• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBAT ANTI PROTOZOA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OBAT ANTI PROTOZOA.docx"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1.

1. ANTIHELMINTESANTIHELMINTES

1.

1. MebendazolMebendazol Mebencazol

Mebencazol merupakan merupakan antelmintik antelmintik yang yang luass luass spektrumnya. spektrumnya. MebendazolMebendazol sangat

sangat efektif efektif mengobati mengobati infestasi cacing geelang, infestasi cacing geelang, cacing cacing kremi, cacingkremi, cacing tambang dan T. trichiura, maka berguna untuk mengobati infestasi campuran tambang dan T. trichiura, maka berguna untuk mengobati infestasi campuran cacing-cacing tersebut.mebendazol juga efektif untuk

cacing-cacing tersebut.mebendazol juga efektif untuk trichostrongylustrichostrongylus,, sedangkan untuk taeniasis dan S

sedangkan untuk taeniasis dan S. strecoralis. strecoralis  efeknya bervariasi. Mebendazol  efeknya bervariasi. Mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa secara asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa secara irreversible

irreversible sehingga sehingga terjadi terjadi pengosongan (deplesipengosongan (deplesi) ) gliogen gliogen pada pada cacing.cacing. Cacing kan mati perlahan-lahan dan hasil terapi yang memuaskan Bru Nampak Cacing kan mati perlahan-lahan dan hasil terapi yang memuaskan Bru Nampak setelah 3 hari pemberian obat.

setelah 3 hari pemberian obat.

Farmakokinetik Farmakokinetik

Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral absorbsinya buruk, kurang dari 10%. Obat ini memilii bioavailabilitas oral absorbsinya buruk, kurang dari 10%. Obat ini memilii bioavailabilitas sistemik yang rendah, disebabkan absorbsinya yang buruk dan mengalami sistemik yang rendah, disebabkan absorbsinya yang buruk dan mengalami metabolism lintas pertama yang cepat. Waaktuparuhnya bersikar 2-6 jam, dan metabolism lintas pertama yang cepat. Waaktuparuhnya bersikar 2-6 jam, dan disekresi

disekresi terutama mterutama melalui elalui urin. urin. Juga ditemJuga ditemukan metabolit ukan metabolit dalam bentukdalam bentuk konjugasi yang disekresi bersama dengan empedu. Absorbsi mebendazol akan konjugasi yang disekresi bersama dengan empedu. Absorbsi mebendazol akan meningkat bila diberikan bersama dengan makanan berlemak.

meningkat bila diberikan bersama dengan makanan berlemak.

Efek samping dan kontraindikasi Efek samping dan kontraindikasi

Mebendazol tidak menyebaabkan efek toksik sistemik mungkin karea Mebendazol tidak menyebaabkan efek toksik sistemik mungkin karea absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada pasien yang anemia absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada pasien yang anemia maupun malnutrisi.efek samping yang kadang-kadang muncul adalah mual, maupun malnutrisi.efek samping yang kadang-kadang muncul adalah mual, muntah, diare, dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Gejala-gejala ini muntah, diare, dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Gejala-gejala ini  biasanya

 biasanya terjadi terjadi pada pada infestasi infestasi askaris askaris yang yang berat berat yang yang disertai disertai eksplusi eksplusi atauatau keluarnya cacing lewat mulut

keluarnya cacing lewat mulut (erratic migration)(erratic migration). Sakit kepala ringan, pusing. Sakit kepala ringan, pusing dan reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang jarang terjadi. Dari dan reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang jarang terjadi. Dari sudi toksikologi y

sudi toksikologi yng ng dipelajari obat dipelajari obat ini memiliki ini memiliki batas keamanan yang batas keamanan yang lebar.lebar. Tetapi pada tiku terlihat efek embrio toksik dan teratogenik, karena itu Tetapi pada tiku terlihat efek embrio toksik dan teratogenik, karena itu ebendazol tidak diberikan pada wanita hamil trimester pertama, juga pada ebendazol tidak diberikan pada wanita hamil trimester pertama, juga pada  pasien yang alergi mebendazol.

 pasien yang alergi mebendazol.

Indikasi Indikasi

(2)

Mebendazol merupakan obat terpilihuntuk e

Mebendazol merupakan obat terpilihuntuk enterobiasis dan trichuriasis dengannterobiasis dan trichuriasis dengan angka peenyembuhan 90-100% untuk enterobiasis pada dosis tunggal.untuk angka peenyembuhan 90-100% untuk enterobiasis pada dosis tunggal.untuk trichuriasis angka penyembuhan sampai 94% dengan dosis ganda, terutama trichuriasis angka penyembuhan sampai 94% dengan dosis ganda, terutama  pada anak-anak.

 pada anak-anak.

2.

2. AlbendazolAlbendazol

Albendazol, antelmintik oral spektrum luas, adalah obat pilihan dan disetujui di Albendazol, antelmintik oral spektrum luas, adalah obat pilihan dan disetujui di Amerika Serikat untuk pengobatan penyakit hidatidosa dan cysticercosis. Hal Amerika Serikat untuk pengobatan penyakit hidatidosa dan cysticercosis. Hal ini juga digunakan dalam pengobatan infeksi cacing kremi dan cacing

ini juga digunakan dalam pengobatan infeksi cacing kremi dan cacing

tambang, ascariasis, trichuriasis, dan strongyloidiasis, meskipun tidak diberi tambang, ascariasis, trichuriasis, dan strongyloidiasis, meskipun tidak diberi label untuk kondisi ini.

label untuk kondisi ini.

Farmakokinetik Farmakokinetik

Albendazol adalah karbamat benzimidazol. Setelah pemberian oral, tidak Albendazol adalah karbamat benzimidazol. Setelah pemberian oral, tidak

menentu diserap (meningkat dengan adanya makanan berlemak) dan kemudian menentu diserap (meningkat dengan adanya makanan berlemak) dan kemudian dengan cepat mengalami metabolisme lintas pertama di hati untuk metabolit dengan cepat mengalami metabolisme lintas pertama di hati untuk metabolit aktif sulfoksida albendazole. Mencapai variabel maksimum

aktif sulfoksida albendazole. Mencapai variabel maksimum konsentrasi plasmakonsentrasi plasma sekitar 3 jam setelah 400 mg dosis oral, dan plasma paruh adalah 8-12 jam. sekitar 3 jam setelah 400 mg dosis oral, dan plasma paruh adalah 8-12 jam. Sulfoksida ini sebagian besar terikat protein, mendistribusikan dengan b Sulfoksida ini sebagian besar terikat protein, mendistribusikan dengan b aikaik untuk jaringan, dan memasuki empedu, cairan serebrospinal, dan kista untuk jaringan, dan memasuki empedu, cairan serebrospinal, dan kista hidatidosa. Metabolit Albendazole diekskresikan dalam urin.

hidatidosa. Metabolit Albendazole diekskresikan dalam urin.

Efek antelmintik Efek antelmintik

Benzimidazol diperkirakan bertindak terhadap nematoda dengan menghambat Benzimidazol diperkirakan bertindak terhadap nematoda dengan menghambat sintesis mikrotubulus.

sintesis mikrotubulus. Albendazol Albendazol juga memiliki juga memiliki efek larvisida penyakitefek larvisida penyakit hidatidosa, cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang dan hidatidosa, cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang dan efekefek ovicidal di ascariasis, ancylostomiasis,dantrichuriasis.

ovicidal di ascariasis, ancylostomiasis,dantrichuriasis.

Efek Samping, Kontraindikasi, & Peringatan Efek Samping, Kontraindikasi, & Peringatan

Ketika digunakan untuk 1-3 hari, albendazole hampir bebas dari efek samping Ketika digunakan untuk 1-3 hari, albendazole hampir bebas dari efek samping yang signifikan. Ringan dan sementara epi

yang signifikan. Ringan dan sementara epigastrium distress, diare, sakit kepala,gastrium distress, diare, sakit kepala, mual, pusing, kelelahan, dan insomnia dapat terjadi. Dalam penggunaan jangka mual, pusing, kelelahan, dan insomnia dapat terjadi. Dalam penggunaan jangka  panjang untuk penyakit hidatidosa, albendazole ditoleransi dengan baik, tetapi  panjang untuk penyakit hidatidosa, albendazole ditoleransi dengan baik, tetapi

dapat menyebabkan penderitaan perut, sakit kepala, demam, kelelahan, dapat menyebabkan penderitaan perut, sakit kepala, demam, kelelahan, alopecia, peningkatan enzim hati, dan pansitopenia.

(3)

Jumlah darah dan studi fungsi hati harus diikuti selama terapi jangka panjang. Obat tidak boleh diberikan kepada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat benzimidazole lain atau orang-orang dengan sirosis. Keamanan

albendazole pada kehamilan dan pada anak-anak muda dari 2 tahun belum ditetapkan. (Katzung,2006)

3. Bithionol

Bithionol adalah obat pilihan untuk pengobatan fascioliasis (domba cacing hati). Obat alternatif, triclabendazole, tidak tersedia di Amerika Serikat. Bithionol juga merupakan obat alternatif dalam pengobatan paragonimiasis  paru.

Farmakokinetik

Setelah ditean, bithionol mencapai kadar puncak dalam 4-8 jam. Ekskresi tampaknya terutama melalui ginjal. Penggunaan klinis. Untuk pengobatan  paragonimiasis dan fascioliasis, dosis bithionol adalah 30-50 mg / kg dalam

dua atau tiga dosis terbagi, diberikan secara oral setelah makan pada hari alternatif selama 10-15 dosis. Untuk paragonimiasis paru, angka kesembuhan lebih dari 90%. Untuk paragonimiasis serebral, program ulangi terapi mungkin diperlukan.

Efek Samping, Kontraindikasi, & Peringatan

Efek samping yang terjadi pada sampai 40% pasien, umumnya ringan dan sementara, tapi kadang-kadang keparahan mereka membutuhkan penghentian terapi. Masalah-masalah ini termasuk diare, kram perut, anoreksia, mual, muntah, pusing, dan sakit kepala. Ruam kulit dapat terjadi setelah seminggu atau lebih terapi, menunjukkan reaksi terhadap antigen dilepaskan dari sekarat cacing.Bithionol harus digunakan dengan hati-hati pada anak-anak muda dari usia 8 tahun karena sudah ada pengalaman terbatas dalam kelompok usia ini. (Katzung, 2006)

4. Dietilkarbamazin Sitrat

Dietilkarbamazin adalah obat pilihan dalam pengobatan filariasis, loiasis, dan eosinofilia tropis. Ini telah digantikan oleh ivermectin untuk pen gobatan onchocerciasis.

(4)

  Farmakokinetik

Dietilkarbamazin, sebuah piperazine derivatif sintetis, dipasarkan sebagai garam sitrat. Hal ini dengan cepat diserap dari saluran pencernaan; setelah 0,5 mg/kg dosis, kadar plasma puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam. Paruh plasma adalah 2-3 jam di hadapan urin asam tetapi sekitar 10 jam jika urin bersifat  basa, sebuah Henderson-Hasselbalch efek menjebak. Obat cepat

menyeimbangkan dengan semua jaringan kecuali lemak. Hal ini diekskresikan, terutama dalam urin, sebagai obat tidak berubah dan N-oksida metabolit. Dosis mungkin harus dikurangi pada pasien dengan alkalosis kemih persisten atau gangguan ginjal.

Efek Antelmintik

Dietilkarbamazin melumpuhkan mikrofilaria dan mengubah struktur

 permukaannya, menggusur mereka dari jaringan dan membuat mereka lebih rentan terhadap kerusakan oleh mekanisme pertahanan tuan rumah. Modus tindakan terhadap cacing dewasa tidak diketahui.

Penggunaan klinis

Obat harus diminum setelah makan.

Efek Samping, Kontraindikasi, & Peringatan

Reaksi terhadap diethylcarbamazine, yang umumnya ringan dan sementara, termasuk sakit kepala, malaise, anoreksia, lemah, mual, muntah, dan pusing. Efek samping juga terjadi sebagai akibat dari pelepasan protein dari kematian mikrofilaria atau orang dewasa cacing. Reaksi sangat berat dengan

onchocerciasis, tapi diethylcarbamazine tidak lagi umum digunakan untuk infeksi ini, karena ivermectin sama berkhasiat dan kurang toksik. Reaksi

terhadap kematian mikrofilaria biasanya ringan dalam W bancrofti, lebih intens dalam B malayi, dan kadang-kadang parah pada infeksi L loa. Reaksi termasuk demam, malaise, ruam papular, sakit kepala, gejala gastrointestinal, batuk, nyeri dada, dan nyeri otot atau sendi. Leukositosis umum. Eosinofilia dapat meningkatkan dengan pengobatan. Proteinuria juga dapat terjadi. Gejala yang  paling mungkin terjadi pada pasien dengan beban berat mikrofilaria.

(5)

5. Ivermectin

Ivermectin merupakan obat pilihan dalam strongyloidiasis dan onchocerciasis. Ini juga merupakan obat alternatif untuk sejumlah infeksi cacing lainnya.

Farmakokinetik

Ivermectin, sebuah lakton makrosiklik semisintetik, adalah campuran dari avermektin B1a dan B1B. Hal ini berasal dari actinomycete tanah

Streptomyces avermitilis. Ivermectin hanya digunakan secara oral pad a manusia. Obat cepat diserap, mencapai konsentrasi plasma maksimal 4 jam setelah dosis 12 mg. Obat ini memiliki jaringan distribusi yang luas dan volume distribusi sekitar 50 L. Its paruh sekitar 16 jam. Ekskresi obatan metabolitnya hampir secara eksklusif dalam tinja.

Efek Antelmintik

Ivermectin tampaknya melumpuhkan nematoda dan arthropoda dengan meningkatkan -aminobutyric asam (GABA) transmisi -dimediasi sinyal di saraf perifer. Dalam onchocerciasis, ivermectin adalah microfilaricidal. Ini tidak efektif membunuh cacing dewasa, tetapi blok rilis mikrofilaria selama  beberapa bulan setelah terapi. Setelah dosis standar tunggal, mikrofilaria dalam

kulit berkurang dengan cepat dalam waktu 2-3 hari, tetap rendah selama  berbulan-bulan, dan kemudian secara bertahap meningkatkan; mikrofilaria

dalam ruang anterior dari penurunan mata perlahan-lahan selama berbulan- bulan, akhirnya jelas, dan kemudian secara bertahap kembali. Dengan dosis  berulang dari ivermectin, obat tidak muncul untuk memiliki tindakan

macrofilaricidal tingkat rendah dan untuk mengurangi produksi mikrofilaria secara permanen.

Efek Samping, Kontraindikasi, & Peringatan

Dalam perawatan strongyloidiasis, efek samping jarang termasuk kelelahan,  pusing, mual, muntah, sakit perut, dan ruam. Dalam pengobatan

onchocerciasis, efek samping yang terutama dari reaksi Mazotti, karena membunuh mikrofilaria. Reaksi termasuk demam, sakit kepala, pusin g, mengantuk, lemah, ruam, pruritus meningkat, diare, nyeri sendi dan otot, hipotensi, takikardia, limfadenitis, lymphangitis, dan edema perifer. Reaksi ini

(6)

dimulai pada hari pertama dan puncak pada hari kedua setelah pengobatan. Reaksi Mazotti terjadi pada 5-30% dari orang-orang dan umumnya ringan, tetapi mungkin lebih sering dan lebih parah pada orang yang bukan penduduk  jangka panjang daerah onchocerciasis-endemik. Reaksi Mazotti lebih intens

terjadi pada 1-3% dari orang dan reaksi parah pada 0,1%, termasuk demam tinggi, hipotensi, dan bronkospasme. Kortikosteroid diindikasikan pada kasus ini, pada waktu selama beberapa hari. Reaksi Mazotti berkurang dengan dosis  berulang. Pembengkakan dan abses kadang-kadan g terjadi pada 1-3 minggu,

mungkin di situs cacing dewasa.

Beberapa pasien mengembangkan kekeruhan kornea dan lesi mata lainnya  beberapa hari setelah perawatan. Ini jarang parah dan umumnya sembuh tanpa  pengobatan kortikosteroid.

Cara terbaik adalah untuk menghindari penggunaan seiring ivermectin dan obat lain yang meningkatkan aktivitas GABA, misalnya, barbiturat,

 benzodiazepin, dan asam valproik. Ivermectin tidak boleh digunakan selama kehamilan. Keamanan pada anak-anak muda dari 5 tahun belum ditetapkan. (Katzung, 2006)

6. Tiabendazole

Tiabendazole adalah sebuah alternatif untuk ivermectin untuk pengobatan strongyloidiasis dan larva migrans cutaneous.

Farmakokinetik 

Tiabendazole adalah senyawa benzimidazole. Meskipun agen chelating yang membentuk kompleks stabil dengan sejumlah logam, termasuk besi, itu tidak mengikat kalsium.

Tiabendazole cepat diserap setelah konsumsi. Dengan dosis standar,

konsentrasi obat dalam plasma puncak dalam waktu 1-2 jam; waktu paruh adalah 1,2 jam. Obat ini hampir sepenuhnya dimetabolisme di hati menjadi  bentuk 5-hidroksi; 90% diekskresikan dalam urin dalam 48 jam, sebagian besar

sebagai glukuronida atau sulfonat konjugasi. Tiabendazole juga dapat diserap dari kulit.

(7)

Efek Antelmintik

Mekanisme kerja dari thiabendazole mungkin adalah sama dengan

Benzimidazole lainnya. Obat ini memiliki efek ovicidal untuk beberapa parasit.

Penggunaan Klinis

Dosis standar, 25 mg/kg (maksimum, 1,5 g) dua kali sehari, harus diberikan setelah makan. Tablet harus dikunyah. Untuk infeksi strongyloides,

 pengobatan selama 2 hari. Angka kesembuhan dilaporkan 93%. Sebut saja dapat diulang dalam 1 minggu jika diindikasikan. Pada pasien dengan sindrom hyperinfection, dosis standar dilanjutkan dua kali sehari selama 5 -7 hari. Untuk larva migrans cutaneous, krim thiabendazole dapat diterapkan topikal atau obat oral dapat diberikan selama 2 hari (meskipun albendazole kurang beracun dan karena itu lebih disukai).

Efek Samping, Kontraindikasi, & Peringatan

Tiabendazole jauh lebih beracun dari Benzimidazole atau ivermectin lainnya, sehingga agen lain sekarang lebih disukai untuk sebagian besar indikasi. Efek samping yang umum termasuk pusing, anoreksia, mual, dan muntah. Masalah kurang sering adalah nyeri epigastrium, kram perut, diare, pruritus, sakit kepala, mengantuk, dan gejala neuropsikiatri. Gagal hati ireversibel dan mematikan sindrom Stevens-Johnson telah dilaporkan. Pengalaman dengan thiabendazole terbatas pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 15 kg. Obat tidak boleh digunakan pada kehamilan atau adanya penyakit hati atau ginjal. (Katzung, 2006)

2. OBAT ANTI MALARIA 1. Klorokuin dan derivatnya

Klorokuin ( 7- kloro-4-( 4 dietilamino-1-metil-butilamino) kuinolin) adalah turunan 4-aminokuinolin. Amodiakuin dan hidroksiklorokuin merupakan turunan klorokuin yang sifatnya mirip klorokuin. Walaupun in vitro dan in vivo amodiakuin lebih aktif terhadap P. falciparum yang mulai resisten terhadap

(8)

klorokuin, obat ini tidak digunakan rutin karena efek samping agranulositosis yang fatal dan toksik pada hati. (Elin : 2008 )

Farmakodinamik

Mekanisme kerja : menghambat aktivitas polimerase heme plasmodia. Polimerase heme plasmodia berperanan mendetoksifikasi heme ferriprotoporphyrin IX menjadi bentuk homozoin yang tidak toksik. Heme ini merupakan senyawa yang  bersifat membranolitik dan terbentuk dari pemecahan haemoglobin di vakuol makanan parasit. Peningkatan heme di dalam parasit menimbulkan lisis membran  parasit. (Katzung : 1997)

Farmakokinetik

Absorpsi : absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini. Sedangkan kaolin dan antasid yang mengandung kalsium dan magnesium dapat mengganggu absorpsi klorokuin. Sehingga, obat ini sebaiknya jangan diberikan bersama-sama dengan klorokuin. Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam.

Distribusi : 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible  plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan, pada hewan coba

ditemukan klorokuin di hati, limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelanin sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma. Sebaliknya, otak dan medulla spinalis hanya mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam plasma.

Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali. Waktu paruh terminalnya (T ½ ) berkisar 30-60 hari.

Ekskresi : metabolit klorokuin, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui urin. Metabolit utamanya, monodesetilklorokuin, juga mempunyai aktivitas anti malaria. Kadarnya sekitar 20-35% dari senyawa induknya. Asidifikasi akan mempercepat ekskresi klorokuin.

Indikasi : fase eritrositer dan parasitemia serangan akut

Kontraindikasi : penyakit hati, gangguan saluran cerna, gangguan neurologic, gangguan darah seperti G6PD, gangguan kulit berat seperti porfiria kutanea tanda dan psoriasis.

(9)

Efek samping

Dosis untuk malaria : sakit kepala, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan,  pruritus

Interaksi obat

meflokuin menyebabkan kejang antikonvulsan

amiodaron/halofantrin menyebabkan aritmia jantung

Resistensi : sudah banyak terjadi terutama Plasmodium falciparum, banyak mekanisme tetapi belum ada yang pasti. (Gilman’s : 1996)

2. Primakuin

Primakuin atau (4-amino-1-metilbutilamino)-6-metakuinolin ialah turunan 8-aminokuinolin. Garam difosfatnya yang tersedia di pasar larut dalam air dan relatif stabil sebagai larutan, sedikit mengalami dekomposisi bila terkena sinar atau udara.

Farmakodinamik

Aktivitas antimalaria –  manfaat kliniknya yang utama ialah dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karena bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin. Primakuin sendiri tidak menekan serangan malaria vivax, meskipun ia memperlihatkan aktivitas terhadap fase eritrosit. Demikian  juga secara klinis tidak digunakan untuk mengatasi serangan malaria falciparum

sebab tidak efektif terhadap fase eritrosit.

Mekanisme kerja –   primakuin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas antimalaria melalui  pembetukan oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi elektron parasit.

Resistensi beberapa strain P. vivax di beberapa Negara, termasuk Asia Tenggara relatif telah menjadi resisten terhadap primakuin.

(10)

Absorpsi : setelah pemberian per oral, primakuin segera diabsorpsi. Primakuin tidak pernah diberikan parenteral karena dapat mencetuskan terjadinya hipotensi yang nyata.

Distribusi : primakuin didistribusikan luas ke jaringan

Metabolisme : metabolismenya berlangsung cepat dan hanya sebagian kecil dosis yang diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal. Pada pemberian dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3 jam, dan waktu paruh eliminasi (T ½) 6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan 3 macam metabolit; turunan karboksil merupakan metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik, sedangkan metabolit yang lain memiliki aktivitas hemolitik, yang lebih besar dari primakuin. Ketiga metabolit ini juga memiliki aktivitas malaria yang lebih ringan dari primakuin.

Ekskresi : sebagian kecil dari dosis yang diberikan yang diekskresi ke urin dalam  bentuk asal.

Indikasi : penyembuhan radikal P. vivax dan P. Ovale

Kontraindikasi : primakuin dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus. Primakuin juga tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan hemolisis, dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang. Primakui sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sebab fetus relatif mengalami defisiensi G6PD

sehingga berisiko menimbulkan hemolisis.

Efek samping  : efek samping yang paling berat dari primakuin ialah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Beratnya hemolisis beragam tergantung dari besarnya

dosis dan beratnya defisiensi. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi lagi akan memperberat gangguan di perut dan menyebabkan methemoglobinemia dan sianosis. Gangguan saluran cerna dapat dikurangi dengan pemberian obat sewaktu makan. (Gilman’s : 1996)

(11)

Kina (kuinin) ialah alkaloid penting yang diperoleh dari pohon sinkona. Pohon sinkona mengandung lebih dari 20 alkaloid, tetapi yang bermanfaat di klinik hanya 2 pasang isomer, kina dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin. Struktur utama adalh gugus kuinolin. Kuinidin sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga lebih toksik. (Elin : 2008)

Farmakodinamik

Mekanisme kerja : mekanisme kerja antimalarianya berkaitan dengan gugus kuinolin yang dimilikinya, dan sebagian disebabkan karena kina merupakan basa lemah, sehingga akan memiliki kepekatan yang tinggi di dalam vakuola makanan P. falciparum. Diperkirakan obat ini bekerja melalui penghambatan aktivitas heme polimerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat toksik yaitu heme. Heme adalah hasil sampingan dari penghancuran haemoglobin di dalam vakuola makanan, yang pada keadaan normal oleh enzim tersebut diubah menjadi  pigmen malaria yang tidak merusak.

Farmakokinetik

Absorpsi : kina dan turunannya diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas.

Distribusi : distribusinya luas, terutama ke hati, tetapi kurang ke paru, ginjal dan limpa; kina juga melalui sawar uri. Kadar puncaknya dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal.

Metabolisme : sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolisme di hati. Waktu  paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedang pada pasien malaria berat

18 jam.

Ekskresi : hanya kira-kira 20% yang diekskresi dalam bentuk utuh di urin. Karena  perombakan dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi akumulasi dalam badan.

Indikasi  : malaria falciparum yang resisten klorokuin dalam bentuk kombinasi dengan doksisiklin/ klindamisin/ pirimetamin sulfadoksin akan memperpendek waktu dan mengurangi toksisitas.

Efek samping

Sinkonisme : tinnitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare dan mual.

(12)

Keracunan yang lebih berat  –   gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan kulit.

Lebih lanjut lagi terjadi perangsangan SSP, seperti bingung, gelisah, dan delirium. Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat; suhu kulit dan tekanan darah menurun; akhirnya pasien meninggal karena henti napas. Keracunan yang berat ini biasanya disebabkan oleh takar lajak atau reaksi kepekaan. Dosis fatal kina per oral untuk orang dewasa berkisar 2-8 g.

Black water fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia dan hemoglobinuri merupakan suatu reaksi hipersensitivitas kina yang kadang terjadi  pada pasien malaria yang hamil. Hipersensitivitas yang lebih ringan dapat terjadi  pada pasien dengan defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase.

Kina dan kuinidin merupakan perangsang kuat sel β pankreas, sehingga terjadi hiperinsulinemia dan hipoglikemia berat. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi yang fatal terutama pada wanita hamil dan pasien infeksi berat yang  berkepanjangan.

Kina juga dapat menyebabkan gangguan ginjal, hipoprotrombinemia, dan agranulositosis. Abortus dapat terjafi pada takar lajak, tetapi tampaknya bukan akibat efek oksitosiknya. (Gilman’s : 1996)

4. Golongan antifolat a. Pirimetamin

Pirimetamin ialah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida. (Dirjen : 1995)

Farmakodinamik

Pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja lambat yang mempunyai efek antimalaria yang mirip dengan efek proguanil tetapi lebih kuat karena bekerja langsung, waktu paruhnya juga lebih panjang. Untuk profilaksis,  pirimetamin dapat diberikan seminggu sekali, sedangkan proguanil harus

diberikan setiap hari.

Mekanisme kerja : pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase  plasmodia pada kadar yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan untuk

(13)

reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya  pembelahan inti pada pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit. Kombinasi dengan sulfonamid memperlihatkan sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.

Farmakokinetik

Absorpsi : setelah pemberian oral, penyerapan pirimetamin di saluran cerna  berlangsung lambat tetapi lengkap. Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma

dicapai dalam waktu 4-6 jam. Konsentrasi obat yang berefek supresi dapat menetap di dalam darah selama kira-kira 2 minggu. Obat ini diakumulasi terutama di ginjal, paru, hati dan limpa.

Ekskresi : pirimetamin diekskresi lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi melalui urin.

Efek samping : dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa dengan yang terjadi pada defisiensi asam folat. Gejala ini akan hilang bila  pengobatan dihentikan, atau dengan pemberian asam folinat (leukovorin). Untuk

mencegah anemia, trombositopenia, dan leukopenia, leukovorin ini dapat pula diberikan bersamaan dengan pirimetamin.

Indikasi : profilaksis malaria

b. Kombinasi pirimetamin-sulfadoksin Farmakodinamik

Obat ini bekerja dengan cara mencegah pembentukan asam folinat (asam tetradihidrofolat) dari PABA pada plasmodia. (Dirjen : 1995)

Indikasi : terapi malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Obat ini  juga digunakan sebagai terapi tambahan untuk kina dalam mengatasi serangan

akut malaria, guna memperpendek masa pemberian kina serta mengurangi toksisitasnya. Untuk serangan akut malaria tanpa komplikasi oleh P. falciparum yang resisten klorokuin dapat diberikan sulfadoksin-pirimetamin 3 tablet sahaja setelah pemberian kina 3 x 650 mg per hari selama 3-7 hari.

Terapi presumptif untuk malaria falciparum. Obat ini digunakan untuk mengatasi demam yang diduga akibat serangan akut malaria falciparum. Pengobatan ini dilakukan di daerah endemik malaria, di mana pasien tidak mampu memperoleh

(14)

 pelayanan medik yang layak. Dianjurkan setelah pemakaian obat tersebut, pasien secepat mungkin memeriksakan dirinya pada fasilitas medic yang lengkap untuk memperoleh diagnose pasti dan pengobatan yang tepat.

Kontraindikasi : pada gangguan fungsi ginjal dan hati, diskrasia darah, riwayat alergi sulfonamid, ibu menyusui dan anak yang berusia kurang dari 2 tahun.

Efek samping : penggunaan kombinasi sulfadoksin-pirimetamin jangka lama sebagai profilaksis malaria tidak dianjurkan, sebab sekitar 1 : 5000 pasien akan mengalami reaksi kulit yang hebat bahkan mematikanseperti eritema multiforme, sindroma Steven Johnson atau nekrolisis epidermal toksik. ( Gilman’s : 1996 )

c. Proguanil/ kloroguanid

Proguanil atau kloroguanid ialah turunan biguanid yang berefek skizontosid melalui mekanisme antifolat. Obat ini mudah penggunaannya dan hampir tanpa efek samping.

Mekanisme kerja : menghambat pembentukan asam folat

Indikasi : untuk profilaksis, saat ini proguanil masih dipakai dalam kombinasi dengan klorokuin sebagai regimen alternatif untuk meflokuin. Proguanil tersedia sebagai kombinasi tetap 100 mg dengan atovakuon 250 mg, yang efektif untuk  profilaksis malaria, terutama malaria falciparum. Selain itu, kombinasi ini juga

dicadangkan untuk mengobati serangan klinis malaria falciparum.

Efek samping : hampir tidak ada, gangguan saraf ringan.

Resistensi : proguanil mudah sekali timbul resistensi terhadapnya sehingga  penggunaan proguanil telah tergeser oleh antifolat lain yang lebih efektif. Meskipun resistensi terhadap proguanil sebagai monoterapi cukup sering, namun dalam bentuk kombinasi jarang terjadi.

d. Meflokuin Farmakodinamik

Mekanisme : antimalarianya belum diketahui dengan jelas, tetapi dalam beberapa hal meflokuin mirip dengan kuinin. Meflokuin memiliki aktivitas skizontosid darah yang kuat terhadap P. falciparum dan P. vivax, tetapi tidak aktif terhadap fase eksoeritrosit dan gametosit. (Viravan : 1991)

(15)

Farmakokinetik

Absorpsi : meflokuin hanya diberikan secara oral, karena pemberian parenteral dapat menyebabkan iritasi lokal yang berat. Meflokuin diserap baik di saluran cerna.

Distribusi : meflokuin banyak terikat pada protein plasma. Kadar dalam jaringan, terutama hati dan paru, bertahan tinggi untuk beberapa lama.

Metabolisme : saluran cerna merupakan reservoir untuk meflokuin karena obat ini mengalami sirkulasi enterohepatik dan enterogastrik. Kadar puncak dicapai 17  jam setelah pemberian, kemudian menurun sedikit demi sedikit selama beberapa

hari dengan waktu eliminasi sekitar 20 hari.

Ekskresi : dalam berbentuk berbagai metabolit terjadi terutama melalui feses dan hanya sedikit yang melalui urin.

Indikasi : mencegah dan mengobati malaria yang resisten klorokuin dan P. falciparum yang resisten dengan banyak obat. Meflokuin tidak diindikasikan untuk mengobati malaria falciparum berat.

Efek samping  : mual, muntah, nyeri abdomen, diare, sakit kepala, dan pusing.  Neurotoksisitas seperti disorientasi, kejang, enselopati, neurotic dan psikotik juga

dapat terjadi, namun bersifat reversibel bila obat dihentikan.

Kontraindikasi : wanita hamil, terutama kehamilan di bawah 3 bulan, anak yang  berat badannya kurang dari 5 kg, pasien dengan riwayat kejang, gangguan neuropsikiatri berat, gangguan konduksi jantung dan adanya reaksi samping terhadap antimalaria kuinolin, misalnya kina, kuinidin dan klorokuin, dikontraindikasikan menggunakan obat ini. (Gilman’s : 1996)

3. OBAT ANTI PROTOZOA (AMUBISID)

AMUBISID YANG BEKERJA PADA LUMEN USUS DAN JARINGAN METRONIDAZOL

Pada tahun 1960 metronidazol mendapat paten sebagai kemoterapi yang sangat efektif. Metronidazol (2 – metil – 5-nitroimidazol-1-etanol) adalah anti-mikroba dengan aktivitas yang sangat baik terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Spektrum antiprotozoanya mencakup Trikomonasi, Gardnerella, Vaginalis,

(16)

 Entamoeba histolytica dan Guardian lamblia. Aktivitas antibakteri anaerobnya sangat bermanfaat untuk sepsis pada kasus bedah dan ginekologis terutama  Bacteroides fragilis (Amir syarif, 2007; ISO, 2008).

Metronidazol adalah senyawa nitroimidazol (turunan 5-nitroimidazol) yang lebih aktif terhadap amubiasis sistemik dari pada amubiasis usus karena sebagian besar obat diabsorpsi melalui usus halus sehingga kemunkinan gagal untuk mencapai kadar terapetik dalam usus besar (Siswandono, 2000).

Mekanisme Kerja

Gugus nitro dari metronidazol pada posisi 5 secara kimiawi sangat berperan untuk aktifitas amubiasis karena mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus elektron donor protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia; terjadinya interaksi terhadap DNA sehingga menyebabkan perubahan struktur helik DNA (hilangnya struktur heliks DNA),  pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi DNA sehingga amuba mengalami

kematian. Metronidazol terhadap trichomoniasis mempunyai daya trikomoniasid langsung dengan konsentrasi 2,5 mcg/ml dan terhadap amebiasis, metronidazol mempunyai daya amebisid langsung dengan konsentrasi 1-2 mcg/ml (Amir Syarif, 1980; Siswandono dan Bambang Soekardjo, 2000).

Farmakokinetika dan Metabolisme

 Absorpsi : Oral baik, jika diberikan topical konsentrasi sistemik yang tercapai setelah aplikasi topical 1 gr sepuluh kali lebih rendah dibandingkan dengan  pemberian dosis oral 250 mg

 Distribusi : Ke air liur, empedu, cairan seminal, air susu, tulang, hati, dan hati yang abses, sekresi paru dan vagina, menembus sawar plasenta dan darah-otak. Rasio CSS : darah: normal mening : 16-43 %; mening inflamasi : 100%. Ikatan  protein: <20%.

 Metabolisme : hati (30-60%)

Waktu paruh eliminasi : neonates : 25-75 jam; lainya 6-8 jam, diperpanjang oleh gangguan hati, gangguan ginjal tahap akhir : 21 jam. Waktu untuk mencapai kadar puncakdiserum : oral immediate release : 1-2 jam (Syarif, 1980).

(17)

1. EMETIN Cara Kerja

membunuh E. histolytica secara langsung lebih efektif terhadap bentuk motil daripada terhadap bentuk kista. In vitro, dosis terapi emetin dapat segera membunuh trofozoit.

Farmakokinetik

diserap baik dari tempat suntikan, kemudian dimetabolisme dan diekskresi secara lambat. Kadar tertinggi di hati (penting utk pengob atan amubiasis hati).

Indikasi

Penggunaan utama untuk mengobati amubiasis, sangat berguna pada amubiasis hati dan abses amuba. Penggunaan pada amubiasis intestinal untuk penderita dengan diare berat.

2. DERIVAT 8-HIDROKSIKUINOLIN Farmakologi

memperlihatkan efek amubisid langsung, tetapi mekanisme kerja belum  jelas.Derivat 8-hidroksikuinolin hanya bekerja terhadap amuba dalam lumen usus,

tidak efektif untuk abses amuba atau amubiasis hati.

Indikasi

Selain untuk amubiasis intestinal, iodokuinol juga merupakan obat pilihan utama untuk carrier amubiasis.

Sediaan & Posologi iodokuinol yang dianjurkan pada pengobatan amubiasis:

3x650 mg selama 20 hari untuk dewasa, atau 30-40 mg/kgBB/hari untuk anak yang terbagi dalam 3 dosis.

3. KLOROKUIN

Memiliki daya amubisid klorokuin lebih besar terhadap trofozoid, tidak  bermanfaat untuk amubiasis intestinal, penyerapannya hampir sempurna sehingga kadar dikolon sangat rendah.Dalam pengobatan amubiasis hati, selain

(18)

klorokuin,berikan juga obat amubiasis intestinal untuk mencegahkolaps.Dosis klorokuin untuk dewasa dengan amubiasis ekstraintestinal ialah 4x250 mg/hari  pada 2 hari pertama dan dilanjutkan dengan 2x250 mg/hari selama2 atau 3

minggu.

AMUBISID LUMINAL

Contoh : diyodohidroksikuin, yodoklorhidroksikuin, kiniofon, glikobiarsol, karbarson, emetin bismuth yodida, klefamid, diloksanid furoat dan  beberapaantibiotik, misalnya tetrasiklin dan paromomisin.

4. OBAT ANTIJAMUR 

Menurut indikasi klinis obat anti jamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :

Antijamur untuk infeksi sistemik, termasuk amfoterisin B, flusitosin, imidazol ( ketokonazol, flukonazol, mikonazol), dan hidroksistilbamidin

Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan, termasuk griseofulvin, golongan imidazol ( mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bigonazol), nistatin, tolnaftat, dan antijamur topical lainnya ( kandisidin, asam undesilenat, dan natamisin)

Adapun penjelasan obat-obatnya adalah

1. Antijamur untuk infeksi sistemik

1. Ketonazol (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Merupakan antijamur sintetik dengan rumus bangun mirip dengan mikonazol dan klotrimazol. Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam

Aktivitas Jamur

Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcusneoformans,  H. capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sporot hrix spp.

(19)

Ketonazol masuk ke dalam sel jamur dan menimbulkan kerusakan pada dinding sel. Mungkin juga terganggu sintesis asam nukleat atau  penimbunan peroksida dalam sel yang merusak sel jamur

Farmakokinetik

Absorbsi: diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar  plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan  pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.

Distribusi: ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.

Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.

Efek samping

Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai.ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.

Indikasi

Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan  jaringan lemak

Kontraindikasi

Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut.

2. Flukonazol (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Aktivitas Antijamur

Flukonazol merupakan derivate triazol, antijamur yang poten, yang  bekerja spesifik menghambat pembentukan sterol pada membrane sel

(20)

 jamur. Flukonazol bekerja dengan spesifisitas yang tinggi pada enzim-enzim “cytochrome P-450 dependent ”.

Farmkologi

Aktif terhadapa mikosisi yang umum disebabkan oleh Cryptococcus neoformans, infeksi jamur intrakranial, mikrosporum, dan trikhofiton.

Farmakokinetik

Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.

Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg. Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.

Indikasi

untuk (1) meningitis kroptokokus, (2) Kandidiasis sistemik (termasuk kandidemia dan kandidiasis diseminata), dan bentuk-bentuk lain kandidiasis, termasuk infeksi jamur diperitonium, endokardium, dan infeksi jamur di saluran napas dan saluran cerna, (3) kandidiasis orofaringeal, dan kandidiasis esophageal, dan (4) kandidiasis vaginal.

3. Flusitosin (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Flusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan antijamur sintetik yang  berasal dari fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan struktur denganfluorourasil dan floksuridin. Obat ini berbentuk kristal putih tidak  berbau, sedikit larutdalam air tapi mudah larut dalam alkohol.

Aktivitas Obat

Spektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat iniefektif untuk  pengobatan kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis

danaspergilosis. Cryptococcus dan Candida dapat menjadi resisten selama  pengobatan denganflusitosin. Empat puluh sampai 50% Candida  sudah resisten sejak semula pada kadar 100 µg/mL flusitosin. Infeksi saluran kemih bagian bawah oleh Candida yang sensitif dapat diobati dengan

(21)

flusitosin saja karena kadar obat ini dalam urin sangat tinggi.  Invitro  pemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan menghasilkan efek supraaditif terhadap C. neoformans, C. tropicalis  dan C. albicans  yang sensitif.

Mekanisme kerja

Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.

Farmakokinetik

Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan tapi  jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada  pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium

hidroksida dan dengan neomisin.

Distribusi : didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi mendekati total cairan tubuh.

Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml.

Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.

Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang  pada penderita insufisiensi ginjal.

Efek samping

Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama  pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat  pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita

(22)

Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.

Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.

Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.

Indikasi

infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan  peroral.

Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosis

4. Griseofulvin (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Merupakan Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah  berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis Mekanisme Kerja : Griseofulvin kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat.

Farmakokinetik

Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak

Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam.

Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin.

· Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.

(23)

· Leukopenia dan granulositopenia menghilang bila terapi dilanjutkan. Sakit kepala keluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.artralgia, neuritis  perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan flatulensi.

· Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.

Indikasi

Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton.

Sediaan dan dosis

Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi mengandung 125 mg/ml.

Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.

Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam

Kontaindikasi

Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati

5. Imidazol dan Triazol (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas.Yang termasuk kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol.

(24)

Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik maupun jamur dermatofit.

Mekanisme Kerja

Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan  permeabilitas membran sel jamur meningkat

Farmakokinetik

Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik.

Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang  baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian.

Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula. Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif

Indikasi

Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.

Efek samping

Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi.

2. Antijamur Infeksi dermatofit dan mukokutan

1. Klotrimazol

(25)

Penyerapan clotrimazole kurang dari 0,5% setelah aplikasi pada kulit utuh, darivagina, itu adalah 3% sampai 10%. Konsentrasi fungisida tetap dalam vaginaselama 3 hari setelah pemberian obat kepada pasien. Jumlah kecil diserapdimetabolisme di hati dan diekskresikan dalam empedu. Pada orang dewasa,dosis oral 200 mg per hari akan menimbulkan awalnya untuk konsentrasi plasma0,2 sampai 0,35 mg / ml, diikuti dengan  penurunan progresif ( Katzung, 1997)

Efek Samping

Dalam sebagian kecil dari penerima, clotrimazole pada kulit dapat menyebabkanmenyengat, eritema, edema, bengkak, deskuamasi, pruritus, dan urtikaria. Ketikaditerapkan untuk vagina, sekitar 1,6% dari penerima mengeluhkan sensasiterbakar ringan, dan jarang dari kram perut bagian  bawah, sedikit peningkatanfrekuensi kencing, atau ruam kulit. Sesekali,  pasangan seksual dapat mengalamiiritasi penis atau uretra

Indikasi

Klotrimazol telah dilaporkan untuk menyembuhkan infeksi dermatofit  pada 60%sampai 100% dari kasus. Tingkat penyembuhan dalam kandidiasis kulit adalah80% sampai 100%. Dalam kandidiasis vulvovaginal, angka kesembuhanbiasanya di atas 80% ketika rejimen 7-hari digunakan. Sebuah rejimen 3-7-hari 200mg sekali se7-hari tampaknya sama efektif, seperti halnya dosis tunggalpengobatan (500 mg). Kambuh yang umum setelah semua rejimen. Angkakesembuhan dengan troches oral untuk kandidiasis oral dan faring mungkinsetinggi 100% pada host imunokompeten. (Goodman & Gilman's, 2006).

Kontraindikasi

Dapat merusak bahan lateks, sehingga tidak dianjurkan penggunaan kondompada saat menggunakan obat ini

2. Haloprogin (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Haloprogin merupakan antijamur sintetik, bersifat fungisidal yang efektif terhadap epidermofiton, trikofiton, mikrosporum, dan  Malssezia furfu. Haloprogin sedikit sekali yang diabsorpsi melalui kulit, dan dalam tubuh akan terurai efek samping dapat berupa iritasi local, rasa terbakar,

(26)

vesikulasi, meluasnya maserasi, dan sensitisasi. Sensitisasi ini mungkin merupakan pertanda cepatnya respon terhadap pengobatan karena toksin yang dilepaskan kadang-kadang memperburuk lesi.

Haloprogin terdapat dalam bentuk krim dan larutan 1%. Terhadap tineapedis, efektivitasnya hampir sama dengan tolnaftat. Haloprogin juga digunakan untuk tinea versikolor

3. Asam Undesilenat (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Asam undesilenat merupakan cairan kuning dengan bau khas yang tajam. Dosis biasa dari asam ini hanya menimbulkan efek fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat memberikan efek fungisidal. Dalam hal ini seng berperan untuk menekan luasnya  peradangan. Obat ini dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tinea  pedis, tetapi efektivitasnya tidak sebaik mikonazol, haloprogin atau

tolnaftat

4. Asam Benzoat Dan Asam Salisilat (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2008)

Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam perbandingannya 2 : 1(biasanya 6% dan 3%) ini dikenal sebagai salepWhitfield. Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam Salisilat memberikan efek keratolitik. Karena asam ben-zoat hanya bersifat fungistatik maka  penyembuhan baru tercapai setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya, sehingga pemakaian obat ini membutuhkan waktu  beberapa minggu sampai bulanan. Salep ini banyak digunakan untuk  pengobatan tinea pedis dan kadang-kadang juga untuk tinea kapitis. Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan kurang menyenangkan dari para pemakainya karena salep ini berlemak.

5. Itrakonazol ( Katzung, 1997)

Itrakonazol adalah azol pilihan untuk pengobatan penyakit akibat jamur dimorfik histoplasma, Blastomyces, dan Sporothrix. sementara itrakonazol memiliki aktivitas terhadap spesies aspergillus, agen ini telah digantikan oleh vorikonazol sebagai yang azol pilihan untuk aspergillosis.

(27)

Itraconazole digunakan secara luas dalam pengobatan dermatophytoses dan onikomikosis.

Farmakokinetik

Penyerapan obat meningkat dengan makanan dan oleh pH lambung yang rendah. Seperti azoles larut lipid lainnya, berinteraksi dengan enzim mikrosomal hati, meskipun untuk tingkat yang lebih rendah dari ketoconazole. interaksi obat penting berkurang bioavailabilitas itrakonazol ketika diambil dengan rifamycins (rifampisin, rifabutin, rifapentin). Ini tidak mempengaruhi sintesis steroid mamalia, dan dampaknya pada metabolisme obat lain hepatically dibersihkan jauh lebih daripada ketoconazole

(28)

DAFTAR PUSTAKA

 Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I dan Kusn andar., 2008. Iso

Farmakoterapi. ISFI, Jakarta

 Amir Syarif, Purwantyastuti Ascobat, Ari Estuningtyas, Rianto Setiabudy,

Arini Setiawati, Armen Muchtar, et al. 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Gaya Baru: Jakarta.

 Siswandono. (2000). Kimia Medicinal. Surabaya: Airlangga University Press.  Bertram G.Katzung, MD, PhD. 1997. Basic and Clinical Pharmacology 10 th

edition.University of California, San Francisco.

 Tracy JW, Webster LT. 1996. Drugs Used in Chemotherapy of Protozoa

 Infections.Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapheutics Edisi ke-9. NewYork: Mc Milan.

 Direktorat Jenderal PPM & PLP. 1995. Pengobatan Malaria. Jakarta:

Departemen \Kesehatan Republik Indonesia

 Bunnag D, Viravan C, Looareesuwan S, Karbwang J, Harinasuta T. 1991.

Clinical Trial of Artesunate and Artemether on Multidrug Resistant  Falciparum Malaria in Thailand . Southeast As J Trop Med Pub

Health

 Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya. 2008.  Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2. Penerbit EGC : Jakarta

 Laurence L.Brunton,PhD . 2006. Goodman & Gilman's The

 Pharmacologicalbasis Of Therapeutics –  11th  Ed . Professor of Pharmacology and MedicineUniversity of California San Diego School of Medicine La Jolla, California

Referensi

Dokumen terkait

Yang untuk memahami penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar.Hasil penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:

2011, ‘Pengaruh Natrium Lauril Sulfat terhadap Penetrasi Natrium Diklofenak Dalam Gel Carbopol Melalui Kulit Tikus Secara In Vitro’, Skripsi, Sarjana

a) Pondasi ini dipakai pada bangunan dengan bentangan yang lebar (jarak anatara kolom 6m) dan bangunan bertingkat. b) Pondasi dipakai pada bangunan diatas tanah yang

Secara mendalam, fokus penelitian ini memberikan gambaran bahwa permasalahan pokok yang perlu diteliti adalah : Bagaimanakah Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Melalui

Selanjutnya peneliti akan memberikan dua buah soal kuis yang dikerjakan secara perseorangan untuk menunjukkan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika mereka.

Teknologi Maklumat dan Komunikasi (TMK) diajar sebagai satu masa pelajaran sebagai persediaan ke sekolah menengah yang menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan dan

1) Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambarannya mirip dengan apusan darah tepi. Menunjukkan spektrum lengkap seri myeloid, dengan komponen paling

memperlihatkan pe.ahan porpiroblast yang ke.il li.in men.erminkan permukaan belahannya' &amp;ada tingkat metamorfisme yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa' isini biasanya