• Tidak ada hasil yang ditemukan

Correlation and Path Analysis Between Agronomy Characters of Pinang Emas (Areca catechu L.) with Yield

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Correlation and Path Analysis Between Agronomy Characters of Pinang Emas (Areca catechu L.) with Yield"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

pada Pinang Emas (

Areca catechu L

.)

Correlation and Path Analysis Between Agronomy Characters of Pinang Emas

(Areca catechu L.) with Yield

MIFTAHORRACHMAN, SUKMAWATI MAWARDI, DAN ISMAIL MASKROMO

Balai Penelitian Tanaman Palma

Jln. Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001

E-mail: miftahorrachman@gmail.com

Diterima 01 Februari 2019 / Direvisi 19 Maret 2019 / Disetujui 24 Juni 2019

ABSTRAK

Pinang Emas merupakan varietas unggul baru pinang, sebagai hasil seleksi massa positif dari tetua yang berasal dari Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter vegetatif, generatif dan komponen buah dengan produksi buah varietas Pinang Emas. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Kayuwatu, Balai Penelitian Tanaman Palma, Sulawesi Utara, mulai bulan Januari sampai Desember 2018. Analisa sidik lintas 21 karakter vegetatif, generatif serta komponen buah terhadap karakter jumlah buah per tandan menggunakan rumus dari Singh dan Chaudary. Hasil analisis korelasi sederhana menghasilkan 25 hubungan, sebagian besar adalah hubungan antar karakter komponen buah dan tidak terdapat korelasi dengan jumlah buah per tandan (JBT). Hasil analisis sidik lintas tujuh karakter komponen buah, hanya karakter panjang polar buah tanpa sabut (PPBTS) yang berpengaruh langsung terhadap berat buah utuh (BBU) dengan nilai r=0,56, dan pengaruh tidak langsung karakter Berat Buah Basah Tanpa Sabut (BBBPTS) melalui karakter PPBTS. Manfaat penelitian ini adalah karakter PPBTS dapat dijadikan kriteria seleksi untuk perbaikan produksi Pinang Emas.

Kata kunci: Korelasi, karakter morfologi, komponen buah, seleksi, produksi pinang.

ABSTRACT

Pinang Emas is a new high yielding variety of arecanut, is resulted from positive mass selection of arecanuts population in Kota Kotamobagu, North Sulawesi Province. The study was purposing to estimate the correlation between vegetative, generative and fruit component characters to yield of Pinang Emas. The research was conducted in The Kayuwatu Experimental Garden, Indonesian Palm Crops Research Institute, North Sulawesi, from January to December 2018. Path analysis of 21 characters using formula of Singh and Chaudary. The results of simple correlation analysis produce 25 relationships, most of which are relationships among the fruit component charactersand there is no correlation with the number of fruits per bunch (JBT). The results of a simple correlation analysis resulted in 25 relationships, most of which were relationships between fruit component characters and there was no correlation with the number of fruits per bunch (JBT). Path analysis of six characters of fruit component showed only character of polar length of unhusked fruit (PPBTS) has direct effect to weight of fruit with value of r= 0,56 and indirect effect of weight of kernel BBBTS through PPBTS caharacter. The benefit of this research is that the character of PPBTS can be used as a selection criterion for the improvement of the production of Pinang Emas.

Keywords: Correlation, morphological characters, fruit components, selection, arecanut production.

PENDAHULUAN

Tanaman pinang merupakan tanaman yang penting terutama di Pulau Sumatera karena menjadi komoditi ekspor bagi sebagian besar petani pinang. Pulau Sumatera merupa-kan pusat penyebaran tanaman pinang terluas di Indonesia. Menurut Ramappa (2013), total luas areal tanaman pinang dunia 468.316 hektar dengan produksi biji kering mencapai 593.275 ton. India merupakan

penyumbang terbesar baik luas areal (57%) maupun produksi (53%). Penyumbang kedua adalah Cina masing dengan luas areal 16% dari total luas pinang dunia dengan sumbangan produksi 12% dari produksi dunia. Indonesia di urutan ketiga dengan luas 147.890 hektar (16% dari total luas pinang dunia) dengan sumbangan produksi sebesar 5% dari produksi pinang dunia.Masalah tanaman pinang di Indonesia adalah produktivitas yang masih rendah, salah

(2)

2

satu penyebabnya adalah program pemuliaan untuk merakit varietas unggul baru yang belum dilakukan. Dalam pemuliaan tanaman diperlukan adanya kemurnian genetik untuk dijadikan tetua persilangan dalam pembuatan varietas baru yang lebih unggul (Rachmawati et al., 2014). Oleh karena itu dibutuhkan informasi tentang keragaman tanaman untuk mengetahui kemurnian genetik-nya. Menurut Chakravorty dan Ghosh (2014), keberhasilan program hibridisasi untuk perbaikan tanaman sangat tergantung pada seleksi tetuanya yang memiliki keragaman genetik tinggi. Salah satu strategi pemuliaan untuk menciptakan varietas unggul baru adalah dengan melakukan seleksi yang efisien dan efektif. Seleksi akan memberikan respon positif bila menggunakan karakter seleksi yang tepat. Menurut Bekele dan Rao (2014), program seleksi akan berhasil tidak hanya bergantung pada heretabilitas dari karakter yang diinginkan, tapi juga tergantung pada informasi hubungan antara komponen hasil yang beragam dengan hasil.

Lad et al. (2017), menyatakan program pemuliaan yang sistimatis meliputi langkah-langkah seperti penciptaan keragaman genetik, seleksi dan pemanfaatan genotipe-genotipe yang terseleksi. Menurut Hermanto et al. (2017),

keragaman genetik sangat mempengaruhi

keberhasilan seleksi dalam program pemuliaan tanaman, karena dengan adanya keragaman genetik seleksi bisa dilakukan seperti pada tanaman pinang. Suchithra dan Paramaguru (2018); Bahmankar et al. (2014); Yadav et al. (2018), menyatakan keberhasilan program pemuliaan untuk memperbaiki karakter morfologi sangat bergantung pada keragaman genetik, dan selanjut-nya bagaimana secara efisien memanfaatkanselanjut-nya.

Hubungan dari komponen-komponen

karakter yang berbeda diantara populasi sangat penting untuk menemukan kriteria seleksi yang tepat dalam perbaikan hasil (Kalyan et al., 2017). Pengetahuan tentang hubungan antar karakter sangat membantu dalam proses seleksi untuk perbaikan tanaman. Silva et al. (2016), menyatakan bahwa studi tentang hubungan antar karakter tanaman melalui koefisien korelasi sangat penting dalam melakukan seleksi awal. Menurut Prabowo

et al. (2014), sistimatika program pemuliaan

melibatkan langkah-langkah, yaitu menciptakan keragaman genetik, melakukan seleksi dan pemanfaatan genotipe-genotipe hasil seleksi untuk mengembangkan galur-galur yang unggul.

Balakrishna et al. (2018) menyatakan bahwa program pemuliaan menciptakan varietas baru dengan hasil tinggi dapat dikembangkan melalui keragaman genetik dari sumber tanaman yang

tersedia, analisa keragaman karakter-karakter yang berhubungan dengan hasil dan analisis sidik lintas. Harischand et al. (2017) dan Goncalves et al. (2017) menyatakan bahwa hasil adalah karakter

komplek dihasilkan dari interaksi antar

sejumlah karakter, oleh karena itu seleksi harus

dilakukan berdasarkan karakter-karakter

tersebut setelah ditentukan nilai korelasinya. Penilaian keragaman hasil dan karakter-karakter komponennya menjadi sangat penting sebelum melakukan rencana program perbaikan genetik tanaman (Weldemichael et al., 2017)

Korelasi secara sederhana mengukur

hubungan antara hasil dan karakter lainnya,

sedangkan koefisien sidik lintas mampu

memisahkan korelasi menjadi pengaruh langsung (path coefficient) dan pengaruh tidak langsung (pengaruhnya melalui karakter lain). Singh (2014) dan Ram et al. (2017), menyatakan bahwa sidik lintas akan memperluas hubungan antara hasil dan komponen pertumbuhan lainnya dan juga memunculkan pengaruh langsung dan tidak

langsung sehingga hubungan

komponen-komponen pertumbuhan tersebut dengan hasil menjadi lebih jelas. Menurut Rahmani et al. (2014), penggunaan analisa sidik lintas sangat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Penyebab korelasi dan pengaruhnya

terhadap produksi buah, terutama untuk tanaman Pinang Emas merupakan alat yang penting bagi pemulia untuk menetapkan karakter-karakter prioritas dalam kegiatan seleksi dalam rangka perbaikan hasil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter vegetatif, generatif dan komponen buah dengan produksi buah varietas Pinang Emas. Sebagai varietas unggul Pinang Emas telah dilepas melalui sidang pelepasan bulan November tahun 2018. Keunggulan Pinang Emas adalah kecepatan pembungaan rata-rata 4 tahun, berbatang pendek, warna buah kuning.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilaksanakan di Kebun Per-cobaan Kayuwatu, Balai Penelitian Tanaman Palma, Sulawesi Utara. Ketinggian tempat kurang lebih 80 m dari permukaan laut, dengan rata-rata curah hujan 2500 mm sampai 3000 mm per tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2018. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pinang Emas, ditanam tahun 2002, hasil seleksi massa positif populasi pinang yang ada di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara. Karakter morfologi yang diamati terdiri atas

(3)

3

tinggi batang (TB), lingkar batang (LB), jumlah bekas daun (JBD), jumlah daun (JD), panjang daun (PD), panjang petiole (PP), jumlah pinak daun (JPD), panjang pinak daun (PPD), panjang rangkaian bunga (PRB), jumlah spikelet (JS), panjang spikelet (PS), lebar tangkai tandan (LTT), tebal tangkai tandan (TTT), jumlah tandan (JT), jumlah buah per tandan (JBT). Karakter komponen buah terdiri dari berat buah utuh (BBU), panjang equatorial buah utuh (PEBU), panjang polar buah utuh (PPBU), berat buah basah tanpa sabut (BBBTS), panjang equatorial buah tanpa sabut (PEBTS), panjang polar buah tanpa sabut (PPBTS), dan berat kering buah tanpa sabut (BKBTS). Karakter-karakter vegetatif dan generatif tersebut diamati mengacu pada metode Stantech COGENT.

Koefisien keragaman dihitung dengan

menggunakan rumus dari Singh dan Chaudary (1985) :

Data dianalisis melalui dua tahapan. Pertama, data dikorelasikan menggunakan analisis korelasi Pearson terhadap seluruh karakter pengamatan. Kedua, karakter yang berkorelasi nyata terhadap hasil dilanjutkan dengan sidik lintas (Singh dan Chaudhary, 1985) menggunakan

software R i386 3.5.2 package Agricole (De

Mendiburu, 2014).

Koefisien korelasi dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Walpole (1992):

Keterangan:

n : banyaknya data

i x : peubah 1 ke-i i y : peubah 2 ke-i

Sidik lintas berdasarkan persamaan seperti yang dikemukakan oleh Singh dan Chaudary (1985) dengan rumus:

Keterangan:

r(x,y) = Koefisien korelasi x dan y

C = koefisien lintas

Rx-1 = invers matriks korelasi antar karakter

bebas

Ry = vector koefisien korelasi antara

karakter bebas dengan karakter tidak bebas

Uji Keragaman

Uji keseragaman karakter vegetatif, generatif dan komponen buah Pinang Emas menurut Tampake, (1987), suatu karakter dikatakan keragaman rendah apabila memiliki nilai KK < 5%, keragaman sedang nilai KK > 5 – 20%, keragaman cukup tinggi memiliki nilai KK > 20 - 50%, dan keragaman tinggi nilai KK > 50%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis koefisien keragaman terhadap 22 karakter vegetatif, generatif dan komponen buah Pinang Emas (Tabel 1), sebagian besar karakter memiliki keragaman sedang dengan nilai koefisien keragaman berkisar antara 6,01% (panjang polar buah utuh) sampai 19,02% (jumlah tandan). Sedangkan karakter-karakter dengan nilai koefisen keragaman rendah adalah karakter lingkar batang (4,21%), panjang equatorial buah utuh (4,57%), dan panjang polar biji (4,88%). Menurut Rachmawati et al. (2014), karakter dengan ragam sempit bersifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen, merupakan hasil akhir proses pertumbuhan yang berkaitan dengan sifat morfologi dan fisiologi. Sedangkan menurut Balakrishna et al. (2018), program pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas produksi tinggi hanya dapat dilakukan apabila tersedia sumber tanaman dengan keragaman tinggi.

Berbeda dengan hasil penelitian

Miftahorrachman et al. (2018) terhadap Pinang Wangi asal Sumatera Barat, dari 12 karakter yang dianalisa dua karakter pada Pinang Wangi memperlihatkan keragaman yang cukup tinggi, yaitu tinggi batang (KK = 26,21%) dan jumlah buah per tandan (KK = 29,39%) dan Pinang Lokal jumlah bekas daun (24,99%), jumlah tandan (KK = 28,87%), jumlah buah per tandan (KK = 58,42% berat buah utuh (KK = 27,34%), panjang polar buah utuh 9Kk = 23,27%), dan berat biji (KK = 34,90%).

(4)

4

Tabel 1. Penampilan 22 karakter vegetatif, generatif dan komponen buah Pinang Emas

Table 1. Performance of twenty vegetative, generative, and fruit component characters of Pinang Emas

No Karakter

Character

Hasil Analisa/Analysis Results X SD KK (%) 1. Tinggi Batang/ Height of stem (cm) 512,86 39,82 7,76 2. Lingkar Batang/ Stem circumference (cm) 49,12 2,07 4,21 3. Jumlah Bekas Daun/ Number of leafscars 14,90 1,04 7,07 4. Jumlah Daun/Number of leaves 8,42 1,03 12,23 5. Panjang Daun /Length of leaves (cm) 283,00 17,34 6,13 6. Panjang Petiole/Length of petiole (cm) 98,18 8,10 8,25 7. Jumlah Pinak Daun/Number of leaflets 38,48 4,22 10,97 8. Panjang Pinak Daun/Length of leaflets (cm) 92,14 8,26 8,96 9. Panjang Rangkaian Bunga/Length of inflorescence (cm) 48,64 3,06 6,29 10. Jumlah Spikelet/Number of spikelet 12,28 1,46 11,89 11. Panjang Spikelet/Length of spikelet (cm) 42,15 2,98 7,07 12. Lebar Tangkai Tandan/wide of peduncle (cm 36,14 2,34 6,47 13. Tebal Tangkai Tandan/thick of peduncle (cm) 3,92 0,40 10,20 13. Jumlah Tandan/Number of bunches 4,68 0,89 19,02 15. Jumlah Buah per tandan/Number of fruit per bunch 75,30 13,95 18,53 16. Berat Buah Utuh/Weight of fruit (g) 61,16 7,43 12,15 17. Panjang Equatorial Buah Utuh/ Length of Fruit equatorial (cm) 7,04 0,32 4,57 18. Panjang Polar Buah Utuh/Length of fruit polar (cm) 4,72 0,28 6,01 19. Berat Buah Basah Tanpa Sabut/Weight of kernel (g) 21,95 2,56 11,69 20. Panjang Equatorial Buah Tanpa Sabut/Length of kernel

equatorial (cm)

3,53 0,24 6,79 21. Panjang Polar Biji/Length of kernelpolar (cm) 3,29 0,16 4,88 22 Berat Kering Buah Tanpa Sabut/ Weight of dried kernel (g) 11,02 1,73 15,74

Penelitian pada Pinang Betara

Miftahorrachman dan Nur (2013), hanya karakter jumlah buah per tandan yang memiliki keragaman cukup tinggi (KK = 32,43%). Perbedaan penam-pilan Pinang Emas dengan Pinang Wangi dan Pinang lokal asal Sumatera Barat dan Pinang Betara asal Tanjung Jabung Barat, Jambi, kemung-kinan disebabkan oleh perbedaan ekosistem. Tempat tumbuh Pinang Emas di bawah 100 meter dari permukaan laut, sedangkan Pinang Wangi dan Pinang lokal asal Sumatera Barat tempat tumbuhnya 200 sampai 400 meter dari permukaan laut, tempat tumbuh Pinang Betara adalah daerah pasang surut.

Nilai Korelasi Pinang Emas

Penentuan karakter seleksi dalam program pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan analisis korelasi. Karakter seleksi yang tepat akan menghasilkan seleksi yang optimal dalam perakitan varietas unggul. Karakter lain yang berkorelasi positif sangat dibutuhkan untuk penentuan karakter seleksi. Nilai koefisien korelasi menggambarkan arah dan tingkat keeratan hubungan secara keseluruhan antara hasil dengan karakter-karakter atributnya yang ditimbulkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antar keduanya (Rachmawati et al. 2014 dan Jakhar

et al., 2017).

Menurut Singh et al. (2018), korelasi positif antara karakter-karakter yang diinginkan sangat menguntungkan bagi pemulia tanaman karena membantu dalam perbaikan tanaman. Untuk menentukan kriteria seleksi dalam rangka perbaikan tanaman masih sulit walaupun korelasi antara karakter sangat nyata. Pada Tabel 3, karakter PEBU, PPBU, BBBTS, PEBTS, PPBTS, dan BKBTS berkorelasi nyata positif dengan karakter BBU dengan nilai koefisien korelasi berturut-turut 0,48, 0,48, 0,81, 0,40, 0,82, dan 0,47. Hal ini menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut memiliki hubungan yang erat dengan karakter berat buah tanpa sabut dan menggambarkan produksi tanaman. Menurut Dallastra et al. (2014), penggunaan beberapa analisis dapat memberikan pertimbangan dalam memutuskan kriteria seleksi terbaik. Penelitian Miftahorrachman et al. (2018) pada Pinang Wangi dan Pinang lokal asal Sumatera Barat juga memperlihatkan hasil yang sama, yaitu sebagian besar karakter yang ber-korelasi adalah karakter komponen buah.

Karakter-karakter tersebut adalah panjang

equatorial buah, panjang polar buah, berat biji, panjang equatorial biji, dan panjang polar biji yang berkorelasi dengan berat buah utuh.

(5)

5

Menurut Singh (2014) dan Ram et al. (2017), korelasi secara sederhana hanya mengukur hubungan antara hasil dan karakter lainnya, sedangkan koefisien lintas mampu memisahkan korelasi menjadi pengaruh langsung (path

coefficient) dan pengaruh tidak langsung (pengaruhnya melalui karakter lain). Sidik lintas akan memperluas hubungan antara hasil dan komponen pertumbuhan lainnya dan juga memunculkan pengaruh langsung dan tidak

langsung sehingga hubungan

komponen-komponen pertumbuhan tersebut dengan hasil menjadi lebih jelas. Untuk itu hasil analisis korelasi sederhana perlu dilanjutkan dengan analisis lintas.

Analisis Lintas Karakter Komponen Buah Pinang Emas

Hasil analisis lintas 22 karakter, karakter yang memberi pengaruh langsung dan pengaruh total paling besar dan seragam terhadap berat buah utuh hanya karakter panjang polar buah tanpa sabut. Karakter tersebut memberikan pengaruh langsung sebesar 0,56 dengan pengaruh total 0,82 (Tabel 4). Dengan demikian perbaikan tanaman Pinang Emas, dapat dilakukan melalui perbaikan berat buah utuhnya melalui seleksi terhadap karakter-karakter yang berpengaruh langsung terhadap karakter berat buah utuh. Oleh karena itu, karakter BBU dipilih untuk dibuat diagram lintasnya (Gambar 1). Nilai sisaan sebesar 18,00% artinya nilai kesesuaian model sebesar 82,00%, nilai tergolong tinggi karena mencapai lebih dari 50%. Rohaeni dan Permadi (2012) menyatakan bahwa nilai residu mendekati nilai nol, makan akan semakin efektif menjelaskan sebab akibat dari nilai korelasi dan karakter yang diamati semakin lengkap serta dapat menjelaskan dengan lengkap pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsungnya. Gambar 1, terlihat pengaruh langsung terhadap berat buah utuh hanya terjadi pada karakter panjang polar buah tanpa sabut (PPBTS), sedangkan pengaruh tidak langsung hanya terjadi pada karakter berat biji basah tanpa sabut (BBBTS) melalui karakter panjang polar buah tanpa sabut (PPBTS). Dari Gambar 1, nilai residu (R) mendekati nol dan tergolong kecil. Menurut Rohaeni dan Permadi (2012) nilai residu mendekati nol artinya analisis sidik lintas yang digunakan sangat efektif menjelaskan sebab akibat dari nilai korelasi dan karakter yang diamati lengkap menjelaskan nilai-nilai pengaruh karakter jumlah bekas daun, jumlah tandan, dan jumlah spikelet berpengaruh langsung terhadap peningkatan hasil buah dengan nilai koefisien lintas berturut-turut 0,52%, 0,80%,

dan 0,46%, namun tidak ditemukan adanya pengaruh tidak langsung dari 14 karakter yang diamati.

Hasil penelitian Miftahorrachman et al. (2018) pada Pinang Wangi hanya karakter panjang equatorial biji yang berpengaruh langsung maupun tak langsungnya. Hasil penelitian Miftahorrachman dan Nur (2013) pada Pinang Betara, karakter langsung terhadap hasil (KK = 0,49%) dan tidak ditemukan pengaruh tidak langsung, sementara pada Pinang Lokal terdapat 6 karakter yang memiliki pengaruh langsung terhadap hasil, yaitu lingkar batang (KK = 0,42%), jumlah tandan (KK =0,45%), panjang equatorial buah (KK = 0,84%), berat biji (KK = 0,54%), panjang equatorial biji (KK = 0,68%), dan panjang polar biji (KK = 0,84%). Terjadinya perbedaan hasil kemungkinan disebabkan adanya perbedaan lingkungan disamping perbedaan varietas. Hasil penelitian Kobraee dan Shamsi (2011) terhadap tanaman kedelai yang diuji di dua lokasi berbeda menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung karakter komponen produksi, seperti jumlah polong per tanaman paling besar terhadap hasil untuk kondisi lahan normal, sementara di lahan tercekam pengaruh langsungnya kecil. Menurut Pamin dan Asmono (1993), apabila nilai rata-rata suatu karakter dinaikkan sebesar satu kali dari nilai standar deviasinya, maka akan terjadi peningkatan hasil sebesar satu kali nilai korelasinya.

(6)

6

Ke ter anga n : T B = ti nggi ba tang, L B = li ng ka r ba tang, J B D = jum lah be ka s da un, J D = jum lah da un, P D = pa njang da un, P P = pa n ja ng pe ti ol, J P D = pa njang pinak da un, P P D = pa njang pinak da un, P R B = pa njang ra ngka ian bunga , J S = jum lah spikele t, P S = pa njang spikele t, L T T = leba r tangka i tanda n, T T T = teba l tangka i tanda n, JT = jum lah tanda n, J B T = jum lah bua h/t anda n, B B U = be ra t bua h utuh, P E B U = pa njang equa tor ial b ua h utuh, P P B U = pa njang polar bua h utuh, B B B T S = be ra t bij i ba sa h tanpa s abut, P E B T S = pa njang equa tor ial bua h tanpa s abut, P P B T S = pa nj ang pola r bua h tanpa s abut, B KB T S = be ra t ke ring bua h tanpa s abut N ote: T B = He ig ht of stem , L B =St em cir cu mfe re nc e, J B D= N umbe r of leafs car s, J D= N umbe r of leav es , P D= L eng th of leav e s, P P =l engt h of pe ti ole, J P D= N umbe r of lea fl ets , P P D = L eng th of leaf lets , P R B = L ength of inf lor es ce nc e, JS=numbe r of spike let, P S =l engt h of spike le t, L T T =wi de of pe dunc le, T T T = thi ck of p edunc le, J T = N umbe r of bunc he s, J B T = N umbe r of fr uit pe r bunc h, B B U= W eigh t of fr uit , P E B U= L ength of F rui t equator ia l, P P B U = L eng th of F ruit polar , B B B T S= W eig ht of ke rne l, P E B T S = L ength of ke rne l equator ial , P P B T S = L ength of fr uit polar , B K B T S= W eight of dr ied ke rne l Ta bel 2 . K or el as i se de rh an a an ta r 22 k ar ak ter v eg et at if, g en er at if da n komp on en b ua h Pin an g Ema s Tabl e 2 . S imp le co rr ela tion am on g 22 c ha ra cter s o f v eg eta tiv e, g en er ativ e, an d fru it co m po nent of Pi na ng Ema s BKB TS 1 PPB TS 1 0,46 * PEB TS 1 0,55 ** 0, 36 BBB TS 1 0,65 ** 0, 83 ** 0, 67 ** PPBU 1 0,37 0,15 0,54 ** 0, 27 PE BU 1 0,28 0,27 0,1 0,15 0,27 BBU 1 0,48 ** 0, 48 ** 0, 81 ** 0, 40 * 0, 82 ** 0, 47 * JBT 1 0,14 0,09 -0,3 0,13 -0,05 -0,05 -0,05 JT 1 0 -0,17 -0,11 -0,3 0,06 -0,02 -0,11 -0,08 TTT 1 0,01 -0,21 0,13 0,2 0,2 0,07 -0,05 0,08 0,12 LTT 1 0,06 -0,03 0,25 -0,28 ,08-0 -0,08 -0,28 -0,28 -0,25 -0,11 PS 1 -,012 -0,25 0,13 0,13 0,03 -0,16 -0,38 * 0, 03 -0 ,02 -0 ,1 -0 ,06 JS 1 -0,25 0,14 -0,12 0,12 0,2 230, 0,15 0,2 0,18 -0,07 0,36 0,13 PRB 1 -0,15 0,32 0,12 -0,11 0,03 0,39 * -0 ,08 -0 ,07 -0 ,34 -0 ,12 -0 ,22 -0 ,2 -0 ,12 PPD 1 0,06 0,32 0,01 -0,32 -0,18 0,22 ,16-0 0,11 0,08 -0,1 0,08 0,21 0,2 0,02 JPD 1 -0,01 -0,21 -0,06 0,23 -0,12 -0,09 0,1 -0,42 -0,22 -0,04 0,02 -0,23 -0,16 -0,18 -0,13 PP 1 -0,21 -0,63 ** 0, 02 0, 22 0, 26 -0 ,14 -0 ,46 * 0, 05 0, 04 -0 ,08 0, 13 -0 ,11 -0 ,25 -0 ,13 -0 ,14 -0 ,19 PD 1 0,7** 0,15 0,54 ** 0, 03 0, 08 0, 28 -0 ,3 -0 ,22 0, 11 -0 ,01 0, 05 0, 25 0 -0,17 -0,24 -0,01 -019 JD 1 0 0,19 -0,08 0,05 ,26-0 0,19 -0,08 0,23 -0,37 0,08 0,22 -0,04 0,22 ,2-0 0,02 0,07 -0,15 0,07 JBD 1 -0,02 0,03 0,03 -0,03 0,19 0,03 -0,03 0,08 -0,28 0,2 0,18 -0,26 0,18 0,37 -0,1 0,06 0,06 -0,08 0,03 LB 1 -0,56 ** -0 ,01 -0 ,08 0, 09 -0 ,21 0, 05 0, 22 0, 06 0, 18 0, 26 -0 ,3 0, 05 0, 28 -0 ,34 -0 ,44 * -0 ,29 -0 ,19 -0 ,01 -0 ,12 -0 ,18 TB 1 0,36 -0,3 0,43 * 0, 49 ** 0, 61 ** 0, 24 0, 19 0, 01 -0 ,02 0, 38 * -0 ,0 7 0, 73 ** -0 ,02 0, 26 -0 ,17 -0 ,12 -0, 17 -0 ,17 -0 ,11 -0 ,22 -0 ,18

Karakter TB LB JBD JD PD PP JPD PPD PRB JS PS LTT TTT JT JBT BBU PEBU PPBU BBBTS PEBTS PPBTS BK

(7)

7

Tabel 3. Korelasi sederhana karakter komponen buah populasi Pinang Emas.

Table 3. Simple correlation of fruit components of Pinang Emas populations.

Karakter BBU PEBU PPBU BBBTS PEBTS PPBTS BKBTS

BBU 1 PEBU 0,48** 1 PPBU 0,48** 0,28 1 BBBTS 0,81** 0,27 0,37 1 PEBTS 0,40* 0,10 0,15 0,65** 1 PPBTS 0,82** 0,15 0,54** 0,83** 0,55** 1 BKBTS 0,47* 0,27 0,27 0,67** 0,36 0,46* 1 Keterangan : BBU = berat buah utuh, PEBU = panjang equatorial buah utuh, PPBU = panjang polar buah utuh, BBBTS = berat buah

basah tanpa sabut, PEBTS = panjang equatorial buah tanpa sabut, PPBTS = panjang polar buah tanpa sabut, BKBTS= berat kering biji tanpa sabut.

Note: BBU = weight of fruit, PEBU= Length of Fruit equatorial, PPBU= Length of fruit polar, BBBTS= Weight of kernel, PEBTS= Length

ofkernel equatorial, PPBTS= Length of kernelpolar, BKBTS= Weight of dried kernel

.

Tabel 4. Matriks koefisien lintas empat karakter komponen buah terhadap karakter berat buah utuh (BBU).

Table 4. Matrix of path coefficient of four fruit components to weight of fruit component.

PEBU PPBU BBBTS PPBTS PT Residual PEBU 0,33 0,00 0,07 0,08 0,48 0,18 PPBU 0,09 -0,01 0,10 0,30 0,48 - BBBTS 0,09 0,00 0,26 0,47* 0,81 - PPBTS 0,05 -0,01 0,22 0,56** 0,82 -

Gambar 1. Hubungan langsung dan hubungan tidak langsung empat karakter komponen buah terhadap berat buah utuh

Figure 1. Direct and indirect effect of four fruit components to weight of fruit

Menurut Pamin dan Asmono (1993), apabila nilai rata-rata suatu karakter dinaikkan sebesar satu kali dari nilai standar deviasinya maka akan terjadi peningkatan hasil sebesar satu kali nilai korelasinya. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Tabel 1), perbaikan Pinang Emas terutama untuk meningkatkan berat buah utuh (BBU), hanya dapat dilakukan melalui karakter panjang polar buah

tanpa sabut (PPBTS) dengan cara menaikkan nilai seleksi karakter panjang polar buah tanpa sabut sebesar satu kali nilai standar deviasi, yaitu 0,16 sehingga kriteria seleksi menjadi 3,46 cm, diharapkan berat buah utuh Pinang Emas dapat meningkat menjadi 1 kali nilai korelasinya (0,56), yaitu 95,41 g dari nilai semula 61,16 g.

(8)

8

KESIMPULAN

Analisa korelasi antar 22 karakter pada Pinang Emas menghasilkan 25 hubungan positif nyata sampai sangat nyata, sebagian besar merupakan hubungan antar tujuh karakter komponen buah. Analisis sidik lintas 7 karakter

komponen buah, menghasilkan pengaruh

langsung karakter panjang polar buah tanpa sabut (PPBTS) terhadap berat buah utuh (BBU), sedangkan pengaruh tidak langsung karakter berat buah basah tanpa sabut (BBBTS) melalui karakter panjang polar buah tanpa sabut (PPBTS). Disarankan untuk memanfaatkan karakter PPBTS dalam kegiatan seleksi dengan nilai kriteria seleksi PPBTS 3,46 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Bahmankar, M., A.N. Daryoosh, and M. Dehdari 2014. Correlation, multiple regression and path analysis for some yield-related traits in sun flower. Journal of Biodiversity and Environmental Sciences. 2014. 4(2): 111-118. Balakrishna, P., R. Pinnamaneni, K.V. Pavani, and

R.K. Mathur. 2018. Correlation and path coefficient analysis in Indian oil palm genotypes. Journal of Pure and Applied Microbiology. March 2018. 12(1): 195-206. Bekele, A., and T.N. Rao 2014. Estimates of

heritability, genetic edvance and correlation study for yield and its attributes in maize (Zea mays L.) Journal of Plant Sciences 2014; 2(1): 1-4.

Dallastra, A, S.H. Uneda-Trevisoli, A.S. Ferraudo, A.O.D. Mauro. 2014. Multivariate approach in the selection of superior soybean progeny which carry the RR gene. Artigo Cientifico. 45(3): 588-597.

De Mendiburu, F. 2014. Agricolae. The

Comprehensice R Archive Network

[internet]. [diunduh 2017 Sep 10].tersedia pada: https://cran.r-project.org.

Goncalves, D.L., M.A.A. Barelli, T.A. Oliveira, P.R.J. dos Santos, C.R. da Silva, J.P. Poletine, L.G. Neves. 2017. Genetic correlation and path analysis of common bean collected from Caceres Mato Grosso State, Brazil. Ciencia Rural, Santa Maria. V. 47: 08. P.1-7.

Harishchand, R., M.R. Khan, V.P. Pandey, and D.K. Dwivedi. 2017. Correlation coefficient and path analysis in Coriander (Coriandrum

sativum L.) genotypes. International Journal

of Current Microbiology and Applied Science. (2017) 6(6): 418-422.

Hermanto, R., Syukur M., dan Widodo. 2017. Pendugaan ragam genetik dan heretabilitas

hasil dan komponen hasil tomat

(Lecopersicum esculantum Mill) di dua lokasi. Jurnal Hortikultura Indonesia. 8(1): 391-398. Jakhar, D.S, R. Singh, and A. Kumar. 2017. Studies on path coefficient analysis in maize (Zea

mays L.) for grain yield and its Attributes. Int J Curr Microbiol App Sci. 6(4):2851-2856.

Kalyan, B., K.V. Randha Khrisna, and Subba Rao L.V. 2017. Path coefficient analysis for yield and yield contributing traits in rice (Oryza

sativa L.) genotypes. International Journal of

Current Microbiology and Applied

Sciences. 6 (7): 2680-2687.

Kartina N., Wibowo B.P, Rumanti I.A, dan Satoto. 2017. Korelasi hasil gabah dan komponen hasil padi hibrida. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 2017. 1(1) : 11-20.

Kobraee, S, and K. Shamsi. 2011. Evaluation of soybean yield under drought stress by path analysis. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(10): 890-895

Lad D.B., N. Longmei, and U.M. Borle. 2017. Study on genetic variability, association of characters and path analysis in frech beans (Phaseolus vulgaris L.). International Journal of Pure and Applied Bioscience. 5(6) : 1065-1069. 2017

Miftahorrachman dan M. Nur. 2013. Hubungan produksi buah dengan beberapa karakter vegetative dan generative populasi Pinang Betara melalui analisia koefisien lintas. Buletin Palma. Juni 2013. 14(1): 34-40. Miftahorrachman, M. Firman, dan D. Hervina.

2018. Evaluasi karakter morfologi untuk perbaikan genetik tanaman pinang (Areca

catechu L.). Buletin Palma. Juni 2018. 19(1):

15.26.

Pamin K.K, dan Dwi Asmono. 1993. Sidik lintas antara produksi minyak terha-dap setiap komponennya pada kelapa. Buletin Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 1(2): 189-197. Prabowo H., D. Waluyo Djoar, dan Pardjanto.

2014. Korelasi sifat-sifat agronomi dengan hasil dan kandungan antosi-anin padi beras merah. Agrosains. 16(2): 49-54, 2014.

Rachmawati R.Y., Kuswanto, dan S.L.

Purnamaningsih. 2014. Uji kesera-gaman dan analisis sidik lintas antara karakter agronomis dengan hasil pada tujuh genotip padi hibrida Japonica. Jurnal Produksi Tanaman 2 (4), April 2014. Hal.292-300.

(9)

9

Rahmani A., M.N. Alhossini, and S.K. Khorasani. 2014. Correlation and path coefficient analysis between morpholo-gical characters and conservable grain yield of sweet and super sweet corn (Zea Mays L. var. Saccharata) varieties. American Journal of Experimental Agriculture. 2014. 4(11): 1252-1263.

Ram H., Khna M.M., Pandey V.P., and Dwivedi D.K. 2017. Correlation coefficient and path analysis in Coriander (Coriandrum sativum L.) genotypes. Internationla Journal of Current Microbiology Applied Sciences. 2017. 6(6): 418-422.

Ramappa, B.T. 2013. Economics of Areca nut cultivation in Karnataka, A case study of Shivamogga District. IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science (IOSR-JAVS). May-June 2013. Pp. 50-59

Rohaeni W.R, dan K. Permadi. 2012. Analisis sidik lintas beberapa karakter komponen hasil terhadap daya hasil padi sawah pada aplikasi agrisimba. Agrotrop. 2(2): 185-190. Silva T.N., V.M. Gustavo, V.M. Fabiola, Durvalina

Maria Marthias dos Santos, and B. Rodolfo. 2016. Correlation and path analysis of agronomic and morphological traits in maize. Revista Ciencia Agronomica. 47(2): 351-357.

Singh R.K, B.D. Chaudary. 1985. Biometrical

Methods in Quantitative Genetic Analysis.

New Delhi (IN): Kaylani Publishers.

Singh M.K. 2014. Genetic variability, heritability, genetic advance and correlation coefficient analysis in Fenugreek (Trigonella

foenum-graecum L.). Hortflora Research Spectrum,

3(2): 178-180. 9June 2014).

Singh T.J., R.K. Patel., K.G. Moda, and Priya Patel. 2018. Correlation and path coefficient analysis in Turmeric (Curcuma longa L.). International Journal of Chemical Studies. 6(6): 147-151.

Suchithra M, and P. Paramaguru. 2018. Variability and correlation studies for vegetative, floral, nut and yield characters in indigenous and exotic coconut genotypes.

International Journal of Current

Microbiology and Applied Sciences. 7(7): 3040-3054.

Tampake, H. 1987. Keragaman genetik dan korelasi antar sifat pada tanaman kelapa Dalam (Cocos nucifera Linn Var. Typica) di Kebun Percobaan Kima Atas. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana. Universitas Padjadjaran.

Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Bambang S, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia

Pustaka Utama. Terjemahan dari:

Introduction to Statistics 3rd Edition.

Weldemichael G., Alamerew S, and Kufa T. 2017. Genetic variability, heritability, and genetic advance for quantitative traits in coffee (Coffea Arabica L.) accessions in Ethiopia. African Journal of Agricultural Research. 2017. 12(21): 1824-1831.

Yadav T.C., R.S. Meena, and Lad Dhakar. 2018. Genetic variability analysis in Fenugreek (Trigonella foenum-graecum L.) genotypes.

International Journal of Current

Microbiology and Applied Sciences. 7(10): 2998-3003.

Gambar

Tabel 1. Penampilan 22 karakter vegetatif, generatif dan komponen buah Pinang Emas  Table 1
Tabel 2. Korelasi sederhana antar 22 karakter vegetatif, generatif dan komponen buah Pinang Emas  Table 2
Tabel 4.  Matriks  koefisien  lintas  empat  karakter  komponen  buah  terhadap  karakter berat buah utuh (BBU)

Referensi

Dokumen terkait

Variet as unggul berasal dari varietas lokal, varietas liar, varietas introduksi, galur homo- sigot, mutan atau genus-genus yang sama, yang mempunyai potensi hasil tinggi dan

Situs ini dibuat dengan menggunakan PHP yang menggunakan konsep server-side web scripting, sebagai servernya digunakan Apache Web Server, dan sebagai databasenya digunakan MySQL

[r]

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan sistem pakar yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit seputar masalah pada masa kehamilan dan persalinan, dalam suatu

Penginputan DAPODIK PAUD,DIMAS dan LKP Pengembangan aplikasi E- monitoring PAUD- DIKMAS Bimtek Pengelolaan DAPODIK TOT Tim DAPODIK pusat, provinsi dan kab/kota Pengolahan

Memahami pencemaran udara dan dampaknya bagi kesehatan maupun lingkungan serta upaya mengatasi.. 4.1.Menjelaskan sebab-sebab terjadinya

digunakan untuk memutar sudu (baling-baling)Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan

0,010 dengan taraf signifikasi 0,05 artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima pada tekanan darah sistolik maupun diastolik atau ada pengaruh senam lansia terhadap