PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI
DINAS KESEHATAN
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
i Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas Asung Kerta Wara NugrahaNya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015 ini dapat tersusun
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli merupakan salah satu bagian dari sistem informasi kesehatan yang penting bagi proses perencanaan sampai dengan evaluasi program kesehatan dan merupakan bagian penting strategi pembangunan kesehatan untuk mencapai tujuan keberhasilan pembangunan kesehatan. Namun, hal yang lebih penting adalah bahwa data-data yang disajikan dalam profil ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kinerja khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dan masyarakat secara umum.
Profil Kesehatan ini berupaya menampilkan capaian kinerja maupun data lain yang termuat dalam tabel Standar Pelayanan Minimal yang merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur kemajuan pembangunan bidang kesehatan. Data-data yang ditampilkan diupayakan dapat menampilkan fokus masalah kesehatan pada puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lain yang ada di Kabupaten Bangli. Hal ini penting mengingat peran dan kontribusi sektor lain termasuk swasta dalam pemberian pelayanan kesehatan di Kabupaten Bangli cukup besar. Pada Profil tahun 2015 ini juga dicoba untuk menampilkan data terpilah berdasarkan Gender, hanya saja belum optimal.
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015 tersusun atas kerjasama banyak pihak yang telah turut ambil bagian dalam pengumpulan data serta proses konsultasi yang memperkaya isi profil. Dalam penyusunan ini, kami yakin tidak semua pihak sepakat dengan seluruh data ataupun analisa yang disampaikan. Walaupun demikian kami berharap semoga pembaca profil ini menemukan keseluruhan kajian serta kesimpulan dalam profil sebagai sumbangan yang berarti dalam wacana pengambilan kebijakan tentang pembangunan kesehatan Kabupaten Bangli.
Upaya penyempurnaan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015 akan terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli terutama dalam pendataan, mengingat pentingnya data dalam proses manajemen dan pengambilan keputusan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
dr. I Nengah Nadi, M.Kes. NIP.19611231 198911 1 015
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ...v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI ... 1
C. SISTEMATIKA ... 2
BAB II GAMBARAN UMUM ... 3
A. GEOGRAFI ... 3
1. Letak Wilayah ... 3
2. Luas Wilayah ... 3
3. Iklim ... 3
B. KEPENDUDUKAN ... 4
C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI ... 5
D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU PENDUDUK ... 5
1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas ... 5
2. Rumah Sehat ... 6
3. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar ... 8
4. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 9
5. Desa Yang Melaksanakan STBM ... 10
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 12
A. MORTALITAS ... 12
1. Angka Kematian Bayi (AKB)... 12
2. Angka Kematian Balita (AKABA) ... 14
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) ... 15
4. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir... 16
B. MORBIDITAS ATAU ANGKA KESAKITAN ... 16
1. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) ... 17
2. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani ... 17
3. Persentase HIV/AIDS Ditangani ... 17
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
iii
5. Persentase Penderita Kusta selesai Berobat ... 18
6. Angka ”Acute Flaccid Paralysis”(AFP) Pada Anak usia <15 Tahun per-100.000 Anak18 7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ... 18
8. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk ... 19
9. Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk ... 19
10. Kasus Penyakit Filaria Ditangani. ... 20
BAB IV UPAYA KESEHATAN ... 21
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 21
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ... 21
2. Upaya Peningkatan status Gizi Masyarakat ... 36
3. Pelayanan Imunisasi ... 40
4. PenyakitTidak Menular ... 42
5. Pelayanan Pengobatan/Perawatan ... 44
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN ... 45
1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit ... 45
2. Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional ... 47
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN ... 48
A. SARANA KESEHATAN ... 48
1. Puskesmas dan Jaringannya ... 48
2. Rumah Sakit ... 49 B. TENAGA KESEHATAN ... 50 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ... 50 BAB VI PENUTUP ... 52 A. SIMPULAN. ... 52 B. SARAN ... 53
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun 2015 ... 4
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbandingan Piramida Penduduk Bangli Tahun 2010 dan 2015 ... 4 Gambar 2. Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak Di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 6 Gambar 3. Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 8 Gambar 4. Persentase Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) per Kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 9 Gambar 5. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 10 Gambar 6. Persentase Desa yang Melaksanakan STBM Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 11 Gambar 7. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun 2011 – 2015 13 Gambar 8. AKB per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 13
Gambar 9. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH di Kabupaten BangliTahun 2011 –
2015 ... 14 Gambar 10. AKABA per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 15 Gambar 11. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per 100.000 KH di Kabupaten BangliTahun 2011 s/d 2015 ... 15 Gambar 12. AKI per 100.000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 16 Gambar 13. Persentase Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil di Kabupaten Bangli Tahun 2011-201522 Gambar 14. Persentase Pelayanan K1 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 22 Gambar 15. Persentase Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 23 Gambar 16. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 23 Gambar 17. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 24 Gambar 18. PersentasePelayanan Nifas di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 25 Gambar 19. Persentase Pelayanan Nifas Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 201525 Gambar 20. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 26 Gambar 21. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 27 Gambar 22. PersentasePenanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 28 Gambar 23. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 28 Gambar 24. Persentase PenangananKomplikasi Neonatal di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 29 Gambar 25. Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 30 Gambar 26. PersentasePelayanan Kesehatan Bayi di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 30
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
vi Gambar 27. PersentasePelayanan Kesehatan Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli
Tahun 2015 ... 31
Gambar 28. Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 32
Gambar 29. Persentase Anak Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8 Kali) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 32
Gambar 30. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 33
Gambar 31. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 33
Gambar 32. Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 ... 34
Gambar 33. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 201534 Gambar 34. Persentase KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Bangli Tahun 2015 . 35 Gambar 35. Persentase Penimbangan Balita (D/S) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 36
Gambar 36. Persentase Konsumsi Garam Beryodium Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015. ... 37
Gambar 37. Persentase Balita BGM Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 38
Gambar 38. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe3 (90Tablet) Menurut Puskesmas di KabupatenTahun 2015 ... 38
Gambar 39. Persentase Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) Menurut Puskesmas Tahun 2015 ... 39
Gambar 40. Persentase ASI Eksklusif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 .. 39
Gambar 41. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 40
Gambar 42. Persentase Desa/ Kelurahan UCI Per Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 201541 Gambar 43. Persentase TT 2+ Pada Ibu Hami Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 42
Gambar 44. Persentase Pemeriksaan Leher Rahim Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 42
Gambar 45. Persentase Penderita Hipertensi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 43
Gambar 46. Persentase Pemeriksaan Obesitas dari PengunjungYang Berusia ≤ 15 Tahun Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 44
Gambar 47. Persentase Pelayanan Kesehatan Usila Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 45
Gambar 48. Pencapaian ALOS dan TOI Rumah Sakit di Kabupaten bangli Tahun 2015 ... 46
Gambar 49. Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan Tahun 2015 ... 47
Gambar 50. Jumlah Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes dan Pusling Tahun 2015 ... 48
Gambar 51. Ratio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bangli Tahun 2015 ... 50
Gambar 52. Persentase Anggaran Kesehatan Kabupaten Bangli Berdasarkan Sumber DanaTahun 2015... 50
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
1
A.
LATAR BELAKANG
Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota merupakan salah satu hasil keluaran dari sistem informasi kesehatan, dengan penyajian data yang relatif lengkap yang meliputi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/informasi yang terkait. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat 3, UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI no 46 tahun 2014.
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015 disusun berdasarkandata/informasi yang didapatkan dari puskesmas-puskesmas dan jejaringnya, klinik-klinik, rumah sakit swasta maupun pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bangli , pengelola program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli serta Lembaga/Badan yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali.
Pada penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2015 ini mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan kabupaten/Kota Tahun 2015 (berdasarkan data terpilah jenis kelamin) yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
B.
TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015 merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor-faktor lain yang terkait, serta melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan perencanaan target indikator Sustainable Development Goals bidang kesehatan.
BAB I
PENDAHULUAN
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
2
C.
SISTEMATIKA
Bab I – Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bangli ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II – Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab III – Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian dan angka kesakitan.
Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan.Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan
Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Bab VI – Kesimpulan. Bab ini berisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015 selain keberhasilan juga diungkap hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran. Berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Bangli dan 82 tabel data yang merupakan gabungan tabel Indikator Kabupaten Sehat.
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
3
A.
GEOGRAFI
Kabupaten Bangli secara administrasi terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Tembuku, Kecamatan Susut dan Kecamatan Kintamani sebagai kecamatan terluas. Batas-batas Kabupaten Bangli di sebelah Utara adalah Kabupaten Buleleng,di sebelah selatan adalah Kabupaten Klungkung, di sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem dan di sebelah Barat adalah Kabupaten Gianyar. (Bangli Dalam Angka, 2015)
1. Letak Wilayah
Secara geografis Kabupaten Bangli terletak pada posisi antara 115°13’48” sampai 115°27’24” Bujur Timur dan 8o8’30” sampai 8o31’87” Lintang Selatan. Posisinya berada di tengah-tengah Pulau Bali, dan Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki pantai/laut. Ketinggian dari permukaan laut antara 100-2.152 m. (Bangli Dalam Angka, 2015)
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Bangli 520,81Km2 atau 9,25% dari luas wilayah Propinsi Bali. Kabupaten Bangli terbagi menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Kintamani memiliki luas terbesar yaitu sebesar 366,9Km2 atau 70,44% dari luas kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Bangli: 56,3Km2(10,81%), Kecamatan Susut 49,3 Km2 (9,47%), Kecamatan Tembuku 48,3% (9,28%).
Secara fisik di sebelah Selatan merupakan daerah dengan dataran rendah dan daerah sebelah Utara adalah daerah pegunungan. Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Di Kabupaten Bangli juga terdapat Gunung Batur dengan kepundannya dan Danau Batur yang mempunyai luas sekitar 1.067,50 Ha.Jarak dari ibukota kabupaten ke ibu kota propinsi sekitar 40 km. (Bangli Dalam Angka, 2015)
3. Iklim
Kabupaten Bangli sebagian besar daerahnya merupakan dataran tinggi, hal ini berpengaruh terhadap keadaan iklim di wilayah ini. Keadaan iklim dan perputaran atau pertemuan arus udara yang disebabkan karena adanya pegunungan di daerah ini yang menyebabkan curah hujan di daerah ini pada Tahun 2014 relatif tinggi. Hal ini terjadi pada bulan-bulan Januari, Februari, dan bulan Desember. (Bangli Dalam Angka, 2015)
BAB II
GAMBARAN UMUM
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
4
B.
KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di Kabupaten Bangli berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 dan perhitungan proyeksi untuk penduduk Tahun 2015 sebesar 222.600 jiwa bersumber dari kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. Adapun keadaan penduduk di Kabupaten Bangli secara garis besar dapat dilihat pada tabel di ini.
Tabel 1. Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga,
Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun 2015
Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Rumah Tangga Penduduk Sex Ratio Kepadatan Penduduk/k m2 Rata-rata Jiwa/ Rumah Tangga Laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bangli Tembuku Susut Kintamani 56,3 48,3 49,3 366,9 12.620 8.655 11.065 23.310 25.410 17.510 22.260 47.420 25.070 17.110 22.000 45.820 50.480 34.620 44.260 93.240 101,4 102,3 101,2 103,5 897,26 716,47 897,95 254,12 4 4 4 4 Tahun 2015 520,8 55.650 112.600 110.000 222.600 102,4 427 4 Akhirth2015 Akhir th 2014 Akhir th 2013 Akhir th 2012 Akhir th 2011 520,8 520,8 520,8 520,8 520,8 55.650 55.473 51.112 50.993 50.840 112.600 112.000 111.900 111.400 106.637 110.000 109.300 109.500 108.800 107.171 222.600 221.300 221.400 220.200 215.729 102,4 102,5 52,58 102,39 99,42 427 425 425 423 414 4 4 4 4 4
Sumber: Hasil perhitungan proyeksi BPS kabupaten Bangli, dengan estimasi rata-rata jiwa per rumah tangga =4
Berdasarkan jumlah penduduk hasil sensus Tahun 2010 dan perhitungan proyeksi untuk penduduk tahun 2015, dapat diperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut :
Gambar 1. Perbandingan Piramida Penduduk Bangli Tahun 2010 dan 2015
Sumber : BPS Kabupaten Bangli
15.000 10.000 5.000 0 5.000 10.000 15.000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 7475+
Piramida Penduduk Bangli berdasarkan proyeksi tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
5 Kalau dilihat secara seksama perubahan komposisi penduduk antara Tahun 2010 dengan tahun 2015 tidak ada perbedaan yang berarti, tapi pada kelompok umur 0-4 tahun terlihat terdapat perbedaan dengan kelompok umur 5-9 tahun, mungkin karena cakupan KB aktif yang meningkat pada Tahun 2015 dibandingkan dengan cakupan Tahun 2010
C.
KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Gambaran mengenai keadaan perekonomian di Kabupaten Bangli dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu PDRB perkapita harga berlaku yang merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk dalam satu tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 15,25% yaitu dari 17,10 juta rupiah di Tahun 2013 menjadi 19,20 juta rupiah di tahun 2014. Dimana struktur ekonomi Kabupaten Bangli ditunjukkan dengan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) masih didominasi oleh sector pertanian, kehutanan dan perikanan yang mempengaruhi sepertiga nilai PDRB Bangli.(Bangli Dalam Angka 2015)
D.
KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU
PENDUDUK
Dalam menggambarkan keadaan lingkungan untuk pembangunan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Ada beberapa indikator sebagai berikut:
1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas
Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Parameter mikrobiologi E coli dan total Bakteri Koliform, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel,
- Syarat fisik : Tidak bau, tidak berasa dan tidak berwarna,
- Syarat kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan (maks 500 mg/ l), pH 6,5-8,5.
Kalau dilihat dari distribusinya persentase kualitas cakupan air minum layak per kecamatan di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
6
Gambar 2. Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak Di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber: Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Cakupan penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak di Kabupaten Bangli tertinggi di Kecamatan Tembuku yang mencapai 110,95% dan akses terendah adalah penduduk di Kecamatan Kintamani yaitu 80,19%. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis Kecamatan Kintamani yang merupakan wilayah pegunungan dengan sumber air bersih yang terbatas
2. Rumah Sehat
Menurut WHO perumahan (housing) adalah suatu struktur fisik di mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:
a. Lokasi
- Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya.
- Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang
- Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
b. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
- Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
- Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
96,00 110,95 97,89 80,19 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Bangli Tembuku Susut Kintamani
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM LAYAK
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
7 - Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
- Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari c. Kebisingan dan Getaran
- Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A - Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman - Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg - Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg - Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg - Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg e. Prasarana dan Sarana Lingkungan
- Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.
- Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit - Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.
- Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi persyaratan kesehatan
- Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan
- Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.
- Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
- Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
f. Vektor Penyakit
- Indeks lalat harus memenuhi syarat - Indeks jentik nyamuk dibawah 5% g. Penghijauan
- Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
8
Gambar 3. Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Bangli terendah adalah di wilayah Puskesmas Susut II sebesar 68,41% dan Puskesmas Kintamani III sebesar 73,86%, sedangkan puskesmas lain sudah mencapai lebih dari 80%
3. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar berhubungan dengan penyediaan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Adapun persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat pada tahun 2015 sebesar 79,2%, angka ini menurun dari tahun 2014 yang mencapai 80,6%. Hal ini dikarenakan pertambahan jumlah penduduk dan mobilitas penduduk di Kabupaten Bangli tidak diikuti dengan penyediaan sarana sanitasi (jamban). Disisi lain perilaku penduduk yang masih BABS menjadi kendala yang penting untuk segera diselesaikan.
Beberapa upaya yang ditempuh dalam peningkatan akses sanitasi adalah pemicuan perubahan perilaku melalui strategi STBM. Sehingga diharapkan penduduk mau mengakses jamban sehat dan pada akhirnya mau membangun sarana sanitasinya sendiri. Capaian pemanfaatan jamban sehat di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2015, seperti gambar berikut :
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
9
Gambar 4. Persentase Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) per Kecamatan
di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Dari Gambar di atas Penduduk dengan akses jamban sehat tertinggi adalah di Kecamatan Tembuku yaitu sebanyak 113,8 % dan terendah di Kecamatan Kintamani yang hanya mencapai 52,9%.
4. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersi dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.Rumah Tangga sehat merupakan rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan b. Memberi bayi ASI eksklusif
c. Menimbang bayi dan balita d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah h. Makan buah dan sayur setiap hari i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah
95,5 113,8 88,7 52,9 79,2 0 20 40 60 80 100 120
Bangli Tembuku Susut Kintamani Kabupaten/
Kota
Persentase Penduduk dengan Akses Santasi Layak (Jamban sehat)
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
10 Manfaat PHBS bagi rumah tangga antara lain :
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit b. Anak tumbuh sehat dan cerdas
c. Anggota keluarga giat bekerja
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga
Manfaat PHBS bagi masyarakat antara lain :
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
Capaian rumah tangga ber-PHBS di Kabupaten Bangli tahun 2015 adalah sebagai berikut
Gambar 5. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi PKM/PSM dan JPK Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Tatanan rumah tangga yang menerapkan PHBS untuk Tahun 2015 mencapai 73,11% menurun dibandingkan Tahun 2014 yang mencapai 76,7%. Hal ini disebabkan karena pertambahan dan mobilitas penduduk, serta masih rendahnya kesadaran penduduk untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
5. Desa Yang Melaksanakan STBM
Dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
88,45 66,19 76,0780,05 82,00 82,38 81,90 51,16 74,91 80,71 57,26 65,73 73,11 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 Persentase Rumah Tangga ber-PHBS
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2015
11 meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar, perlu menyelenggarakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Seperti yang tertuang dalam Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat terdapat lima pilar yang akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan budaya hidup bdersih dan sehat yang terdiri dari :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Jumlah desa yang telah melaksanakan STBM hingga tahun 2015 sebanyak 59 desa (81,9%) dari 72 desa yang ada di Kabupaten Bangli,mengalami peningkatan dari tahun 2014 yang hanya 44 desa (61,1%). Berikut adalah capaian pelaksanaan STBM di Kabupaten Bangli :
Gambar 6. Persentase Desa yang Melaksanakan STBM Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Cakupan pelaksanaan STBM yang masih rendah berada di wilayah kerja Puskesmas Kintamani III sebesar 35,7% dan wilayah Puskesmas Kintamani II sebesar 42,9%.
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 42,9 35,7 100,0 100,0 100,0 81,9 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Persentase Desa yang Melaksanakan STBM
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
12
Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat sering dipaparkan dengan berbagai indikator yang secara garis besar terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu mortalitas dan morbiditas. Data dan informasi tentang derajat kesehatan untuk Tahun 2015 dinyatakan dalam angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal dan angka kematian kasar berdasarkan data yang terkumpul, sehingga dapat memberikan gambaran tentang derajat kesehatan yang lebih banyak diperoleh dari laporan program puskesmas di Kabupaten Bangli.
A.
MORTALITAS
Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan kondisi kesehatan masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Angka kematian secara umum sangat berhubungan/dipengaruhi oleh tingkat kesakitan dan status gizi. Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung dan tidak langsung diantaranya adalah faktor-faktor lain yang secara bersama-sama atau sendiri berpengaruh terhadap tingkat kematian di masyarakat. Gambaran kejadian kematian di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari:
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi(AKB) merupakan indikator
yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Bayi tidak hanya mencerminkan besarnya masalah kesehatan berkaitan dengan penyakit diare, ISPA, masalah gizi dan penyakit infeksi lainnya tetapi juga berhubungan dengan tingkat kesehatan ibu, gizi keluarga, tingkat pendidikan ibu, serta pendapatan dan sosial ekonomi keluarga. Gambaran perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut:
BAB III
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
13
Gambar 7. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun 2011 – 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bangli periode 2011-2015 cenderung berfluktuasi dari 13,2 per 1000 KH pada Tahun 2011, 7,7 per 1000 KH Tahun 2012, 10,2 per 1000 KH Tahun 2013, 12 per 1000 KH Tahun 2014 dan 7 per 1000 KH Tahun 2015. Angka Kematian Bayi Tahun 2015mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
Adapun penilaian capaian AKB per puskesmas di kabupaten Bangli pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Gambar 8. AKB per 1000 KH
Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli 13,2 7,7 10,2 12 7 23 23 23 23 23 0 5 10 15 20 25 2011 2012 2013 2014 2015 AKB p er 1000 KH Tahun Bangli Target MDGs 3 17 12 11 11 0 8 0 9 5 3 9 7 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 AKB per 1000 KH
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
14 AKB tertinggi terjadi di wilayah kerja puskesmas Bangli Utara sebesar 17 per 1000KH dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Susut II dan Puskesmas Kintamani II yaitu tidak ada kematian bayi pada tahun 2015. Kesehatan ibu waktu hamil sangat berperanan terhadap besarnya angka kematian bayi. Gangguan perinatal adalah salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil sedangkan gangguan pernafasan kemungkinan besar disebabkan reflek yang kurang baik dan berhubungan dengan perkembangan fungsi dan organ janin yang kurang sempurna, hal-hal tersebut juga berhubungan dengan kesehatan ibu selama hamil serta asfiksia pada penanganan proses persalinan.
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (umur 0-5 tahun) menggambarkan tingkat permasalahan anak balita pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) atau posyandu. Dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Gambaran perkembangan angka kematian balita di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 9. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH di Kabupaten BangliTahun 2011 – 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Bangli 2015 mengalami penurunan dari periode lima tahun sebelumnya (2011-2015) yaitu mencapai 8 per 1000 KH dari tahun 2011 yang sebesar 14 per 1000 KH. Berikut ini adalah capaian angka kematian balita per puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 :
14 9,4 11,3 13 8 6,75 5,44 5,97 6,67 0 2 4 6 8 10 12 14 16 2011 2012 2013 2014 2015 AKA BA p er 1000 KH Tahun Bangli Bali
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
15
Gambar 10. AKABA per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Dari laporan KIA Kabupaten Bangli AKABA tertinggi adalah di wilayah kerja Puskesmas Bangli Utara yaitu 17,1 per 1000 KH dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Susut II dan Kintamani II tidak ada dilaporkan kematian balita..
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Gambaran perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 11. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per 100.000 KH di Kabupaten BangliTahun 2011 s/d 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli 134,6 110,7 160,8 57 144 102 102 102 102 102 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2011 2012 2013 2014 2015 AKI p er 100.00 0 KH Tahun Bangli Target MDGs 6,7 17,1 12,2 10,7 11,2 0,0 11,0 0,0 13,8 5,3 2,9 9,2 8,4 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 AKABA per 1000 KH
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
16 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bangli periode 2011-2015 sebagian besar belum mencapai target MDGs, hanya tahun 2014 mencapai 57 per 100.000 KH, dan di tahun 2015 kembali meningkat menjadi 144 per 100.000 KH. Berikut adalah capaian AKI pada tahun 2015 per puskesmas di Kabupaten Bangli :
Gambar 12. AKI per 100.000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
AKI tertinggi terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangli Utara sebesar 571 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
4. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir
Umur harapan hidup bermanfaat untuk mengetahui berapa lama orang dapat hidup sejak dari usia baru lahir. Hal ini dianggap sebagai indikator umum bagi taraf hidup. Angka tersebut diperoleh secara langsung melalui sensus penduduk yang dilakukan sekali setiap 10 tahun dan survey nasional lainnya. Untuk Kabupaten Bangli umur harapan hidup (UHH) Tahun 2014 menunjukan 69,44 tahun, meningkat dibandingkan tahun 2013 UHH Kabupaten Bangli menunjukkan 69,36 tahun.Sedangkan secara konseptual Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indeks standar hidup layak, sehingga IPM tahun 2014 Kabupaten Bangli yaitu 65,75.
B.
MORBIDITAS ATAU ANGKA KESAKITAN
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam
0 571 0 0 0 364 275 0 0 0 294 0 144 0 100 200 300 400 500 600 700 AKI per 100.000 KH
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
17 suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG’s. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Disamping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Succes Rate dapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. SR tahun 2015 sebesar 92,86% meningkat dari tahun 2014 yang hanya mencapai 68,09% .
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Bangli tahun 2015 mencapai 57,14% (24 orang) dari 42 orang yang mendapat pengobatan, meningkat dibandingkan tahun 2014 angka kesembuhan hanya mencapai 23,40 % (11 orang) dari 47 orang yang mendapat pengobatan.
2. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Persentase Balita dengan Pneumonia yang ditangani di kabupaten Bangli tahun 2015 mencapai 5,67% dari 1.712 perkiraan balita pneumonia menurun dari tahun 2014 yang mencapai 39,2 % dari 227 perkiraan balita pneumonia.
3. Persentase HIV/AIDS Ditangani
HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
18 Kumulatif penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bangli tahun 2015 sebanyak 34 penderita dimana proporsi terbesar sebanyak 25 penderita (73,53%) berada pada interval umur 25-49 tahun. Angka ini menurun dari tahun 2014 yaitu sebanyak 37 penderita.
4. Persentase Diare Ditangani
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam
Persentase diare ditangani tahun 2015 di Kabupaten Bangli mencapai 74,9% (3.736 penderita) menurun dari tahun 2014 di Kabupaten Bangli mencapai 76,4% (3.619 penderita).
5. Persentase Penderita Kusta selesai Berobat
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Ditemukan penderita Kusta pada tahun 2015 sebanyak 2 kasus (RFT 100%), di wilayah Puskesmas Bangli (1 kasus) dan Puskesmas Susut II (1 kasus),angka tersebut tetap sama dengan tahun 2014ditemukan 2 penderita kusta yang tersebar di wilayah Puskesmas Bangli 1 kasus dan Puskesmas Tembuku I 1 kasus.
6.
Angka ”Acute Flaccid Paralysis”(AFP) Pada Anak usia <15
Tahun per-100.000 Anak
Kasus Lumpuh layu (AFP) yang ditemukan di Kabupaten Bangli pada tahun 2015 ditemukan 1 kasus (1,79 per 100.000 anak usia <15 tahun) yaitu di wilayah kerja Puskesmas Susut I, sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 1 kasus (1,78 per 100.000 anak usia <15 tahun), yaitu terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani III (1 kasus).
7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Pada tahun 2015 tidak ada kasus TN yang dilaporkan, demikian juga dengan kasus tetanus (non Neonatorum). Kasus TN antara tahun 2015 dan 2014 tidak terjadi peningkatan kasus karena sama-sama tidak ada kasusnya. Situasi seperti ini harus
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
19 tetap dipantau agar tidak terjadi kelengahan sehingga sedapat mungkin menghindari terjadinya KLB pada tahun-tahun mendatang.
b. Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga sering ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.
Pada tahun 2015 tidak ada kasus Difteri yang dilaporkan. Kasus Difteri antara tahun 2015 dan 2014 tidak terjadi peningkatan kasus karena sama-sama tidak ada kasusnya. Situasi seperti ini harus tetap dipantau agar tidak terjadi kelengahan sehingga sedapat mungkin menghindari terjadinya KLB pada tahun-tahun mendatang.
c. Campak
Campak disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.
Tahun 2015 tidak ada kasus campak dilaporkan, sedangkan tahun 2014 ditemukan 13 kasus yang dilaporkan, 13 kasus di wilayah Puskesmas Kintamani V.
8. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000
Penduduk
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Tahun 2015 angka kesakitan DBD di Kabupaten Bangli mencapai 155,9 per 100.000 penduduk, meningkat dari tahun 2014 yang hanya mencapai 47,9 per 100.000 penduduk.
9. Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah wilayah terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu : - Endemis Tinggi bila API > 5 per 1000 penduduk
- Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1000 penduduk - Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1000 penduduk
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
20 - Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah
pembebasan malaria) atau API = 0.
Di Kabupaten Bangli pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus malaria positif (angka kesakitan 0) sama dengan Tahun 2014 tidak ditemukan kasus malaria positif.
10. Kasus Penyakit Filaria Ditangani.
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nematoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Tidak ada kasus filariasis yang ditemukan pada tahun 2015, begitu juga pada tahun 2014 tidak ditemukan kasus filariasis.
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
21 Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan dalam rangka melaksanakan paradigma sehat sesuai dengan kebijakan pembangunan kesehatan sekarang ini. Paradigma Sehat lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah dalam rangka mewujudkan strategi utama Departemen Kesehatan yaitu meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah:
A.
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat kepada masyarakat oleh fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ada. Pelayanan Kesehatan Dasar yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah:
1.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan semua fasilitas kesehatan dari posyandu, puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, Imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan sedini mungkin terhadap segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hasil pelayanan dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan duakali pada trimester ketiga. Angka ini dapat
BAB IV
UPAYA KESEHATAN
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
22 dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 13. Persentase Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa ada kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4 pada lima tahun terakhir yang hampir mencapai angka 10%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dengan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan sampai pada kunjungan ke dua trisemester ketiga kehamilannya dengan kata lain seluruh ibu hamil telah mendapatkan pelayanan kehamilannya sesuai dengan standar. Hal ini dapat meminimalisir kematian ibu melahirkan.Cakupan pelayanan K1 ibu Hamil menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 14. Persentase Pelayanan K1 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli 96,1 94,6 91,5 92,8 93,5 86,9 85,5 83,3 82,9 83,8 75 80 85 90 95 100 2011 2012 2013 2014 2015 K1 K4 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 91,1 88,8 97,2 93,2 94,4 86,8 84,7100,6 99,6 100,094,1 102,7 93,5 Persentase K1
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
23 Persentase K1 tertinggi tahun 2015 adalah Puskesmas Kintamani VI yaitu sebesar 102,7 % sedangkan cakupan K1 Terendah adalah Puskesmas Kintamani I yaitu 84,7 %.
Cakupan pelayanan K4 ibu Hamil menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 15. Persentase Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber: Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Pada Tahun 2015, Puskesmas dengan Persentase pelayanan K4 tertinggi adalah Kintamani V sebesar 93,2 %, sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Kintamani I yang hanya mencapai 72,3 %.
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan terutama yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 16. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 86,2 83,1 87,2 84,490,4 82,1 72,385,8 81,173,7 93,2 85,5 83,8 Persentase K4 94,8 92,1 94,9 92,1 92,8 90,0 91,0 92,0 93,0 94,0 95,0 96,0 2011 2012 2013 2014 2015 Persalinan Nakes
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
24 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Bangli cenderung berfluktuasi dari tahun 2011-2015, cakupan tertinggi mencapai 94,9 % pada tahun 2013 dan 94,8 % pada tahun 2011 dan cakupan terendah pada tahun 2012 dan 2014 yaitu sebesar 92,1 %.
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut puskesmas tahun 2015dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 17. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Pada Tahun 2015 puskesmas dengan cakupan persalinan nakes yang tertinggi adalah Puskesmas Kintamani VI yaitu mencapai 102,4 % dan terendah adalah Puskesmas Susut II sebesar 84,4 %.
c. Kunjungan Ibu Nifas
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas (KF2) dilakukan pada minggu ke 2 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke 3 (KF3) dilakukan pada minggu ke 6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi.Cakupan pelayanan nifas dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 89,5 90,6 92,0 85,8 101,7 84,4 85,4 99,7 99,1 85,4 102,1102,4 92,8 Persalinan Nakes
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
25
Gambar 18. Persentase Pelayanan Nifas di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Pencapaian pelayanan nifas Kabupaten untuk tahun 2011-2015 cenderung berfluktuasi, cakupan tertinggi pada tahun 2013 yang mencapai 92,4 % dan terendah pada tahun 2012 yang hanya mencapai 90,4 %.Adapun Persentase pelayanan nifas di masing-masing puskesmas di Kabupaten Bangli :
Gambar 19. Persentase Pelayanan Nifas Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Puskesmas dengan Persentase pelayanan nifas terendah adalah puskesmas Kintamani IV yaitu sebesar 79,2 % dan tertinggi adalah Puskesmas Susut I yaitu 102,5 %. 90,8 90,4 92,4 91,9 90,9 89 89,5 90 90,5 91 91,5 92 92,5 93 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase Pelayana… 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 87,7 91,7 89,5 85,4 102,5 82,8 81,4 98,2 91,5 79,2 100,0101,4 90,9 Persentas e Pelayanan Nifas
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
26 d. Kunjungan Neonatus
Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam – 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3-7 hari, dan hari ke 8 – 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Cakupankunjungan neonatal (KN3) dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 20. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Persentase KN3 tertinggi selama periode 2011-2015 adalah pada tahun 2011 mencapai 102,7 % dan cakupan terendah pada tahun 2012 yang hanya mencapai 94,3 %. Cakupan kunjungan neonatal (KN3) oleh tenaga kesehatan menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut:
102,7 94,3 98,2 100,3 94,6 90 92 94 96 98 100 102 104 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase KN3
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
27
Gambar 21. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Puskesmas dengan persentase kunjungan neonatus lengkap (KN3) tertinggi adalah Puskesmas Kintamani VI yaitu sebesar 107 % dan terendah adalah Puskesmas Kintamani I sebesar 84,9 %.
e. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg, oedeme nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur.
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 90,9 95,6 92,8 89,9 105,0 88,4 84,9 99,1 102,8 87,0 97,8 107,0 94,6 Persentase KN3
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
28
Gambar 22. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Persentase penanganan komplikasi kebidanan dalam lima tahun terakhir cenderung berfluktuasi, persentase tertinggi mencapai 75,4 % pada tahun 2014 dan terendah 66,8 % pada tahun 2011.Adapun cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani menurut puskesmas di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut :
Gambar 23. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Pada gambar di atas memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas tahun 2015, ada lima puskesmas yang cakupannya melampaui target SPM 2015 (80%), yaitu Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas
66,8 67,1 69,9 75,4 70,5 62 64 66 68 70 72 74 76 78 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase Penanga… 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 60,2 96,8 136,7 61,9 59,8 24,9 37,2 102,0 122,3 23,3 15,6 153,8 70,5 Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
29 Tembuku I, Puskesmas Kintamani II, Puskesmas Kintamani III dan Puskesmas Kintamani VI, sedangkan tujuh puskesmas lainnya belum mencapai target SPM 2015 dan yang paling rendah terjadi di Puskesmas Kintamani V yaitu hanya sebesar 15,6 %. Yang perlu mendapatkan perhatian bersama terutama pemegang program, untuk puskesmas yang capaiannya masih dibawah target, agar diberikan perhatian khusus agar penanganan komplikasi kebidanan terus meningkat, sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu.
f. Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatus risti/komplikasi meliputi asfksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Cakupan Penanganan komplikasi neontal dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Gambar 24. Persentase PenangananKomplikasi Neonatal di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Selama periode lima tahun terakhir (2011-2015) persentase penanganan komplikasi neonatal tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 73,5 % dan pencapaian terendah pada tahun 2012 sebesar 45 %.Berikut ini adalah persentase pencapaian penanganan komplikasi neonatal menurut puskesmas se-Kabupaten Bangli :
54,2 45 61,6 73,5 50,11 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase Penangan…
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
30
Gambar 25. Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Pada tahun 2015 cakupan penanganan komplikasi neonatal tertinggi adalah di Puskesmas Tembuku I yaitu 149,6 % dan terendah di Puskesmas Kintamani V yaitu 0 %. Hal ini dikarenakan di wilayah Puskesmas Kintamani V pada tahun 2015 tidak terdapat neonatus dengan komplikasi.
g. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar (BCG, DPT / HB1-3, Polio 1-4 dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan kunjungan bayi dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Gambar 26. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli 0,0 50,0 100,0 150,0 90,4 85,4 149,6 30,3 21,4 10,821,5 41,5 122,6 21,7 0,0 36,550,1 Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal 91,6 92,6 101,8 100,5 105,6 80 85 90 95 100 105 110 2011 2012 2013 2014 2015 Persent ase Pelayan an…
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
31 Pencapaian pelayanan kesehatan bayi pada periode tahun 2011-2015 tertinggi mencapai 105,6 % pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2011 mencapai 91,6 %.
Gambar 27. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Cakupan pelayanan kesehatan bayi terendah pada tahun 2015 adalah di wilayah kerja Puskesmas Kintamani IV yang hanya sebesar 88,4 %.
h. Pelayanan KesehatanAnak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A 2 kali setahun (bulan Februari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan Praktek Swasta serta sarana / fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK oleh petugas kesehatan. Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan.Cakupan pelayanan kesehatan anak balita dalam empat tahun terakhir adalah : 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 180,0 94,3 99,5 93,2 90,9 133,3 91,6100,297,2 109,4 88,4 160,4 98,0105,6 Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
32
Gambar 28. Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Pada tahun 2015 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (12-59 bulan) sebesar 103,5 % dan merupakan capaian tertinggi selama periode 2011-2015 dan capaian terendah pada tahun 2013 yang hanya mencapai 54,8 %. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per puskesmas dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 29. Persentase Anak Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8 Kali) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Puskesmas dengan presentase cakupan pelayanan kesehatan anak balita yang masih rendah adalah Puskesmas Kintamani III sebesar 57 % dan Puskesmas Kintamani I 59,7 %. 82,2 82 54,8 86,8 103,5 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 2014 2015 Persenta se… 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 83,5 88,994,6 188,1 117,8 86,5 59,7 84,3 57,0 114,0 194,9 81,9 103,5 Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli
33 i. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah
Monitoring pertumbuhan terhadap anak balita dan pra sekolah dilakukan melalui pemantauan secara dini perkembangan anak, penanganan masalah pertumbuhan dan juga pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.
Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin komplek, yang biasanya berkaitan dengan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Sebelum dilakukan pelayanan kesehatan terhadap siswa SD dan setingkat terlebih dahulu dilakukan penjaringan sasaran. Berikut cakupan penjaringan terhadap anak SD dan Setingkat :
Gambar 30. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015
Sumber : Seksi PKM/PSM dan JPK
Pencapaian terendah adalah padaTahun 2013 yang hanya sebesar 93,5 % dan Tahun 2012 sebesar 96,2 %. Adapun Persentase per puskesmas Tahun 2015 adalah :
Gambar 31. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015
Sumber : Seksi PKM/PSM dan JPK 100 96,2 93,5 100 99,39 90 92 94 96 98 100 102 2011 2012 2013 2014 2015 Persentas e… 90 92 94 96 98 100 100 100 100 100 93,75 100 100 100 100 100 100 100 99,39 Persentase Penjaringan Siswa SD dan…