasi dan

melakukan aktivitas kebutuhan

sehari-hari, respon emosi, sosial

dan spiritual).

2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas,

bantu dengan aktifitas fisik teratur

misalnya;ambulasi,berpindah,

mengubah posisi dan perawatan

personal, jika perlu. Memantau

TTV(HR,RR,TD) sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas

perawatan diri atau aktivitas

keperawatan(misalnya nyeri

dada,pucat,vertigo,dispnea).

Memantau pola tidur pasien dan

lamanya waktu tidur dalam jam.

S: klien mengtakan

perasaannya senang

karena sudah bisa

berjalan walaupun

harus dibantu, dan

sudah dapat melakukan

personal hygine

dikamar mandi dengan

bantuan adiknya, dan

sudah dapat makan

sendiri.

Klien juga

mengungkapkan sangat

lelah jika banyak

bergerak dan hal

tersebutlah yang

membuat klien selalu

bersedih dan berkecil

hati. Klien mengatakan

waktu tidur malamnya

(34)

Rabu, 04

Juni

2014

I

3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian otot(misal

nya latihan ROM pasif(ektremitas

atas; abduksi, adduksi,supinasi, p

ronasi, rotasi serta fleksi dan

ektensi, ektremitas bawah; fleksi

dan ektensi sesuai rentang

kamampuan klien.

KOLABORASI:

Memantau hasil lab Kadar Gula

Darah.

MANDIRI

1. Mengkaji tingkat kemampuan

klien untuk berpindah dari

tempat tidur, berdiri, ambulasi

dan melakukan aktivitas

kebutuhan sehari-hari, respon

emosi, sosial dan spiritual).

2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas,

bantu dengan aktifitas fisik teratur

misalnya;ambulasi,berpindah,

mengubah posisi dan perawatan

personal, jika perlu, pantau

TTV(TD,HR,RR) sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas

perawatan diri atau aktivitas

jam/hari.

O: klien tampak sedikit

gembira, tidak

mengeluh nyeri saat

dilakukan ROM,TD:

110/90 mmhg

RR: 24x/menit

HR:72x/menit

KGD:

239 mm/dl

A: sebagian masalah

teratasi

P: intervensi

dilanjutkan

S : klien mengatakan

hari ini tubuhnya terasa

lemas dan tidak mau

banyak bergerak seperti

berpindah dari tempat

tidur ataupun berdiri

karena jari-jari

tangannya dan kakinya

terasa kebas, tetapi

setelah dilakukan

latihan ROM terasa

berkurang, klien

mengatakan tadi malam

ia pulas tidurnya.

O: tangan klien terlihat

gemetar, wajah pucat,

(35)

Jum’at, 06 Juni

2014

I

keperawatan(misalnya nyeri

dada,pucat,vertigo,dispnea).

Memantau pola tidur pasien dan

lamanya waktu tidur dalam jam.

3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian otot(misal

nya latihan ROM pasif(ektremitas

atas; abduksi, adduksi,supinasi, p

ronasi, rotasi serta fleksi dan

ektensi, ektremitas bawah; fleksi

dan ektensi sesuai rentang

kamampuan klien.

KOLABORASI:

Memantau hasil lab Kadar Gula

Darah, Darah Rutin dan

Urinalisis.

MANDIRI

1. Mengkaji tingkat kemampuan

klien untuk berpindah dari

tempat tidur, berdiri, ambulasi

dan melakukan aktivitas

kebutuhan sehari-hari, respon

emosi, sosial dan spiritual).

2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas,

bantu dengan aktifitas fisik teratur

misalnya;ambulasi,berpindah,

mengubah posisi dan perawatan

personal, jika perlu, pantau

TTV(TD, HR, RR,) sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas

mengeluh kesakitan

saat dilakukan latihan

ROM. TD: 110/80mmHg HR: 68x/menit RR: 20x/menit Albumin: 2,9g/dl Globulin: 1,7g/dl

SGOT : 53 /I

Ureum: 74 /I

KGD: 243 mm/dl

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

dilanjutkan.

S: klien mengtakan

susah untuk bernapas,

tidak bisa tidur, dan

dada terasa nyeri sejak

tadi malam, serta klien

tidak mampu untuk

menggerakkan kedua

kakinya dan terasa

amat nyeri saat

disentuh dan berjalan.

O: klien tampak lemah,

tangan masih bergetar,

pucat,cemas,sedih,

tidak mampu

melakukan aktivitas,

(36)

perawatan diri atau aktivitas

keperawatan(misalnya nyeri

dada,pucat,vertigo,dispnea).

Memantau pola tidur pasien dan

lamanya waktu tidur dalam jam.

3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian otot(misal

nya latihan ROMpasif(ektremitas

atas; abduksi, adduksi,supinasi, pr

onasi, rotasi serta fleksi dan

ektensi, ektremitas bawah; fleksi

dan ektensi sesuai rentang

kamampuan klien.

4. Mengkaji tingkat pitting edema

KOLABORASI

1. Memberikan obat nyeri

sebelum aktivitas, apabila

nyeri merupakan salah satu

faktor penyebab.

2. Memberikan oksigen jika

diperlukan(2l,4l atau 6l sesuai

kebutuhan).

PENYULUHAN UNTUK PASIEN

DAN KELUARGA

3. mengajarkan/menganjurkanan

keluarga atau pasien untuk

melakukan teknik relaksasi

misalnya distraksi atau

visualisasi.

dilakukan latihan ROM

pada ektremitas bawah.

TD: 110/90mmHg

HR: 82x/menit

RR: 23x/menit

Nyeri: 7

Pitting edema: grade 3

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

(37)

Senin,02 Juni 2014 Selasa,3 Juni 2014 II II MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital(TD,

HR, RR, T, dan nyeri)

2. Ubah posisi klien setiap dua

jam atau pertahankan aktivitas

lainnya yang sesuai atau

dibutuhkan untuk menurunkan

stasis sirkulasi perifer misalnya

memberikan posisi dengan

meninggikan kaki yang udem.

3. Mengkaji dan dokumentasikan

TD, adanya sianosis dan

perubahan status

mental,mengkaji toleransi

aktivitas dengan perhatikan

adanya awitan napas pendek,

nyeri, palpitasi.

Memantaudenyut perifer,suhu

serta warna ektremitas.

Auskultasi suara paru apakah

ada suara tambahan seperti

creakels.

MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital

(TD, HR, RR, T, dan nyeri)

2. Mengkaji dan dokumentasikan

TD, adanya sianosis dan perubahan

status mental,mengkaji toleransi

aktivitas dengan perhatikan adanya

awitan napas pendek, nyeri,

palpitasi. memantau denyut perifer,

S: klien mengatakan

tubuhnya sangat lemas

dan tidak bertenaga dan

kakinya terasa sakit

saat diinjakkan

sehingga klien tidak

bersedia bergerak.

O: sianosis(-),

creakels(-),skala nyeri

5(saat dilakukan

ROM),

TD:107/90 mmHG

RR:23x/menit

HR: 72x/menit.

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

dilanjutkan

S: Klien

mengungkapkan sangat

lelah jika banyak

bergerak dan hal

tersebutlah yang

membuat klien selalu

bersedih dan berkecil

hati.

(38)

Rabu, 4

Juni

2014

II

suhu serta warna ektremitas.

Auskultasi suara paru apakah ada

suara tambahan seperti creakels.

MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital

(TD, HR, RR, T, dan nyeri)

2. Mempertahankan aktivitas yang

sesuai atau dibutuhkan untuk

menurunkan stasis sirkulasi

perifer misalnya memberikan

posisi dengan meninggikan kaki

yang udem.

3. Mengkaji dan dokumentasikan

TD, adanya sianosis dan

perubahan status

mental,mengkaji toleransi

aktivitas dengan perhatikan

adanya awitan napas pendek,

nyeri, palpitasi. Memantau

denyut perifer, suhu serta warna

ektremitas.

gembira, tidak

mengeluh nyeri saat

dilakukan ROM,

TD: 110/90 mmhg

RR: 24x/menit

HR:72x/menit

KGD:

239 mm/dl

A: sebagian masalah

teratasi

P: intervensi

dilanjutkan.

S : klien mengatakan

hari ini tubuhnya terasa

lemas,dan tidak mau

banyak bergerak seperti

berpindah dari tempat

tidur ataupun berdiri

karena jari-jari

tangannya dan kakinya

terasa kebas, tetapi

setelah dilakukan

latihan ROM terasa

berkurang.

O: tangan klien terlihat

gemetar, wajah pucat,

cemas,

TD: 110/80mmHg

HR: 68x/menit

RR: 20x/menit

(39)

Jum’at, 6 Juni

2014

II

MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital

(TD, HR, RR, T, dan nyeri)

2. Mempertahankan aktivitas

lainnya yang sesuai atau

dibutuhkan untuk menurunkan

stasis sirkulasi perifer misalnya

memberikan posisi dengan

meninggikan kaki yang udem.

3. Mengkaji dan dokumentasikan

TD, adanya sianosis dan

perubahan status

mental,mengkaji toleransi

aktivitas dengan perhatikan

adanya awitan napas pendek,

nyeri, palpitasi. Memantau

denyut perifer, suhu serta warna

ektremitas. Auskultasi suara

paru apakah ada suara tambahan

seperti creakels.

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

dilanjutkan.

S: klien mengtakan

susah untuk bernapas,

dada terasa nyeri sejak

tadi malam, serta klien

tidak mampu untuk

menggerakkan kedua

kakinya dan terasa

amat nyeri saat

disentuh dan berjalan.

O: klien tampak lemah,

tangan masih bergetar,

pucat,cemas,sedih,

tidak mampu

melakukan aktivitas.

TD: 110/90mmHg

HR: 82x/menit

RR: 23x/menit

Nyeri: 7

Pitting edema: grade 3

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi

Referensi

Dokumen terkait

Crude protein (CP) content, similar between untreated straw fractions, increased after urea but decreased after NaOH treatment .Principal component scores of the leaf and stem

For a short 48 hours, US products, including food products, were just a click away from the Israeli consumer at Target.com.. Target offered Israeli shoppers free shipping during

[r]

The demand for fresh water is rising, driven by growing populations, economic and industrial growth, and increasing urbanisation; it is growing at two and half times

Mahasiswa memenuhi semua komponen penilaian dan menyelesaikan tugas dengan sangat baik dan memaparkan materi praktikum dan tugas individu sesuai dengan topik yang telah

3 Dosen Pembimbing Akademik harus mengacu pada Kartu Hasil Studi dan ketentuan yang ditetapkan baik oleh Fakultas maupun Program Studi dalam memberikan

Penyajian dilengkapi dengan gambar analisis yang telah selesai, makalah ditulis dengan standar yang ditentukan lengkap dengan ilustrasi dan disajikan dengan Bahasa

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan