13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kematian ibu menurut defenisi WHO (2000 dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014) adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkam oleh kecelakaan/cedera.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara selama empat tahun terakhir dinilai cukup tinggi yakni melebihi AKI secara nasional yakni 228/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 meningkat menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi 260/100.000 kelahiran hidup. Angkanya mencapai 249/100.000 kelahiran hidup per Agustus 2010 (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan laporan dari profil kabupaten/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2013 hanya 95/100.000 kelahiran hidup, namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2013).
Direktorat Kesehatan Ibu pada tahun 2010-2013 juga menyimpulkan penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian ibu terendah. Sementara itu penyebab lain-lain juga berperan cukup besar dalam menyebabkan kematian ibu. Yang dimaksud dengan penyebab lain-lain adalah penyebab kematian ini secara tidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang diderita ibu. Tingginya kematian ibu akibat penyebab lain-lain menuntut peran besar rumah sakit dalam menangani penyebab tersebut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
10
penyebab tidak langsung (19%) (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli (5%), partus lama / macet (5%), dan lain-lain (11%). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (tiga terlambat), diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah atonia uteri sehingga mencegah perdarahan pada ibu adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Menurut Maryunani (2012), IMD (Early Initiation) harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus dilakukan skin to skin antara bayi dan ibu. Namun, hal yang begitu vital untuk kehidupan bayi ini tidak disadari dan tidak dilakukan oleh orangtua dan tenaga medis. IMD merupakan intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dalam mencegah perdarahan post partum dengan meningkatkan kontraksi uterus sehingga menghindari terjadinya atonia uteri. IMD akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang dapat membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan ibu. IMD juga dapat merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi rileks, lebih mencintai bayinya, menurunkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia sehingga dapat menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua dengan demikian dinamakan juga hormon kasih sayang. Dengan melakukan IMD juga dapat merangsang pengaliran ASI (Air Susu Ibu) dari payudara (Roesli, Utami. 2008).
12
kecemasan, menyebabkan kontraksi uterus dan berperan meningkatkan perilaku bonding pada ibu dan bayi.
Teori ini diperkuat lagi dengan adanya pengamatan oleh Maryunani (2012) di sebuah desa di Klaten, Jawa tengah dengan pembuktian bahwa gerakan kaki bayi yang menekan-nekan perut ibu untuk bergerak ke arah payudara serta menyentuh puting susu ibunya merupakan cara alami untuk menekan dan membantu mengurangi perdarahan dan mengeluarkan plasenta lebih cepat. Hal ini dikarenakan aktifitas bayi yang demikian akan merangsang produksi hormon oksitosin yang berfungsi merangsang kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi perdarahan.
pengeluaran plasenta sudah komplit, maka kontraksi rahim mendorong plasenta yang sudah lepas ke segmen bawah rahim, lalu ke vagina dan dilahirkan.
Penelitian yang dilakukan di VP Ponek RSUD Jombang terkait hubungan Inisiasi Menyusu Dini terhadap kelancaran proses pengeluaran plasenta, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan IMD dengan kelancaran proses pengeluaran plasenta. Ibu yang mengalami kelancaran dalam mengeluarkan plasentanya dan melakukan IMD sebagian besar 61,4% dari responden ibu bersalin dan ibu yang tidak lancar dalam proses pengeluaran plasentanya dan berhasil melakukan IMD sebagian kecil 6,8% dari responden bersalin. Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 april 2012 di VK PONEK RSUD Jombang secara observasi pada 6 ibu bersalin yang melahirkan, didapatkan bahwa 4 bayi dalam waktu 1hari berhasil melakukan IMD dan mengalami kelancaran dalam mengeluarkan plasenta (plasenta lahir 5-10 menit). Sedangkan 2 bayi yang tidak berhasil melakukan IMD, 1 diantaranya lebih lama dalam mengeluarkan plasenta (selama > 10 menit). Plasenta dikatakan lancar apabila dapat keluar 15-30 menit setelah bayi lahir, apabila dalam waktu > 30 menit plasenta tidak keluar maka dikatakan tidak lancar (Sumarah, 2009).
14
Menyusu Dini (IMD) dan lamanya waktu pengeluaran plasenta pada ibu melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat rumusan masalah bagaimanakah gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan lamanya waktu pengeluaran plasenta pada ibu melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan lamanya waktu pengeluaran plasenta pada ibu melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani.
Tujuan khusus penelitian ini antara lain adalah: 1.3.1. Mengetahui karakteristik demografi responden
1.3.2. Mengetahui gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada ibu melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ditinjau dari pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan dan peneitian keperawatan yaitu;
1.4.1. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini sangat bermanfaat pada pendidikan keperawatan karena mahasiwa dapat memahami pentingnya pengeluaran plasenta dengan cepat untuk menghindari pendarahan pada ibu melahirkan.serta dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam latihan skill Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan baik dan teliti sesuai prosedur sehingga manfaat yang didapat bisa dapat dirasakan.
1.4.2. Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan, manfaat penelitian ini adalah agar proses persalinan untuk semua kala dapat menerapkan prosedur yang baik dan benar termasuk manajemen aktif kala III dan IMD sehingga dapat menurunkan angka kejadian kematian ibu dan bayi.
1.4.3. Penelitian Keperawatan