• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI. Oleh REVITA SON HAJI KUSTIAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI. Oleh REVITA SON HAJI KUSTIAWAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

LINGGA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

KEPARIWISATAAN

( Studi Kasus Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan

Singkep Tahun 2015 )

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

REVITA

SON HAJI

KUSTIAWAN

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

(2)

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini :

Nama : REVITA

NIM : 110565201168

Jurusan/ Prodi : Ilmu Pemerintahan

Alamat : Jl. Sungai Buluh Kampung Suak Rasau, RT 002/ RW 004, Dabok Singkep

Nomor Telp : 085765494466

Email : Revitata59@gmail.com

Judul Naskah : Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Studi Kasus Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Tahun 2015)

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 5 Februari 2017 Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I

Drs. H. SON HAJI, M.Si NIP. 19591261988031004

Dosen Pembimbing II

KUSTIAWAN, M.Pol.Sc NIDN. 0507097301

(3)

2

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN ( Studi Kasus Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Tahun 2015 )

REVITA SON HAJI KUSTIAWAN

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bertugas sebagai pelaksana dari Pemerintah Daerah untuk mewujudkan suatu Peraruran daerah Yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Kabupaten Lingga melalui sekretaris Daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas untuk melaksanakan wewenang dibidang Kebudayaan dan Pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah Implementasi Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan khususnya dalam mengembangkan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep tepatnya di Desa Batu Kacang. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif. Konsep oprasional yang digunakan yaitu menurut Edward III bahwa variabel keberhasilan sebuah

Implementasi adalah : Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi.

Tujuan dan kegunaan dari penelitian ini yaitu untuk menilai peleksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Kepariwisataan dan juga ingin mengetahui kendala dari sebuah Implementasi Peraturan

Daerah tersebut, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan juga masukan untuk

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan juga masyarakat,Yang menjadi sampel dari penelitian ini yaitu Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga, pengelola Objek Wisata Batu Ampar, serta masyarakat atau pengunjung Objek Wisata Batu Aampar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Peraturan Daerah Kabuapten Lingga Nomor 13 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di Kecamatan Singkep khususnya dalam mengembangkan Objek Wisata Batu Ampar belum terlaksana secara maksimal, karena masih banyak peraturan Daerah yang tidak berjalan optimal atau sebagaimana yang direncanakan, mengingat masih belum meratanya sosialisasi yang dilakukan pihak-pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kepada masyarakat dalam mengembangkan Objek

Wisata Batu Ampar.

(4)

3

ABSTRACT

Department of Culture and Tourism served as executor of Local Government to realize a regional Peraruran Yang led by a chief who is under and is responsible to the Regent Lingga through Regional secretary, Department of Culture and Tourism has a duty to exercise authority in the field of Culture and Tourism. This study aims to determine how a Local Government Implementation Lingga District Number 13 of 2011 on the Implementation of tourism, especially in developing Attractions: Batu Ampar subdistrict Singkep precisely in the village of Batu Kacang. kind The research is qualitative research. Operations concept used is by Edward III that the variable success of an implementation are: Communication, Resources, Disposition, and Bureaucratic Structure. The purpose and usefulness of this study is to assess peleksanaan District Regulation Lingga Number 13 of 2011 on the Implementation of Tourism and also wanted to know the constraints of an implementation of the regional regulation, and can be used as an information and feedback to the Department of Culture and Tourism and the community, The samples of this research that staff of Department of Culture and Tourism District Lingga, manager Attractions: Batu Ampar, and community or visitor attractions Batu Aampar. Based on the research that has been done can be concluded that the implementation of the Regional Regulation Kabuapten Lingga Number 13 of 2011 on the Implementation of Tourism in the District Singkep particularly in developing Attractions: Batu Ampar not been implemented yet implemented to the fullest, because there are still many regulatory areas do not run optimally or as otherwise planned, given the socialization is not yet even committed the parties of Culture and Tourism to the community in developing Attractions: Batu Ampar.

(5)

4

A. PENDAHULUAN

Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata atau destinasi wisata lain banyak menjadi prioritas pembangunan guna mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik minat wisatawan yang belum berkunjung, selain itu dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011tentang rencana induk pengembangan kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi pembangunan kepariwisataan adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam undang-undang Nomor 10 tentang kepariwisataan dalam bab 1 pasal 3 yang berbunyi kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam (fani mutia)

Pemerintah adalah suatu organisasi yang dibentuk dengan maksud untuk mencapai tujuan negara, yaitu masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur begitu juga dengan sektor pariwisata pada saat ini merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling diandalkan setelah penerimaan negara dari sektor minyak bumi dan gas alam. Sehubungan dengan hal ini, upaya peningkatan pembangunan sektor pariwisata sangat diperlukan. (Waluyo, dalam Esram 1995:1) dalam Suwandi.

Untuk rangka penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai fungsi untuk mengembangkan daerah berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut seperti potensi pertambangan, perikanan, pertanian serta potensi kepariwisataan.Demikian pula halnya Pemerintah Kabupaten Lingga memiliki potensi dalam bidang pariwisatanya.Untuk itulah Pemerintah beserta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Linggadapat mengembangkan potensi pariwisata tersebut sebagai sumber penerimaan pendapatan daerah di Kabupaten Lingga.

Kebijakan adalah suatu ucapan atau tulisan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak. Menurut Zaenuddin Kabal, kebijakan adalah formalisasi dari sebuah kebijaksanaan, mengingat seringnya kata kebijakan digunakan pada lingkungan-lingkungan formal (organisasi atau pemerintahan).

Sebagai daerah Kepulauan, di Kecamatan Singkep mempunyai potensi yang cukup besar dibidang kepariwisataan yang masih belum dikelola secara maksimal. Kecamatan Singkep memiliki berbagai objek wisata alam seperti : pantai, air terjun, pemandian air panas, peninggalan-peninggalan bersejarah, dan berbagai macam jenis objek wisata lainnya yanng tersebar di berbagai daerah di Kecamatan Singkep, oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga membuat kebijakan Peraturan

(6)

5

Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan dipilah-pilah berdasarkan bab per bab dan pasal per pasal, sebagai sampel bahan implementasi dari BAB VI Tentang kewajiban dalam pasal 29 diantaranya:

1. Dalam menyelenggaraankan kepariwisataan pemerintah daerah wajib:

a. Menyediakan informasi Kepariwisataan, Perlindungan Hukum, Keamanan, Kenyamanan, dan keselamatan wisatawan. b. Menciptakan iklim yang kondusif

untuk perkembangan usaha pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, memfasilitasi dan memberikan kepastian hukum. c. Memelihara, Mengembangkan, dan

melestarikan asat daerah yang menjadi daya tarik wisata dan asat potensial yang belum tergali. d. Mengawasi dan mengendalikan

kegiatan kepariwisataan untuk mencegah dan menanggulangi beberapa dampak negative bagi masyarakat.

2. Ketentuan lebih lanjut tentang pengawasan dan pengendalian kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Berdasarkan pasal 29 diatas masih terdapat kekurangan terutama dalam bidang Pengembangan Objek Wisata, salah satu Objek wisata yang masih belum di Kembangkan seperti Objek Wisata Batu Ampar yang terletak di desa Air Salak Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga.

Perbedaan penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang saya lakukan sekarang adalah penelitian sebelumnya membahas semua masalah Objek Wisata yang ada di Kecamatan Singkep terutama dibidang pengelolaannya.

Sedangkan penelitian yang ingin saya teliti di pasal 29 yaitu Memelihara, Mengembangkan, dan melestarikan asat daerah yang menjadi daya tarik wisata dan asat potensial yang belum tergali.

Program yang dilaksanakan di kawasan wisata Batu Ampar bertujuan untuk memperkenalkan Kabupaten Lingga khususnya Kecamatan Dabo Singkep dan potensi wisatanya kepada wisatawan yang berkunjung melalui media masyarakat sebagai pelakunya. Posisi masyarakat sangatlah penting karena pariwisata dapat dijadikan sarana bagi masyarakat untuk berkembang melalui kegiatan ekowisata, sehingga potensi manusia dapat diberdayakan dengan baik dan tidak lagi menjadi penonton melainkan dapat berinteraksi secara langsung dengan wisatawan mancanegara yang berkunjung.Program itulah yang perlu dikembangkan oleh pemerintah dan Dinas Kebudayaandan Pariwisata Kabupaten Lingga sebagai implementasi tujuan awal.

(7)

6

Kelebihan Objek Wisata Batu Ampar dengan Objek-objek Wisata yang ada di Kecamatan Singkep adalah Objek Wisata Batu ampar memiliki daya tarik tersendiri dengan tempat yang strategis dan pemandangan yang masih alami dengan pepohonan yang masih hijau dan asri yang membuat masyarakat banyak berkunjung untuk bertamasya dan berenang bersama keluarganya khususnya dihari libur bahkan Objek Wisata Batu Ampar memliki potensi lain seperti bisa mendaki Gunung Muncung bagi wisatawan yang gemar mendaki Gunung. Itulah alasan saya memilih penelitian dilokasi Objek Wisata Air Terjun Batu Ampar guna untuk lebih Mengembangkan Objek Wisata Batu Ampar.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti merumuskan permasalahan penelitian yang harus dijawab dalam penelitian ini yaitu :

 Bagaimana Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisatan (Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Tahun 2015?

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Tahun 2015.

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk :

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam dalam mengevaluasi jalannya kebijakan pemerintahan khususnya mengenai Implementasi Kebijakan tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan tentang Pengembangan Objek Wisata.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan secara umum, dibidang Ilmu Pemerintahan pada khususnya serta sebagai sumber informasi bagi penelitian lebih lanjut. 3. Memberikan sumbangan Akademik

yang mungkin dapat menemukan atau memperkaya khasanah konsep kompetensi bagi suatu organisasi.

B. LANDASAN TEORI

Kerangka teori dalam penelitian ini berhubungan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (khususnya pasal 29) Maksud dan tujuan pembuatan Kebijakan ini oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga. Berdasarkan hal tersebut, kerangka teori yang perlu dijabarkan untuk menganalisis Implementasi Kebijakan ini sebagai berikut:

1. Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman, Pengangan, atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah, menurut (Syafarudin,2008:75),

(8)

7

kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat .

Selanjutnya Gamage dan Pang dalam (Syafarudin ,2008:76) mengartikan kebijakan sebagai suatu pernyataan tentang sasaran dengan satu atau lebih pedoman yang luas untuk mencapai sasaran yang dilaksanakan bersama dan memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan program.

Kebijakan pada dasarnya merupakan kaidah , arahan, panduan atau ketentuan yang dijadikan pedoman atau acuan, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah. Istilah kebijakan sering penggunaannya diaparaturkan dengan istilah, tujuan, program, keputusan undang-undang. Kebijakan itu sendiri menurut Friedrich (Agustino, 2012:7) dalam (Esi), menjelaskan bahwa: “Kebijakan merupakan serangkaian tindakan-tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh individu, seseorang kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu. Dimana terdapat hambatan-hambatan atau kesulitan0kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan itu diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk menjapai tujuan yang dimaksud atau telah ditetapkan sebelumnya”.

Kebijakan menurut (Suharto,2012:7) dalam (Esi), mengemukakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsif-prinsif untuk mengerahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana, dan konsistensi dalam mencapai

tujuan tertentu. Sesuai dengan system administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi 2(dua) yaitu:

a. Kebijakan Internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.“Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang kelompok, kebijakan atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.”

b. Kebijakan Eksternal (publik), Yaitu suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum. Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.

Teori kebijakan menurut Carl Fredrick (Dwiyanto,2009:18)dalam (Esi), yang mengatakan bahwa: Penjelasan tersebut mengandung pengertian bahwa proses tersebut sebagian besar tergantung pada struktur politik pengambilan keputusan yang diartikan suatu pilihan alternatif yang terbaik dari alternatif yang tersedia, jadi jelas bahwa kebijakan itu merupakan rumusan suatu tindakan yang dikembangkan dan diputuskan oleh intansi atau pejabat pemerintahan guna mengatasi atau mempertahankan suatu kondisi, dengan memberikan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran.

(9)

8

2. Implementasi

Ripley dan Franklin (Winarno, 2007:145) dalam (Esi) berpendapat bahwa implementasi adalah:“Apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible ouput).”

Menunjukan pada pengertian diatas, istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diingikan oleh pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan-tindakan ( tanpa tindakan ) oleh pejabat aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksud untuk program berjalan.

Leo Agustino (2011:138) dalam (Esi), menjelaskan tentang implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proes pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Selain hal tersebut, menurut Eugene Bardach ( Agustino 2012:138) melukiskan kerumitan dalam proses implementasi, yaitu: “Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas.Lebih sulit lgi merumuskan dalam kata-kata dan slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam

bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka anggap klien.”

Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2008:43) dalam (Esi), merumuskan tentang implementasi yang mengatakan bahwa: “Proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.”

Mazmanian dan Sabatier (Wahab, 2008:43)dalam (Esi), menjelaskan makna implementasi yaitu: “Memahami apa yang senyatanya terjadi, sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan focus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksaaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau suatu pariwisata.”

Jadi berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat dijelaskan bahwa implemntasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan setelah adanya suatu keputusan, dimana suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu, dengan melakukan serangkaian aktivitas.

3. Implementasi Kebijakan.

Riant Nugroho (2003:158) dalam (Trisrianti) menjelaskan tentang implemenrasi kebijakan yang menyatakan bahwa: “Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

(10)

9

kebijakan dapat mencapai tujuan, tidak lebih atau tidak kurang. Untuk meng- implementasikan kebijakan, maka ada dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program seperti melakukan razia pegawai atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut”

Komentar saya tentang teori ini, Implementasi dalam Leo Agustino (2012:138), menjelaskan bahwa implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan.

Kebijkan yang baik tidak memiliki arti apa-apa jika tidak dapat diimplementasikan. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan. Suatu kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan (dalam) Wahyuni.

Menurut Bridgman dan Davis (2004) dalam Wahyuni, banyak literature yang menunjukan prasyarat bagi keberhasilan implementasi kebijakan, antara lain.

1. Didasari oleh teori dan kaidah-kaidah ilmiah mengenai bagaimana program atau peraturan beroprasi. Sebuah kebijakan yang tidak disadari oleh postulat atau hipotesis yang baik mengenai sebab dan akibat, maka kemungkinan besar kebijakan yang

didukung oleh kerangka konseptual yang sederhana, jelas dan teruji secara ilmiah maka implementasi kebijakan kemungkinan berhasil. 2. Memiliki langkah-langkah yang tidak

terlalu banyak dan kompleks. Semakin banyak dan kompleks langkah-langkah sebuah kebijakan, semakin besar kesulitan yang dihadapi kebijakan itu akibat banyaknya kesalahpahaman dan pertentangan yang timbul.

4. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah sebagai suatu konsep yang mengandung nilai, kebijakan pemerintah diramu dari dua konsep dasar ,yaitu konsep kebijakan dan konsep pemerintah. Dua konsep yang mengandung makna satu kesatuan pengertian ketika masing-masing konsep diuraikan secara konseptual yang berujung pada satu kesatuan pengertian dalam konteks pemakaian yang berbeda.

Pemerintah yang menempatkan konteks kebijakan dalam pemberian makna atas arti terhadapnya pada hakikatnya menjadikan pemerintah sebagai suatu konsep menjadi sesuatu yang aktual, sesuatu yang tidak sekedar menjadi pemikiran akan tetapi menjadi sesuatu yang dapat diaplikasikan, diterapkan dan menjadikan ia menjadi aktual dalam kehidupan pemerintahan suatu negara.

Mereka para pemegang kekuasaan pemerintahan pada hakikatnya adalah manusia-manusia pemerintah, manusia yang memiliki kekuasaan untuk melaksanakan

(11)

10

kehendak negara, yang secara filosopis menjadi objek material dari pemerintahan sebagai suatu ilmu walaupun ilmu pemerintahan tidak memiliki objek forma tertentu sebagaimana ilmu politik, atau ilmu administrasi akan tetapi semua bidang kompotensi dapat dijadikan sebagai instrument untuk menjelsakan objek materialnya.

Peranan Dinas Kebudayaan dan PariwisataKabupaten Lingga dalam hal ini Pemerintah beserta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga sebagai perangkat daerah yang berwenang dalam bidang pariwisata memiliki peranan dalam perencanaan program, pengelolaan objek wisata, pengembangan pariwisata, dan pembangunan objek wisata serta menetapkan destinasi wisata, Dalam pembangunan suatu objek wisata pemerintah harus mempertahankan kondisi sosial budaya serta keanekaragaman hayati di kawasan tersebut. Berdasarkan Pasal 29 UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pemerintah mempunyai wewenang dalam hal :

a. Menuyusun dan Menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan; b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan

kepariwisataan di daerahnya;

c. Melaksanakan Pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha industri pariwisata; d. Menetapkan destinasi pariwisata; e. Menetapkan daya tarik objek wisata; f. Memfasilitasi promosi pariwisata dan

produk pariwisata.

5. Tujuan perkembangan pariwisata

Menurut saya dengan melakukan penelitian ini, bertujuan untuk Mengembangkan Objek wisata Batu Ampar yang terletak di Kecamatan Dabo Singkep tepatnya di Desa Batu Kacang, agar obyek wisata Batu Ampar bisa lebih dikenal banyak orang, untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat.

Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam tambahan, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan tarif perkembangan ekeonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nila- nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat membesar keuntungan sambil memperkecil masalah-maslah yang ada.

Destinasi atau tujuan pariwisata merupakan area atau kawasan geografis

(12)

11

yang berbeda dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdiri dari unsur daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat dan wisatawan yang saling terkait dan melengkapi untuk terwujudnya kegiatan kepariwistaan.

Selain memberdayakan kepariwisataan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga memiliki peran dalam pengembangan kepariwisataan. Menurut Mill (2000:168) tujuan Pengembangan Pariwisata adalah : “Dikembangkan secara cepat, tepat, pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah.Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup masyarakat melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. Dengan pengembangan infrastruktur dan penyediaan fasilitas rekreasi, wisatawan dan penduduk setempat saling menguntungkan, pengembangan wisata hendaknya disesuaikan dengan daerah tujuan wisata” C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana peneliti hanya menguraikan dan menjelaskan penelitian sesuai dengan kondisi sebenarnya tanpa menghubungkan atau mengkaitkan terhadap unsur-unsur yang lain dalam penelitian.

Penelitian ini dilakukanakan di Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga. Alasan Penulis melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena Kecamatan Singkep merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Lingga yang terdapat cukup banyak objek wisata, terutama objek wisata alam salah satunya seperti Pemandian Batu Ampar yang terletak di Desa Batu Kacang, yang seharusnya dikembangkan dengan baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga sesuai dengan peraturan Daerah tentang penyelenggaraan Kepariwisataan.

Jenis data dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer adalah data yang diperoleh

dari responden secara langsung melalui wawancara, data primer yang ingin diperoleh menyangkut Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan b. Data Sekunder Yaitu data penunjangng

dalam penelitian ini data penunjang dengan mengumpulkan data dari berbagai literature seperi Dokumen, buku-buku, perundang-undangan, kamus, internet dan jurnal-jurnal penelitian.

Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel melainkan Informan. Penentuan Informan sebagai sumber data dilakukan dengan pedoman pendapat Bagong Suyanto (2005:172) informan peneliti meliputi beberapa macam, yaitu 1) informan kunci (key informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, 2) Informan utama mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, 3) Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan

(13)

12

informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan informan yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari, 1 orang Informan kunci (key informan) adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga/Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga. 2 orang staf Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga. 6 orang Pengunjung Objek Wisata Batu Ampar dan 1 orang Informan tambahan adalah pengelola Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep dan pengunjung Objek Wisata Batu Ampar.

Peneliti melakukan pengamatan langsung di objek wisata batu ampar, Maksudnya pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan, akan tetapi kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diamati telah dituangkan dalam kertas observasi.

Data yang diperoleh dari responden dikumpulkan lalu dipisahkan menurut jenis data, kelompok data, kemudian data tersebut dianalisis secara Deskriptif kualitatif. Analisis data penelitian ini dilakukan melalui sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap yang dimulai sejak pengumpulan data, kemudian dikerjakan secara intensif hingga penelitian selesai untuk memperoleh kesimpulan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono(2014:247), teknik analisis data dalam penelitian ini

mempunyai beberapa proses yaitu: reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan.

1. Reduksi data yaitu memilih dan memilah data hasil temuan lapangan dan memusatkan perhatian pada penyederhanaan dan abstaksi data. Dalam melakukan reduksi data, peneliti mengatagorikan data kedalam beberapa bagian yaitu dinamika Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah.

2. Penyajian data yaitu deskripsi tentang informasi atau data yang terkumpul dari lapangan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif umumnya bersifat naratif. Peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk laporan narasi dan table-tabel berdasarkan data-data yang sudah direduksi.

3. Penarikan kesimpulan, yaitu peneliti menyimpulkan hasil penelitian apa yang didapat dilapangan serta dari analisis atau deskripsi yang dilakukan terhadap data.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hal tersebut, untuk melihat bagaimana Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaran Kepariwisataan terutama dibidang pengembangan Objek Wisata yang ada di Kecamatan Singkep khususnya Objek Wisata Batu Ampar yang terletak di Desa Batu Kacang. Maka mengacu pada pendapat George C.Edward III (dalam Nawawi, 2007;138) tentang faktor yang menentukan

(14)

13

keberhasilan Implementasi Kebijakan, dilihat dari segi :

1. Komunikasi

Keberhasilan Implementasi Kebijakan mensyaratkan agar implementor mengenai apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Pengetahuan atas apa yang dijalankan itu, terlaksana dengan baik bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga kesalahan komunikasi atau dalam implementasi kebijakan usaha pariwisata pada bidang Pengembangan pariwisata yang ada dikecamatan singkep yaitu Objek wisata batuampar.

Dalam Edward III disebutkan bahwa terdapat beberapa indikator-indikator yang dapat dianalisis untuk mengetahui berhasil atau tidakanya suatu kebijakan, seperti:

a. Transmisi/ Saluran Komunikasi

Transmisi yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu hasil Implementasi yang baik pula, Komunikasi harus ditransmisikan kepada personil yang tepat, dan harus jelas, akurat serta konsisten, karena jika pembuat keputusan/dicision maker berharap agar implementasi kebijakan sesuai dengan yang dikehendakinya, maka ia harus memberikan informasi secara tepat.

Media komunikasi yang digunakan oleh implementor dalam mentransmisikan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan terutama dalam bidang

pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Desa Batu Kacang pada Bidang Daya tarik Pariwisata dan Bidang Sarana dan Prasarana, Baik itu kepada para pelaksana (staf), maupun kepada pelaku Usaha Pariwisata yang ada di Kabupaten Lingga, seperti melalui seminar-seminar famplet,surat kabar dan lainya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi perda kabupaten lingga No.13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan khususnya dalam pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep tersebut menunjukan bahwa, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga hanya melakukan pertemuan secara langsung dan penyuluhan dalam mentranmisikan kebijakan Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan kepada pelaku usaha Pariwisata yang ada di Kabupaten Lingga , sedangkan media lainnya seperti surat kabar, media masih belum dipergunakan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan dilapangan, diketahui bahwa, perlunya digunakan media radio, surat kabar, tv lokal, brosur,dan lainya selain pemyuluhan, yang sifatnya luas dan dapat menjangkau seluruh masyarakat dan mensosialisasikan Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Lingga. Penyuluhan sebaiknya tidak hanya dilakukan sekali saja tapi beberapa kali

(15)

14

untuk memudahkan para implementor dalam menjalankan suatu kebijakan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kerja sama antara Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kabupaten Lingga belum terjalin secara baik dan berkesinambungan. Kurangnya kerja sama masyarakat untuk mengembangkan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Desa Batu Kacang, belum terjalalin kerjasama staf yang kurang dalam mentranmisikan suatu kebijakan sehingga tujuan yang hendak dicapai belum tercapai secara maksimal. Hal ini berpengaruh terhadap media sosialisasi yang digunakan dalam mensosialisasikan Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan khususnya dibidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

b. Kejelasan Informasi

Kejelasan Informasi, yaitu petunjuk pelaksanaan dari sebuah kebijakan harus jelas agar pengimplemntasian berjalan sebagaimana yang diinginkan. Adanya informasi yang jelas tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwiataan khususnya dalam bidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep. Dengan adanya kejelasan dalam implementasi kebijkan perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan ini, diharapkan memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap usaha-usaha Kepariwisataan yang menunjang perkembangan/pertumbuhan daerah, selaras

dengan nilai-nilai budaya, moral/religi dan kesusilaan masyarakat daerah Kabupaten Lingga.

Untuk mengetahui kejelasan penyempaian informasi mengenai isi kebijakan tersebut, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberpa informan dilpangan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyampaian informasi mengenai kebijakan perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan masih kurang jelas yang disampaikan oleh staf bidang daya tarik Objek Wisata dan bidang sarana dan prasarana wisata Kabupaten Lingga kepada Pengelola atau selaku usaha wisata yang ada di Kabupaten lingga khususnya di objek wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

2. Sumber Daya

Sumber daya yang dimaksud disini adalah sumber daya manusia, misalnya kompetensi implentor dan sumber daya finansial yang berkaitan dengan ketersediaan fasilitas, sebagus apapun suatu kebijakan itu dibuat, tetapi jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, maka kebijakan itu kurang berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang dimaksudkan adalah staf. Hal yang kedua adalah sumber daya finansial hubungannya dengan fasilitas yang menunjang kinerja pegawai atau staf, seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melaksanakan tugasnya,

(16)

15

tetapi tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidaka akan berhasil.

a. Sumber Daya Manusia (Staf)

sumber daya manusia merupakan tersedianya tenaga atau staf dalam mengimplemntasikan Peraturan Darah Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan khususnya dibidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep. Staf yang akan menjalankan atau melaksanakan kebijakan tersebut, staf yang melakukan pengawasan maupun staf yang akan mensosialissikan kebijakan tersebut kepada pelaku usaha pariwisata yang ada di Kabupaten Lingga. Jadi dengan tersedianya jumlah tenaga kerja atau pegawai (staf) yang mencukupi, maka diharapkan kedepannya pelaksanaan kebijakan semakain cepat dan kegiatan-kegiatan serta program-program kerja yang dilakukan juga dapat terlaksana dengan semakin baik. Khususnya Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan dalam bidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa kurang mencukupi atau kurang memadainya fasilitas pendukung yang ada di Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kabupaten Lingga untuk melakukan tugas yang harus dilaksankan untuk mencapai sebuah kebijakan.

b. Sumber Daya dan Pendanaan Fasilitas

Sumber Daya Fasilitas dalam hal ini adalah tersedianya sarana dan prasarana kerja dalam menunjang Implementasi Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kepariwisataan khususnya dalam bidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep. Misalnya Prasarana jalan menuju Objek Wisata Batu Ampar, Prasarana kebersihan sekitar Objek wisata Batu Ampar misalnya Tong sampah dan juga Keamanan Objek Wisata Batu Ampar. Jadi dengan tersedianya sarana dan parasarana yang dibutuhkan dalam implementasi Perda ini, maka diharapkan kebijakan ini dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Tersedianya fasilitas ini dipengaruhu oleh ketersediaan dana untuk mendukung ketercapaian keberhasilan implementasi kebijakan peraturan daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan khususnya dalam bidang penegmbangan Objek wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

Untuk mengatahui ketersediaan dana dan fasilitas penunjang keberhasilan implmentasi kebijakan Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kepariwisataan Kabupaten Lingga peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informen di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa kurang memadainya dana yang dianggarkan dalam pembinaan usaha kepariwisataan oleh pemerintah Daerah

(17)

16

Kabupaten Linnga berpengruh juga terhadap fasilitas penunjang baik bagi staf pelaksanan kebijakan maupun fasilitas seperti prasarana pada objek wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep khususnya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga. Hal ini sangat berpotensi menghambat keberhasilan implmentasi kebijakan peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kepariwisataan khususnya dalam bidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

Berdasarkan kedua indikator pada ketersediaan sumber daya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanpa memandang seberapapun jelas dan konsistennya perintah implmentasi dan tanpa memendang seberapapun akuratnya perintah tersebut ditrasmisikan, jika implementor yang mengimplmemntasikan kebijakan kekurangan sumber daya, maka implementasi tidak akan efektif.

3. Sikap Pelaksana (Disposisi)

Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,seperti komitmen, kejujuran, dan loyalitas, serta kemempuan lainnya. Apabila implementor memiliki disposisi yang baaik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sikap dari pelaksana kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap atau cara pandangnya berbeda dengan pemebuat kebijakan.

Untuk itu, maka pengantisipasinya dapat memepertimbangkan/memperhatikan aspek penempatan pegawai (peleaksana) dimana sikap ataupun cara pandangannya berbeda dengan pembuat kebijakan, dan pemeberian reward atau insentif tambahan. Untuk itu, setiap organisasi harus dapat menempatkan staf yang tepat untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Terdapat 2 hal utama yang menjadi indikator dalam disposisi tersebut, sesuai dengan yang ditemukan dilapangan yaitu:

a. Penetapan Staf

penetapan kerja staf yang terlibat dalam implementasi perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kepariwisataan pada bidang Daya Tarik Objek Wisata dan bidang Sarana dan Prasarana di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga secara tepat. Baik kesesuaian penetapan staf dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, penegalaman kerja yang dimiliki maupun keterampilan yang dimilikinya. Sebab dengan penentapan petugas yang tepat atau sesuai dengan yang diharapkan staf dapat mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang diberikan, maupun memepertanggung jawabkan resiko dan kemungkinan yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta tanggung jawabnya, meningkatkan semangat, kegirahan serta disiplin kerja, sehingga tugas terlaksana dengan baik. Melihat perseolaan ini tentu dapat berpengaruh kepada efektivitas dan efesiensi dalam implementasi Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan

(18)

17

Kepariwisataan Khususnya dalam bidang Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

4. Struktur Birokrasi

Struktur Birokrasi yang tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, akan menyebankan Sumber Daya menjadi tidak Efektif dan menghambat pelaksanaan suatu kebijakan. Untuk itu diperlukan kejelasan standar prosedur oprasional dan kejelasan pembagian tanggung jawab(fregmentasi) kepada pihak yang terkait.

a. Adanya Standard Operating Procedure (SOP)

Standard Operating Procedure (SOP) mengatur tata aliran pekerjaan dan peleksana program. SOP juga memberikan keseragaman dalam tindakan para pegawai dalam organisasi yang kompleks dan luas, dalam peleksanaannya dapat menghasilkan Fleksibilitas yang sangat baik, serta adanya keahlian dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau aturan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap bidang Daya Tarik Wisata dan juga bidang Sarana dan Prasarana Objek Wisata Kabupaten Lingga mengenai adanya SOP yang menjadi acuan mereka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan bidang dan penetapannya tersebut dapat dilihat bahwa struktur organisasi kerja diDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga tidak memiliki SOP, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mereka memiliki standar kerja sesuai dengan perencanaan dari perencanaan awal samapai

perencanaan akhir, dan juga saling bekerja sama dalam mengembangkan Objek wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

b. Adanya Pregmentasi Alat Pembagian Tanggung Jawab

Fregmentasi adalah adanya penyebaran tanggung jawab pada suatu area kebijakan diantara beberapa unit organisasi.Hal ini mengakibatkan koordinasi kebijakan menjadi sulit, dimana sunber daya dan kebutuhan atas kewenangan untuk menyelesaikan masalah yang timbul kadangkala terbesar diantara diantara beberapa unit birokrasi.Oleh sebab itu perlu adanya kekuatan pemutusan koordinasi antara init-unit yang terkait dan hal tersebut bukan hal yang mudah.

Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga, Fregmentasi merupakan upaya yang dilakukan umtuk membagi atau menyebarkan tanggung jawab, dalam perda Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan khususnya dalam bidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Desa Batu Kacang, untuk menjalankan suatu kebijakan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata saling bekerja sama dengan pihak-pilak lainnya seperti Dinas Perhubungan, dan pihak kelurahan yang mana Objek Wisata Batu Ampar Berada dan lainnya.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pembagian tanggung jawab kerja kepada pihak-pihak yang terkait ini adalah agar memudahkan dalam Implementasi kebijakan Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kepariwisataan khususnya

(19)

18

dalam bidang pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep Desa Batu Kacang, sehingga perda tersebut bisa berjaan dengan baik, selain itu agar terciptanya kerjasama yang baik antara pihak yang terlibat dalam Implementasi suatu kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancra peneliti dilapangan dengan beberapa pihak atau pegawai di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga bahwa Fregmentasi kerjanya sudah sesuai dengan bidang dan masing-masing keahlian mereka dan juga sesuai dengan pendidikan yang mereka miliki.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian bahwa implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan khususnya dalam Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singekp Desa Batu Kacang belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari Indikator :

1. Komunikasi.

Komunukasinya sudah cukup baik, akan tetapi masih minimnya komunikasi pemerintah daerah terhadap masyarakat untuk mengembangkan objek wisata Batu Ampar.

2. Sumber Daya.

Sumber Daya manusia yang tersediah masih sangat kurang dari segi kualitas dan kurangnya pembinaan terhadap SDM (Sumber Daya Manusia) yang tersedia.

3. Disposisi

Sikap pelaksana atau sarana dan prasarana yang ada sangat kurang untuk mendukung berjalannya suatu tujuan, dalam segi pendanaan yang juga sangat menurun, melihat kondisi Kabupaten Lingga yang sekarang lagi Defisit.

4. Struktur Birokrasi

Disini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga tidak memiliki SOP, sehingga disini atasan memberikan standar kerja sesuai dengan tujuan awal sampai akhir.

Berdasarkan penelitian yang didapatkan peneliti di lapangan, maka peneliti akan memberikan masukan atau saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisat dalam Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singekp Desa Batu Kacang. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut: a. Diharapkan kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan usaha-usaha dalam meningkatkan daya tarik objek wisata dan terutama dalam hal pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep, yang berdampak pada kunjungan dan meningkatkan pendapatan asli Daerah Kabupaten Lingga.

b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep yang tepatnya berada di Desa Batu Kacang, seperi yang telah tertulis di Perda

(20)

19

Nomor 13 tahun 2011 tentang penyelenggaraan kepariwisataan dalam pasal 29 salah satunya yaitu kewajiban pemerintah Daerah untuk mengembangkan Objek Wisata. c. Seharusnya Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lingga melakukan sosialisasi secara teratur. d. Dan untuk Masyarakat diharapkan ikut

serta dalam Pengembangan Objek Wisata Batu Ampar Kecamatan Singkep.

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Ali, Faried . 2012. studi kebijakn

pemerintah. bandung : redaksi refika

aditama.

Agustino, Leo, 2012. Dasar-dasar kebijakan

publik . Bandung: alfabeta

Bagong, Suyanto. 2005. Metode penelitian

sosial : berbagai alternatif pendekatan.

Jakarta: Prenada media.

Moleong, Lexy.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Marpaung. Happy , 2002. pengntar

pariwisata. Bandung.

Nugroho, Riant. D. 2003. Kebijakan publik

formulasi implementasi dan formulasi,

Jakarta: PT Elex Media komputindo. Sugiyono, 2010. Metode penelitian kualitatif

dan R & D. : Bandung Alfabeta

Syafarudin. 2008. Efektivitas Kebijakan

Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik,Teori dan Proses, Jakarta : Media

Pressindo.

Wahab, Abdul Solichin. 2008. Analisis

Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara,

Edisi Kedua, Jakarta : PT. Bumi Aksara. Yoeti O A, 2010. Perencanaan dan

pengembangan pariwisata. Jakarta: PT

praditya permata.

Peraturan Undang-Undang

Pengembangan Destinasi Pariwisata Unggulan Daerah (DPUD) peraturan Bupati Lingga No. 13 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan

Undang-undang No. 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Jurnal dan Internet

Trisriati,Esi.2015. “Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Tanjung Pinang No. 6 Tahun 2008 Pasal 25 tentang pembinaan usaha pariwisata di Kota Tanjung Pinang”. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Siam,Usman.2014. “Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga dalam Pengembangan Objek Wisata”. STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang

Afandi,2015.” Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berbasis Kemaritiman (Studi pada Kabupaten Kepulauan Anambas)” Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

:http://pelitedabo.blogspot.co.id/2011/04/wi

sata-alam-batu-ampar-dabo-singkep.html#sthash.1thLUuEA.dpuf

Jln. Raja Muhammad Yusuf, Daik, Lingga, website:

http://disbudpar.linggakab.go.id, email : disbudpar@linggakab.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualiatas system peradilan yang terbuka

Pembelajaran Muatan lokal musyafahah dan tajwid adalah proses yang diselenggarakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang isi dan media penyampaiannnya

Dalam makalah ini akan disampaikan tampilan aplikasi MoLearn berbasis Android yang dapat dilihat pada Tabel 4 dengan perhatian utama pada tiga aspek utama yaitu aspek

Ketika ia berbicara tentang perhatian Foucault, melainkan sistem kebenaran saintifik, maka bukan status pengetahuan yang menunjukkan kebenaran dari sains itu sendiri

Menurutnya, beberapa isu dibahas Gülen berkaitan dengan hubungan Islam dan sains, terutama mengenai [1] hubungan antara kebenaran ilmiah dan kebenaran agama, [2]

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel harga dan strategi promosi terhadap keputusan pembelian

Kemitraan antara petani pemilik lahan ( principal ) dengan petani lain yang bertindak sebagai penyakap dalam sistem bagi hasil atau penyewa ( agent ) telah lama

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar yang dimiliki siswa yaitu materi gaya menyamping dalam pembelajaran tolak peluru dengan