Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 EFEKTIFITAS PARTISIPASI... 58
EFEKTIFITAS PARTISIPASI PUBLIK DALAM UPAYA PENEGAKAN
HUKUM PASAL 50-51 UNDANG-UNDANG NO 41 TAHUN 1999
TENTANG KEHUTANAN (Studi Di Perum Perhutani Kph
Saradanmadiun Jawa Timur)
Mudji Rahardjo 1Hirman 2 Sigit Sapto Nughoho 3 1
, 2,dan 3 adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun
Abstract
This Research is research of non doktrinal which have the character of descriptive qualitative that is the research depict concerning objeck the research n this aim to to know the public participation effectiveness in the effort straightening of law in forestry area according to rule of section of 50-51 Undanmg-Undang No. 41 year of 1999 concerning Forest and to know the constraint emerging in implementattion and also done effort to overcome it.
Keywords : the public participation, concerning forest.
Pendahuluan
Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia karena-nya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pengaturan pengelolaan sumberdaya hutan tertuang dalam Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999. Aspek yang terkandung dalam ketentuan pasal 50 dan 51 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan antara lain : Partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara dan melindungi kawasan hutan, Partisipasi masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan ekosistem hutan, Partisipasi masyarakat di dalam penegakan hukum dalam rangka perlindungan hutan dan Partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam rangka pengelolaan sumber daya hutan.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan di atas diharapkan pengelolaan dan
perlindungan hutan dan konservasi sumber daya hutan bertujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan ekosistemnya agar berfungsi sebagai fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari.
Berdasarkan kenyataan ini diperlukan suatu kebijakan pengelolaan kehutanan yang harus dilakukan secara terpadu, terencana, serta terjalin kerjasama antara stakeholders, baik pemerintah daerah maupun masyarakat desa hutan, pelaku dunia usaha, lembaga ekonomi, lembaga sosio budaya, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan maupun lembaga donor dengan jiwa berbagi (sharing). Hal demikian agar kepentingan kelestarian dan keberlanjutan fungsi dan manfaat hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional sehingga memberi manfaat ekologi, sosial budaya dan ekonomi bagi semua pihak secara proporsional (Nurjaya, 2002:7).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Partisipasi publik dalam upaya penegakan hukum di bidang kehutanan
Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 EFEKTIFITAS PARTISIPASI... 59 menurut ketentuan pasal 50 – 51
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
b.Kendala yang muncul di dalam pelaksanaan partisipasi publik dalam upaya penegakan hukum di bidang kehutanan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum sosiologis/ non doktrinal, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan mengenai efektivitas partisipasi publik dalam upaya penegakan hukum di bidang kehutanan menurut ketentuan pasal 50 – 51 Undang- Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penulisan ini, lokasi penelitian yang penulis lakukan yaitu di Wilayah Kerja Perum Perhutani KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Saradan, Propinsi Jawa Timur.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari penelitian di lapangan (responden atau informan) yang meliputi pihak-pihak yang mengetahui atau berhubungan dengan pokok permasalahan. yang menjadi informan kunci antara lain, Kepala Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), Mandor, Mantri Resort Polisi Hutan (RPH), masyarakat sekitar hutan, dan lain-lain pejabat yang terkait.
b. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari: pendapat para ahli, dokumen-dokumen, tulisan-tulisan ilmiah, dan literatur-literatur yang mendukung data primer.
4. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam kerangka memperoleh data penulis menggunakan teknis pengumpulan data:
a. Observasi
b. Indepth Interview
5. Teknik Analisa Data
Data-data yang telah terkumpul akan dianalisa secara analisis interaktif yang terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sanapiah, 1996:6). Data primer dan data sekunder setelah terkumpul dinterprestasi berdasar teori dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk diambil kesimpulan berdasarkan pokok permasalahan yang akan di bahas berdasarkan rangkaian analisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil dan Pembahasan
1. Efektivitas Partisipasi Publik Dalam Upaya Penegakan Hukum di Bidang Kehutanan
Partisipasi publik dalam upaya penegakan hukum di bidang kehutanan, Adapun bentuk-bentuk partisipasi publik diwujudkan antara lain :
1. Partisipasi dalam memelihara dan turut menjaga serta melindungi kawasan hutan dari perusak hutan.
2. Partisipasi turut serta dalam upaya penegakan hukum untuk melindungi kawasan hutan.
3. Partisipasi dalam pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan untuk mewujudkan kemitraan dengan semangat jiwa berbagi (sharing) antara Perhutani, masyarakat dan pihak yang berkepentingan. Perwujudan partisipasi publik di wilayah Perum Perhutani Saradan dalam pelaksanaannya antara lain diwujudkan :
a. Adanya kesepakatan para kelompok tani hutan (KTH)/MPSDH (Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan) untuk membuat aturan main, bagi para anggotanya yang melakukan perusakan tanaman pokok atau melakukan pencurian tanaman pokok (jati) di denda membayar 10 X lipat dari harga kayu/tegakan. Segera melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila terjadi pencurian kayu di wilayah MPSDH
Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 EFEKTIFITAS PARTISIPASI... 60 (Masyarakat pengelola Sumber daya
Hutan).
b. Pelaksanaan penguatan dan pemberdayaan organisasi Kelompok Tani Hutan /MPSDH. Dengan demikian masyarakat mampu menempatkan posisinya sejajar (mitra sejajar) dengan Perhutani, bukan sebaliknya masyarakat diposisikan marginal (hubungan majikan buruh/patron-client).
c. Program pemantaban dan penguatan kelembagaan desa dalam wadah KTH/KPSDH yang mencakup aspek sosial, perencanaan dan pengelolaan fisik kawasan hutan.
d. Melakukan kerjasama/kesepakatan antara masyarakat sekitar hutan, Perhutani dan pihak-pihak terkait dalam rangka pengelolaan sumber daya hutan yang lebih partisipatif atas dasar jiwa berbagi (sharing). e. Melaksanakan sosialisasi hukum baik
dalam bentuk penyuluhan dan penerangan hukum kepada petugas maupun kepada masyarakat sehingga masyarakat memahami isi dan dapat melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan, sehingga peningkatan kesadaran hukum masyarakat senantiasa terjaga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Perum Perhutani Saradan pelaksanaan dan perwujudan partisipasi publik dalam upaya penegakan hukum di bidang kehutanan belum dapat berjalan secara maksimal karena masih adanya beberapa kendala. Artinya hukum yang berlaku belum efektif karena terutama kurangnya sosialisasi hukum kepada masyarakat tentang Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sehingga belum adanya kesadaran hukum masyarakat untuk melaksanakannya hal tersebut juga disebabkan adannya beberapa kendala-kendala
2. Kendala dalam pelaksanaan Partisipasi publik dan Upaya yang dilakukan untuk Mengatasinya.
Untuk mewujudkan peran serta masyarakat (publik) dalam perlindungan hutan, masih terdapat beberapa kendala antara lain :
a.Kondisi ekonomi masyarakat sekitar hutan yang mengantungkan hidupnya terhadap hasil hutan. Dalam hal ini kayu jati yang laku keras di pasaran sehingga tingkat pencurian terus meningkat, adanya tekanan masyakat kelompok kecil (pencuri kayu) terhadap masyarakat yang ikut berperan serta dalam perlindungan hutan.
b.Adanya aparat yang terlibat dalam pencurian hutan. Hal ini dapat diketahui dari kegiatan operasi yang selalu bocor, adanya tokoh intelektual yang mendalangi pencurian hutan sehingga pelaku sulit ditangkap disamping karena luasnya lokasi hutan yang berjauhan. c.Tidak adanya keseimbangan antara
jumlah petugas dengan luasnya areal hutan. Terkait ketidakseimbangan jumlah petugas dengan luasnya areal hutan wilayah KPH Saradan kurang lebih 37.934,66 Hektar, terdiri dari 6-12 Bagian Hutan, di mana tiap Bagian Hutan rata-rata terdiri dari 4-6 Resort Polisi Hutan yang memiliki personil kurang lebih 2-3 orang. Jadi dalam hal ini seorang Mantri Kepala Resort Polisi Hutan (KRPH) memiliki tugas mengawasi jalannya keamanan hutan 800 Ha.
d.Kurangnya sosialisasi hukum kepada masyarakat sekitar hutan. Karena kurangnya sosialisasi hukum kepada masyarakat menyebabkan minimnya kesadaran hukum masyarakat sehingga mereka tidak mengetahui hak dan kewajibannya terhadap perlindungan hutan.
e.Tingkat pendidikan dan kualitas SDM masyarakat sekitar hutan yang minim sehingga program-program pelaksanaan pengelolaan sumber daya hutan yang diupayakan Perhutani kurang mendapatkan respon positip. Hal tersebut di buktikan dengan tingkat pendidikan
Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 EFEKTIFITAS PARTISIPASI... 61 penduduk sekitar hutan relatif rendah
(setingkat SD atau SLTP).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mewujudkan partisipasi publik masyarakat sekitar hutan dalam upaya penegakan hukum khususnya dalam memberikan perlindungan pada kawasan hutan. Diantaranya dilaksanakan melalui tindakan-tindakan yang bersifat preventif dan represif. Bentuk-bentuk tindakan preventif, dengan cara melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat secara langsung, mengadakan penyuluhan dan penerangan hukum, menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan partisipasi aktif mereka dalam menjaga hutan dari kerusakan. Sedangkan tindakan represif antara lain menindak para pelaku ilegal logging dan memberikan sanksi hukuman yang sesuai sehingga adanya efek jera bagi pelaku untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Bentuk-bentuk lain kegiatan preventif antara lain diwujudkan dalam berbagai bentuk berbagai program misalnya perhutanan sosial (social forestry) Salah satu wujud nyata di dalam pelaksanaan program Kehutanan sosial antara lain adanya Program Pengelolaan sumber daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) seperti contohnya pelaksanaan awal program PHBM di BKPH Bringin wilayah KPH Saradan yang merupakan kesepakatan antara Perum Perhutani dengan warga masyarakat dimulai sekitar bulan April tahun 2001 dimana dicapai kesepakatan tentang bentuk pengelolaan lahan areal hutan dengan pola Management Regimes (MR) III dalam kerangka PHBM pada lahan seluas 192, 3 Ha dari 9 petak lahan bekas penjarahan. Dalam kesepakatan tersebut petani hutan/pesanggem yang terlibat dalam pola MR kurang lebih sebanyak 385 orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) atau KPSDH (Kelompok Pengelola sumber Daya Hutan)
Di bidang operasional tindakan preventif bagi para pengelola hutan harus merubah orientasinya yang dulu hanya untuk memperoleh keuntungan finansial saja
ke pemenuhan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga fungsi hutan untuk perlindungan hutan
Dengan demikian upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam kerangka perlindungan hutan antara lain :
1. Membangun saling percaya (trust). Di dalam pelaksanaan partisipasi publik dalam perlindungan hutan terdapat sedikitnya tiga pihak yang saling bekerja sama yaitu : Perusahaan (Perum Perhutani), masyarakat, dan pihak lain yang berkepentingan.
2. Merubah sikap dan perilaku staf perusahaan. Di bidang operasional, para pengelola hutan harus merubah orientasinya yang dulu hanya untuk memperoleh keuntungan finansial saja ke pemenuhan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga fungsi hutan untuk perlindungan hutan.
3. Membangun kerjasama dengan pemerintah daerah, Pelaksanaan ini juga sangat bergantung pada keeratan hubungan antara perusahaan dengan pemerintah daerah. Pengelolaan sumber daya hutan dimaksudkan untuk mendorong proses dan pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka pembangunan wilayah, meningkatkan pendapat asli daerah, dan menjaga kelestarian ekosistem wilayah setempat.
4. Membangun kerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya. Kerjasama dengan organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumber daya hutan yang ada di daerah seperti perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut :
Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 EFEKTIFITAS PARTISIPASI... 62 1. Partisipasi publik dalam upaya
penegakan hukum menurut Pasal 50-51 Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan antara lain di wujudkan dalam bentuk (1) Partisipasi dalam memelihara dan turut menjaga serta melindungi kawasan hutan dari perusak hutan, (2). Partisipasi turut serta dalam upaya penegakan hukum untuk melindungi kawasan hutan, (3). Partisipasi dalam pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Partisipasi publik tersebut belum efektif dilaksanakan terbukti masih sering terjadi pencurian kayu di wilayah KPH Saradan, belum lagi kerusakan kawasan hutan yang ditimbulkan akibat penjarahan dan pencurian kayu yang semakin luas serta belum banyaknya masyarakat sekitar hutan untuk berpartisipatif di libatkan dalam pengelolaan sumber daya hutan.
2. Partisipasi publik dalam penegakan hukum di bidang kehutanan menghadapi beberapa kendala antara lain : (1). Kondisi ekonomi masyarakat sekitar hutan yang menggantungkan hidupnya terhadap hasil hutan, (2). Adanya aparat yang banyak terlibat dalam pencurian hutan, (3). Tidak adanya keseimbangan antara jumlah petugas dengan luasnya areal hutan , (4). Kurangnya sosialisasi hukum kepada masyarakat dan, (5). Tingkat pendidikan/ SDM yang rendah masyarakat sekitar hutan
3. Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan partisipasi publik dalam rangka penegakan hukum di bidang kehutanan antara lain : Menjalin kerjasama antara Perhutani, Pemerintah Daerah , Masyarakat sekitar hutan dan para pihak-pihak yang berkepentingan melalui program PHBM, sehingga dapat dibangun kepercayaan (trust), Peningkatan nilai-nilai kesadaran hukum dalam masyarakat (budaya hukum), yaitu adanya sosialisasi hukum dan komunikasi hukum, sehingga masyarakat mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya sehingga dapat
melaksanakan penegakan hukum dibidang kehutanan terutama untuk mewujudkan perlindungan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan (ekologis).
Daftar Pustaka
Awang, San Afri, (2000), Studi Kolaboratif FKMM Kelembagaan Kehutanan Masyarakat Belajar dari Pengalaman, Aditya media, Yogyakarta.
Barber, Charles Victor, (1989), The State, The Environtmen, and Development : Genesisi and Transformation of Social Forestry Policy in new Order Indonesia, Doctoral Desertation University of California Barkeley, USA.
Faisal, Sanapiah, (1990), Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar dan Aplikasinya), Yayasan Asih Asah Asuh, Malang
Harsono, Boedi, (1997), Hukum Agraria di Indonesia-Sejarah pembentukan Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta.
Joko Purwono, (1989), Penjabaran Praktis
Komitmen Politis Bagi
penyelenggaraan Posyandu, PSKLAH UNS Surakarta, Laporan penelitian
JokoWidodo, (2001), “Good Governance”: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Surabaya, Insan Cendekia
Korten, David C, (1993) , Menuju Abad ke 21, Tindakan Sukarela dan Agenda Global, Yayasan Obor dan Pustaka Sinar harapan, Jakarta.
Lawrence Friedmann, (1997), The Legal System, :A Social Science Prespective, New York, Russel Suge Foundation.
Nonet, Philip dan Zelznik, Philip, (1978), Law and Society in Transition : Toward Resonsive Law, New York, Harper & Raw.
Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 EFEKTIFITAS PARTISIPASI... 63 Nurjaya, I Nyoman, (editor),(1993), Politik
Hukum Penguasahaan Hutan di Indonesia, WALHI, Jakarta.
..., (1999), Menuju Pengelolaan
Sumberdaya Hutan yang
Berorientasi pada Pola Kooperatif: Perspektif Legal Formal dalam Awang, san Afri & Bambang Adi S, (editor), Perubahan Arah dan Alternatif Pengelolaan Sumber daya Hutan perhutani di Jawa, Perhutani & Fakultas Kehutanan UGM, Jogjakarta, Hal. 105-117).
..., (2000), Proses Pemiskinan di Sektor Hutan dan sumber daya Alam, perspektif Politik Hukum, dalam Masyarakat Adat dalam Mengelola Sumberdaya Alam, Kumpulan Tulisan dan Diskusi tentang hak-hak Masyarakat Adat Indonesia, ICRAF &JAPHAMA, Cisarua 2000.
..., (2001), “Magersari: Studi Kasus Pola Hubungan Kerja penduduk setempat Dalam Pengusahaan Hutan” Desertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Pamulardi, Bambang, (1996), Hukum
Kehutanan dan Pembangunan
Bidang Kehutanan, Rajawali Press, Jakarta.
Raharjo, Satjipto, (1986), Hukum dan Masyarakat, Angkasa, bandung. Seidman, Robert B. 1978,”The State, Law
and Development”, St. Martins Press, New York.
Simon, Hasanu, (19990 Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Cooperatif Forest Management) Teori dan Aplikasi Pada Hutan Jati di Jawa, Biagraf Publising, yogyakarta.
Soekanto, Soerjono, (1986), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali , Jakarta
Zakaria, R. Yando, (1998), Kemajemukan Masyarakat Bangsa Indonesia dan Penegakan Hak-Hak Masyarakat Adat, Dalam Usulan revisi Undang-Undang Pokok Agraria, menuju Penegakan hak-hak Atas sumber-Sumber Agraria, KRHN-KPA, hal 93-122.
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
Majalah dan Tabloid :
Info PHBM Seri I, Perhutani, Maret 2003. Warta FKKM, Maret 2002 Vol. 5 No. 3.