• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Asupan Energi, Status Gizi, Anak Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Asupan Energi, Status Gizi, Anak Sekolah Dasar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI PULAU BUNAKEN KELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN KEPULAUAN BUNAKEN KOTA MANADO SULAWESI UTARA

CORRELATION BETWEEN ENERGY INTAKE WITH NUTRITIONAL STATUS

OFELEMENTARY SCHOOL STUDENTS AT ISLAND BUNAKEN SUB-DISTRICT

BUNAKEN DISTRICT ARCHIPELAGO BUNAKEN CITY MANADO NORTH SULAWESI

Winansi Mananoru*, Anita Basuki** , Shirley E.S. Kawengian* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

** Puskesmas Wawonasa Manado ABSTRACT

Background: Undernutrition problem in a general because of poverty, its reducing is food supplying, insufficiently better environment quality, its reducing is society knowledge about nutrient, balanced menu and health. On the contrary more nutrient problem because of economic growth on streaked given society to be espoused by its gnostic reducing about nutrient, balanced menu and health.The objective of research was to understanding the correlation between intake energy and nutritional status of elementary school students. Research Methods: This study applying analyses survey method by using cross sectional approach. The total samples in this study were 75 students with a request criteria. Data were collected through interview technique by using food frequency questionnaire, the body weight was measured by scales weights, body height was measured by microtoise instrument. The statistical tests were used to analyze the correlation between variables using fisher exact. Research results: The results of study showed that in general, the student have normal nutritional status, using the index W/A 89.3%, H/A 92.0%, W/T 97.3% and BMI/A 89.3%. Conclusion: Status nutritional results show statistic there’s significant correlation between intake energy with nutritional status by using index W/A, BMI/A and there was no significant correlation between intake energy with nutritional status by index H/A and W/H.

Keywords: Energy Intake, Nutritional Status, Elementary School Students.

ABSTRAK

Latar belakang: Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cros sectional study. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 sampel yang memenuhi criteria sampel. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner metode frekuensi makanan, timbangan berat badan untuk mengukur berat badan, alat ukur tinggi badan untuk mengukur tinggi badan. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel menggunakan fisher-exact. Hasil penelitian: hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/U 89.3%, TB/U 92.0%, BB/TB 97.3% dan IMT/U 89.3%. Kesimpulan: hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U dan IMT/U dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U dan BB/TB.

(2)

2

PENDAHULUAN

Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan serta adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2009).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi anak pendek umur 6-12 tahun (35.8%), prevalensi kegemukan pada anak usia sekolah masih tinggi yaitu 9.2% atau masih di atas 5.0%, dan di Sulawesi Utara yang gemuk 6.4% (Depkes, 2011). Prevalensi kurus pada anak sekitar 11.0 % dan untuk Sulawesi Utara berada di bawah rata-rata tingkat nasional yaitu 5.4% yang kurus. Berdasarkan hasil penelitian pada anak sekolah dasar di SD Kristen Solagratia Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado didapat status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 83.3% status gizinya baik dan 16.7% status gizinya kurang (Bolang, 2011).

Kelurahan Bunaken merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Pulau Bunaken dan berada di wilayah Kota Manado. Kota Manado memiliki visi untuk “Menjadi Kota Ekowisata tahun 2015”. Bunaken merupakan salah satu tempat parawisata yang sudah cukup terkenal secara global. Untuk mencapainya, perlu adanya pembangunan sumberdaya manusia yang baik dan produktif. Membangun manusia seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari seluruh lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup tersebut tercermin dari pemenuhan kebutuhan pokok. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok merupakan tolak ukur pencapaian pembangunan. Keadaan gizi masyarakat menjadi pencerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan. (Cakrawati dan Mustika, 2012).

Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa selanjutnya. Pemberian gizi yang kurang baik terutama terhadap anak-anak, akan menurunkan potensi

sumber daya pembangunan masyarakat. Anak-anak yang

mengalami kekurangan gizi, dikhawatirkan kemampuan

intelektualnya tidak berkembang sehingga pada masa mendatang ketika harus memimpin suatu bangsa, maka akan terjadi kemunduran suatu generasi atau suatu bangsa. Oleh karena itu, anak-anak memerlukan perhatian lebih dalam hal jaminan ketersediaan zat-zat gizi. Dan melihat berlum adanya penelitian tentang gizi di Kelurahan Bunaken maka tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara asupan energi dengan status gizi pada murid sekolah dasar di di Kepulauan Bunaken Kelurahan Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara.

Berdasarkan hal di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi pada anak sekolah dasar di Kepulauan Bunaken Kelurahan Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional,di SD Negeri I dan SD Inpres Kelurahan Bunaken Kepulauan Bunaken Kota Manado pada bulan Februari-April 2013.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV dan V SDN I dan SD Inpres Bunaken berjumlah 96 siswa. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah total populasi yang memenuhi kriteria sampel yang berjumlah 75 siswa.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner metode frekuensi dan pengukuran berat dan tinggi badan. Tahap pengolahan data yaitu, Editing data, yaitu kegiatan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuisioner oleh pewawancara yang dilakukan segera setelah wawancara, Coding data, yaitu kegiatan pemeberian kode pada data yang sudah di kumpulkan, Entry data, yaitu kegiatan memasukan data dari kuesioner ke dalam program computer,

Cleaning data, yaitu mengecek kembali data yang telah di entry

(3)

3

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti. Adapun tujuan dari analisis univariat ini adalah untuk memperlihatkan/ menjelaskan distribusi data dari variabel yang terlibat dalam penelitian. Analisis bivariat dimaksudkan untuk menunjukkan uji hubungan antara variabel independen (asupan energi) dengan variabel dependen (status gizi). Analisis statistik asupan energi dengan status gizi menggunakan fisher exact.

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden

Karakteristik Responden N % Umur (tahun) 9 10 11 28 35 12 37,33 46,67 16 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 38 37 50,67 49,33 Pendidikan Ayah SD SMP SMA Sarjana 8 37 29 1 10,67 49,33 38,7 1,33 Pendidikan Ibu SD SMP SMA Sarjana 13 40 20 2 17,33 53.33 26,7 2,7 Pekerjaan Ayah PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta Pedagang Nelayan/Petani 6 31 1 23 8 41.3 1.33 30,67 Tukang/Buruh Bangunan 14 18.7

Tabel 4.2 Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi Asupan

Energi

BB/U TB/U BB/TB IMT/U

K (%) N (%) K (%) N (%) K (%) N (%) K (%) N (%) Kurang Cukup 66.7 3.0 33.3 97.0 21.4 4.9 78.6 95.1 7.1 1.6 92.9 98.4 42.9 3.3 57.1 96.7 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara konsumsi makanan dengan menggunakan formulir food frequency questionnaire yang dilakukan pada 75 anak yang duduk di kelas IV dan V di SD Negeri 1 dan SD Inpres Bunaken menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memenuhi angka kecukupan gizi (81.3%) responden yang memenuhi angka kecukupan zat gizi dan (18.7%) memiliki asupan energi yang kurang. Hal ini disebabkan di Kelurahan Bunaken merupakan kelurahan yang berada di pesisir pantai sehingga mudah untuk mendapatkan ikan dan setiap harinya responden mengkonsumsi ikan yang berasal dari laut dan sayur-sayuran, yang didapat di daerah mereka sendiri, sehingga bisa memenuhi angka kecukupan gizi responden serta jajanan di sekolah. Rata-rata responden yang asupan gizi makronya cukup, tidak mengalami masalah dalam hal pertumbuhan.

Penelitian yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar di SD GMIM IV Kota Tomohon Sulawesi Utara ditemukan sebagian besar cenderung memiliki tingkat konsumsi energi dalam jumlah yang melebihi angka kecukupan zat gizi yaitu 53.9% responden (Karundeng, 2011). Hal yang sama yang pernah dilakukan penelitian pada anak Sekolah Dasar Di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan bahwa 43.3% anak mengkonsumsi energi kurang dan deficit (Jumariah dkk, 2007). Penelitian yang

(4)

4

dilaksanakan pada anak sekolah dasar di SD Inpres Borong Jambu 1 Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar sebagian besar cenderung memiliki tingkat konsumsi energi dalam jumlah yang cukup yaitu 97.9% dan tingkat konsumsi energi dalam jumlah yang kurang sebesar 2.1% (Ryadinency dkk, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berdasarkan BB/U terdapat 10.7% responden memiliki status gizi kurang dan 89.3% responden yang memiliki status gizi normal. Hal yang sama yang pernah dilakukan penelitian pada anak Sekolah Dasar Di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan bahwa 26,7% anak mengalami gizi kurang dan 1,1% gizi buruk (Jumariah dkk, 2007), apabila dibandingkan dengan penelitian maka dapat dikatakan terjadi penurunan status gizi khususnya status gizi kurang.

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berdasarkan TB/U terdapat 8.0% responden yang memiliki status gizi yang tidak normal dan 92.0% responden yang memiliki status gizi yang normal. Hal yang sama pernah diteliti pada anak Sekolah Dasar Negeri Tembelang Semarang tahun 2012 bahwa sebagian besar anak berstatus gizi normal sebanyak 26% dan status gizi yang tidak normal sebanyak 18% (Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro, 2012), apabila dibandingkan dengan penelitian ini dapat dikatakan terjadi penurunan sebesar 2% khususnya status gizi yang tidak normal.

Pada usia enam tahun, anak laki-laki lebih tinggi dan lebih berat dari anak perempuan. Namun pada saat usia sembilan tahun, tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-laki, sedangkan berat badannya sedikit lebih besar. Karena laju pertumbuhan kelompok usia tersebut menurun, kebutuhan gizi dan perilaku makan juga akan berubah. Menurunnya pertumbuhan diikuti oleh menurunnya nafsu makan, anak sering memilih-milih makanan. Hal ini merupakan kondisi normal (Almatsier dkk, 2011). Tinggi badan kurang adalah cerminan kurang gizi yang berlangsung lama. Faktor yang mempengaruhi tinggi badan adalah genetik (keturunan) dan asupan gizi. Seperti, orang-orang Afrika meskipun

asupan gizinya seringkali kurang, namun cukup banyak di antara mereka yang memiliki postur tubuh yang tinggi karena faktor keturunan (Khomsan, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berdasarkan BB/TB terdapat 2.7% responden yang memiliki status gizi yang tidak normal dan 97.3% responden yang memiliki status gizi yang normal. Hal yang sama pernah diteliti pada anak sekolah keluarga nelayan di SDN 40 Lumpangang Desa Biangkeke Kabupaten Bantaeng bahwa sebagian besar anak berstatus gizi normal sebanyak 92.9% dan status gizi yang tidak normal sebanyak 7.1% (Ipa dan Sirajuddin, 2010), apabila dibandingkan dengan penelitian ini dapat dikatakan terjadi penurunan khususnya status gizi yang tidak normal. Hal yang sama juga pernah diteliti pada anak sekolah dasar Arjowinangun I Pacitan bahwa hasil penelitian didapatkan 11 % murid yang mengalami status gizi tidak baik dan 89 % yang status gizinya baik. (Isdaryanti, 2007), apabila dibandingkan dengan penelitian ini dapat dikatakan terjadi peningkatan khususnya status gizi yang tidak normal.

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berdasarkan IMT/U terdapat 10.7% responden yang memiliki status gizi yang tidak normal dan 89.3% responden yang memiliki status gizi yang normal. Hal yang sama juga pernah diteliti pada anak sekolah dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa, bahwa hasil penelitian didapatkan 11.1 % murid yang mengalami status gizi tidak baik dan 88.9 % yang status gizinya baik. (Anggreini, 2011), apabila dibandingkan dengan penelitian ini dapat dikatakan terjadi peningkatan khususnya status gizi yang tidak normal.

Pendidikan orang tua yang sebagian besar adalah SMP baik untuk ayah dan ibu dapat mempengaruhi kebutuhan pangan keluarga, sehingga juga berpengaruh pada pertumbuhan status gizi anak. Rata-rata responden yang asupan gizi makronya cukup, tidak mengalami masalah dalam hal pertumbuhan dan memiliki status gizi yang sebagian besar adalah normal berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U. Hanya beberapa yang mengalami

(5)

5

masalah status gizi kurang, namun angka terbanyak berada dalam kategori pertumbuhan yang normal.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken menunjukkan bahwa responden dengan asupan energi kurang terdapat 6 responden (66.7%) yang status gizi berdasarkan BB/U kurang dan sebanyak 2 responden (3.0%) dengan status gizi berdasarkan BB/U normal. Dan responden dengan asupan energi cukup berjumlah 2 responden (3.0%) dengan status gizi yang kurang, untuk asupan energi cukup dengan status gizi yang normal berjumlah 64 responden (97.0%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan BB/U. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara asupan energy dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U (Pahlevi dan Indarjo, 2012). Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken menunjukkan bahwa responden dengan asupan energi kurang terdapat 3 responden (21.4%) yang status gizi berdasarkan TB/U pendek dan sebanyak 11 responden (78.6%) dengan status gizi berdasarkan TB/U normal. Dan responden dengan asupan energi cukup berjumlah 3 responden (4.9%) dengan status gizi yang kurang, untuk asupan energi cukup dengan status gizi yang normal berjumlah 58 responden (95.1%). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan TB/U. Hal ini bisa disebabkan karena jumlah sampel yang kecil, sehingga hanya dilihat dari sebagian anak. Di samping itu, waktu penelitian dan ketelitian dalam wawancara metode frekuensi makanan juga merupakan kendala karena kelemahan dari metode ini, yaitu cukup menjemukkan bagi pewawancara dan juga responden daan responden juga harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi dalam menjawab kuesioner food frequency question

dan ini dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar di SD GMIM IV Kota Tomohon Sulawesi Utara ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan

energi dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U (Karundeng, 2011). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar penderita GAKY di desa Bumiayu Kecamatan Kedungkandang Kota Malang ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U (Setjowati, 2005).

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken menunjukkan bahwa responden dengan asupan energi kurang terdapat 1 responden (7.1%) yang status gizi berdasarkan BB/TB kurang dan sebanyak 13 responden (92.9%) dengan status gizi berdasarkan BB/TB normal. Dan responden dengan asupan energi cukup berjumlah 1 responden (1.6%) dengan status gizi yang kurang, untuk asupan energi cukup dengan status gizi yang normal berjumlah 60 responden (98.4%). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan BB/TB. Hal ini disebabkan karena ada factor lain yang dapat mempengaruhi status gizi selain asupan makanan, seperti pola asuhan orang tua yang berbeda-beda di setiap keluarga karena tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu factor tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dan status gizi berdasarkan indeks BB/TB pada anak sekolah dasar Arjowinangun I Kabupaten Pacitan (Isdaryanti, 2007).

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken menunjukkan bahwa responden dengan asupan energi kurang terdapat 6 responden (42.9%) yang status gizi berdasarkan IMT/U kurang dan sebanyak 8 responden (57.1%) dengan status gizi berdasarkan IMT/U normal. Dan responden dengan asupan energi cukup berjumlah 2 responden (3.3%) dengan status gizi yang kurang, untuk asupan energi cukup dengan status gizi yang normal berjumlah 59 responden (96.7%).

(6)

6

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan IMT/U.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar di SD GMIM IV Kota Tomohon Sulawesi Utara ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks IMT/U (Karundeng, 2011). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan pada anak jalanan di Kota Bandung ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks IMT/U karena pada penelitian hanya dilakukan

recall 1x24 jam sehingga diduga memberikan hasil yang kurang

representatif (Nuraini dan Dewi, 2009). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar kelas V Kecamatan Dekai Suku Momuna Kabupaten Yahukimo Propoinsi Papua bahwa, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks IMT/U (Bahabol M, 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan status gizi berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) menunjukkan bahwa sebesar 89.3% anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berada pada kategori normal, berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) menunjukkan bahwa sebesar 84.0% anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berada pada kategori normal, berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) menunjukkan bahwa sebesar 97.3% anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berada pada kategori normal, berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) menunjukkan bahwa sebesar 88.0% anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken Kota Manado berada pada kategori normal.Rata-rata asupan energi anak yang memenuhi angka kecukupan gizi sebesar 81.3%.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan untuk:

1. Perlunya kerjasama lintas program dan lintas sektoral baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi masalah gizi.

2. Perlunya penganekaragaman makanan pada anak sekolah dasar agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi terutama kebutuhan akan asupan karbohidrat, lemak, protein dan zat besi setiap hari. 3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu, aktivitas fisik dan penyakit infeksi dan rendahnya asupan energi anak-anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam

Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Anggraini E. 2011. Hubungan Antara Infestasi Cacing dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Teling

Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Skripsi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Bahabol M. 2013. Hubungan Asupan Makanan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus Siswa SD Kelas V Kecamatan Dekai Suku Momuna Kabupaten Yahukimo)

Propinsi Papua. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas

Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Bolang J. 2011. Hubungan antara Infestasi Cacing dengan Status Gizi pada Anak SD Kristen Solagratia Tongkeina

Kecamatan Bunaken Kota Manado. Skripsi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado. Cakrawati D dan Mustika. 2012. Bahan Pangan Gizi dan

Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Hastuti N. P. dan Zulaekah S. 2008. Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein Dan Lemak dengan Kesegaran

(7)

7

Jasmani Anak Sekolah Dasar di SD N Kartasura I. Jurnal

Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 49-60. Fakultas Ilmu Keaehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ipa A, Sirajuddin. 2010. Status Gizi Anak Sekolah Keluarga Nelayan di SDN 40 Lumpangang Desa Biangkeke

Kabupaten Bantaeng. Media Gizi Pangan, Vol. IX, Edisi 1,

Januari – Juni 2010: Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar.

Isdaryanti C. 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun 1 Pacitan.

Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Jumirah, Lubis Z, dan Aritonang E. 2007. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan.

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU.

Karundeng G. 2011. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Kelas III-V SD

GMIM Tomohon Sulawesi Utara. Skripsi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado. Khomsan A. 2012. Ekologi Masalah Gizi, Pangan dan Kemiskinan.

Bandung: Alfabeta.

Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro dkk. 2012.

Hubungan Asupan Gizi Makan Pagi dan Makan Siang dengan Status Gizi dan Kesegaran Jasmani Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Tembalang Semarang Tahun 2012.

Jurnal Kesehatan Masyarakat: Vol. 1, No.2, Tahun 2012,

Halaman 596-604 (online:

http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm) diakses tanggal 15 April 2013.

Nuraini dan Dewi M. 2009. Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan Di Kota Bandung.

Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2009 4(2); 97-105. Program

Studi Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Riskesdas. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Ryadinency R, Hadju V dan Syam A. 2012. Asupan Gizi Makro, Penyakit Infeksi dan Status Pertumbuhan Anak Usia 6-7

Tahun di Kawasan Pembuangan Akhir Makasar. Media

Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No. 1, Agustus 2012; 49-53. Program studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makasar.

Setjowati N. 2005. Hubungan Kadar Seng Serum dengan Tinggi

Badan Anak Sekolah Dasar Penderita GAKY. Jurnal

Kedokteran Barwijaya, Vol. XXI. No. 1, April 2005. Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari perbedaan yang terdapat pada peneliti dengan yang akan peneliti lakukan yaitu pada penelitian terdahulu mengimplementasikan pendidikan karakter pada kurikulum 2013,

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, mengamanatkan kepada Daerah untuk membentuk Perangkat

Sebagaimana Qardlaway yang dikutib KunSetyaning Astuti mengungkapkan bahwa dalam mendengarkan nyayian itu tidak terlepas dari batasan dan kriteria yang harus

Pemeliharaan secara rutin pada perlengkapan keselamatan di kapal merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan karena telah diatur dalam International Safety Management

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001), menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

Hasil uji deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak jahe merah terhadap bubuk instan akar alang- alang maka

Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ketua, beberapa orang wakil ketua, seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kesulitan mahasiswa dalam menyelesaikan soal pada mata kuliah Matematika Dasar diantaranya kesulitan pada penggunaan konsep dan