DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PONOROGO
2015
PROFIL KESEHATAN
TAHUN 2014
iv
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………... i
Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo ………. ii
Daftar Pengantar ……… iii
Daftar Tabel ……….. viii
Daftar Gambar / Grafik ……….. xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1
B. Maksud dan Tujuan ……….. 2
C. Sistematika Penulisan ……….. 3
BAB II : GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis .……….. 5
B. Keadaan Penduduk ……….. 6
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk …….………. 6
2. Komposisi Penduduk ……….……. 6
C. Keadaan Sosial Ekonomi ……….. 8
D. Pendidikan ……… 9
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas ………. ..……….. 11
1. Angka Kematian Bayi (AKB) ………. 11
2. Angka Kematian Balita (AKABA) ………. 12
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) ………. 13
B. Morbiditas ………..……….. 14
v a. TB Paru ……… 14 b. Pneumonia ……….. 16 c. HIV/AIDS ……….. 17 d. Kusta ……….. 19 e. Malaria ……… 21 f. Filariasis ………. 22
2. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) ………. 23
a. Tetanus Neonatorum ……… 24
b. Campak …..……….. 24
c. Difteri ………..………… 25
d. Polio ………..……….. 26
3. Penyakit Potensial KLB / Wabah ………. 27
a. Demam Berdarah Dengue (DBD) ……… 27
b. Diare ……..……….. 29
4. Penyakit Tidak Menular …….……….…. 31
a. Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi ……… 31
b. Obesitas ….………... 31
c. Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara .….…….. 32
C. Status Gizi ………. 32
1. Berat Badan Rendah (BBLR) ………..…. 32
2. Status Gizi Balita ……….……….……. 33
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar ……….. 36
vi
1. Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah ………. 36
2. Pelayanan Kesehatan Usila ……….………. 36
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang ……….. 37
1. Kunjungan Rawat Jalan ………..………. 37
2. Kunjungan Rawat Inap …………..……….………. 38
3. Pelayanan Kesehatan Jiwa ………... 39
C. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak ………..……….. 39
1. Pelayanan Ibu Hamil ………..………. 39
2. Pertolongan Persalinan …………..……….………. 41
3. Penanganan Komplikasi ………... 42
4. Pelayanan Neonatus ………..………... 43
5. Pelayanan Keluarga Berencana ……… 45
6. Pelayanan Kesehatan Anak Balita ……… 45
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ….… 46 1. Rumah Sehat ………..………. 46
2. Penyehatan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) …….…..……… 47
3. Akses Air Minum ………..………... 48
4. Penduduk dengan akses Jamban ..………....……... 49
E. Surveilans dan Imunisasi ………..………... 50
1. Pelayanan Pencegahan Penyakit / Imunisasi ……… 50
2. Imunisasi TT pada Ibu Hamil ………….….………. 53
3. Imunisasi pada Bayi ………..………... 54
vii
BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan ……….. 57
1. Sarana Pelayanan Kesehatan …….……….. 57
2. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) ……… 57
3. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar ……….. 59
4. Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan ………. 61
B. Tenaga Kesehatan …..……….……….. 61
1. Jumlah Tenaga Medis ……….……….. 61
2. Jumlah Tenaga Keperawatan ……… 62
3. Jumlah Tenaga Kefarmasian …………..……….. 63
4. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan ………. 63
5. Jumlah Tenaga Gizi ..……….……….. 64
6. Jumlah Tenaga Keterapian Fisik ……….. 65
7. Jumlah Tenaga Keteknisian Medis ……….. 65
8. Jumlah Tenaga Kesehatan Lain ….……….. 66
9. Jumlah Tenaga Non Kesehatan ….……….. 66
C. Pembiayaan Kesehatan ………. 67
1. Jaminan Kesehatan Nasional ..…….………. 67
2. Anggaran Kesehatan ……….… 68
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 70
B. Saran ……….. 71
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan Ijasah
Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi Dan Balita Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 7 Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB Pada Anak dan
Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 9 Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta
Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis
Kelamin, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 13 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 14 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 16 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut tipe/Jenis,
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
ix
Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From
Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 18 Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 21 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 24 Pengukuran Tekanan Darah Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan
Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 27 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar
Biasa (KLB), Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan yang Ditangani < 24 Jam,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan,
dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan
dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3 Menurut
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan
Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
x
Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 39 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B <7 hari dan BCG Pada Bayi Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak dan
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan
xi
Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan dan Jenis
Kelamin, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan , Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan
Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit, Kabupaten Ponorogo Tahun
2014
Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit, Kabupaten Ponorogo
Tahun 2014
Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
(Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 59 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas
(Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang
Memenuhi Syarat Kesehatan, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 61 Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak
(Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 63 Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut
Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi,
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 65 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Dibina dan Diuji Petik, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin, Kabupaten Ponorogo Tahun
2014
Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan, Kabupaten Ponorogo
Tahun 2014
Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan
Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
xii
Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut
Kecamatan, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan, Kabupaten Ponorogo Tahun
2014
Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten Ponorogo
Tahun 2014
Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Di
Fasilitas Kesehatan, Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten Ponorogo Tahun
2014
Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
Tabel 80 Jumlah Tenaga Non Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan, Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014
xiii
DAFTAR GAMBAR / GRAFIK
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Ponorogo 5
Gambar 2.2. Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Ponorogo Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 7
Gambar 3.1. Perkembangan Kematian Bayi Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2010-2014 12
Gambar 3.2. Perkembangan Kematian Balita Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2010-2014 13
Gambar 3.3. Perkembangan Kematian Ibu Melahirkan Di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2010-2014 14
Gambar 3.4. Perkembangan Penemuan Penderita TB BTA (+) Di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2014 15
Gambar 3.5. Penemuan Kasus Pneumonia Balita Di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2010-2014 17
Gambar 3.6. Jumlah Kasus HIV/AIDS dan Donor Darah HIV (+)
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2014 18
Gambar 3.7. Perkembangan Prevalensi Kusta Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2010-2014 21
Gambar 3.8. Penemuan Kasus Malaria Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 22
Gambar 3.9. Jumlah Penderita Filariasis Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 23
Gambar 3.10. Perkembangan Kasus Campak dan KLB Campak Di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2014 25
Gambar 3.11. Penemuan Kasus Difteri Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 26
Gambar 3.12. Penemuan Kasus AFP Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 27
Gambar 3.13. Perkembangan Kasus DBD Di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2010-2014 28
Gambar 3.14. Penemuan Penderita Diare Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 30
Gambar 3.15. Perkembangan kasus BBLR di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2010-2014 33
Gambar 3.16. Perkembangan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Ponorogo
xiv Gambar 4.1. Prosentase Kunjungan Rawat Jalan pada Sarana Pelayanan
Kesehatan Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 37
Gambar 4.2. Jumlah Kunjungan Rawat Inap pada Sarana Pelayanan
Kesehatan Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 38
Gambar 4.3. Jumlah Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) Di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2010-2014 40
Gambar 4.4. Jumlah Pelayanan Persalinan Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2010-2014 42
Gambar 4.5. Jumlah Kunjungan Neonatus dan Bayi Di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2010-2014 44
Gambar 4.6. Prosentase Rumah Sehat Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 47
Gambar 4.7. Jumlah Desa UCI Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2010-2014 55
Gambar 4.8. Jumlah Bayi Imundaskap Di Kabupaten Ponorogo Tahun
2011-2014 56
Gambar 5.1. Strata Posyandu Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 58
Gambar 5.2. Cakupan Program Promkes dan UKBM Di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2014 58
Gambar 5.3. Komposisi Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2014 67
Gambar 5.4. Sumber Dana Anggaran Kesehatan Di Kabupaten
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, sebagai investasi dalam pembangunan berupa sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam kerangka tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo yang merupakan penyelenggara
pembangunan kesehatan di Kabupaten Ponorogo mempunyai Visi
“MASYARAKAT PONOROGO SEHAT YANG MANDIRI DAN
BERKEADILAN” yaitu suatu kondisi dimana semua lapisan masyarakat Ponorogo menyadari, mau dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga secara mandiri dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Visi dan Misi Dinas Kesehatan dituangkan dalam Rencana Strategis Tahun 2010-2015 sehingga Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang diukur dari pencapaian kinerja dan pelayanan kesehatan di masyarakat yang meliputi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan
2 Angka Kematian Ibu (AKI) serta derajat kesehatan masyarakat yang diketahui dari angka mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat dapat diukur tingkat keberhasilannya selama kurun waktu 5 tahunan.
Kebutuhan masyarakat akan informasi tentang kesehatan semakin meningkat, sehingga perlu diterbitkan suatu produk Sistem Informasi Kesehatan berupa Buku Profil Kesehatan yang mampu menggambarkan situsi kesehatan di Kabupaten Ponorogo selama 1 (satu) tahun.
Selain itu buku Profil Kesehatan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan bahan analisa keberhasilan pembangunan kesehatan apakah sudah sesuai dengan yang tertuang dalam rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2015.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Pembuatan Profil Kesehatan Tahun 2014 dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi kesehatan bagi masyarakat yang bertujuan agar masyarakat Ponorogo secara mandiri mampu hidup sehat ; menyediakan data dan informasi kesehatan bagi penentu kebijakan yang bertujuan untuk sarana mengevaluasi berbagai pencapaian program kesehatan dan sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan di bidang kesehatan di Kabupaten Ponorogo ; menyediakan data dan informasi kesehatan bagi lintas sektor dan lintas program yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat serta sebagai acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan program kesehatan selama 1 (satu) tahun.
3 Dengan kedudukan Profil Kesehatan sebagai produk Sistem Informasi Kesehatan yang strategis, maka penyusunan Profil Kesehatan ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terkait agar data dan informasi yang tersaji bersifat realistis, valid dan konsisten.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo 2014 ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan. Menyajikan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo 2014 dan sistematika penulisannya.
Bab II : Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo. Memuat tentang
gambaran umum Kabupaten Ponorogo berupa letak geografis, administratif, kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan. Memuat tentang indikator mengenai
angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan. Menyajikan tentang pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, surveilans dan imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan dan pelayanan kefarmasian.
4
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Menyajikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
Bab VI : Penutup. Menyajikan tentang kesimpulan dari situasi kesehatan di
Kabupaten Ponorogo periode tahun 2014 serta saran dan kritik guna perbaikan.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah sebesar 1.371,78 km2
yang terletak antara 111o 17’ - 111o 15’ Bujur Timur dan 7o 49’ - 8o 20’ Lintang
Selatan, dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut, yang berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk di sebelah utara, sebelah Timur Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek, sebelah selatan Kabupaten Pacitan serta sebelah Barat Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).
6 Adapun jarak dengan ibu kota propinsi kurang lebih 200 km ke arah timur laut dan ke ibu kota negara berjarak kurang lebih 800 km ke arah barat. Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo dibagi menjadi 2 sub area, yaitu dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, Pudak serta Ngebel dan sisanya merupakan daerah dataran rendah.
Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi 21 kecamatan, 26 kelurahan dan 281 desa.
B. KEADAAN PENDUDUK
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, proyeksi penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 sebesar 859.615 jiwa terdiri dari 428.883 laki-laki dan 430.732 perempuan. Diantara 21 kecamatan yang ada, Kecamatan Ponorogo mempunyai penduduk yang paling banyak sebesar 74.745 jiwa atau 8,7% dari total penduduk. Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten
Ponorogo mencapai 627 jiwa/km2 dengan kecamatan terpadat adalah
Kecamatan Ponorogo yang mempunyai kepadatan 3.350 jiwa/km2 dan
kepadatan terkecil adalah Kecamatan Pudak sebesar 183 jiwa/km2.
2. Komposisi Penduduk
Distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada grafik berikut. Dimana dengan interval 5 tahunan menunjukkan komposisi penduduk yang hampir merata. Gambaran lebih lengkap bisa dilihat dalam Tabel 3.
7 Gambar 2.2. Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Ponorogo
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014
8
C.
KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Berdasarkan data Kantor Departemen Agama Kabupaten Ponorogo Tahun 2013, penduduk Kabupaten Ponorogo mayoritas memeluk agama Islam sebesar 99,16% ; Kristen Protestan 0,43% ; Katholik 0,30% ; Budha 0,05% dan Hindu 0,05%.
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun waktu tiga tahun terakhir adalah masing-masing 8.404,94 milyar rupiah (2011), 9.486,20 milyar rupiah (2012) dan 10.692,39 milyar rupiah (2013).
Sementara angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo atas dasar harga konstan (ADHK) 2000, selama kurun waktu tiga tahun terakhir adalah masing-masing 3.537,87 milyar rupiah (2011), 3.768,42 milyar rupiah (2012) dan 3.982,18 milyar rupiah (2013),.
Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB menurut ADHB tahun 2013, terbesar pada sektor pertanian 32,48%. Sedangkan peranan terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 1,22%. Dari PDRB atas dasar harga konstan 2000, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo selama tiga tahun terakhir masing-masing 6,21% (2011); 6,52% (2012) dan 5,67% (2013).
Anggaran Kesehatan Kabupaten Ponorogo yang bersumber dari APBD Kabupaten sebesar Rp. 222.487.441.343,- atau sebesar 97,53% dari total anggaran kesehatan Tahun 2014 yang terdiri dari :
Rp. 121.653.678,287,- (55%) anggaran RSUD Dr. Haryono
9 Anggaran bidang kesehatan yang bersumber dari APBD tersebut digunakan untuk belanja tidak langsung (belanja gaji) sebesar Rp. 70.561.418.000,- (32%) dan belanja langsung (belanja kegiatan) sebesar Rp. 151.926.023,343,- (68%).
Anggaran Kesehatan Kabupaten Ponorogo yang bersumber dari APBD Provinsi sebesar Rp. 1.206.532.000,- atau sebesar 0,53% dari total anggaran kesehatan, yang dialokasikan untuk gaji perawat ponkesdes, gaji dokter di puskesmas plus, pengembangan taman posyandu dan pembelian PMT bagi balita penderita gizi buruk.
Anggaran kesehatan bersumber dari APBN sebesar Rp. 4.415.130.000,- (1,94%) yang terdiri dari anggaran Tugas Pembantuan sebesar Rp.1.554.480.000,- (0,68%) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Rp.2.860.650.000,- (1,25%). Sedangkan Bantuan Luar Negeri (BLN) sebesar Rp.23.254.960,- (0,01%).
Sehingga total anggaran kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 sebesar Rp. 228.132.358.303,- (13,54%) dari total APBD Kabupaten Ponorogo.
D. PENDIDIKAN
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik fisik maupun non fisik yang memadai serta pendukung lainnya merupakan upaya terhadap partisipasi sekolah penduduk. Pada tingkat TK jumlah sekolah 415; jumlah murid 14.683; jumlah guru 1.459; jumlah lulusannya 7.885.
Jumlah fisik Sekolah Dasar (SD) sebanyak 601 dengan jumlah murid mencapai 66.333 anak, serta jumlah guru 6.618, sedangkan jumlah lulusan Sekolah Dasar sebanyak 11.935.
10 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 88 sekolah; dengan jumlah murid 25.765; dan jumlah guru 2.270; serta jumlah lulusannya mencapai 8.715.
Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berjumlah 65 sekolah; dengan jumlah murid sebanyak 24.191; dan jumlah guru 2.211; serta jumlah lulusannya mencapai 7.385.
Sedangkan keadaan madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo, untuk tingkat Madrasah Diniyah sebanyak 506 sekolah; jumlah murid 41.578; dan jumlah guru 4.350; tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 87 sekolah; jumlah murid 9.040; dan jumlah guru 1.044.
Tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 78 sekolah; dengan jumlah murid 14.619 anak; dan jumlah guru 1.622. Tingkat Madrasah Aliyah (MA) sejumlah 56 sekolah; dengan jumlah murid 9.705 anak; dan jumlah guru 1.116. (Sumber : Ponorogo Dalam Angka 2014).
11
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Data kematian yang terdapat pada komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
Angka Kematian Bayi yang tercatat di Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2014 ini mengalami penurunan dibandingkan angka kematian bayi yang tercatat pada Tahun 2013, dimana tercatat Angka Kematian Bayi Tahun 2014 adalah sebesar 14 (161 bayi) per 1000 kelahiran hidup sedangkan Tahun 2013 tercatat 14,45 (170 bayi) per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan Angka Kematian Bayi untuk Tahun 2010 sampai dengan 2012 berturut-turut adalah 169, 179, 184 per 1000 kelahiran hidup.
12 Gambar 3.1. Perkembangan Kematian Bayi
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat Angka Kematian Bayi (AKB) tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesbilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat Angka Kematian Bayi (AKB).
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Sebagaimana pada Angka Kematian Bayi yang merupakan salah satu indikator derajat kesehatan, Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Ponorogo di Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 10 per seribu kelahiran hidup (121 balita mati) dibandingkan Tahun 2013 yang mencapai 15,73 per seribu kelahiran hidup (185 balita mati, Tahun 2012 yang mencapai
13 16,14 per seribu kelahiran hidup (196 balita mati), Tahun 2011 yang mencapai 15,12 per seribu kelahiran hidup (188 balita mati).
Tahun 2010 terdapat 178 kematian balita sebesar 14,64 per seribu kelahiran hidup yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Tahun 2009 sebesar 10,24 per seribu kelahiran hidup atau 124 balita mati.
Gambar 3.2. Perkembangan Kematian Balita Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2014
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Anka kematian ibu mengalami peningkatan mulai 2012 yang tercatat sebesar 98,82 per 100.000 kelahiran hidup ( 12 ibu mati ) sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2014, angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Ponorogo adalah sebesar 127 per 100.000 kelahiran hidup ( 15 ibu mati ), angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang tercatat sebesar 102,03 per 100.000 kelahiran hidup ( 12 ibu mati ). Adapun penyebab
14 Gambar 3.3. Perkembangan Kematian Ibu Melahirkan
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
B. MORBIDITAS
Disamping Angka Kematian, derajat kesehatan juga bisa dilihat dari Angka Kesakitan dalam suatu wilayah tertentu. Angka kesakitan yang dituangkan dalam Profil Kesehatan ini didapat dari data yang berasal dari pengumpulan data Dinas Kesehatan yang bersumber dari Puskesmas maupun Rumah Sakit yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo tahun 2014 antara lain adalah penyakit TB Paru, pneumonia, HIV/AIDS, diare, kusta, malaria, dan filariasis.
a. TB Paru
Penyakit TB Paru masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk pengendalian penyakit ini yaitu dengan menemukan, mengobati dan menyembuhkan
15
penderita TB Paru dengan menggunakan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse).
Gambar 3.4. Perkembangan Penemuan Penderita TB BTA (+) Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Tahun 2014 jumlah perkiraan penemuan suspek TB sebanyak 9.198 orang, pencapaian program sebanyak 4.540 suspek atau 49,4% adalah dari yang ditargetkan. Untuk jumlah perkiraan kasus baru TB Paru (BTA+) sebanyak 920 kasus dengan angka penemuan kasus mencapai 32,6% atau sejumlah 300 orang kasus baru TB (BTA+).
Penemuan kasus TB paru BTA (+) ini lebih sedikit dari yang ditargetkan yaitu 70% atau sebanyak 644 orang. Tingkat kesembuhan penderita TB paru BTA (+) yang diobati pada Tahun 2013 dan dievaluasi Tahun 2014 adalah 85.75 % atau sejumlah 325 orang penderita TB paru (BTA+) lebih tinggi dari target 85%.
Permasalahan yang kini dihadapi terkait dengan Program Pengendalian Penyakit TB paru adalah kasus MDR Tb (Multi Drug
16 Resitant Tuberculosis) yaitu timbulnya resistensi obat dalam terapi TB baik kasus baru maupun kasus yang telah diobati sebelumnya. Pengobatan pasien MDR Tb lebih sulit, mahal, banyak efek samping dan angka kesembuhannya relative rendah serta tatalaksana pasien MDR Tb masih tidak adekuat.
Di Kabupaten Ponorogo sendiri sudah ditemukan kasus MDR Tb sebanyak 6 kasus, yang terdiri dari 2 pasien sembuh, 1 pasien DO dan 3 pasien masih dalam pengobatan.
b. Pneumonia
Penyakit ISPA yang paling menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah pneumonia balita, karena secara nasional penyakit ini merupakan penyebab kematian balita paling banyak (80-90%) diantara penyakit ISPA. Di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 jumlah penderita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 764 penderita mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 832 penderita.
Penderita pneumonia tahun 2012 sebanyak 1202 penderita, tahun 2011 sebanyak 971 penderita dan tahun 2010 sebanyak 220 penderita yang ditemukan dan ditangani.
17 Gambar 3.5. Penemuan Kasus Pneumonia Balita
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
c. HIV / AIDS
Kejadian dan kematian kasus HIV/AIDS terus terjadi peningkatan. Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Ponorogo mulai Tahun 2010 hingga 2014 meningkat tajam dari tahun ke tahun. Sebagaimana pada
“fenomena gunung es” kasus yang muncul kemungkinan masih sedikit
dibanding jumlah kasus yang sesungguhnya ada tetapi belum terdeteksi. Hal ini mengingat resiko penularan yang tinggi sebagaimana pada penyakit IMS (infeksi menular seksual) serta perilaku masyarakat yang tidak sehat terutama pada kelompok masyarakat resiko tinggi.
18 Gambar 3.6. Jumlah Kasus HIV/AIDS dan Donor Danar HIV (+)
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Pada tahun 2014 ini jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 87 orang dengan kelompok umur mulai dari ≤ 4 tahun sampai dengan umur ≥ 50 tahun. Terjadi peningkatan yang luar biasa jika dibandingkan dengan kasus yang ditemukan dan ditangani Tahun 2013 yang hanya 46 penderita. Yang masih harus menjadi perhatian adalah adanya donor darah yang positif HIV, hal ini menunjukkan masih banyaknya kasus HIV yang belum ditemukan atau masih tersembunyi. Penderita HIV/AIDS Tahun 2012 sebanyak 51 kasus, Tahun 2011 sebanyak 38 kasus dan Tahun 2010 sebanyak 19 penderita.
Berbagai cara telah dilakukan untuk pengendalian penyakit yang mematikan ini diantaranya dengan pemetaan populasi kunci, mobile VCT pada kelompok resiko tinggi sehingga kasus yang ditemukan dapat segera diobati dengan demikian penyebaran penyakit dapat dikendalikan. Upaya promotif dan juga pasien diskriminasi terus dilakukan melalui sosialisasi masyarakat dan kelompok remaja.
19 Dalam penegakan diagnosa kerjasama dengan seluruh rumah sakit se-Kabupaten Ponorogo juga dilakukan, terutama dalam surveilans epidemiologi HIV/AIDS. Penguatan sistem rujukan akses obat ARU untuk ODHA kerjasama dengan RSUD Dr. Harjono Ponorogo dan RSUD Dr.Soedono Madiun.yang dilakukan sebagai layanan CST (Care Suport Treatment). Adapun salah satu cara untuk memantau situasi HIV/AIDS di masyarakat yang sekaligus sebagai upaya pencegahan penularan adalah penapisan darah donor di Unit Transfusi Darah.
Untuk pengobatan Anti Retrovirus (ARV) Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo bekerja sama dengan RSUD Dr. Harjono Ponorogo dan RSUD Dr. Soedono Madiun sebagai penyedia Anti Retrovirus (ARV) karena dengan pemberian anti retrovirus kematian pasien HIV dapat ditekan dan diharapkan usia hidup serta kualitas hidup pasien akan meningkat.
d. Kusta
Jumlah penderita kusta tercatat di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 yang ditemukan dan diobati sebanyak 55 orang dengan angka NCDR 6.40 per 100.000 penduduk dan angka prevalensi 0.64 per 10.000 penduduk yang terdiri dari tipe PB sebanyak 7 orang dan tipe MB sebanyak 48 orang serta penderita selesai pengobatan (RFT) MB ada 45 orang (85%) dan RFT PB ada 2 orang ( 100% ). Penderita dengan cacat 2 sebanyak 11 orang (20%) dan penderita anak sebanyak 3 orang (5%).
Tahun 2013 yang ditemukan dan diobati sebanyak 48 orang dengan angka prevalensi 0.56 per 10.000 penduduk. Terdiri dari tipe PB sebanyak
20 2 orang dan tipe MB sebanyak 46 orang. Pada tahun 2012 yang ditemukan dan diobati sebanyak 65 orang dengan angka prevalensi 0.76 per 10.000 penduduk. Terdiri dari tipe PB sebanyak 4 orang dan tipe MB sebanyak 61 orang serta penderita selesai pengobatan (RFT) MB ada 41 orang (87,23%) dan RFT PB ada 4 orang ( 100% ). Penderita dengan cacat 2 sebanyak 10 orang (21.28%) dan penderita anak sebanyak 7 orang (14.89%).
Tahun 2011 yang ditemukan dan diobati sebanyak 54 orang (prevalensi : 0,56 per 10.000 penduduk) dengan perincian tipe PB ada 7 orang dan tipe MB ada 47 orang. Tahun 2010 penderita kusta yang ditemukan dan diobati sebanyak 44 orang (prevalensi : 0,51 per 10.000 penduduk) dengan perincian type MB 43 orang dan PB 1 orang. Tahun 2009 yang ditemukan dan diobati sebanyak 52 orang (prevalensi : 0,61 per 10.000 penduduk) dengan perincian type MB 51 orang dan PB 1 orang.
Angka prevalensi menunjukkan besarnya masalah di suatu daerah, angka prevalensi kusta yang diharapkan < 1/10.000 penduduk dan angka prevalensi kusta di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 kurang dari 1/10.000 penduduk namun untuk tingkat cacat 2 dan penderita anak umur 0 – 14 tahun yang masih menjadi masalah karena melebihi target yang diharapkan yaitu < 5%.
21 Gambar 3.7. Perkembangan Prevalensi Kusta
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
e. Malaria
Kasus penyakit malaria di Kabupaten Ponorogo masih ditemukan hingga tahun 2014 dengan jumlah kasus sebanyak 26 penderita.
Angka tersebut telah mengalami penurunan kasus dibanding pada tahun 2013 yaitu sebanyak 64 penderita positif malaria. Tahun 2012 terdapat 87 penderita positif malaria. Tahun 2011 terdapat 37 penderita positif malaria dan tahun 2010 terdapat 24 penderita malaria positif.
22 Gambar 3.8. Penemuan Kasus Malaria
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Kasus malaria yang ditemukan di Kabupaten Ponorogo merupakan kasus import karena dari sekian kasus positif malaria didapatkan penularan dari luar Pulau Jawa. Sedangkan kalau dilihat dari pemetaan kasus sampai tahun 2014 ini kasus tertinggi berasal dari wilayah Puskesmas Sawoo (Tabel 22).
f. Filariasis
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah adalah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan lewat gigitan vektor nyamuk. Pada Tahun 2014 penderita filariasis tidak diketemukan kasus baru dan jumlah seluruh kasus masih sama seperti tahun lalu sebanyak 32 orang, dengan angka kesakitan 4 per 100.000 penduduk.
Pada Tahun 2013 penderita filariasis kasus baru ditemukan di Kabupaten Ponorogo sebanyak 4 orang dan jumlah seluruh kasus sebanyak
23 32 orang, dengan angka kesakitan 3,73 per 100.000 penduduk. Pada Tahun 2012 penderita filariasis jumlah seluruh kasus sebanyak 29 orang, dengan angka kesakitan 3,38 per 100.000 penduduk.
Tahun 2011 Kabupaten Ponorogo mempunyai 27 penderita filariasis yang ditemukan dan mendapat tatalaksana, baik itu merupakan kasus baru ataupun kasus lama dan tahun 2010 jumlah kasus 14 penderita. Karena Kabupaten Ponorogo bukan merupakan daerah endemis, maka tidak ada program kegiatan pengobatan massal.
Gambar 3.9. Jumlah penderita filariasis Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
2. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus neonatorum, campak, difteri, dan polio.
24
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum merupakan penyakit tetanus yang menyerang pada bayi neonatus dengan tingkat resiko kematian yang tinggi. Melalui program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) diharapkan jumlah angka kesakitan dan kematian karena Tetanus Neonatorum dapat ditekan, dan kasus TN tidak terjadi lagi. Program-program untuk eliminasi tetanus neonatorum diantaranya adalah dengan Program Imunisasi TT WUS dan BIAS. Dari Tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 di Kabupaten Ponorogo tidak ditemukan adanya kasus Tetanus Neonatorum.
b. Campak
Pada Tahun 2014 jumlah kasus penyakit campak sebanyak 55 kasus yang mengalami penurunan jumlah penderita dari tahun sebelumnya namun masih terjadi KLB di Kelurahan Bangunsari Kecamatan Ponorogo sebanyak 10 penderita dengan Attack Rate sebesar 0.23%. Jumlah kasus sebanyak 55 tersebut terjadi dalam kurun waktu 1 tahun dan tidak mengelompok. Dikatakan KLB campak jika ditemukan 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan dengan adanya hubungan epidemiologi.
Pada Tahun 2013 jumlah kasus penyakit campak sebanyak 150 kasus yang mengalami penurunan jumlah penderita dari tahun sebelumnya namun masih terjadi KLB di Kecamatan Mlarak sebanyak 45 penderita dengan Attack Rate sebesar 0.70%.
25 Gambar 3.10. Perkembangan Kasus Campak dan KLB Campak
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Tahun 2012 jumlah kasus penyakit campak sebanyak 224 kasus dimana terjadi KLB di 2 wilayah kecamatan yang tersebar di 3 desa sebanyak 60 penderita dengan Attack Rate sebesar 0.72%.
Tahun 2011 jumlah kasus penyakit campak 69 penderita dan terjadi KLB penyakit campak 3 (tiga) kali dengan 44 penderita. Pada tahun 2010 terjadi 55 kasus campak namun tidak terjadi KLB campak.
c. Difteri
Tahun 2014 tidak diketemukan kasus dengan tanda-tanda difteri. Setiap diketemukan suspek difteri maka harus dilakukan isolasi penderita, penyuluhan dan profilaksis ke kontak penderita dan dilanjutkan dengan ORI (Outbreak Respon Imunization).
Sedangkan di tahun 2013 jumlah penderita difteri yang ditemukan
sebanyak 5 penderita dengan CFR (Case Fatality Rate) 0 %, dimana telah
terjadi penurunan kasus dibandingkan tahun 2012. Jumlah penderita difteri yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 8 penderita. Tahun 2011
26 diketemukan sebanyak 3 penderita dan tahun 2010 ditemukan 1 penderita difteri.
Gambar 3.11. Penemuan Kasus Difteri Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
d. Polio
Kejadian AFP saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan program Eradikasi Polio (ERAPO), yang dilaksanakan melalui Gerakan Imunisasi Nasional dan merupakan wujud kesepakatan global dalam pemberantasan Penyakit Polio di Indonesia. Penemuan kasus AFP merupakan upaya deteksi dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat. Salah satu upaya untuk penemuan kasus AFP adalah dengan “Surveilans secara aktif” setiap ditemukan kasus lumpuh layuh mendadak pada anak usia <15 tahun.
Indonesia sudah mendapatkan sertifikat bebas polio pada tanggal 27 Maret 2014 tetapi tetap harus dilakukan surveilans aktif karena masih ada kemungkinan tertular dari negara lain.
27 Gambar 3.12. Penemuan kasus AFP
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Perkiraan kasus AFP yang ada di masyarakat sebesar 2 orang per 100.000 penduduk usia <15 tahun . Jumlah kasus AFP di Tahun 2014 ini ada 2 kasus dengan target sebanyak 5 penderita dengan AFP Rate (Non Polio) 1.12 per 100.000 penduduk usia <15 tahun. Jumlah penderita ini menurun dibandingkan jumlah penderita AFP tahun 2013 sebanyak 5 kasus.
Adapun Jumlah penderita tahun 2013 naik dibandingkan dengan jumlah penderita AFP pada tahun 2012 sebanyak 4 penderita dan terjadi penemuan yang sama di tahun 2010 yaitu 4 kasus, tahun 2011 ditemukan sejumlah 1 kasus.
3. Penyakit Potensi KLB / Wabah a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada Tahun 2014 ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah di Kabupaten Ponorogo. Selain sangat berpotensi
28 menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), selama sembilan tahun terakhir menjadikan Kabupaten Ponorogo sebagai Kabupaten Endemis. Suatu wilayah disebut endemis apabila selama 3 tahun berturut-turut selalu ditemukan adanya penderita DBD.
Gambar 3.13. Perkembangan kasus DBD Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Gambar di atas menunjukkan bahwa selalu terjadi kasus DBD dengan angka kejadian cenderung meningkat dan menurun sedikit di tahun 2014, sedangkan tahun 2010 ini kenaikan jumlah penderita cukup signifikan, mulai tahun 2011 kasus DBD sudah mengalami penurunan dengan jumlah kasus sebesar 241 dengan kematian 4, tahun 2012 jumlah kasus sebesar 228 dimana tidak sampai terjadi kematian dibanding dengan tahun 2010 dan tahun 2011. Mulai tahun 2013 terjadi peningkatan kasus lagi yang disertai adanya kematian penderita.
Penyakit Demam Berdarah Dengue Tahun 2014 dengan jumlah penderita 389 dengan Incidence Rate 45.30 Per 100.000 penduduk
29 dan CFR 0.8 % yang disertai juga dengan kematian 3 penderita. Penyakit Demam Berdarah Dengue Tahun 2013 dengan jumlah penderita 394 mempunyai Angka Kesakitan 45.89 Per 100.000 penduduk dan CFR 1.02 % yang disertai juga dengan kematian 4 penderita.
Upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD diantaranya dilakukan dengan kegiatan program Pemantauan Jentik Berkala (PJB), Abatisasi, Penyuluhan tentang penyakit DBD dan penanganan serta pencegahannya. Adapun setiap ada kasus dilakukan penyelidikan epidemiologi, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pengasapan (fogging) untuk memberantas nyamuk dewasa yang sesuai dengan prosedur karena tidak semua kasus DBD langsung dilakukan pengasapan (fogging).
Dengan berbagai keadaan yang demikian, untuk penanggulangan sekaligus pencegahan penyakit DBD adalah pengendalian vektor diantaranya dengan PSN menjadi mutlak adanya. Gerakan PSN dan 3M Plus nya merupakan cara yang sangat efektif, murah dan mudah dilaksanakan. Dengan adanya peran serta aktif masyarakat dalam penanggulangan dan pencegahan DBD melalui gerakan PSN dan 3M Plus terbukti mampu mengendalikan perkembangan vektor nyamuk DBD.
b. Diare
Dari data yang ada bahwa penyakit diare masih menjadi masalah di Kabupaten Ponorogo, dengan jumlah kasus yang senantiasa tinggi, tetapi mulai tahun 2013 sampai tahun 2014 ini mengalami penurunan kasus yang ditangani. Pada tahun 2014 kasus diare yang ditangani sebanyak 18.232
30 kasus. Tahun 2014 ini terjadi penurunan kasus dikarenakan juga adanya menurunan angka kesakitan nasional yaitu dari 411/1000 jumlah penduduk menjadi 214/1000 jumlah penduduk.
Tahun 2013 kasus diare yang ditangani sebanyak 20.257 kasus. Tahun 2012 kasus diare yang ditangani sebanyak 21.722 kasus juga terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 1 (satu) desa dengan 7 penderita 1 meninggal dunia (CFR 14.29 %). Pada tahun 2011 kasus diare yang ditangani sebanyak 19.019 dan tahun 2010 kasus penyakit diare yang terjadi sebanyak 18.793.
Gambar 3.14. Penemuan penderita diare Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
Kasus diare yang tercatat belum menggambarkan angka kejadian sebenarnya karena banyak penderita diare yang tidak datang ke sarana kesehatan walaupun data yang ada sudah semua Puskesmas dan RSU/Swasta terlaporkan.
31
4. Penyakit Tidak Menular
a. Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi merupakan suatu penyakit kardiovaskuler dan merupakan salah satu faktor resiko utama gangguan jantung. Resiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolic 85-89 mmHg akan meningkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta faktor utama dalam gagal jantung kongestif.
Tahun 2014 jumlah penduduk ≥ 15 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah tinggi sebanyak 28.808 orang atau 4.23% dari jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun.
b. Obesitas
Obesitas saat ini merupakan permasalahan yang muncul di dunia, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikannya sebagai epidemic global. Prevalensinya meningkat tidak saja di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara-negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 300 juta orang diseluruh dunia saat ini mengalami obesitas dan di amerika serikat penyakit ini diperkirakan menjadi pembunuh nomor satu menggeser kebiasaan merokok. Terkadang makanan yang masuk dalam kategori Fast Food dituding sebagai biang dari semakin meningkatnya
32 penyakit obesitas ini. Dimana data obesitas yang didapatkan dari pelaksanaan Posbindu rutin di Kabupaten Ponorogo sebesar 82 orang.
c. Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
Kanker penyebab kematian ke-2 di dunia (WHO, 2005) dan ke-7 di Indonesia (Riskesdas, 2007). Kanker leher rahim dan payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia. Saat ini kanker terbanyak yang dialami wanita Indonesia adalah kanker serviks (36% dari semua kanker pada wanita). Akan tetapi angka kejadian kanker payudara juga semakin meningkat. Setiap tahunnya jumlah penderita kanker leher rahim semakin meningkat, tak kurang dari 15 ribu wanita terdeteksi menderita kanker.
Kanker leher rahim dapat dideteksi dini dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan Paps Mear. Tahun 2014 jumlah perempuan yang diperiksa papsmear sebanyak 1655 orang dengan hasil negatif.
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR) dan status gizi balita.
1. Berat Badan Rendah (BBLR)
Jumlah bayi lahir hidup Tahun 2014 sebanyak 11.795, terdiri dari 6.119 bayi laki-laki dan 5.676 bayi perempuan. Bayi baru lahir yang ditimbang berat badannya sebanyak 11.795 (100 %). Dari jumlah bayi baru lahir yang ditimbang berat badannya, 447 bayi (3,8%) merupakan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Terjadi peningkatan jika
33 dibandingkan dengan Tahun 2013 sebanyak 11.761, terdiri dari 6.053 bayi laki-laki dan 5.708 bayi perempuan yang ditimbang berat badannya 11.761 (100 %) dan jumlah bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah 185 bayi (1,57%). Tahun 2012 dari bayi baru lahir yang ditimbang berat badannya sebanyak 12.122 (99,83 %), 380 bayi (3,13%) merupakan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Tahun 2011, dari 12.359 balita yang ditimbang 325 bayi (2,63%) merupakan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sedangkan Tahun 2010 dari 12.158 bayi baru lahir yang ditimbang, 297 bayi (2,44%) merupakan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Gambar 3.16. Perkembangan kasus BBLR Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2014
2. Status Gizi Balita
Jumlah balita ditimbang pada tahun 2014 sebanyak 45.625 balita, dengan 219 balita (0,5%) adalah balita BGM (di Bawah Garis Merah).
34 Indikator status gizi yang digunakan untuk tabel 47 adalah berat badan berdasarkan umur balita.
Sedangkan kasus gizi buruk seperti yang disajikan dalam tabel 48 sepanjang lima tahun terakhir tahun 2010 sampai dengan 2014 berturut-turut adalah 652 kasus, 488 kasus, 563 kasus, 250 kasus dan 298 kasus.
Indikator status gizi yang digunakan adalah berat badan berdasarkan tinggi badan balita.
Dari gambaran penemuan kasus dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa trend kasus gizi buruk mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya, namun jika dibandingkan dengan keadaan 2 (dua) tahun terakhir mengalami penurunan jumlah kasus secara signifikan.
Gambar 3.17. Perkembangan kasus gizi buruk Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2014
35 Penurunan yang terjadi dalam 2 (dua) tahun terakhir disebabkan oleh 3 (tiga) faktor yaitu :
1. Indikator gizi buruk mulai tahun 2013 lebih sensitif daripada tahun-tahun
sebelumnya terutama untuk screening anak balita, gizi buruk diverifikasi dengan berat badan dan tinggi badan.
2. Penemuan atau pencarian kasus gizi buruk di masyarakat lebih banyak
ditemukan di posyandu sehingga tergantung dari kedatangan balita ke posyandu. Hal ini berkaitan dengan capaian D/S (balita ke posyandu) masih kurang dari target 80% (Capaian 75%).
3. Kasus gizi buruk di masyarakat segera ditangani lewat kasus gizi kurang
36
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah
Tahun 2014 jumlah murid Kelas 1 SD dan setingkat yang mendapatkan penjaringan kesehatan sebesar 11.524 murid yang terdiri dari 5.997 murid laki-laki dan 5.527 murid perempuan cakupan penjaringan sebesar 89,6 %. Sedangkan jumlah SD dan setingkat yang mendapatkan penjaringan kesehatan sebanyak 631 sekolah atau (91%) dari jumlah seluruh SD yaitu 693 sekolah.
Jumlah SD/MI yang mendapat pelayanan kesehatan gigi sebanyak 631 sekolah (91,1%) dari 693 SD/MI yang ada. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat dari 71.966 murid, yang diperiksa 15.909 murid (22,1%).
2. Pelayanan Kesehatan Usila
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Tahun 2014 mencapai 67.887 usila (49,27%) terdiri dari 31.486 laki-laki dan 36.401 perempuan dari jumlah penduduk kelompok usia lanjut sebesar 137.777. Untuk pelayanan kesehatan bagi usia lanjut telah dibentuk Posyandu Usila di semua wilayah puskesmas di Kabupaten Ponorogo dimana kegiatan difokuskan pada deteksi dini faktor resiko penyakit usia lanjut.
37
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 1. Kunjungan Rawat Jalan
Cakupan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan Tahun 2014 adalah sebesar 1.125.328 orang atau 130,9 % dari jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo. Angka ini menunjukkan bahwa ada beberapa orang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan lebih dari satu kunjungan dalam kurun waktu satu tahun, angka ini bukan menggambarkan akses pelayanan kesehatan.
Cakupan kunjungan rawat jalan terdiri dari kunjungan di puskesmas sebanyak 755.303 orang, kunjungan di rumah sakit sebanyak 307.474 orang dan kunjungan di Balai Pengobatan sebanyak 62.551 orang. Prosentase jumlah kunjungan pada masing-masing sarana pelayanan tergambar pada grafik berikut :
Gambar 4.1. Prosentase Kunjungan Rawat Jalan pada Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
38 Gambar di atas menunjukan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan yang paling banyak adalah di sarana Puskesmas yaitu sebanyak 67,12 %, sedangkan di Rumah Sakit 27,32 % serta di Balai Pengobatan Swasta sebanyak 5,56 %. Jumlah kunjungan rawat jalan di Balai Pengobatan swasta belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena dari 21 Balai Pengobatan swasta yang ada di Ponorogo hanya 14 Balai Pengobatan yang mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo.
2. Kunjungan Rawat Inap
Cakupan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan Tahun 2014 adalah sebesar 59.557 orang atau 6,9 % dari jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo dan tidak terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2013 yang mencapai 58.896 orang atau 6,86 % dari jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo. Kunjungan rawat inap pada Tahun 2014 terdiri 5.674 orang dirawat di puskesmas dan 53.883 orang dirawat di rumah sakit, sedangkan di Balai Pengobatan tidak melayani pasien rawat inap.
Gambar 4.2. Jumlah Kunjungan Rawat Inap pada Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
39 Gambar di atas menunjukan bahwa jumlah kunjungan rawat inap yang paling banyak adalah di sarana Rumah Sakit yaitu sebanyak 53.883 orang, sedangkan di Puskesmas adalah 5.674 orang.
3. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Jumlah kunjungan kasus gangguan jiwa di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 sejumlah 8.276 meningkat dibandingkan jumlah kunjungan penderita pada Tahun 2013 sebanyak 7.693 penderita. Jumlah tersebut merupakan pasien yang berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit termasuk pasien gangguan jiwa dari luar wilayah Kabupaten Ponorogo. Jumlah ini masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kasus yang sebenarnya karena belum semua laporan dari sarana pelayanan yang lain masuk.
Hal ini dikarenakan di Kabupaten Ponorogo belum ada dokter spesialis jiwa. Selain itu banyak kasus gangguan jiwa yang langsung kunjungan dan atau dengan rujukan ke RSJ di Lawang atau Solo.
C. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK 1. Pelayanan Ibu Hamil
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk mengetahui akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga untuk melihat kualitas.
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 pada Tahun 2014 Kabupaten Ponorogo mencapai 93,3% atau sejumlah 12.879 ibu hamil dan kunjungan
40 ibu hamil dengan K4 mencapai 86,0% atau sejumlah 11.872 ibu hamil. Terjadi penurunan cakupan kunjungan ibu hamil K1 dibandingkan Tahun 2013 yang mencapai 94,42% atau sejumlah 13.174 ibu hamil dan kunjungan ibu hamil dengan K4 mencapai 86,93% atau sejumlah 12.130 ibu hamil. Pada tahun 2012 dimana kunjungan ibu hamil K1 sejumlah 13.139 ibu hamil atau 96,62% dan kunjungan ibu hamil dengan K4 mencapai 89,59% atau sejumlah 12.182 ibu hamil. Tahun 2011 kunjungan K1 sebanyak 13.573 ibu hamil atau 99,82% dan kunjungan ibu hamil dengan K4 mencapai 91,72% atau sejumlah 12.472. Dibanding dengan selama empat tahun sebelumnya cakupan kunjungan ibu hamil dengan K4 mengalami penurunan, yaitu Tahun 2013 K4 86,93% ; Tahun 2012 K4 89,59% ; tahun 2011 K4 91,72% ; tahun 2010 K4 95,97%.
Gambar 4.3. Jumlah Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 sd 2014
41
2. Pertolongan Persalinan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2014 mencapai 89,5 % atau sebesar 11.793 bulin sedangkan pelayanan pada ibu nifas mencapai 89 % atau sebesar 11.725 bufas, mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan dibandingkan dengan Tahun 2013 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai yang 87,77 % atau sebesar 11.690 bulin, sedangkan pelayanan pada ibu nifas mencapai 87,59 % atau sebesar 11.666 bufas, pada Tahun 2012 mencapai 80,76 % atau sebesar 12.117 bulin, sedangkan pelayanan pada ibu nifas mencapai 80,84 % atau sebesar 12.129 bufas.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan ibu nifas dalam kurun waktu Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Meskipun pada Tahun 2013 mengalami penurunan yang signifikan, namun mengalami peningkatan kembali di Tahun 2014.
42 Gambar 4.4. Jumlah Pelayanan Persalinan
Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 sd 2014
3. Penanganan Komplikasi
Cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi/komplikasi yang ditangani pada Tahun 2014 sebesar 113,5% atau sebanyak 3134 bumil risti (target 80% jumlah bumil) melebihi perkiraan bumil dengan komplikasi kebidanan. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan cakupan Tahun 2013 sebesar 91,74% atau sebanyak 2.560 bumil risti. Pada Tahun 2012 sebesar 84,56% atau sebanyak 2.658 bumil risti. Sedangkan neonatus resiko tinggi/komplikasi ditangani pada Tahun 2014 sebesar 88,8% atau sebanyak 1.635 bayi (target 94,34 % bayi lahir hidup). Angka ini mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan cakupan Tahun
43 2013 sebesar 87,05% atau sebanyak 1.617 bayi dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan cakupan Tahun 2012 sebesar 113,40 % atau sebanyak 2.131 bayi.
4. Pelayanan Neonatus
Jumlah bayi lahir hidup Tahun 2014 sebanyak 11.795. Dari 100% bayi yang ditimbang saat baru lahir 3,8% (447 bayi) termasuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), tidak terjadi peningkatan yang signifikan BBLR jika dibandingkan dengan tahun 2013, dari bayi lahir hidup sebanyak 11.761, 100 % ditimbang saat baru lahir 3,13 % (380 bayi) adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada tahun 2012, dari bayi lahir hidup sebanyak 12.143, 100 % ditimbang saat baru lahir 3,13 % (380 bayi) termasuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Tahun 2014 cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN1) mencapai 95,8% dengan rincian KN1 bayi laki-laki sebanyak 6.085 (100,1%), KN1 bayi perempuan sebanyak 5.670 (91,6%). Cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN3/Lengkap) mencapai 94,3% dengan rincian KN3 bayi laki-laki sebanyak 5.990 (98,5%), KN3 bayi perempuan sebanyak 5.586 (90,2%), sedangkan pada Tahun 2013 cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN1) mencapai 94,75% dengan rincian KN1 bayi laki-laki sebanyak 6.048 (98,55%), KN1 bayi perempuan sebanyak 5.685 (91,02%). Cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN3/Lengkap) mencapai 95,07% dengan rincian KN3 bayi laki-laki sebanyak 6.050 (98,58%), KN3 bayi perempuan sebanyak 5.723 (91,6%). Tahun 2012 kunjungan neonatus 1 kali (KN1) mencapai 96,76% dengan rincian KN1 bayi laki-laki sebanyak 6.228
44 (100,31%), KN1 bayi perempuan sebanyak 5.894 (93,27%). Cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN3/Lengkap) mencapai 95,89% dengan rincian KN3 bayi laki-laki sebanyak 6.168 (99,34%), KN3 bayi perempuan sebanyak 5.845 (92,50%).
Cakupan pelayanan kesehatan bayi Tahun 2014 mencapai 90,6% dengan rincian pelayanan kesehatan bayi laki-laki sebanyak 5.718 (94%) dan bayi perempuan sebanyak 5.403 (87%).
Grafik berikut menggambarkan keadaan kunjungan neonatus dan kunjungan bayi dalam kurun waktu 5 tahun :
Gambar 4.5. Jumlah Kunjungan Neonatus dan Bayi Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 sd 2014
45
5. Pelayanan Keluarga Berencana
Dari kepesertaan Keluarga Berencana (KB) aktif Tahun 2014 43,4% peserta menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan 56,6% menggunakan Non MKJP. Sedangkan dari peserta KB baru, 31,7% peserta menggunakan MKJP dan 68,3% menggunakan Non MKJP. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Ponorogo cenderung menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang (suntik, pil dan kondom).
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Tahun 2014 sebanyak 181.435 yang terdiri dari 10.347 (5,7%) peserta KB baru dan 149.001 (82,1%) peserta KB aktif.
6. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Tahun 2014 cakupan anak balita yang mendapatkan pelayanan kesehatan mencapai 78,4% dari 36.972 anak balita. Terdiri dari 18.705 (76,7%) anak balita laki-laki dan 18.267 (80,3%) anak balita perempuan. Angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan cakupan Tahun 2013 cakupan anak balita yang mendapatkan pelayanan kesehatan mencapai 79,08% dari 38.320 anak balita. Terdiri dari 19.237 (76,58%) anak balita laki-laki dan 19.083 (81,76%) anak balita perempuan. Sedangkan pada Tahun 2012 mencapai 78,04 % dari 49.473 anak balita. Terdiri dari 19.100 (74,36%) anak balita laki-laki dan 19.508 (82,01%) anak balita perempuan.
46
D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR 1. Rumah Sehat
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit. Penentuan rumah yang sehat didasarkan pada tersedianya sarana sanitasi perumahan.
Adapun parameter lingkungan penilaian rumah sehat dilakukan terhadap komponen sebagai berikut :
a. Komponen rumah, yang meliputi : langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
b. Sarana sanitasi, yang meliputi : sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran (jamban), sarana pembunagan air limbah, sarana pembuangan sampah.
c. Perilaku penghuni, yang meliputi : membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita di jamban, membuang sampah pada tempat sampah.