• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Siswa terhadap Konsep Fungsi Eksponen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemahaman Siswa terhadap Konsep Fungsi Eksponen"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemahaman Siswa terhadap Konsep Fungsi Eksponen

Desy Cherlyana Anapit

1

, Alita Maria Goretti

2

, Jafar

3

Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Halu Oleo1 SMP Negeri 2 Tongkuno Selatan, Muna2

Pendidikan Matematika Universitas Halu Oleo3

Abstrak—Pemahaman terhadap konsep merupakan hal mendasar dalam pembelajaran

matematika. Kemampuan pemahaman konsep, selain telah menjadi tujuan dalam kurikulum, kemampuan tersebut sangat mendukung pada kemampuan-kemampuan matematik lain, yaitu komunikasi matematik, penalaran matematik, koneksi matematik, representasi matematik dan problem solving. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa terhadap konsep fungsi eksponen. Penelitian ini adalah studi pendahuluan untuk penelitian lanjutan dalam upaya mengungkapkan profil pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika, khususnya konsep fungsi eksponen. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah seorang siswa SMA Negeri 5 Kendari yang mampu mengkomunikasikan pendapat atau jalan pikirannya secara lisan atau tertulis. Instrumen dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu instrumen utama yang adalah peneliti sendiri dan instrumen bantu berupa pedoman wawancara. Data diperoleh melalui hasil wawancara dengan teknik terbuka dan tidak terstruktur. Pemahaman siswa yang well defined terhadap konsep fungsi eksponen diidentifikasi melalui indikator-indikator berikut: pertama, siswa mampu mengungkapkan pengertian fungsi eksponen melalui bahasa verbal baik secara lisan atau tulisan. Kedua, mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan sifat-sifat esensial yang membangun konsep fungsi eksponen. Ketiga, mampu menemukan keterkaitan antar unsur-unsur dengan sifat-sifat esensial dan antar sifat esensial. Keempat, mampu menemukan dengan mudah contoh dan bukan contoh sebagai representasi dari konsep fungsi eksponen. Kelima, mampu menggunakan konsep fungsi eksponen untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek belum memahami konsep fungsi eksponen secara well defined. Subjek belum memahami konsep fungsi eksponen secara benar disebabkan oleh rendahnya kualitas pengaitan antar informasi yang telah dimiliki subjek sehingga tidak mampu melakukan penguatan terhadap semua komponen menyusun konsep fungsi eksponen.

Kata kunci: Fungsi Eksponen, Pemahaman Konsep

I. PENDAHULUAN

Standar kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah belajar matematika di antaranya adalah siswa dapat menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah [1]. Hal ini sejalan dengan referensi [2] menyebutkan bahwa matematika melibatkan pemahaman konsep dan dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi. Oleh karena itu, pemahaman konsep merupakan hal mendasar dalam pembelajaran matematika yang bermanfaat untuk pengembangan matematika selanjutnya. Kemampuan pemahaman konsep, selain telah menjadi tujuan dalam kurikulum, kemampuan tersebut sangat mendukung pada kemampuan-kemampuan matematik lain, yaitu komunikasi matematik, penalaran matematik, koneksi matematik, representasi matematik dan problem solving.

Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pengertian pemahaman yang diungkapkan oleh Anderson & Krathwohl [3] adalah membagi menjadi tujuh kategori proses kognitif pemahaman diantaranya:

(2)

menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). Referensi [4] mengungkapkan bahwa hal penting dari pemahaman adalah kapasitas dalam membuat koneksi antara konsep dan prosedur. Hiebert & Carpenter [5] mengungkapkan bahwa pemahaman seseorang terhadap suatu konsep dapat diketahui melalui kualitas pengaitan antara informasi yang terkandung dalam konsep tersebut dengan struktur jaringan kognisi (skema) yang telah dimiliki seseorang. Hal ini dipertegas oleh Skemp [6] bahwa “To understand something means to assimilate it into

an appropriate schema”. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Hiebert & Lafevre [4] bahwa pemahaman

terjadi ketika informasi baru terhubung melalui hubungan yang sesuai dengan pengetahuan yang ada. Hal ini berarti kualitas pemahaman ditentukan oleh banyaknya jaringan informasi dan kuatnya hubungan antar jaringan yang dimiliki tersebut.

Konsep merupakan ide-ide atau gagasan yang mendasari suatu proses interaksi dalam pemecahan masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh-contoh. Referensi [7] mengungkapkan ada suatu konsep yang dinyatakan dengan simbol-simbol atau istilah-istilah matematika, ada pula yang dinyatakan dalam kalimat atau kata-kata sehari-hari yang maksudnya sudah jelas dan ada pula penjelasan suatu konsep yang dinyatakan dengan gabungan dari kedua cara tersebut. Nasution dalam [8] mengungkapkan bahwa konsep sangat penting bagi manusia, karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berpikir, dalam belajar, membaca, dan lain-lain.

Referensi [9] memandang matematika sebagai pelajaran tentang struktur, pengaturan hubungan-hubungan dalam struktur menurut jenisnya dan pengkategorian hubungan-hubungan di antara struktur-struktur ini. Hal ini mengindikasikan bahwa matematika merupakan pelajaran yang materi-materinya bersifat hirarkis. Matematika berkenaan dengan ide-ide asbstrak yang tersusun secara hirarkis dan terstruktur, yang kemudian membentuk konsep-konsep. Konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi dibangun berdasarkan konsep-konsep yang telah ada sebelumnya [6]. Dalam belajar matematika, seorang siswa tidak mungkin memahami suatu konsep apabila konsep sebelumnya yang mendasari konsep tersebut belum dipahaminya dengan baik. Oleh karena itu, pemahaman seorang individu terhadap suatu konsep adalah kemampuan kognitif seseorang dalam mengintegrasikan informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Pemahaman seorang individu terhadap suatu konsep merupakan hasil dari aktivitas mental individu itu dalam memahami konsep yang dimaksud [6]. Seseorang memahami suatu konsep karena telah melakukan aktifitas berpikir tentang konsep tersebut. Pemahaman seseorang terhadap suatu konsep tidak dapat diobservasi secara tepat, akan tetapi dapat diamati melalui indikator-indikator yang dapat memberikan gambaran bahwa seseorang dapat dikatakan telah memahami suatu konsep. Berikut adalah indikator-indikator bahwa seseorang telah memahami konsep apabila orang tersebut telah mampu menjustifikasi bahwa definisi konsep tersebut well-defined [5] yaitu apabila telah dapat: (1) mengungkapkan pengertian suatu konsep secara tepat, melalui bahasa verbal maupun tulisan, (2) mengidentifikasi, dan menjelaskan semua komponen yang dimiliki oleh suatu konsep sebagai latar belakang dari konsep tersebut, serta melakukan penguatan terhadap semua komponen yang menyusun konsep yang dimaksud, dan (3) membangun pengaitan antar komponen dalam suatu konsep, (4) melakukan penguatan terhadap suatu konsep baik secara internal maupun eksternal.

Berkaitan dengan pemahaman konsep dalam matematika telah banyak model yang dikemukakan oleh banyak ahli psikologi, yaitu Referensi (1) Polya membagi pemahaman menjadi 4; pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman rasional, dan pemahaman intuitif. (2) Polattsek membagi pemahaman menjadi 2; pemahaman komputasional, dan pemahaman fungsional. (3) Copeland membagi pemahaman menjadi 2; Knowing how to dan Knowning. (4) Skemp membagi pemahaman menjadi 2; pemahaman instrumental dan pemahaman relasional [10]. Yang menjadi acuan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep yang dikemukakan oleh Skemp yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman Instrumental yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja (tanpa alasan) sedangkan pemahaman relsional yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan (dengan alasan). Dalam pembelajaran suatu konsep matematika, diharapkan siswa memiliki pemahaman relasional sehingga mereka dapat mengenali, menjelaskan, dan menginterpretasi konsep tersebut.

Kurikulum 2013 yang menuntut pembelajaran matematika diarahkan pada pembelajaran menemukan, membangun dan memahani konsep-konsep matematika. Artinya bahwa pembelajaran matematika mengutamakan proses karena matematika itu sendiri adalah pelajaran untuk melatih proses berpikir siswa. Matematika ada dalam kelompok mata pelajaran wajib, peminatan maupun pilihan berdasarkan kurikulum SMA. Hal ini menunjukan bahwa matematika sangat berarti baik bagi siswa dalam memenuhi

(3)

kebutuhan praktis dan mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dapat berhitung, mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan dan menafsirkan data. Selain itu juga dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran lain seperti fisika, kimia, ekonomi dan dengan belajar matematika siswa dilatih untuk berpikir logis, kritis dan praktis serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.

Namun tujuan implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika belum dapat tercapai dengan baik. Hal ini nampak pada rendahnya pemahaman siswa yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar ini, di antaranya adalah pada materi ajar fungsi eksponen [11]. Demikian pun hasil observasi peneliti terhadap beberapa siswa SMA di Kota Kendari yang telah mempelajari fungsi eksponen memandang bahwa fungsi eksponen merupakan materi yang sulit untuk dipahami. Padahal fungsi eksponen merupakan konsep penting di berbagai terapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi bagaimana pemahaman siswa terhadap konsep fungsi eksponen.

Beberapa penelitian tentang pemahaman siswa terhadap konsep fungsi eksponen dan logaritma telah dilakukan. Referensi [12] mengungkapkan kurangnya pemahaman siswa tentang sifat-sifat eksponen dan logaritma menyebabkan siswa mengalami kebingungan dalam menerapkan sifat yang mana untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan fungsi eksponen dan logaritma. Selain itu [13] juga telah melakukan penelitian tentang pengembangan pemahaman mahasiswa terhadap eksponen dan logaritma. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa siswa/mahasiswa mempunyai pengetahuan yang terbatas tentang fungsi eksponen dan logaritma. Referensi [14] juga melakukan penelitian yang mengeksplorasi manfaat pembelajaran fungsi eksponen melalui transformasi dalam membantu siswa memahami konsep fungsi eksponen. Dari hasil-hasil penelitian tersebut, belum ada penelitian yang mengeksplorasi seperti apa pemahaman yang dimiliki atau dibangun oleh siswa terhadap konsep fungsi eksponen.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pemahaman yang dibangun oleh siswa terhadap konsep fungsi eksponen. Selain itu, penelitian ini merupakan studi pendahuluan dalam melakukan penelitian-penelitian lanjutan yang lebih luas dan mendalam tentang bagaimana siswa membangun pemahaman terhadap konsep fungsi eksponen.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pemahaman konsep fungsi eksponen. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa di SMA Negeri 5 Kendari yang telah mempelajari fungsi eksponen. Kriteria siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang mampu mengkomunikasikan pendapat/jalan pikirannya secara lisan atau tertulis.

Instrumen dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu instrumen utama dan istrumen bantu. Instrumen utama adalah peneliti sendiri, sedangkan instrument bantu adalah pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk memandu peneliti dalam rangka memperoleh data penelitia yang diperlukan. Data diperoleh melalui wawancara dengan teknik terbuka dan tidak terstruktur. Selama proses wawancara dilakukan perekaman audio visual, sehingga memungkinkan peneliti melakukan penelaahan terhadap data secara berulang-ulang.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles & Huberman [15] yang meliputi: (1) reduksi data, yaitu proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting; (2) menyajikan data adalah data tereduksi disajikan dan melalui penyajian data, data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami; dan (3) penafsiran dan penarikan kesimpulan, yaitu data yang telah disajikan kemudian ditafsirkan dan disimpulkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 1. Kutipan Hasil Wawancara

Indikator Pertanyaan Jawaban Siswa

Siswa mampu mengungkapkan pengertian fungsi eksponen melalui bahasa verbal baik

Apa yang dipahami tentang fungsi eksponen?

Fungsi eksponen masih rasa asing. Yang saya tahu eksponen itu perpangkatan [S1]

(4)

secara lisan atau tulisan

Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan sifat-sifat esensial yang membangun konsep fungsi eksponen

Apa unsur-unsur yang ada di ?

adalah eksponen [S2]

Siswa mampu menemukan keterkaitan antar unsur-unsur dengan sifat-sifat esensial dan antar sifat esensial

Misalnya ,merupakan fungsi atau bukan fungsi? Mengapa?

Fungsi, karena ada [S3]

Siswa mampu menemukan dengan mudah contoh dan

bukan contoh sebagai

representasi dari konsep fungsi eksponen

- Bagaimana contoh fungsi eksponen?

- Selain itu, ada contoh lain?

- Misalnya berarti [S4]

- Masukkan dalam angka misalnya berarti [S5]

Siswa mampu menggunakan konsep fungsi eksponen untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan

Selesaikan soal berikut: a.

b. Pada tahun 2003 penduduk sebuah kota adalah 629.039 jiwa. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduknya adalah 771.186 jiwa. Berapa

tingkat pertumbuhan

penduduk kota tersebut?

[S6]

B. Pembahasan

Fungsi eksponen merupakan suatu fungsi yang memuat variabel sebagai pangkat atau eksponen. Referensi [16] mendefinisikan fungsi eksponen sebagai berikut: , dengan domain adalah semua bilangan ( dan range adalah bilangan positif . Referensi [17] fungsi eksponen didefinisikan sebagai . Jika maka fungsi adalah fungsi naik. Jika maka fungsi adalah fungsi turun. Jika maka untuk semua . Referensi [18] mendefinisikan fungsi eksponen yang berbentuk , dan . Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa fungsi eksponen merupakan suatu fungsi dengan konstanta sebagai bilangan dasar/pokok/basis dan pangkat yang berupa variabel-variabel. Syarat utama untuk membangun pemahaman fungsi eksponen adalah telah memahami materi fungsi.

Jika diperhatikan dari petikan wawancara pada Tabel 1, berdasarkan lima indikator dapat diperoleh beberapa hal terkait pemahaman siswa terhadap fungsi eksponen sebagai berikut:

(1) Subjek tidak mampu mengungkapkan pengertian fungsi eksponen melalui bahasa verbal baik secara lisan atau tulisan.

(2) Subjek tidak mampu mengidentifikasi seluruh unsur-unsur dan sifat-sifat esensial yang membangun konsep fungsi eksponen.

(3) Subjek tidak mampu menemukan keterkaitan antar unsur-unsur dengan sifat-sifat esensial dan antar sifat esensial.

(4) Subjek tidak mampu menemukan dengan mudah contoh dan bukan contoh sebagai representasi dari konsep fungsi eksponen.

(5) Subjek mampu menggunakan konsep fungsi eksponen untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan.

Subjek memahami eksponen sebagai perpangkatan sebagaimana pada [S1]. Perpangkatan dan fungsi eksponen adalah dua hal yang berbeda. Perpangkatan atau eksponensiasi merupakan suatu operasi yang

(5)

melibatkan dua bilangan sebagai dasar dan pangkat. Perpangkatan ini dapat berupa fungsi aljabar dengan variabel sebagai dasar dan konstanta sebagai pangkat atau sebaliknya dapat berupa fungsi eksponen dengan variabel sebagai pangkat dan konstanta sebagai dasar. Terkait dengan unsur-unsur dan sifat-sifat esensial yang membangun konsep fungsi eksponen, subjek berusaha untuk menjelaskan bahwa merupakan eksponen dari contoh yang diberikan sebagaimana pada [S2]. Jadi, subjek mampu menyebutkan salah satu unsur yang membangun fungsi eksponen yaitu eksponen.

Keterkaitan antar unsur yang membangun konsep eksponen diungkap oleh subjek adalah terkait variabel . Fungsi yang merupakan salah satu unsur pembangun konsep tersebut dipahami siswa adalah fungsi itu mengandung yang belum diketahui nilainya. Selanjutnya, subjek memberi contoh bahwa fungsi eksponen yang berupa bilangan berpangkat [S4]. Karena definisi fungsi eksponen yang dibangun pada [S2] maka contoh yang diberikan adalah bilangan berpangkat. Namun adalah hal lain yang nampak bahwa ada indikasi bahwa siswa tersebut masih bermasalah pada pemahaman bilangan berpangkat sebagaimana pada [S3]. Ini gejala kuat bahwa pemahaman siswa tentang fungsi eksponen masih sangat lemah.

Peneliti berusaha selalu mengkonfirmasi tentang pengertian fungsi eksponen yang sudah subjek ungkapkan atau subjek bangun di awal wawancara. Subjek cenderung konsisten dengan pengertian tersebut. Hal ini nampak saat siswa memberi contoh fungsi eksponen sebagaimana pada [S4] dan [S5]. Namun, penjelasan yang diberikan subjek masih keliru tentang konsep pengkat. Saat dikonfirmasi dengan contoh lain subjek masih menjawab dengan cara yang sama bahwa bilangan berpangkat diselesaikan dengan mengalikan bilangan dasar dan pangkat.

Lebih lanjut, ketika subjek diperhadapkan dengan dua soal, subjek tidak dapat mengerjakan soal a dan berusaha mengerjakan soal b. Subjek bingung menyelesaikan soal a karena melihat pangkat bukan berupa . Namun, soal b siswa berusaha mengingat rumus yang pernah dipakai saat menyelesaikan soal b di kelas. Meskipun jawaban yang diberikan masih kurang tepat.

Memang, masih sangat banyak informasi yang diperlukan untuk mengetahui secara jelas berkaitan dengan pemahaman subjek di atas terhadap konsep fungsi eksponen. Namun, mengacu pada pendapat Hiebert & Lafevre [4] mengenai pemahaman terhadap suatu konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa subjek mengalami kesalahan dalam membangun konsep fungsi eksponen yang disebabkan oleh lemahnya hubungan antar jaringan yang dimiliki siswa. Artinya bahwa siswa tidak mampu membangun skema baru berdasarkan jaringan yang sudah dimiliki.

Kualitas pemahaman ditentukan oleh banyaknya jaringan informasi dan kuatnya hubungan antar jaringan yang dimiliki. Siswa yang telah mempelajari konsep fungsi, konsep eksponen, konsep aljabar tidak menjamin siswa dengan mudah akan memahami konsep fungsi eksponen. Fenomena ini mestinya tidak perlu terjadi. Agar jaringan informasi dan hubungan antar jaringan informasi yang dimiliki siswa semakin kuat, maka perlu bahwa dalam pembelajaran matematika senantiasa ditekankan bahwa karakteristik materi matematika itu ide-ide abstrak yang tersususn secara hirarki. Konsep-konsep yang terurut dari rendah ke tinggi. Konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi dibangun berdasarkan konsep-konsep yang telah ada sebelumnya. Bukan materi yang saling lepas antara satu dan lainnya. Karena siswa memandang jika materi matematika yang rumit dan sulit disebabkan oleh materi yang begitu padat dengan rumus-rumus yang berlimpah dan tidak menemukan keterkaitan antara materi yang satu terhadap materi yang lainnya berimplikasi pada rendahnya kualitas pemahaman terhadap suatu konsep.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan indikator-indikator yang diungkapkan [4] sebelumnya dapat dikemukakan bahwa terdapat siswa yang belum memahami konsep fungsi eksponen secara well defined. Sehingga penelitian ini menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan lebih luas dan mendalam terkait pemahaman siswa terhadap konsep fungsi eksponen.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian pendahuluan ini, dapat disimpulkan subjek belum memahami konsep fungsi eksponen secara well defined. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas pengaitan antar informasi yang telah dimiliki subjek sehingga tidak mampu melakukan penguatan terhadap semua komponen menyusun konsep fungsi eksponen. Hal ini menujukkan fenomena bahwa terdapat siswa yang belum memahami konsep fungsi eskponen secara well defined. Tidak menutup kemungkinan fenomena yang sama terjadi pada konsep-konsep matematika yang lainnya, sehingga perlu untuk dapat dikaji lebih luas dan mendalam tentang kemampuan siswa dalam membangun pemahaman konsep matematika dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan Rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini juga, peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Kendari, guru mata pelajaran matematika dan siswa sebagai subjek penelitian yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada pembimbing untuk setiap arahan-arahan yang diberikan demi penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kemendikbud, “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Isi dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013”, Jakarta: Kemendikbud, 2016.

[2] M. Ben-Hur, “Concept-rich mathematics instruction : building a strong foundation for reasoning and problem solving”, States of America: Association for Supervision and Curriculum Development, 2006.

[3] L. W. Anderson, D. R. Krathwohl, “A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational Objectives”, New York: Longman, 2001.

[4] K. Weber, “Students understanding of exponential and logarithmic functions”, Proceedings from the 2nd international conference on the teaching of mathematics, 2002.

[5] Jafar, “Profil pemahaman mahasiswa pendidikan matematika terhadap konsep grup berdasarkan tingkat kemampuan matematika”, Disertasi: Universitas Negeri Surabaya, 2016, hal. 6, 37-38.

[6] Jafar, “Membangun pemahaman yang lengkap (completely understanding) dalam pembelajaran konsep grup”, Prosiding Konferensi Nasional Pendidikan Matematika (KNPM), Malang Indonesia, PP. 87-95, 2013.

[7] Z. Abidin, “Pemahaman Konseptual dan Prosedural”, http://matunisma.blogspot.co.id/2012/05/pemahaman-konseptual-dan-prosedural.html. Diakses tanggal juli 2017.

[8] Nasution, Pendekatan dalam proses belajar mengajar, Bumi aksara: Jakarta, 2006.

[9] F. H. Bell, Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School), Dubuque: Company Publishing, 1978.

[10] U. Sumarmo, “Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana dikembangkan pada peserta didik”, Artikel pada FMIPA UPI Bandung, 2010.

[11] Y. Ermayanti, “Upaya meningkatkan kemampuan berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Kelas X IPA melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Fungsi Eksponen dan Logaritma”, Artikel Jurnal Penelitian: Universitas Pasundan, 2016.

[12] L. Prastiyowaty, S. Gembong, dan Darmadi, “Profil kemampuan pemahaman siswa kelas X dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penerapan sifat-sifat eksponen dan logaritma ditinjau dari kemampuan awal”, JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) Vol 4, No 1, 2015.

[13] K. Weber, “Developing Students’ Understanding of Exponents and Logarithms”, Proceedings of the Annual Meeting [of the] North American Chapter of the International Group for the Psychology of Mathematics Education Volumes 1-4, 2002. [14] S. Makgakga, “Teaching and learning the mathematical exponential and logarithmic functions: a transformation approach”,

Mediterranean Journal Of Social Sciences: Vol. 4 No. 13, November 2013.

[15] Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, Bandung: Alfa Beta, 2011.

[16] J. Redden, “Advanced Algebra”, book is licensed under a Creative Commons by-nc-sa 3.0 (http://creativecommons.org/licences/by-nc-sa/3.0/) page 286, page 1642, 2012.

[17] C. Tomas, “Introduction to Exponents and Logarithms”, Sidney: Mathematics Learning Centre, The University of Sidney, 1998.

[18] D. H. Collingwood, K. D. Prince, and M. M. Conroy, “Precalculus”, Departement Of Mathematics, University of Washington, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat memperoleh besaran hasil interaksi antar ciri lahan dalam semi-kuantitatif, populasi harga variabel yang menjadi ciri lahan diagnostik dipilahkan menjadi

Admin melakukan login dengan memasukan username dan password untuk mengelola data aplikasi System menvalidasi username dan password, jika salah akan kembali

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang menghasilkan aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang lebih baik antara model pembelajaran

Data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi non participant yaitu mengambil data pada Bursa Efek Indonesia.Model analisis yang digunakan adalah regresi linear

Dengan penerapan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 4 Suranadi, terbukti dari hasil pembelajaran siklus I rata- ratanya

4) Bagi perusahaan manufaktur di Indonesia upaya untuk mendorong struktur modal pada perusahaan dapat dilakukan dengan mengelola kepemilikan manajerial, variabilitas

Hal ini mengindikasikan bahwa pada Sekolah Menengah Negeri, dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran, maka tentu saja akan menambah job relevant

Adapun faktor yang paling berpengaruh signifikan berdasarkan hasil ANOVA untuk nilai rata-rata dan SNR didapatkan setting level optimal dari faktor-faktor terkontrol, faktor