SURVEI REKAYASA LAUT SURVEI REKAYASA LAUT
1.
1. PEMBUATAN PELABUHANPEMBUATAN PELABUHAN
Pembangunan pelabuhan sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009. Pembangunan pelabuhan sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan pengusahan yang dipergunakan sebagai tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan pengusahan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan (PP terminal dan tempat berlabuh yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan (PP no. 61 tahun 2009 pasal 1 ayat 1). Untuk membangun sebuah pelabuhan diperlukan no. 61 tahun 2009 pasal 1 ayat 1). Untuk membangun sebuah pelabuhan diperlukan persyaratan teknis berupa :
persyaratan teknis berupa : a.
a. Studi kelayakan.Studi kelayakan.
Studi kelayakan berisi tentang: Studi kelayakan berisi tentang: -- Kelayakan teknisKelayakan teknis
-- Kelayakan ekonomisKelayakan ekonomis -- Kelayakan financial.Kelayakan financial. b.
b. Desain teknis.Desain teknis.
Desain teknis mencakup tentang: Desain teknis mencakup tentang: -- kondisi tanahkondisi tanah
-- konstruksikonstruksi
-- kondisi hidrooceanografikondisi hidrooceanografi -- topografitopografi
-- penempatan penempatan dan dan konstruksi konstruksi Sarana Sarana Bantu Bantu Navigasi Navigasi Pelayaran, Pelayaran, alur alur pelayaran, pelayaran, dandan kolam pelabuhan serta tata letak dan kapasitas peralatan di pelabuhan
kolam pelabuhan serta tata letak dan kapasitas peralatan di pelabuhan
Untuk mendukung pembangunan pelabuhan tersebut, maka diperlukan survey
Untuk mendukung pembangunan pelabuhan tersebut, maka diperlukan survey lapangan.lapangan. Berikut ini beberapa survey yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk membangun Berikut ini beberapa survey yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk membangun sebuah pelabuhan :
sebuah pelabuhan : 1.
1. Survei TopografiSurvei Topografi
Pengukuran topografi dilakukan di wilayah pesisir yang tidak terpengaruhi Pengukuran topografi dilakukan di wilayah pesisir yang tidak terpengaruhi peristiwa
peristiwa pasang pasang surut. surut. Pengukuran Pengukuran ini ini dilakukan dilakukan untuk untuk memperoleh memperoleh gambarangambaran mengenai tinggi rendahnya permukaan tanah serta obyek-obyek yang bersifat alamiah mengenai tinggi rendahnya permukaan tanah serta obyek-obyek yang bersifat alamiah maupun buatan manusia yang terdapat pada wilayah tersebut. Pemanfaatan data maupun buatan manusia yang terdapat pada wilayah tersebut. Pemanfaatan data topografi adalah sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan dan perencanaan jalan topografi adalah sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan dan perencanaan jalan
menuju pelabuhan. Keseluruhan data topografi nantinya akan digabungkan dengan data hasil pemeruman dan diproses dengan menggunakan komputer menjadi satu kesatuan dalam peta batimetri.
2. Survei Batimetri
Survei Batimetri adalah proses penggambaran topografi dasar suatu perairan. Gambaran tersebut dapat di visualisasikan dalam bentuk kontur kedalaman atau dalam bentuk model permukaan digital. Kontur kedalaman dan bentuk model permukaan digital tersebut dihasilkan dari interpolasi titik-titik pengukuran kedalaman yang diperoleh dari data survei batimetri (Azmi dan Sanrizsandy 2012). Pemanfaatan untuk kegiatan perencanaan pelabuhan, seperti perencanaan lokasi pelabuhan, penentuan alur pelayaran dan perencanan lokasi dermaga. Survey batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Alat yang digunakan untuk mendapatkan data kedalaman yaitu echosounder.
3. Survei Side Scan Sonar
Side Scan Sonar adalah teknik yang menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi dan menemukan benda bawah air. Side Scan Sonar adalah alat perekam yang digunakan untuk merekam gambar kenampakan didasar laut. Prinsip kerja Side Scan Sonar pada dasarnya menggunakan gelombang akustik, mirip dengan prinsip kerja echosounder . Secara umum peralatan ini terdiri dari transducer yang berupa towfish yang ditarik dibelakang kapal, trans-receiver dan recorder .
Transducer berfungsi memantulkan gelombang akustik yang akan dikirim ke permukaan dasar laut kemudian hasil pantulan dari gelombang akustik yang mengenai objek atau dasar laut akan diterima oleh receiver yang kemudian akan ditampilkan oleh recorder dalam bentuk citra yang menggambarkan kondisi permukaan dasar laut. Berikut ini merupakan contoh gambar dari alat side scan sonar yang terdapat dalam Gambar I.1.
Survey side scan sonar ini akan menghasilkan peta yang berisi gambaran atau citra dasar laut yang akan menampilkan objek-objek dasar laut ( seabed features) yang berhasil dideteksi. Objek-objek tersebut berupa benda-benda yang terdapat di permukaan dasar laut, seperti pipa, batu karang, kapal karam, jack-up foot print , seabed scar , dll.
4. Survei Magnetometer
Magnetometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya suatu benda logam atau metal dengan cara mendeteksi nilai magnetiknya (Aji dkk 2015). Survei magnetometer dilaksanakan bersamaan dengan survei batimetri, dengan lajur survei sebagaimana lajur survei batimetri. Jika terdapat indikasi adanya objek metal yang cukup signifikan di suatu area tertentu, akan dapat dilihat pada pengolahan data dimana adanya anomali magnet. Untuk lebih memperkuat dugaan
terhadap objek metal yang ada di dasar laut, hasil survei dari magnetometer dapat dibandingkan dengan hasil survei dari side scan sonar . Berikut ini merupakan contoh gambar dari magnetometer yang terdapat dalam Gambar I.2.
Gambar I.2. SeaSpy Magnetometer.
5. Survei Pasang Surut
Prinsip pengamatan pasut adalah mengamati perubahan kedudukan permukaan laut dalam selang waktu tertentu. Pengamatan pasut pada survey batimetri adalah untuk mendefinisikan bidang referensi kealaman (chart datum) dan rata-rata muka air laut. Rentang waktu pengamatan pasut yang lazim dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 atau 29 piantan (1 piantan = 25 jam). Interval waktu pencatatan atau perekaman tinggi mula laut biasanya 15, 30 atau 60 menit.
Kegiatan perencanaan pelabuhan, pengamatan pasut sangat diperlukan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan di pelabuhan seperti: elevasi puncak bangunan pemecah gelombang dan dermaga ditentukan oleh muka air laut saat pasang dan kedalaman alur
pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Pengamatan pasut dapat dilakukan secara manual menggunakan bak ukur dan secara digital dapat menggunakan (automatic water level record ). Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang baik dan terhindar dari pengaruh gelombang, lokasi pengamatan dilakukan dimuara sungai atau teluk.
6. Pengamatan Arus
Pengamatan arus bertujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus pada area rencana konstruksi dilaut setiap saat sehingga didapatkan gambaran arah
arus dominan dan besaran arus setiap waktu. Fungsi survey arus laut adalah untuk menghindari pengaruh tekanan arus bearah tegak lurus kapal agar dapat maneuver dengan cepat dan mudah.
Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakn current meter yang dapat mencatat besarnya kecepatan arah arus. Pengambilan data dilakukan sedikitnya dalam 3 pengamatan, yaitu pada kedalaman 0.2d, 0.4d, dan 0.8d dimana d adalah kedalaman perairan pada posisi pengukuran. Lama pengukuran masing-masing adalah 24 jam per 1 hari, yaitu dari saat surut sampai dengan saat surut berikutnya atau pada saar pasang ke saat pasang berikutnya.
7. Pengamatan Gelombang
Gelombang merupakan salah satu faktor yang penting di dalam perencanaan pelabuhan. Gelombang di laut dapat dibangkitkan oleh pasang-surut. Pengamatan gelombang dilakukan untuk merencanakan bangunan pelabuhan, untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pelabuhan dan untuk mengetahui besarnya arus dan sedimen yang ditimbulkan gelombang sehingga nantinya dapat diantisipasi.
Pengukuran gelombang menggunakan wave recorder . Dilakukan dengan cara pembacaan elevasi muka air laut yang terekam pada alat yang dipasang pada tempat tertentu secara periodik (setiap 30-60 menit). Pengukuran gelombang dapat dilakukan secara visual selama 15 hari secara terus menerus yang mencakup pengukuran- pengukuran tinggi, periode dan arah datang gelombang. Semakin banyak data yang
tercatat, maka semakin akurat hasil yang diperoleh.
Angin memiliki pengaruh yang besar terhadap tekanan kapal dan banguna pelabuhan. Pengaruh angin dalam perencanaan pelabuhan yaitu:
- Angin berpengaruh dalam pengendalian kapal (manuver), terutama pendekatan kapal terhadap mulut pelabuhan.
- Angin menimbulkan gaya-gaya horizontal yang perlu dipikul oleh konstruksi pelabuhan.
- Angin mengakibatkan gelombang laut, dimana gelombang i ni menimbulkan gaya-gaya tambahan yang wajib dipikul oleh konstruksi bangunan pelabuhan misalnya pada pemecah gelombang pelabuhan.
9. Alur pelayaran
Untuk kegiatan pelayaran kapal membutuhkan kedalaman air yang sama dengan syarat kapal ditambah dengan kedalaman tambahan. Kedalaman air untuk pelabuhan didasarkan pada frekuensi kapal-kapal dengan ukuran tertentu yang masuk ke pelabuhan. Data kedalaman air diperoleh dari survey batimetri yang telah dilakukan.
Untuk kapal sebesar yang hanya masuk sekali dalam beberapa hari, maka hanya boleh masuk pada saat air pasang.
10. Perencanaan lokasi dermaga
Ukuran dermaga disesuaikan dengan ukuran kapal-kapal yang akan berlabuh dan bertambat pada dermaga. Hal ini diperlukan agar kapal yang datang atau
meninggalkan dermaga serta kegiatan bongkar muat tidak terganggu.
11. Sedimentasi
Survei sedimentasi dilakukan untuk mengetahui kondisi lapisan tanah ( sub soil ) yang hasilnya akan dipakai sebagai dasar perencanaan pondasi di lokasi dan juga untuk mengetahui sulit/tidaknya melakukan pengerukan untuk menimbun ditempat lain. Untuk mengetahui lapisan tanah didasar laut dapat dilakukan dengan menggunakan sub bottom profiling atau dengan melakukan pengeboran tanah dan diambil sampel
Sumber :
Azmi, M. dan Sanrizsandy, Z., 2012, “Pelaksanaan Survei Batimetri dan Pencitraan Dasar Laut Pada Industri Lepas Pantai Bekerjasama dengan PT. PAGEO UTAMA”, Laporan Kerja Praktek PT. PAGEO UTAMA, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Aji, A. C., Annas, S. dan Ahmad, I. S., 2015, “Survei Magnetometer untuk Deteksi Pipa Bawah Laut”, Laporan Kerja Praktek PT. PAGEO UTAMA, Univrsitas Gadjah Mada. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2006, diambil dari website
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sda/PP61-2009Kepelabuhan.pdf (akses pada tanggal 23 November 2015).
Gesu, I., Peranan Geodesi dalam Penentuan Lokasi Perencanaan Pelabuhan, diambil dari website
https://www.academia.edu/14895308/Peranan_Geodesi_dalam_Penentuan_Lokasi_Pere ncanaan_Pelabuhan (akses pada tanggal 23 November 2015).