BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Puskesmas Montasik Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Puskesmas Montasik adalah gambaran situasi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Montasik periode adalah gambaran situasi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 25 Februari 2017. Dalam Laporan Kegiatan ini memuat 30 Januari sampai dengan 25 Februari 2017. Dalam Laporan Kegiatan ini memuat berbagai
berbagai data data tentang tentang kesehatan kesehatan dan dan data data pendukung lain pendukung lain yang dianalisyang dianalisis is dengandengan analisa sederhana.
analisa sederhana.
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Puskesmas Montasik Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Puskesmas Montasik adalah untuk menampilkan informasi pencapaian Pembangunan Kesehatan di adalah untuk menampilkan informasi pencapaian Pembangunan Kesehatan di Puskesmas Montasik periode 30 Januari
BAB II
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAMBARAN UMUM WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MONTASIK
MONTASIK
A.
A. KEADAAN GEOGRAFISKEADAAN GEOGRAFIS
Secara administrasi Puskesmas Montasik merupakan salah satu Secara administrasi Puskesmas Montasik merupakan salah satu puskesmas
puskesmas yang yang berada berada dalam dalam wilayah wilayah Kabupaten Kabupaten Aceh Aceh Besar Besar ProvinsiProvinsi Aceh.Puskesmas Montasik merupakan salah satu puskesmas yang ada di Aceh.Puskesmas Montasik merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di sebelah timur Kota Banda Aceh Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di sebelah timur Kota Banda Aceh dengan jarak ke pusat kota Provinsi Aceh ± 15 km dan jarak ke ibukota dengan jarak ke pusat kota Provinsi Aceh ± 15 km dan jarak ke ibukota kapubaten ± 35 km.
kapubaten ± 35 km.
Puskesmas Montasik terletak pada 5.20
Puskesmas Montasik terletak pada 5.20oo
–
–
5.03 5.03oo Lintang Utara dan Lintang Utara dan 95.0295.02oo
–
–
95.03 95.03oo Bujur Timur.Dengan luas wilayah 4.510 km Bujur Timur.Dengan luas wilayah 4.510 km22.Kecamatan.Kecamatan Montasik memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Montasik dan Puskesmas Montasik memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Montasik dan Puskesmas Piyeung.Piyeung.
Luas wilayah kerja Puskesmas Montasik dibagi atas 2 mukim dan 30 Luas wilayah kerja Puskesmas Montasik dibagi atas 2 mukim dan 30 gampong. Desa terluas adalah Desa Bung Tujoh dan Desa Perumping dengan gampong. Desa terluas adalah Desa Bung Tujoh dan Desa Perumping dengan luas wilayah 450 km
luas wilayah 450 km22 atau sekitar 10% dari luas wilayah kecamatan atau sekitar 10% dari luas wilayah kecamatan sedangkan desa yang paling kecil adalah desa seluas 48 km
sedangkan desa yang paling kecil adalah desa seluas 48 km22 atau 0,1% km atau 0,1% km22 terhadap luas kecamatan. Semua gampong di kawasan ini berada didaerah terhadap luas kecamatan. Semua gampong di kawasan ini berada didaerah perbukitan dan persawahan.
perbukitan dan persawahan.
Adapun batas-batas Puskesmas Montasik adalah sebagai berikut : Adapun batas-batas Puskesmas Montasik adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Blang Bintang, sebelah Selatan sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Blang Bintang, sebelah Selatan
Puskesmas Indrapuri, sebelah Barat berbatasan dengan Puskesmas Suka Makmur.
B. KEADAAN DEMOGRAFIS
Wilayah kerja Puskesmas Montasik mencakup 2 kemukiman dan 30 desa dengan jumlah penduduk 14.879 jiwa (Data tahun 2012).
Adapun jumlah desa yang ada di wilayah Puskesmas Ingin Jaya adalah sebagai berikut :
1. Kemukiman Bukit Baro : Atong, Bak Cirih, Bira Cot, Bira Lhok, Bueng Tujoh, Empee Tanong, Lamme Garot, Mns. Tutong, Peurumping, Reudeup, Teubang Phui Baro, Teubang Phui Mesjid, Warabo, Weu Bada. 2. Kemukiman Montasik : Alue, Bak Dilib, Dayah Daboh, Gampong Baroh,
Lam Nga, Lampaseh Krueng, Lampaseh Lhok, Lamraya, Mata Ie, Seubam Cot, Ulee Lhat Weu Lhok, Weukrueng.
C. KEADAAN FASILITAS DAN SARANA
Fasilitas dan sarana kesehatan yang ada di wilayah Montasik adalah 1 unit puskesmas induk dan 3 unit puskesmas pembantu (PUSTU) yang tersebar di 3 desa dan 20 unit POSKESDES. Untuk Desa Siaga di wilayah kerja Puskesmas Montasik dari 20 yang telah terbentuk hanya 6 desa yang aktif. Sedangkan sarana kesehatan adalah 2 buah ambulance dan beberapa unit kereta roda dua. Peralatan yang ada di puskesmas terbagi 2 yaitu peralatan medis dan nonmedis.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. ANGKA KEMATIAN
1. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka kematian ibu melahirkan di wilayah Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 dilaporkan 0 (nol)
kematian per 100 kelahiran hidup. 2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Apabila Angka Kematian Bayi atau Index Mortality Rate (IMR) di suatu wilayah tinggi menunjukkan bahwa status kesehatan tersebut rendah.Hasil pelaporan yang disampaikan pada periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 jumlah kematian bayi di Puskesmas Montasik sebanyak 0 (nol) kasus.
3. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (0-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit
menular dan kecelakaan. Pada periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 dilaporkan bahwa jumlah kematian balita sebanyak 0 (nol) kasus.
B. ANGKA KESAKITAN 1. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru.Infeksi yang terjadi lebih sering disebabkan oleh virus.Angka kesakitan penyakit ISPA di Puskesmas Montasik pada periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017dilaporkan adalah 178
kasus. 2. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Pada periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 penyakit hipertensi di Puskesmas Montasik dilaporkan sebanyak 175 penderita.
3. Osteoartritis
Osteoartritis adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi yang dikenal juga sebagai penyakit degeneratif sendi.Kasus osteoartritis pada penduduk yang berumur > 45 tahun di Puskesmas Montasikperiode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017dilaporkan adalah ada 116 kasus.
4. Dyspepsia
Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Angka kesakitan penyakit dispepsia di Puskesmas Montasikperiode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 dilaporkan adalah 113 kasus.
5. Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor.Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Di wilayah kerja Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 dilaporkan 86 kasus. 6. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Di wilayah kerja Puskesmas Montasikperiode 2 Januari sampai dengan 28Januari 2017dilaporkan 73 orang.
7. Cephalgia
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi,
rahang bawahdan leher.Di wilayah kerja Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 dilaporkan 71 kasus.
8. Faringitis
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan. Angka kesakitan penyakit faringitis di Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 dilaporkan adalah 55
kasus. 9. Diare
Diare adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Dari data yang dilaporkan angka kesakitan diare pada periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 sebesar 40 kasus.
Seluruh Penderita diare di Puskesmas Montasik sudah ditangani 100%. 10. Hipercholestrolemia
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia terjadi akibat adanya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Kolesterol terdiri atas high density cholesterol (HDL), low density cholesterol (LDL) dan trigliserida.Dari data yang dilaporkan pada periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 sebesar 45 kasus.
11. Suspek Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang disebut Mycobacterium tuberculosis yang menyebar dari orang ke orang melalui udara. Keberhasilan program TB ditunjukkkan dengan angka kesembuhan TB. Dalam menjalani Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017di jumpai sebanyak 10 kasus suspek TB.
C. ANGKA STATUS GIZI
Angka status gizi ditunjukkan dengan angka balita gizi buruk. Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Selain itu, penyakit rawan yang dapat diderita balita gizi buruk adalah diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Kesehatan Ibu
a) Cakupan K1 dan K4
Pemeriksaan kehamilan diukur berdasarkan jumlah pemeriksaan kehamilan ibu di tempat pelayanan kesehatan.Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas kehamilan.
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu: 1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan 2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. b) Persalinan
Pertolongan persalinan memenuhi kaidah 4 pilar safe motherhood, yang salah satunya adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil.Perlu diwaspadai adanya resiko infeksi dikarenakan paparan lingkungan yang tidak bersih, alas persalinan yang tidak bersih, serta alat dan tangan penolong yang tidak bersih karena mobilisasi dari pusat pelayanan kesehatan ke rumah ibu.Tempat yang paling ideal untuk persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Puskesmas Montasik mampu memberikan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).Persalinan ditolong tenaga kesehatan di Puskesmas Montasik kecenderungannya meningkat.
c) Ibu Hamil yang mendapat Tablet Fe
Dalam rangka pencegahan anemia pada ibu hamil, di Puskesmas Montasik dilaksanakan program pemberian tablet Fe kepada ibu hamil sebanyak tiga kali selama kehamilannya.
d) Pencapaian Cakupan Nifas
Kunjungan nifas sampai tahun 2016 mengalami peningkatan, hal ini menggambarkan bahwa semua ibu setelah melahirkan memeriksakan kembali kondisi kesehatannya kepada petugas kesehatan sampai dengan 42 hari pasca melahirkan, dengan kriteria pemeriksaan nifas I pada 6 jam sampai dengan 3 hari setelah melahirkan, pemeriksaan nifas II pada hari ke 8 sampai dengan 14 hari setelah melahirkan dan pemeriksaan nifas III pada hari ke 36 sampai dengan 42 hari pasca melahirkan. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh ibu nifas sudah bagus.
2. Kesehatan Anak
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak.Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan,setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal(AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun2007 dan hanya menurun 1 point dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1.000kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal)menjadi prioritas utama. Komitmen global
dalam MDGs menetapkan target terkait kematiananak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015. Terdapat berbagai indicator kesehatan anak yang meliputi prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR), penanganan komplikasi neonatal, pelayanan kesehatan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan pada kasus kekerasan
anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan anak jalanan di panti. 3. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasiakan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil. Di wilayah kerja Puskesmas Montasik sudah merupakan desa UCI (Universal Child Imunization). Pencapaian Program imunisasi lengkap di Puskesmas Montasik tahun 2016 dilaporkan meningkat.
4. Keluarga Berencana
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 TentangPerkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan SistemInformasi Keluarga, yang dimaksud dengan program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga, program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak
melahirkan, dan terlalu tuamelahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanankeluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakankapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, sertakapan akan berhenti mempunyai anak.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa jumlah anakyang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan
kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan.
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang beradapada kisaran usia 15-49 tahun. PUS bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat yang melayani program KB. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur
antara 15 sampai dengan 49 tahun. Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan /keguguran.
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Puskesmas Montasik sebagai unit kesehatan terdepan di masyarakat menyelenggarakan berbagai pelayanan antara lain :
a) BP
–
UmumJenis pelayanan di BP Umum adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Umum, Pertolongan Gawat Darurat, Operasi Minor, Perawatan Luka, Pemeriksaan refraksi dan Buta Warna, Pemeriksaan THT sederhana. Tren kunjungan pasien di Puskesmas Montasik meningkat, ini menunjukkan kepercayaan masyarakat kepada Puskesmas Montasik semakin baik.
b) BP
–
GigiJenis pelayanan di BP
–
Gigi dan Mulut antara lain :Pemeriksaan Gigi, Pencabutan Gigi Anak, Pencabutan Gigi Dewasa, Penambalan Gigi, Pembersihan Karang Gigi, dan Perawatan Gigi.
c) BP
–
KIA dan MTBSJenis pelayanan yang dapat dilakukan di BP KIA dan MTBS adalah
Pemeriksaan anak usia 0 sampai 5 tahun yang sakit maupun sehat, Pemeriksaan Ibu Hamil, dan Keluarga Berencana. Dilihat dari kunjungan pertahunnya Pelayanan KIA dan MTBS mengalami kenaikan dari pasien
lama maupun pasien baru. d) Ugd dan Rawat Inap
1. Kunjungan pasien di UGD
Kunjungan pasien di UGD selama periode 2 Januari sampai dengan 28Januari 2017 mengalami peningkatan dibanding sebelumnya.Rata-rata jumlah kunjungan tiap bulan adalah 56 pasien.Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah pasien laki-laki lebih banyak di bandingkan jumlah pasien perempuan.
2. Kunjungan Rawat Inap Persalinan
Jumlah kunjungan persalinan tahun 2016 ini menunjukkan banyak peningkatan dibanding tahun lalu. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah adanya program jaminan kesehatan (Jampersal) yang digulirkan oleh Kemenkes dalam upaya menurunkan AKI dan AKB.Program ini mulai diberlakukan pada 1 Januari 2011 meskipun pada prakteknya baru bisa dimanfaatkan pada pertengahan tahun 2011. Jampersal merupakan jaminan pembiayaan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan sampai pelayanan nifas dan KB.
Sehingga wajar jika berdampak pada peningkatan kasus persalinan di Puskesmas. Peningkatan jumlah kasus persalinan ini ditindak lanjuti dengan penambahan tenaga bidan dalam setiap shift jaga menjadi 3 orang agar pelayanan lebih optimal.
e) Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Puskesmas Montasik tetap dilaksanakan pada hari Senin dan Rabu khusus untuk imunisasi Campak dan BCG dilaksanakan setiap Senin minggu pertama dan ketiga. Jenis Pelayanan Imunisasi di Unit Imunisasi Puskesmas Montasik adalah BCG, Polio, Hepattitis B, Campak, Combo (Hepatitis B dan DPT).
f) Farmasi
Unit farmasi sebagai unit pengelola obat dan alat kesehatan.Obat yang ada di Puskesmas adalah obat dengan standar DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) Puskesmas. Obat di dapat dari dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar.
g) Laboratorium
Pelaksanaan kegiatan laboratorium Puskesmas berasal dari rujukan pelayanan kesehatan umum, gigi, ibu dan anak, KB dan gizi. Jenis pelayanan yang dapat dilakukan antara lain Pemeriksaan darah rutin, Pemeriksaan Widal, Pemeriksaan Malaria, Asam Urat, Kolesterol, Gula Darah dan Haemoglobin.
C. Promosi Kesehatan
1. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.
2. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap, berupa pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik pada perempuan maupun
Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.Dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Bahkan di beberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas
yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan tahun 2009, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki jumlah kasus terbanyak filariasis adalah 2.359 orang.Hal ini memerlukan perhatian untuk ditindak lanjuti, dan dicari kemungkinan penyebabnya.
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI telah melakukan kesepakatan bahwa filariasis harus dieliminasi di muka bumi ini pada tahun 2020. Dalam program tersebut diatas disepakati bahwa pemberantasan filariasis limfatik menggunakan metoda yang sama di
semua negara endemis. Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan rantai penularan filariasis melalui Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) filariasisdi daerah endemis
filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis,baik kasus akut maupun kasus kronis.
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis dilaksanakan di daerah endemis dengan Mf >1% dengan menggunakan obat kombinasi Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) 6 mg/kgbb dan Albendazole 400 mg. Sebaiknya obat diminum sesudah makan dan di depan petugas. Oleh karena cacing mikrofilaria keluar pada malam hari dan kadar obat maksimal dalah 4 jam maka obat sebaiknya diminum menjelang malam hari.
Sasaran Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis dilaksanakan secara serentak selama satu bulan pada bulan Oktober, terhadap seluruh penduduk Kecamatan Montasik yang berusia 2-70 tahun dengan pengecualian sebagai berikut :
1. Anak berusia < 2th 2. Ibu hamil
3. Orang yang sedang sakit berat
4. Penderita kasus kronis filariasis yang sedang dalam serangan akut 5. Anak berusi <5tahun dengan marasmus atau kwashiorkor.
Untuk orang-orang dengan kriteria tersebut diatas, ditunda dalam pemberian obat pencegahan filariasis.
D. Kesehatan Lingkungan
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Ada (5) upaya dasar yang dilakukan di bidang kesehatan lingkungan :
1) Penyehatan sumber air bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kualitas air, inspeksi sanitasi SAB, pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air. 2) Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
3) Penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan pangkas rambut, dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan dan perkantoran.
4) Penyehatan tempat pengelola makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
5) Pemantauan Jentik nyamuk dan PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk) Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk.
6) Konsultasi kesling klinik sanitasi
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan informasi hasil pembangunan kesehatan di Puskesmas Montasik periode 30 Januari sampai dengan 26 Februari 2017 yang dilaporkan adalah sebagai berikut :
1. Dari data pelayanan poliklinik dan MTBS Puskesmas Montasik di dapatkan penyakit terbanyak adalah ISPA
2. Faktor perilaku memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menajadi sehat, salah satunya melalui program penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Selain itu edukasi juga selalu diberikan pada setiap pelayanan Poliklinik dan MTBS agar masyarakat semakin
BAB IV
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
Gambar :Kegiatan dokter muda di MTBS (melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosa dan pemberian obat)
Gambar : Dokter Umum, Dokter Muda dan Perawat melakukan Penyuluhan setiap hari jumat setelah melakukan kegiatan senam lansia di puskesmas Montasik.
Gambar :Dokter Umum, Dokter Muda dan Perawat melakukan Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) di Desa Weu Bada
Gambar :Dokter Umum, Dokter Muda dan Perawat melakukan Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) di Desa Dayah Daboh
Gambar :Dokter Umum, Dokter Muda dan Perawat melakukan Kegiatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di desa Lamme Garot