• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 RANDUDONGKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 RANDUDONGKAL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

72

BERAGAMA MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 RANDUDONGKAL

Setelah dilakukan penelitian di lapangan mengenai implementasi pengembangan sikap toleransi beragama siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah proses menyederhanakan suatu data dalam bentuk lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan.

Adapun analisis data mengenai implementasi pengembangan sikap toleransi beragama siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal adalah sebagai berikut :

A. Analisis Toleransi Beragama Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal

Sebagaimana yang telah ditetapkan pada pembahasan sebelumnya bahwa fokus pada sub bab ini menitik beratkan pada dua aspek, yaitu pertama,wujud toleransi beragama siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal. Kedua,proses pengembangan sikap toleransi secara umum. Wujud konkrit adanya toleransi beragama tersebut dapat dilihat dari keseharian dan juga sikap siswa terhadap adanya perbedaan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta penilaian diri dapat peneliti sampaikan data-data sebagai berikut :

(2)

Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal berasal dari latar belakang yang berbeda. Mereka memiliki latar belakang agama yang berbeda, ada 3 agama yang dianut siswa SMP Negeri 1 Randudongkal, yaitu agama Islam, Kristen dan Katolik. Namun demikian dengan adanya perbedaan agama tersebut mereka saling bekerja sama, saling menghargai satu sama lain. Sehingga kerukunan antar umat beragama di SMP Negeri 1 Randudongkal terjalin sangat baik.

Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh siswa mampu bersikap atau bertingkah laku secara toleran kepada temanya yang berlainan agama. Sebagaimana dikatakan oleh Nadia siswa kelas VIII jika ada kerja kelompok kami tidak pilih-pilih temen mba, baik itu muslim atau non muslim. Kita harus memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap yang berbeda agama (S5 baris 20). Sikap toleransi antar siswa juga dapat dilihat di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung, hal ini berdasarkan hasil observasi peneliti saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Saat guru memberikan tugas kelompok, dan menyuruh siswa untuk membentuk kelompok sendiri, maka antara siswa mulim dan non muslim dapat berbaur, mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain, seperti muslim dengan muslim saja sedangkan yang non muslim diacuhkan, tetapi mereka justru berbaur dan saling menghargai satu sama lain. Meski demikian, hal tersebut tidak berarti mempengaruhi aqidah masing-masing siswa. Siswa mampu memilah dan memahami batasan bergaul dengan teman yang beda agama (S2 baris 30). Mereka sadar

(3)

ketika mereka dihadapkan pada keadaan dimana mereka harus bersikap baik dan toleran mereka bisa membawa diri, tetapi sejauh mana bertoleran mereka tahu hanya sebatas mua’malah dan urusan lainnya kecuali urusan aqidah. Karena pada dasarnya kita tidak boleh mengusik kepercayaan yang dianut oleh orang lain. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh bapak Abdul Cholik bahwa kita bertoleran hanya sekedar dalam hal mua’amalah, tetapi kita tidak bertoleran dalam hal aqidah. (S2 baris 35)

Meski siswa yang non muslim di SMP Negeri 1 Randudongkal adalah minoritas, tetapi tidak menutup kemungkinan siswa yang non muslim ikut berpatisipasi dalam kegiatan OSIS, mereka yang non muslim juga aktif dalam kegiatan bakti sosial dan idul qurban, hal ini menunjukkan bahwa antara siswa non muslim dengan muslim dapat berbaur dan bekerja sama (S6 baris 15). Fakta membuktikan bahwa organisasi intern yang ada di sekolah juga mendukung adanya sikap toleransi, dengan tidak membeda-bedakan golongan minoritas.

Prinsip kerukunan hidup umat beragama itu sebenarnya menyangkut hal-hal yang sangat rumit, karena berkaitan dengan segi-segi emosional dan perasaan mendalam dalam kehidupan manusia. Pelaksanaanya baru berjalan dengan baik bila masing-masing pemeluk agama mampu mencegah emosi atas pertimbangan akal sehat. Kemampuan itu sendiri

(4)

menyangkut tingkat kedewasaan serta kemantapan pada diri sendiri, baik pada tingkat individu maupun kolektif.1

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa sikap toleransi beragama di SMP Negeri 1 Randudongkal sudah baik, tetapi masih ada siswa yang masih usil terhadap siswa non muslim, seperti yang dikatakan oleh Nadia, bahwa saat ada ekstrakulikuler pramuka, dimana seluruh siswa muslim sedang mengadakan doa bersama, ada salah satu siswa muslim yang mengganggu saat doa bersama.(S5 baris 35) hal ini bisa terjadi karena usia anak SMP adalah usia remaja, dimana masa peralihan yang di tempuh oleh seorang dari kanak-kanak menuju dewasa.2 Dapat

dikatakan bahwa usia mereka belum mencapai kematangan emosional, sehingga masih sering mengganggu temannya. Namun hal ini bisa diatasi dengan adanya bimbingan dari guru.

2. Proses Pengembangan Sikap Toleransi Secara Umum di SMP Negeri 1 Randudongkal

Proses pengembangan sikap toleransi beragama di SMP Negeri 1 Randudongkal dilakukan melalui beberapa kegiatan, diantaranya :

a. Kegiatan belajar mengajar, yakni setiap siswa mengikuti pembelajaran agama sesuai dengan agamanya masing-masing dengan bimbingan guru yang seagama dengan siswa. Dengan adanya toleransi semacam ini maka siswa yang non muslim, bebas memilih pembelajaran agamanya. Hal tersebut seperti yang

1 Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), hlm 49 -

50

(5)

dijelaskan Vinandhita (S7 baris 20) dimana siswa non muslim mendapat pengajaran agama di greja dengan guru agama mereka, karena di SMP N 1 Randudongkal belum ada guru agama Kristen.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran untuk siswa yang non muslim belum dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah, hal ini tidak sesuai dengan indikator toleransi beragama di sekolah yaitu siswa berhak medapatkan pengajaran agama sesuai kepercayaan masing-masing, jadi toleransi dalam hal hal ini belum dikatakan baik, seharusnya pihak sekolah mendatangkan guru agama Kristen untuk memberikan materi kepada siswa non muslim, sehingga siswa non muslim tidak mendapatakan materi agama di gereja.

b. Kegiatan humanisasi

Humanisasi menurut Kamus Besar Indonesia adalah menumbuhkan rasa perikemanusiaan.3

SMP Negeri 1 Randudongkal memliki kegiatan sendiri untuk menciptakan lingkungan yang pluralis, yaitu dengan adanya kegiatan humanisasi, kegiatan itu meliputi, olah raga bersama, keagamaan dan kebersihan.

c. Kegiatan doa bersama menjelang ujian nasional untuk siswa muslim dan non muslim sesuai dengan pemahaman agama masing-masing.

(6)

d. Kegiatan sosial yang tidak membedakan suku dan agama. Misalnya ketika ada siswa yang beragama muslim atau non muslim terkena musibah maka, pihak osis meminta sumbangan sukarela kepada seluruh siswa. Nantinya bantuan itu akan diberikan kepada keluarga duka, baik secara moril maupun materil.

Dari serangkaian kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Randudongkal menunjukkan bahwa SMP ini menjujung tinggi nilai-nilai toleransi, saling menghargai dan belajar dari perbedaan, anak yang non muslim dan muslim mereka dipandang sama, mendapatkan hak yang sama tidak ada diskriminasi kaum minoritas di lingkungan SMP Negeri 1 Randudongkal.

B. Analisis Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Beragama Siswa Melalui Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal 1. Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Beragama

Secara Umum

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau,dirumah dan sebagainya.4

Guru juga dituntut memiliki profesionalisme. Guru profesional bukan hanya sekedar alat untuk transmisi kebudayaan, tapi juga

4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT

(7)

mentransformasikan kebudayaan ke arah budaya yang dinamis yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, produktivitas yang tinggi dan kualitas kerja yang bermutu.5

Guru-guru di SMP Negeri 1Randudongkal memliki strategi sendiri dalam mengembangkan sikap toleransi, begitu juga halnya dengan guru PAI, mempunyai beberapa strategi sendiri.

a. Menjadi teladan yang baik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teladan adalah suatu perbuatan yang patut ditiru. 6Sehingga teladan yang baik adalah

suatu perbuatan yang baik yang patut ditiru.

Seperti yang dikatakan oleh siswa Bagas, tentang guru-guru yang ada di SMP Negeri 1 Randudongkal “guru-guru di SMP Negeri 1 Randudongkal sangat baik, ramah-ramah, mereka tidak membeda-bedakan anatara siswa muslim dengan no muslim.”(S6 baris 30) b. Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganilisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak

5 Zainal Abidin EP dan Neneng Habibah, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif

Multikulturalisme, (Jakarta : Balai Litbang Agma Jakarta, 2009),hlm 58

6Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm

(8)

didik.7seperti yang dikatakan oleh bapak Abdul Cholik guru yang

baik dalam kelas tidak hanya mengajarkan materi saja pada siswanya, tetapi juga harus memberi motivasi, semangat kepada siswanya agar lebih giat dalam belajar.(S1baris 40)

c. Bersikap demokratis

Dalam lingkungan sekolah yang multikultural, maka seorang guru harus mampu untuk bersikap demokratis dan tidak diskriminatif (bersikap tidak adil atau menyinggung) murid-murid yang menganut agama yang berbeda dengannya.8

2. Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Beragama Siswa melalui Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal.

Multikultural dalam PAI mengarahkan orientasi kurikulum pendidikan agama pada kebersamaan, toleransi, inklusivitas berfikir dan hormat-menghormati atas kebebasan beragama. Pendidikan multikultural melalui PAI harus dilaksanakan cara komprehensif, dimulai dengan desain perencanaan dan kurikulum melalui penyiapan, pengayaan dan atas pengutan terhadap berbagai kompetensi yang telah ada mendesain proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap siswa untuk mampu menghormati hak-hak orang lain tanpa membedakan latar belakang ras, agama, bahasa dan budaya dan tanpa membedakan mayoritas dan minoritas.9

7Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm 45

8 M.Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), hlm. 61. 9Zainal Abidin EP dan Neneng Habibah, Op.Cit, hlm 61-62

(9)

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran agama, hal penting yang harus diterapkan dalam pengembangan sikap toleransi beragama pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan guru dalam menafsirkan dan mengimplementasikan ayat-ayat Al-Qur’an.

Kemampuan guru dalam menafsirkan dalam menafsirkan ayat-ayat tentang toleransi sangat baik. Guru memiliki paradigma pemahaman keberagamaan yang moderat. Hal ini terlihat saat guru menjelaskan kepada siswa isi kandungan pada surat Al-Hujarat ayat 13.

اَهُّ�

� َٰٓ�

َ

ُساَّنلٱ

َٰ�ۡقَلَخ اَّنِإ

ۡمُ�ٰ َ�

ۡ

لَعَجَو ٰيَثن

ُ

أَو ٖر

َكَذ نِّم مُ�

َدنِع ۡمُ�َمَرۡ�

َ

أ َّنِإ ۚ

ْ

آوُفَراَعَتِل َلِ�

ٓاَبَ�َو اٗ�وُعُش

ِ َّ�ٱ

َّنِإ ۚۡمُ�ٰٮَقۡ�

َ

َ َّ�ٱ

ٞريِبَخ ٌميِلَع

١٣

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Dalam ayat tersebut guru menjelaskan tentang perbedaan, bagaimana cara

(10)

menghargai perbedaan serta bagaimana siswa dapat bertoleransi dengan siswa yang berbeda agama.10

Ayat diatas menegaskan tentang kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku atau warna kulit dengan selainnya, tetapi antara jenis kelamin mereka.11

Selain menjelaskan tentang firman Allah yang menerangkan tentang perbedaan, guru juga mengaitkan dengan peraturan perundangan-undangan yang ada di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 29 ayat 2 yang berbunyi : 12

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah sesuai dengan agamanya dan kepercayaanya itu”.

Pendidik merupakan faktor penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi keberagaman dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal ini dilakukan dengan menciptakan iklim kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

a. Memberi kesempatan kepada semua peserta didik untuk mengikuti pembelajaran agama sesuai dengan pemahaman agamanya masing-masing(S1 baris 30).

10 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati , 2002), hlm. 260 11Ibid,. hlm.261

(11)

Saat pembelajaran PAI berlangsung, disini guru memberikan toleransi kepada siswa non muslim untuk mengikuti pelajaran PAI di dalam kelas, atau belajar di luar ruangan, karena materi yang akan disampaikan nanti, tentunya akan berbeda dengan aqidah yang ada pada siswa non muslim, dan ketika siswa non muslim memilih untuk berada di dalam kelas maka, siswa tersebut tidak boleh mengganggu temannya yang sedang belajar. Siswa yang beragama non muslim mendapatkan pembelajaran agama sendiri, yaitu pada saat kegiatan humanisasi di pandu oleh guru BK yang beragama non muslim. Dan ada pembelajaran tambahan agama di luar sekolah yaitu di gereja bersama dengan guru agama mereka masing-masing.(S8 baris 20)

b. Belajar dalam perbedaan

Dalam aktifitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal selalu mengajarkan tentang kerukunan anatar hidup beragama dan sikap toleransi serta menghargai segala perbedaan yang ada di sekitarnya, pendewasaan emosional siswa, kerja kelompok antar siswa dalam komunitas yang plural secara agama, kultural ataupun etnik.

c. Memelihara sikap saling pengertian

Guru mencontohkan pada saat siswa muslim mengadakan kegiatan keagamaan, seperti perayaan idul Qurban. Dalam kegiatan ini siswa non muslim ikut perpartisipasi dan saling

(12)

menghargai, bahkan ada salah satu anggota OSIS non muslim yang selalu mengikuti kegiatan ini. Begitu juga sebaliknya ketika siswa non muslim sedang merayakan hari besar, siswa muslim harus menghargai tanpa harus mengikuti keyakinan mereka.

d. Membimbing dan memberi motivasi siswa dalam melakukan kegiatan toleransi.

Guru memberikan contoh keteladanan kepada siswa dalam menerapkan sikap toleransi(S6 baris 15). Hal ini dicontohkan guru saat menjalin hubungan sosial dengan guru lain yang beragama non muslim dan tidak membeda-bedakan antara siswa muslim dan siswa non muslim. Hal ini dapat dilihat saat ada anggota keluarga dari siswa maupun guru ada yang meninggal, maka seluruh warga SMP Negeri 1 Randuongkal membantu secara materil dan moril, dimana OSIS bertugas meminta sumbangan suka rela kepada seluruh siswa dari kelas VII, VIII dan IX. Sumbangan tersebut nantinya akan diberikan kepada keluarga yang sedang berbelasungkawa.

Dengan menciptakn iklim sepeti ini pada saat proses pembelajaran, maka diharapkan sikap toleransi itu dapat di kembangkan pada setiap individu, menyadarkan kepada setiap siswa akan kehidupan yang pluralis dan mampu menghargai satu sama lain.

(13)

Pengembangan sikap toleransi beragama pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal materi ajar dikembangkan guru sesuai dengan mata pelajaran. Beberapa materi yang disampaikan guru dalam mengembangkan sikap toleransi diantaranya sebagai berikut; a. Konsep toleransi dalam Islam dengan menyampaikan materi

tentang Al-Qur’an yang menjelaskan tentang toleransi beragama. Guru memberikan pemahaman kepada para siswa bahwa kita hidup dalam negara demokrasi yang dituntut untuk selalu bersikap toleran, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati kebebasan beragama. Serta menyampaikan materi tentang Al-Qur’an yang menjelaskan tentnag toleransi beragama yaitu QS Surat Al-Hujarat ayat 13.

b. Pemahaman siswa tentang toleransi dengan pemberian tugas, saat selesai materi pembelajaran.

Dalam materi terkait toleransi, guru telah menjelasakan apa itu toleransi, maka guru harus menguji pemahaman siswa tentang toleransi, yaitu dengan pemberian tugas kelompok pada siswa, seperti yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAI. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok akan mendapatkan tema yang berbeda, kelompok 1 membuat poster tentang toleransi di sekolah, kelompok 2 toleransi di masyarakat, kelompok 3 menghargai perbedaan di sekolah dan kelompok 4 menghargai perbedaan di masyarakat.

(14)

Masing-masing kelompok menginformasikan apa yang ada dalam poster tersebut kepada teman-temanya, kemudian kelompok lain menyimak dan menanggapi hasil pemaparan tersebut.

Berdasarkan materi dan pemberian tugas diatas saat pembelajaran PAI, seharusnya sudah bisa membekali siswa untuk selalu bersikap toleran. Sehingga akan terealisasi tujuan mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan abadi di antara orang-orang yang pada realitasnya memang memilik agama dan iman berbeda. 3. Model pembelajaran PAI

Di SMP Negeri 1 Randudongkal ada beberapa model pengajaran dalam proses pengembangan sikap toleransi beragama melalui pembelajaran PAI materi toleransi. Menurut bapak Abdul Cholik model yang efektif untuk pembelajaran adalah model pembelajaran aktif, karena jika guru menggunakan satu metode saja dalam pembelajaran, seperti metode ceramah, maka siswa cenderung akan jenuh dalam pembelajaran, apalagi dalam kelas itu ada siswa yang beragama non muslim, yang tidak mengerti tentang seluk beluk agama Islam. Selain itu model pembelajaran untuk materi toleransi adalah model aksi-refleksi-aksi, yaitu pembelajaran yang lebih mementingkan siswa. (S1baris 40) Model ini lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving) dengan paradigma kritis, menggunakan dialog antar fasilitator dan pembelajar yang membawa percakapan yang bernilai pengalaman divergen, harapan, perspektif

(15)

dan nilai (Value).13 Implementasinya pada pembelajaran melalui

tahapan-tahapan seperti berikut :

a. Guru memeberikan tausiyah tentang toleransi sesuai dengan QS surat Al-hujarat ayat 13, menjelaskan tentang perbedaan dan mengahargai perbedaan satu sama lain.

b. Siswa dibentuk kelompok dan diberi tugas untuk membuat produk berupa poster terkait materi yang telah di diskusikan c. Masing-masing kelompok menentukan satu anggota yang akan

tinggal sebagai penjual dan anggota lain akan berbelanja untuk mendapatkan informasi. Anggota yang bertugas menjadi penjual akan menjelaskan posternya kepada pembeli, anggota yang lain mendapat tugas berbelanja ke “toko lain” untuk mendapatkan informasi dan mencatat keterangan dari penjual.

d. Setelah mendapatkan informasi dari masing-masing kelompok, maka tugas selanjutnya siswa mempresntasikan hasil diskusi tersebut. Sedangkan kelompok lain menyimak dengan seksama.

Dari implementasi pembelajaran tentang toleransi diatas, siswa diajak langsung untuk memecahkan sebuah masalah tentang toleransi yang ada disekitarnya, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat, siswa diajak lebih mengenal tentang toleransi dengan mengaplikasinya dalam bentuk poster tentang

13 Zainal Abidin EP dan Neneng Habibah, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif

(16)

toleransi dan siswa tersebut harus menjelaskan makna dari poster itu.

melalui pendekatan refleksi ini, siswa dapat berpikir tentang apa yang sedang dipelajari, apa yang sudah dilakukan masa lalu dan bagaimana merespon terhadap kejadian atau peristiwa yang akan di temui.

4. Respon Siswa

Siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal memilik keberagaman agama, dengan adanya perbedaan agama dan keyakinan yang berbeda pada setiap siswa, maka pembelajaran di SMP Negeri 1 Randudngkal senantiasa di tuntut untuk memahami kondisi peserta didik, yaitu dengan selalu menerapkan rasa toleransi dan saling bekerja sama antar siswa tanpa membeda-bedaknnya.

Dalam pembelajaran siswa memberikan respon yang positif tentang sikap toleransi kepada siapapun. Usia anak SMP dikatakan sebagai usia remaja dimana, pada usia ini anak mulai mengerti nilai-nilai dan memakainya dengan cara sendiri. Moralitasnya ditandai dengan kooperatif, bukan paksaan, interaksi dengan teman sebaya, diskusi dan rasa menghormati orang lain.

C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Toleransi Beragama Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal

Untuk membangun lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran terhadap semua pemeluk agama, sebaiknya memperhatikan beberapa hal

(17)

berikut ini : pertama, sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan undang-undang lokal, yaitu undang-undang sekolah yang diterapkan secara khusus di satu sekolah.

Kedua, untuk membangun rasa saling pengertian antar siswa-siswa yang mempunyai keyakinan keagamaan yang berbeda disekolah harus berperan aktif menggalakkan dialog keagamaan atau dialog antar iman yang tentunya tetap berada tetap berada dalam bimbingan guru-guru dalam sekolah tersebut.

Ketiga, hal lain yang penting dalam penerapan pendidikan multikultural dan buku-buku pelajaran yang dipakai dan diterapkan di sekolah.14

Berdasarkan pendapat di atas maka, untuk mendukung keberhasilan dalam pengembangan sikap toleransi beragama pada pembelajaran PAI ada beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat.

1. Faktor pendukung

a. Berdasarkan hasil interview dengan guru BK di SMP Negeri 1 Randudongkal, bahwa SMP ini sejak awal berdiri sudah ada peraturan tentang toleransi beragama.(S1 baris 5) hal ini dapat dilihat dari tujuan sekolah,yaitu memiliki rasa persatuan dan kesatuan kebangsaan.

b. Adanya kebijakan pemerintah tentang sikap toleransi beragama di sekolah. Hal ini berdasarkan UU No. 20/2003 pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mencantumkan, pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang

(18)

mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.15

c. Terwujudnya kerja sama yang baik seluruh warga sekolah. Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan humanisasi di SMP Negeri 1 Randudongkal

2. Faktor Pengahambat

Berdasarkan hasil intervew dan observasi di SMP Negeri 1 Randudongkal, maka dapat di kemukakan tentang faktor penghambat dari pengembangan sikap toleransi beragama di Sekolah.

a. Tingkat kematangan emosional siswa yang tidak sama antara satu sama lain.

b. Keterbatasan waktu belajar

c. Kurangnya pendidik agama Kristen

d. Kurangnya fasilitas ibadah sebagai sarana pengembangan sikap toleransi.

Untuk mengatasi kendala-kendala diatas, maka upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah :

a. Selalu mengadakan kegiatan bersama, yaitu humanisasi agar pengembangan sikap toleransi antar siswa dapat terwujud dengan baik dan guru harus membimbing siswanya agar memahami makna toleransi beragama.

15 Undang-Undang Republik Indonesia tentang guru dan dosen, (Bandung : Citra Umbara,

(19)

b. Guru harus lebih kreatif dalam memilih dan mengaplikasikan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang terkait.

c. Sekolah harus mengupayakan ada pendidik agama Kristen, sehingga siswa yang non muslim mendapatkan pelajaran agama tidak diluar sekolah, yaitu di greja dengan pendidik agama non muslim.

d. Sekolah harus memliki fasilitas yang menunjang akan sikap toleransi antar umat beragama.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 01/E/2008 tentang Pedoman Pemberian Kewenangan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Jabatan

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data-data yang benar, yang sesuai

Dengan demikian, penambahan file hanya dapat dilakukan terhadap akhir file, dan akses terhadap baris tertentu harus dimulai dari awal file. Fungsi baku yang terkait dengan

Resik Sekolah & Masjid Layanan Dapur Air Layanan Kesehatan 35 Jiwa Distribusi Obat-Obatan Distribusi susu UHT 8 dus, Makanan Tambahan Anak, Alat Kebersihan Distribusi Makanan 560

Dengan demikian, visi para pendiri Partai untuk “mewujudkan masyarakat madani dalam bingkai NKRI”, sesungguhnya adalah sebahagian visi kenabian yang diterjemahkan ke dalam

tipe 2 sebelum dilakukan senam kaki. 2) Menghitung frekuensi nadi dorsalis pedis pada pasien Diabetes melitus. tipe 2 setelah dilakukan senam kaki. 3) Menganalisa pengaruh senam

Deskripsi Data Vo2Max Siswa Klub Sepak Bola Remaja Setelah Diberikan Perlakuan Latihan Jogging dengan Pemberian Air Gula Merah (Kelompok Perlakuan 2) .... Deskripsi

[r]