• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 MELAKUKAN PENCEGAHAN & PEMADAMAN KEBAKARAN DI KAPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 MELAKUKAN PENCEGAHAN & PEMADAMAN KEBAKARAN DI KAPAL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

MELAKUKAN PENCEGAHAN & PEMADAMAN KEBAKARAN

DI KAPAL

Penyebab utama kebakaran di atas kapal adalah akibat kelalaian manusia, karena tidak ditaatinya prosedur kerja yang telah ditetapkan dan tidak melakukan pencegahan kebakaran sedini mungkin.

3.1. KLASIFIKASI API DAN MEMILIH MEDIA UNTUK

PEMADAMANNYA

Terjadinya api di kapal karena adanya unsur-unsur bahan bakar, panas dan oksigen (segitiga api), lihat Gambar 3.1

Gambar 3.1 Segitiga Api

Pengklasifikasian kebakaran bertujuan untuk memudahkan pemadaman kebakaran dengan menggunakan media pemadam yang sesuai.

3.1.1. Klasifikasi kebakaran Menurut National Fire Protection Association (NFPA) Menurut National Fire Protection Association (NFPA) ada beberapa klasifikasi kebakaran, antara lain sebagai berikut :

3.1.1.1. Kelas A (Bahan Padat) Contoh bahan padat yang terbakar : 1. Kayu

2. Kertas 3. Plastik 4. Tekstil

(2)

5. Karet

3.1.1.2. Kelas B (Bahan Cair dan Gas) Contoh bahan cair dan gas yang terbakar : 1. Bensin 2. Solar 3. Minyak tanah 4. Minyak pelumas 5. Asetilin 6. LPG

3.1.1.3. Kelas C (Bahan Listrik)

Contoh bahan listrik yang mudah terbakar di kapal: 1. Peralatan navigasi

2. Instalasi listrik kapal

3. Generator pembangkit listrik 4. Motor listrik

3.1.1.4. Kelas D (Bahan Logam) Contoh bahan logam yang terbakar : 1. Besi 2. Baja 3. Aluminium 4. Kuningan 5. Tembaga 3.1.2. Jenis-jenis Api

Berdasarkan bahan yang terbakar, api dibedakan menjadi beberapa jenis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memilih alat pemadam yang tepat untuk api tersebut, karena tidak sembarang api dapat dipadamkan dengan alat pemadam yang sama. Jenis - Jenis api :

1. Api kelas A adalah api yang berasal dari bahan yang mudah terbakar seperti :

kayu, kertas, tekstil dan sebagainya.

2. Api Kelas B adalah nyala api dari bahan minyak, solar, bensin dan sebagainya.

3. Api Kelas C adalah api yang berasal dari arus listrik (Korsleting).

4. Api Kelas D adalah api yang berasal dari logam seperti titanium, sadrium, dan

(3)

3.1.3. Media Pemadaman

Berasal dari jenis-jenis api yang disebut di atas, nantinya suatu kebakaran juga digolongkan sesuai dengan jenis apinya. Dengan mengetahui jenis api kebakaran, maka dapat dipilih media pemadamnya .

Karena kesalahan dalam penggunaan media pemadam dapat lebih membahayakan, misalnya: penggunaan air sebagai media pemadam api adalah tepat untuk api kelas A saja. Untuk api kelas lainnya (B,C dan D) kurang baik, bahkan untuk api kelas B justru membahayakan. Media pemadam kebakaran dapat dibagi 4 antara lain :

3.1.3.1. Busa (foam)

Jenis pemadam busa (foam) digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas A, dan dapat juga digunakan untuk memadamkan kebakaran B dan D. Cara pemadaman dengan busa :

1. Ambil tabung pemadam busa dari tempatnya. 2. Lepaskan selang dannozzle dari jepitnya (bila ada)

3. Balik tabung tersebut sambil mengarahkan nozzleke api 4. Semprotkan pemadam busa ke arah api.

Gambar 3.2. Pemadam Busa

3.1.3.2. Tepung kimia (dry chemical)

Jenis pemadam tepung kimia (dry chemical) digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas A, dan dapat juga digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Cara pemadaman kebakaran dengan menggunakan media pemadam dari tepung kimia :

1. Ambil tabung pemadam dry chemical powder dari tempatnya. 2. Bawa ke tempat kebakaran.

3. Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya 4. Putuskan lead seal (loces)

(4)

5. Cabut split pen (pen penahan)

6. Pegangnozzle dengan tangan kiri ke arah atas

7. Tekan katup dengan tangan kanan 8. Semprotkan nozzle ke arah api

Gambar 3.3. Pemadam Tepung Kimia 3.1.3.3. Karbon Dioksida (CO2)

Jenis pemadam karbon dioksida (CO2) digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas C, dan dapat juga digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Cara pemadaman dengan karbon dioksidaadalah sebagai berikut :

1. Ambil tabung pemadam dari tempatnya. 2. Bawa ke tempat kebakaran.

3. Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya. 4. Putuskan lead seal (loces)

5. Pegang nozzle dengan tangan kiri ke arah atas

6. Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba, apakah alat pemadam berisi atau tidak)

(5)

Gambar 3.4. Tabung Pemadam Karbondioksida 3.1.3.4. Air

Prosedur pemadaman dengan menggunakan air adalah sebagai berikut : 1. Ambil selang pemadam dari box penyimpan selang.

2. Memasang selang pemadam ke hidrant dan pasang nozzle penyemprot air. 3. Menghidupkan pompa pemadam.

4. Arahkan penyemprot air ke tempat kebakaran.

3.2. Peralatan Pemadam Kebakaran

Peralatan pemadam kebakaran yang harus tersedia di atas kapal antara lain : 3.2.1. Selang Air Pemadam Kebakaran dan Penyemprot

Selang air pemadam biasanya dibuat secara khusus sesuai dengan fungsi yang diperlukan dalam tugas-tugas pemadam kebakaran. Syarat-syarat selang air pemadam kebakaran yang baik, adalah sebagai berikut :

1. Harus kuat menahan tekanan yang tinggi 2. Harus dilapisi bahan yang tahan api 3. Tahan gesekan

4. Tahan pengaruh zat-zat kimia

5. Mempunyai sifat-sifat yang kuat, ringan dan elastis

Karena syarat yang diperlukan di atas maka semua selang air yang digunakan untuk pemadam dibuat secara berlapis-lapis, antara lain:

1. Lapisan pertama sebelah dalam, biasanya dibuat dari bahan latex murni yang diolah dengan kuat, licin dan rata. Dengan demikian lapisan sebelah dalam merupakan lapisan yang kuat menahan tekanan air yang tinggi, serta memungkinkan air mengalir dengan sempurna.

(6)

2. Lapisan tengah, dapat dibuat dari benang-benang syntetis yang dianyam sedemikian rupa sehingga menjadi satu lapisan yang kuat dan tahan gesekan. Sedangkan lapisan luar dibuat dari benang syntetis dan tetoron, diolah secara khusus dengan bahan karet.

Selanjutnya seluruh lapisan diperkuat dengan bahan syntetis fiber sehingga komposisi lapisan menjadi elastis dan kuat, serta tetap ringan dan tahan terhadap panas.

Selang-selang air tersebut dibuat dalam berbagai ukuran, baik panjang maupun diameternya. Yang dipergunakan dikapl-kapal, pada umumnya dengan ukuran panjang 15 meter, 20 meter dan 30 meter, dengan diameter dari 1,5 ” – 3 ” . Jumlah maupun macamnya telah ditentukan sesuai dengan besar kecilnya, demikian juga dengan perlengkapan coupling dan nozzle-nozzle-nya.

Untuk memudahkan penggunaannya selang air harus disimpan dalam keadaan tergantung sedemikian rupa, agar sewaktu-waktu jika diperlukan dapat cepat dipasang, serta aman bagi petugasnya. Sebelum disimpan ditempat penyimpanan, selang yang selesai digunakan perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat, sisa-sia oli dan lain-lain.

3.2.2. Peralatan Pemadam Kebakaran Yang Dapat bergerak

Seperti telah diketahui, bahan pemadam kebakaran dapat ditempatkan dalam tabung untuk berbagai ukuran, sehingga sewaktu diperlukan mudah digunakan. Tabung pemadam disebut portable (mudah untuk dibawa-bawa) bila berat tabung dan isinya tidak lebih dai 16 kg, sedangkan tabung yang lebih besar, berat seluruhnya tidak lebih dari 30 kg. Bila beratnya lebih dari 30 kg biasanya tabung dipasang pada tempat yang mempunyai roda.

Pabrik pembuatan alat-alat pemadam kebakaran diharuskan memasang label hasil produksinya. Hal ini diwajibkan agar tidak terjadi kekeliruan pada waktu menggunakan, sebab kekeliruan pemakaian alat dapat menimbulkan akibat fatal. Sebaiknya, konsumen/ pemakai alat pemadam api, instansi pemerintah, swasta, pabrik-pabrik, kapal-kapal dan sebagainya, harus mewajibkan setiap karyawannya mengetahui dengan tepat fungsi dari tabung-tabung pemadam dan bagaimana cara memakainya.

Dengan demikian diharapkan dapat diambil tindakan yang tepat pada awal kejadian kebakaran. Keterangan-keterangan yang harus dicantumkan pada label portable adalah :

1. Jenis bahan-bahan pemadam yang disikan di dalamnya. 2. Kelas-kelas yang dapat dipadamkan.

3.2.3. Peralatan Pemadam Api Yang Dapat Dijinjing (Apar)

Peralatan Pemadam Api yang dapat dijinjing adalah peralatan pemadam api yang berukuran kecil, yang dapat dibawa dan digunakan oleh satu orang. Peralatan ini juga sering disebut Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Alat ini beratnya berkisar antara 0,5 - 16 Kg. Keunggulan dari alat ini yaitu ringan dan dapat dibawa dan dioperasikan oleh satu orang. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak dapat

(7)

memadamkan api yang berukuran besar.Jenis-Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) antara lain :

1. Chemical foam jenis balik (tanpa kran atau seal)

2. Chemical foam jenis kran atau seal

3. Dry powder jenis Yamato

4. Bromo Chlorohpydi Fluoro methane (BCF)

5. Carbon Tetra Chloride (CTC)

6. Carbon Dioxide (CO2)

3.3. Perlengkapan Personil Pemadam Kebakaran

Perlengkapan pemadam kebakaran adalah suatu perlengkapan yang digunakan personil untuk melakukan pemadaman kebakaran di kapal. Perlengkapan pemadaman kebakaran terdiri dari:

3.3.1. Baju Tahan Api (Entry Suit)

Entry suit adalah suatu baju yang dapat melindungi pemakainya pada saat melakukan

pemadaman kebakar-an dan tahan sampai temperatur sampai 815,50 C.

Gambar 3.5. Baju Tahan Api

3.3.2. Baju Tahan Panas (Proximity Suit)

Proximity suit terdiri dari baju yang menutupi tubuh, helm pelindung kepala, sarung

tangan tebal dan sepatu boot khusus. Perlengkapan ini berguna untuk penahan panasnya kebakaran dan biasanya digunakan oleh regu pemadam kebakaran.

(8)

3.3.3. Alat Pelindung Pernafasan (breathing apparatus)

Breathing apparatus adalah suatu alat yang berfungsi sebagai alat bantu pernafasan

pada saat menolong korban di dalam ruangan yang berasap, beracun, lembab dan kekurangan oksigen di dalam ruangan kapal . Breathing apparatus tersebut dapat dilihat pada Gambar 10. Alat pelindung pernapasan terdiri ini dari bagian:

1. Botol oksigen

Botol oksigen terbuat dari bahan logam atau aluminium yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen sampai bertekanan 350 bar

2. Penggendong (harness)

Penggendong alat pelindung pernapasan yang terbuat dari bahan sintetis dan berfungsi sebagai tempat pengikat botol oksigen

3. Masker

Masker terbuat dari bahan kaca dan karet yang berfungsi sebagai pelindung pernafasan dan dilengkapi regulator untuk pengatur oksigen dari botol.

Gambar 3.6 Alat Pelindung Pernapasan

3.4. Cara-Cara Pencegahan Terjadinya Kebakaran

Prinsip utama untuk memadamkan kebakaran adalah dengan meniadakan keseimbangan ketiga unsur segitiga api (bahan bakar, panas dan oksigen).

3.4.1. Prinsip Pencegahan Kebakaran

Bahwa nyala api sebenarnya adalah suatu reaksi dari tiga unsur yang berkumpul yaitu, bahan bakar (fuel), panas (energy) dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur

(9)

tersebut di atas hanya akan menghasilkan nyala api bila berjalan dengan cepat dan seimbang.

Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan sendirinya nyala api akan padam. Reaksi ketiga unsur tersebut digambarkan dalam satu segitiga yang disebut segi tiga api. Reaksi yang tergambar pada segitiga api adalah reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang.

Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu maka reaksi akan terhenti atau api akan padam. Oleh karena itu dasar-dasar dari sistem pemadam api sesungguhnya adalah: pengrusakan keseimbangan reaksi api. Perusakan keseimbangan reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara antara lain:

3.4.1.1. Cara Penguraian

Cara penguraian adalah suatu usaha pemadaman api dengan jalan memisahkan atau menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api (lihat Gambar 3.7).

Gambar 3.7. Cara Penguraian 3.4.1.2. Cara Pendinginan

adalah pemadaman api dengan jalan menurunkan panas, sehingga temperatur bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik nyalanya.

PA NA S BAH AN B AKAR

Gambar 3.8. Cara Pendinginan 3.4.1.3. Cara Isolasi

adalah pemadaman api dengan jalan menurunkan kadar oksigen sampai di bawah 12%. cara ini disebut juga lokalisasi, yaitu mencegah reaksi dengan oksigen (lihat gambar 3.9).

(10)

Gambar 3.9. Cara Isolasi 3.4.2. Tindakan Pencegahan

3.4.2.1. Tindakan Pencegahan di Kamar Mesin

1. Kamar mesin harus selalu dijaga kebersihannya. Minyak-minyak yang menetes di bawah peralatan segera dibersihkan dan dikeringkan. Lap-lap kotor bercampur minyak jangan diletakkan disembarang tempat, sebaiknya simpan di kotak besi yang tertutup rapat. Got-got yang kotor dibersihkan dan harus sering di kuras.

2. Lakukan perawatan mesin/listrik dengan sebaik-baiknya. Jangan melakukan perbaikan atau perubahan-perubahan alat yang mengandung resiko. Alat yang sudah melampaui batas pemakaian sebaiknya cepat-cepat diganti.

3. Alat-alat pemadam api untuk mesin/listrik harus tersedia dengan cukup. Sebelum berangkat berlayar sebaiknya memeriksa semua peralatan dan sistem pemadaman di kamar mesin, yakinkan bahwa semua dalam kondisi yang baik dan siap digunakan.

4. Bila melakukan percobaan (setelah selesai perbaikan) alat-alat pemadam api dan petugasnya harus disediakan.

5. Larangan "DILARANG MEROKOK" harus benar-benar ditaati.

6. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengenal semua peralatan mesin atau listrik yang ada di ruangan, dan mengetahui dengan tepat bahaya-bahaya apa yang dapat ditimbulkan oleh peralatan tersebut.

7. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengetahui sistem pemadaman api yang digunakan, macam alat yang digunakan, lokasinya dan cara bekerjanya. Dan harus mempergunakan alat-alat tersebut sewaktu-waktu diperlukan. Pekerja yang masih dalam taraf latihan sebaiknya harus selalu didampingi pekerja yang sudah berpengalaman.

8. Pekerja yang bertugas jaga harus melaksanakan kewajibannya dengan baik. Lakukan pengontrolan dan pengecekan bekerjanya peralatan sesering mungkin. Perhatikan sekeliling apakah timbul asap atau mungkin tercium bau kabel yang terbakar, dan sebagainya.

9. Bila terpaksa melakukan perbaikan, sedangkan beberapa peralatan lain masih bekerja, perhatikan tindakan-tindakan keamanan yang diperlukan sebelum melakukannya

(11)

10. Usahakan agar aliran udara/ventilasi kamar mesin bekerja dengan baik.

11. Bila ada kelainan-kelainan yang membahayakan, jangan ragu-ragu untuk menyetop mesin, tetapi bila masih memungkinkan, agar laporkan dulu keanjungan dan kepala kamar mesin.

12. Kabel-kabel listrik harus selalu dicek kondisinya, jangan sampai terjadi korseleting.

13. Jangan biasakan menempatkan kain-kain lap di atas peralatan.

14. Jangan menyimpan benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar di kamar mesin, kecuali minyak-minyak pelumas.

15. Pada kamar-kamar mesin modern yang memakai sistem remote control, jangan hanya melakukan pemeriksaan di ruangan kontrol saja. Selama mesin bekerja harus ada pekerja yang langsung memeriksa kamar mesin.

3.4.2.2. Tindakan Pencegahan di Ruangan Akomodasi

1. Merokok di dalam ruangan harus hati-hati. Jangan merokok sambil tiduran, dan buang puntung rokok yang sudah dipadamkan pada tempat yang disediakan. Jangan sembarangan membuang puntung rokok yang masih berapi keluar jendela.

2. Penghuni ruangan harus mengenal alat-alat pemadam di kamar dan sekitarnya, serta mampu mempergunakan alat-alat tersebut pada saat diperlukan.

3. Kebersihan ruangan harus dijaga. Jangan menempatkan barang-barang (menggantungkan baju/ celana) dekat kabel-kabel listrik.

4. Bila menggunakan alat-alat listrik (seterika, kipas angin dan sebagainya) harus hati-hati. Jangan lalai mencabut stop kontaknya bila telah selesai.

5. Setiap akan tidur atau akan pergi keluar rungan, yakinkan bahwa semuanya telah aman, tidak ada hal-hal yang dapat menimbulkan api (korseleting). 3.4.2.3. Tindakan Pencegahan di Ruang Muatan dan Penumpang

1. Pemadatan di palka kapal harus diatur sebaik-baiknya. Petugas yang bertanggung jawab harus menguasai peraturan-peraturan tentang muatan berbahaya, cara-cara pembungkusannya cara-cara memuatnya, dan tindakan-tindakan pengamanan yang harus dilakukan.

2. Ventilasi udara harus diatur sebaik-baiknya. Pada kapal yang tonasenya 1500 ton atau lebih, palka kapal harus dilengkapi dengan termometer pengukur suhu. Petugas yang bertanggung jawab harus sering memeriksa ruangan palka tersebut.

3. Untuk kapal yang mengangkut muatan minyak harus dijaga jangan sampai terjadi kebocoran pipa-pipa. Tumpahan minyak atau uapnya merupakan hal yang berbahaya. Drum-drum maupun tempat berisi minyak harus diikat dengan kuat, sehingga tidak ada kemungkinan minyaknya tumpah.

4. Di kapal penumpang yang memuat penumpang, kepada penumpang harus diberikan penjelasan hal-hal yang membahayakan keselamatan bersama. Dan

(12)

harus ada petugas yang selalu mengontrol dan memperingatkan penumpang bila tidak mentaati larangan-larangan yang diberlakukan. Bila perlu, penumpang dilibatkan dalam latihan.

5. Kapal-kapal khusus yang memuat barang berbahaya (kapal tanker, kapal LPG) diwajibkan mematuhi peraturan maupun persyaratan pencegahan bahaya sesuai konvensi International maupun peraturan-paraturan yang berlaku di negara-negara yang disinggahi/ dilewati.

3.4.2.4. Tindakan Pencegahan di Ruang Masak / Dapur

1. Alat-alat pemadam api portable harus selalu disiapkan di dapur, dan dijaga baik kondisinya. Pekerja di dapur juga harus mampu menggunakan alat tersebut pada saat diperlukan.

2. Semua peralatan masak harus selalu dijaga kondisisnya. Khusus peralatan masak yang modern, pekerja harus sudah menguasai prosedur penggunaannya dan tindakan-tindakan keamanan yang diperlukan harus dilaksanakan.

3. Penggunaan minyak harus hati-hati. Perhatikan temperatur minyak dan hindari hal-hal yang berbahaya.

4. Larangan jangan merokok harus ditaati, jangan bekerja di dapur sambil merokok.

5. Setelah selesai memasak dan ketika meninggalkan ruangan (galley/pantry), yakinkan bahwa semua peralatan sudah aman.

6. Agar terhindar dari bahaya kebakaran, maka di setiap ruangan di atas kapal harus memiliki petunjuk-petunjuk keselamatan.

3.4.2.5. Perilaku Anak Buah Kapal (ABK)

Kesadaran anak buah kapal penting untuk pencegahan terjadinya kebakaran di kapal. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan yang mudah menyala. 2. Mendeteksi dari setiap tempat yang mungkin terjadi kebakaran.

3. Mengurangi kemungkinan terbakarnya uap muatan yang mudah menyala. 4. Buang puntung rokok pada tempatnya.

5. Periksa kabel-kabel listrik secara periodik untuk mengurangi resiko terjadinya hubungan pendek.

6. Simpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman. 7. Jaga kebersihan kamar mesin dari minyak.

8. Jauhkan bahan-bahan mudah terbakar saat mengelas dan menggerinda. 3.5. Sistem Pemadaman Kebakaran Instalasi Tetap

Adalah sistem pemadaman instalasinya dipasang tetap, yang dapat mengalirkan media ke tempat kebakaran dgn jumlah yang cukup. Unsur-unsur utama dari system ini antara lain :

(13)

3.5.1. Alat Deteksi Kebakaran

Untuk mengetahui secara dini bahaya kebakaran di kapal maka di pasang alat deteksi kebakaran. Alat deteksi kebakaran terdiri dari 3 jenis, yaitu :

3.5.1.1. Alat deteksi asap

Alat deteksi asap (smoke detector), adalah suatu alat yang mempunyai kepekaan tinggi terhadap asap dan mengaktifkan bel alarm di seluruh ruangan kapal. Pada umumnya prinsip kerja alat tersebut berdasakan pada prinsip ionisasi dan photo

electric.

Gambar 3.10. NozzleTipe Sprinkel

Gambar. 3.11. Sistem Deteksi Awal Bahaya Kebakaran

3.5.1.2. Alat Deteksi Nyala Api

Alat deteksi nyala api (flame detector) bekerja dengan cara mendeteksi sinar ultra violet yang dipancarkan oleh api dan mengaktifkan bel/alarm

3.5.1.3. Alat deteksi suhu

Alat deteksi suhu (heat detector); akan bekerja membunyikan bel / alarm bilamana terjadi kenaikan suhu yang ekstrim di sekitar alat deteksi tersebut.

(14)

Selanjutnya bagaimana cara alat-alat deteksi di atas dapat memberikan peringatan awal tentang adanya bahaya kebakaran dapat di lihat pada Gambar 3.11.

Prinsip kerja deteksi awal bahaya

kebakaran sebagaimana tampak pada gambar adalah sebagai berikut: :

1. Alat-alat deteksi (A) mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan macam-macam cara : deteksi asap, deteksi panas maupun deteksi nyala api. Akibat dari bekerjanya alat-alat tersebut suatu sinyal listrik dikirimkan ke bagian panel kontrol alarm bahaya (B), sebagai suatu input data yang akan diolah lebih lanjut. 2. Panel kontrol alarm bahaya (B) merupakan unit pengontrol yang akan

mengadakan pengolahan, seleksi dan evaluasi data. Hasilnya merupakan output yang juga berisi informasi tentang lokasi kebakaran (bisa disebutkan berupa nomor ruangan), sehingga dengan demikian petugas mengetahui di ruangan mana terjadi kebakaran.

3. Output dari unit kontrol tersebut juga secara otomatis mengakibatkan bekerja-nya

peralatan di pusat alarm

(tanda bahaya berupa alarm, lampu, telepon dan sebagainya).

4. Setelah alarm bahaya berbunyi (C) dan lokasi kebakaran diketahui maka petugas dapat segera melakukan tindakan pemadaman lebih lanjut. Bila lokasi kebakaran sudah dilangkapi pemadam api otomatis, maka sinyal dari unit kontrol dapat langsung megakibatkan bekerjanya peralatan tersebut (misalnya sprinkler otomatis).

3.5.2. Alat Pemadam Api Tetap

adalah suatu alat pemadam api yang terpasang permanen di kapal, dan digunakan untuk memadamkan kebakaran besar yang terjadi di atas kapal. Bagian-bagian alat pemadam api tetap terdiri dari :

3.5.2.1. Pompa Pemadam

Pompa berfungsi untuk menghisap dan memompa air ke selang pemadam dan menghasilkan tekanan air 2 s/d 3,5 kg/cm

3.5.2.2. Instalasi pipa pemadam

Pipa pemadam adalah berfungsi sebagai penyalur air dari pompa ke hidrant pemadam kebakaran

(15)

Gambar 3.12. Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran 3.5.2.3. Hydrant

Hydrant adalah berfungsi sebagai penyambung dengan selang pemadam kebakaran 3.5.2.4. Selang Pemadam

Selang air pemadam kebakaran terbuat dari bahan kain tahan api yang ringan, elastis, dan kuat yang berfungsi sebagai pengalir air dari pompa ke nozzle.

3.5.2.5. Sambungan Selang Pemadam

Sambungan selang pemadam cabang terbuat dari kuningan dan berfungsi untuk menyambung dua selang pemadam kebakaran.

3.5.2.6. Nozzle

Nozzle terbuat dari kuningan atau aluminium dan berfungsi untuk menyemprotkan

air dengan tekanan bentuk pancaran atau payung (spray).

(16)

3.5.3. Jenis Pemadam Api Instalasi Tetap

Berdasarkan cara kerjanya maka peralatan pemadam api instalasi tetap tersebut dapat di bagi menjadi 2 macam :

1. Sistem otomatis

Pada sistem ini alat deteksi bahaya api selain mengaktifkan alarm bahaya juga langsung mengaktifkan alat-alat pemadam kebakaran lainnya.

Dengan demikian resiko bahaya langsung ditangani sedini mungkin secara otomatis. Sedangkan tenaga manusia hanya diperlukan untuk menjaga kemungkinan lain yang terjadi.

2. Sistem Semi Otomatis

Pada sistem ini hanya sebagian peralatan yang bekerja secara otomatis, sebagian peralatan yang lain masih memerlukan tenaga manusia. Misalnya alat yang bekerja secara semi otomatis adalah alat deteksi awal. Tindakan pemadaman selanjutnya dilakukan seperti yang biasa, atau dapat mengaktifkan sistem otomatis pemadam api.

Cara kerja peralatan pemadam api instalasi tetap di atas dapat diterapkan untuk berbagai bahan pemadam api, baik air, busa, CO2 maupun dry chemical dan gas halon.

Selanjutnya cara kerja di atas dapat digambarkan pada diagram berikut : 3.6. ORGANISASI PEMADAM KEBAKARAN DI ATAS KAPAL

Semua pelaut harus mengerti dengan benar alarm keadaan darurat di kapal sehingga bila terdengar bunyi alarm keadaan darurat dapar segera bertindak sesuai dengan tugas yang telah diberikan.

Dalam menghadapi keadaan darurat di atas kapal setiap awak kapal melaksanakan fungsinya masing-masing sesuai dengan tugas-tugas khusus yang diberikan sebagaimana tertuang dalam sijil keadaan darurat di kapal.

3.6.1. Bagan Pengendalian Kebakaran.

Bagan pengendalian kebakaran harus dipasang secara tetap pada semua kapal, agar dapat dijadikan petunjuk bagi perwira kapal. Bagan penyusunan umum memperhatikan secara jelas stasiun pengendalian setiap geladak, macam-macam ruangan yang dibatasi dengan pembagian klas A, B (jika ada), serta penjelasan dari

alarm kebakaran, sistem pendeteksian, instalasi percik, alat-alat pemadamkebakaran,

jalan untuk menuju ke ruangan lain, geladak-geladak serta sistem ventilasi yang di jelaskan juga tentang dimana kedudukannya dan angka pengenal ventilasi untuk setiap sektor. Penjelasan di atas harus dimasukkan ke dalam buku petunjuk, setiap perwira harus diberikan buku ini, serta buku ini harus ada di kapal setiap waktu dan di tempat yang mudah dicapai.

Bagan pengendalian serta buku petunjuk ini harus dipelihara agar tetap mengikuti perubahan-perubahan yang dilakukan. Keterangan dalam bagan pengendalian maupun buku petunjuk ini ditulis dalam bahasa nasional, bila ditulis bukan dalam

(17)

bahasa Inggris atau bahasa Perancis, maka harus dimasukkan juga terjemahan ke dalam bahasa Inggris atau Perancis.

Petunjuk pengoperasian dan perawatan semua peralatan dan instalasi pemadam kebakaran harus disimpan di dalam satu wadah tertutup di tempat yang selalu siap dan mudah dicapai.

3.6.2. Sijil Keadaan Darurat.

Sijil keadaan darurat harus memuat semua tugas-tugas khusus dan terutama harus menunjukkan tempat-tempat dimana tiap anggota harus pergi dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bentuk dari sijil keadaan darurat pada setiap kapal penumpang harus disetujui administrasi. Sijil keadaan darurat harus diletakkan pada tempat-tempat yang mudah terlihat, terutama di ruang-ruang awak kapal sebelum kapal tersebut berlayar.

Sijil keadaan darurat harus memuat tugas-tugas yang diberikan kepada anak buah kapal yang berhubungan dengan :

1. Penutupan pintu-pintu kedap air, katup-katup dan alat-alat penutup dari lubang-lubang pembuangan, pembuangan abu dan pintu-pintu kebakaran.

2. Perlengkapan sekoci penolong (termasuk pesawat radio untuk sekoci dan rakit penolong, serta alat penolong lainnya).

3. Penurunan sekoci - sekoci penolong. 4. Pengumpulan dari penumpang-penumpang.

5. Pemadam kebakaran dengan memperhatikan bagan pengendalian kebakaran. 6. Di kapal penumpang 1 minggu sekali bila memungkinkan harus dilaksanakan

latihan sekoci dan pemadaman kebakaran, latihan ini harus diadakan juga bila sebuah kapal penumpang meninggalkan pelabuhan pemberangkatan terakhir dalam pelayaran Internasional, kecuali pelayaran Internasional jarak pendek. 7. Di kapal barang, untuk latihan sekoci dan pemadaman kebakaran harus

dijalankan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 bulan, dengan ketentuan latihan sekoci dan latihan pemadaman kebakaran harus dijalankan dalam waktu 24 jam sesudah meninggalkan pelabuhan, apabila lebih dari 25 % dari awak kapal telah diganti di pelabuhan tersebut. Latihan-latihan tersebut di atas harus dicatat dalam buku harian kapal.

3.6.3. Tata Cara Keselamatan Perorangan

Peran/roll bahaya kebakaran adalah suatu sistem pembagian tugas atau tanggung jawab setiap anak buah kapal di pos-pos tugas yang telah ditentukan, yang bertujuan agar dapat menggunakan peralatan pemadam api secara cepat dan tepat. Pada hakekatnya peran/roll sama dengan sistem siaga bahaya kebakaran sesuai yang dilaksanakan pada latihan berkala dalam memadamkan kebakaran.

Dengan adanya pengaturan tugas sesuai perannya masing-masing, maka setiap awak kapal mengerti setiap tanggung jawabnya bila terjadi bahaya kebakaran. Sehingga

(18)

penanggulangan bahaya dapat dilakukan dengan cepat, menghindari korban/kerugian yang lebih besar.

Setiap anak buah kapal yang baru, sebelum mulai bekerja mengetahui tugas-tugasnya dalam peran serta harus segera menyesuaikan diri untuk mampu melaksanakan tanggungjawab tersebut.

Tabel 3. Daftar Peran/Roll Bahaya Kebakaran DAFTAR PERAN / ROLL BAHAYA KEBAKARAN

Jabatan Uraian Tugas

Nakhoda - Pimpinan Umum - Mengolah gerak kapal

Mualim I - Meneruskan instruksi-instruksi Nakhoda - Membantu olah gerak kapal

Mualim II - Memplot posisi kapal Juru Mudi - Mengemudi kapal

Markonis - Siap mengirim isyarat bahaya

- Menyiapkan radio dan mengamankan dokumen Ass. Markonis - Membantu Serang menyiapkan selang air Mualim III - Pemadaman kebakaran dengan air dan busa KKM - Pimpinan pemadaman kebakaran

- Memberi perintah alat-alat pemadam yang dipakai

Masinis I - Siap menjalankan pompa-pompa Masinin II - Pemadam CO2 6 Kg

- Membantu Masinis I Masinis III - Membantu KKM

- Pemadam CO2 6 Kg

Juru Motor I - Menyiapkan nozzle dan membuka kran-kran Juru Motor II - Menutup pintu/jendela kedap

(19)

Juru Motor III - Menutup pintu kedap - Pemadam api Dry Chemical Serang - Pemadam api air selang no. 1 Juru Mudi II - Pemadam api air selang no. 2 Juru Mudi III - Pemadam api air selang no. 2 Kelasi I - Pemadam api air selang no. 2 Kelasi II - Pemadam api busa

- Pemadam api air selang no. 2 Koki I - Pemadam api busa

- Pemadam CO2 2 Kg

Koki II - Menutup pintu/jendela kedap

Setiap awak kapal harus mengetahui tentang dilarang memasuki daerah kebakaran kecuali sudah mendapat perintah dari orang yang bertugas. Setiap awak kapal juga harus mengenal daerah lokasi kebakaran di kapal dan paham betul mengenai jalur-jalur penyelamatan.

Untuk memasuki daerah yang terbakar, khususnya untuk yang beresiko tinggi seperti tidak adanya penerangan dan pekatnya asap hasil kebakaran, maka petugas pemadam kebakaran harus menggunakan peralatan pelindung yang lengkap, seperti :

1. Alat pelindung pernafasan (B.A) 2. Senter

3. Kampak

4. Tali keselamatan tahan api dan perlengkapannya.

Petugas pemadam harus memakai pakaian pelindung yang memadai seperti topi keamanan, sarung tangan, sepatu keamanan dan baju pemadam. Petugas yang menggunakan tali keselamatan, sudah harus mengerti tentang penandaan (signalling) yang sudah disepakati, seperti :

1. Satu (1) tarikan tali berarti, saya aman dan tolong diulur talinya, saya akan mesuk lagi.

2. Dua (2) tarikan berarti, saya aman dan tolong ditarik, saya akan keluar.

3. Tarikan berulang-ulang berarti saya dalam keadaan berbahaya, tolong segera tarik saya keluar.

Bila masing-masing anggota sudah mengetahui tugas-tugasnya dari peran bahaya kebakaran, maka kemampuan penanggulangan bahaya tergantung dari sering

(20)

tidaknya diadakan latihan. Dengan seringnya latihan, maka kecepatan gerak dalam menghadapi bahaya menjadi suatu gerakan reflek yang tangkas, sehingga pemadaman api dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

3.6.4. Latihan Berkala di Atas Kapal

Hal-hal yang penting dalam melaksanakan latihan kebakaran di kapal adalah membuat latihan kebakaran seperti kejadian yang sesungguhnya. Selama pelaksanaan latihan kebakaran, pompa-pompa harus benar-benar dioperasikan, air harus benar mengalir di selang, alat pemadam api ringan harus disiapkan untuk dipakai.

Semua awak kapal harus berpartisipasi dalam latihan pemadam kebakaran, karena tujuan dari latihan ini adalah untuk dapat membentuk kelompok pemadam kebakaran yang bermutu, dimana harus ditunjang dengan keahlian dari masing-masing awak kapal mengenai kemampuan penggunaan alat pemadam kebakaran, penggunaan alat pelindung, teknik pemadaman, kerjasama kelompok, memperkirakan bahaya yang akan timbul, mengenai jalan penyelamatan diri sesuai dengan konstruksi kapal dan penggunaan alat pelindung pernafasan.

Diharapakan setiap kali latihan pemadam kebakaran, jenis latihannya berubah-ubah agar awak kapal dapat mengetahui cara-cara pemadaman kebakaran yang mungkin saja terjadi di atas kapal dan tidak membosankan bagi para awak kapal.

Jenis latihan pemadam kebakaran meliputi : 1. Memadamkan api yang terjadi di bak kecil. 2. Memasuki ruang tertutup yang terbakar. 3. Memadamkan kebakaran di geladak utama.

4. Menyelamatkan orang pingsan dari ruang yang penuh asap dengan menggunakan alat pelindung pernafasan.

Setiap awak kapal harus benar-benar terbiasa menggunakan peralatan pemadam kebakaran dengan benar. Disamping itu refleks dari para awak kapal begitu mendengar alarm kebakaran harus benar-benar baik, sehingga dapat dengan tenang mengerjakan tugas kewajibannya sesuai yang telah ditetapkan. Jalur-jalur penyelamatan diri di atas kapal sudah harus dipahami oleh setiap awak kapal, sehingga bila terjadi keadaan darurat dan secara kebetulan penerangan padam, setiap awak kapal dapat menyelamatkan diri dengan selamat. Penggunaan alat pelindung pernafasan semestinya dipahami dan penggunaan sarana perlengkapan lainnya, seperti tali keselamatan beserta pengait dan penandaannya harus dimengerti. Begitu juga diharapkan keterampilan dalam penggunaan peralatan penolong pernafasan buatan untuk korban yang memerlukan bantuan.

3.6.5. Sistem Penjagaan

1. Sistem penjagaan harus diadakan pada semua kapal sehingga timbulnya kebakaran dapat segera ditemukan. Alarm kebakaran manual harus dipasang diseluruh akomodasi penumpang dan awak kapal, guna memungkinkan penjaga

(21)

memberitahukan ke anjungan atau stasiun pengontrol kebakaran bila terjadi kiebakaran.

2. Selain itu harus disediakan alarm kebakaran atau sistem deteksi kebakaran secara otomatis yang dapat menunjukkan adanya gejala kebakaran di suatu tempat yang tidak dapat dijangkau dengan sistem penjagaan manusia, kecuali sifat pelayaran kapal tersebut jarak pendek.

3. Semua kapal, baik di laut atau di pelabuhan (kecuali dalam keadaan rusak) setiap saat harus diawaki atau diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga setiap

alarm kebakaran awal, dijamin dapat segera diterima oleh awak yang

bertanggung jawab.

3.6.6. Alarm-Alarm Kebakaran dan Tindakan Awal

Alarm kebakaran manual harus dipasang diseluruh akomodasi penumpang dan awak

kapal, guna memungkinkan penjaga memberitahu-kan ke anjungan atau stasiun pengawas keadaan darurat bila terjadi kebakaran di atas kapal tersebut. Selanjutnya stasiun pengawas keadaan darurat akan membunyikan alarm keseluruh kapal untuk memberitahukan kepada seluruh pelayar bahwa sudah terjadi kebakaran. Alat-alat pemadam kebakaran tetap akan bekerja dengan sendirinya.

Bila alat deteksi kebakaran menemukan adanya kebakaran di suatu tempat. Begitu juga pintu-pintu kedap api dapat ditutup sesuai dengan kebutuhan yang semuanya ini diatur pada stasiun pengawasan keadaan darurat.

Pada kebakaran yang terjadi, semua orang harus mengerti akan potensi kebakaran, seperti radiasi panas dari kebakaran itu sendiri, gas beracun yang dihasilkan dari kebakaran dan terperangkap di lokasi kebakaran.

Bila seorang pelayar menemukan adanya kebakaran maka tindakan awal yang dilakukan adalah membunyikan alarm yang berada terdekat dengan tempat kebakaran. Kotak alarm yang ada harus dipecahkan kacanya terlebih dahulu atau hanya membuka tutupnya saja. Selanjutnya tekan tombol yang ada di dalam kotak

alarm atau menarik tuas yang ada di dalam kotak alarm.

Setelah alarm kebakaran terdengar maka bila memungkinkan usahakan memadamkan kebakaran dengan alat yang sesuai. Harus diperhitungkan tentang membesarnya api, ingat bila kebakaran membesar berarti ada kemungkinan terjebak dalam asap dan panas. Bila hal ini terjadi maka pelayar harus menyelamatkan diri ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan datang untuk memadamkan kebakaran. Hal yang penting juga adalah bila memungkinkan menutup sistem peranginan. Tujuannya adalah agar kebakaran tidak meluas ke bagian lain yang dikarenakan berkurangnya oksigen pada ruang yang terbakar.

Dalam memadamkan kebakaran yang terjadi di kapal, para pelayar harus mengetahui cara memadamkan kebakaran secara cepat dan tepat, tentunya menggunakan teknik dan taktik yang tepat, sesuai dengan jenis dan tempat kebakaran. Hal ini disebabkan karena konstruksi kapal yang memang khusus, dan sangat berpengaruh terhadap usaha pemadaman kebakaran di atas kapal. Belum lagi akibat dari kebakaran dan akibat dari pemadamannya dapat bereaksi dengan muatan yang diangkut kapal tersebut. Untuk mencegah keadaan yang tidak diinginkan, maka pimpinan pemadam

(22)

kebakaran harus mengontrol juga tentang stabilitas kapal. Karena konstruksi bangunan kapal yang memang khusus, maka petugas pemadam kebakaran tidak dapat bertindak dengan leluasa.

Perlu diperhatikan mengenai orang-orang yang tidak bertugas memadamkan kebakaran harus menjauh dari lokasi kebakaran dan tidak diperkenankan masuk ke lokasi kebakaran tanpa perintah dari petugas pemadam kebakaran dikarenakan akan menghalangi aktivitas petugas didalam memadamkan api atau bahkan dapat beresiko timbulnya korban.

Gambar 3.14. Cara Pemadaman Kebakaran

Sangat berbeda dengan kejadian di darat, dimana orang yang terancam bahaya dapat cepat menyingkir ke tempat yang aman. Pada kebakaran di kapal yang terjadi di tengah laut, korban tidak dapat berlindung selain di dalam kapal, apalagi bila cuaca/ ombak cukup besar. Oleh karena itu pimpinan pemadam kebakaran harus dapat memutuskan dengan cepat bila memang situasinya sudah tak dapat diatasi. Agar sekoci dan alat-alat penolong dapat diselamatkan, supaya dapat digunakan untuk tindakan-tindakan penyelamatan lebih lanjut.

Bila kebakaran sudah dapat dipadamkan, maka masih diadakan pengawasan tentang kemungkinan terjadinya penyalaan kembali yang disebabkan karena masih adanya sumber penyalaan yang tersisa atau disebabkan bertambahnya kekuatan angin sehingga menambah kadar oksigen, yang mana hal ini menunjang terjadi penyalaan. Sifat-sifat khusus kebakaran di kapal sesuai yang dibahas di atas, dapat diketahui bahwa penanggulangan bahaya kebakaran di kapal adalah lebih sulit, dan ancaman bahaya khususnya terhadap jiwa manusia adalah lebih besar. Oleh sebab itu usaha pencegahan bahaya kebakaran harus dilakukan secara ketat, dan tindakan-tindakan keamanan di masing-masing ruangan kapal yang diduga dapat menimbulkan sumber api, harus benar-benar ditegakkan.

Gambar

Gambar 3.1 Segitiga Api
Gambar  3.2. Pemadam Busa
Gambar 3.3.  Pemadam Tepung Kimia  3.1.3.3.  Karbon Dioksida (CO 2 )
Gambar 3.4.  Tabung Pemadam Karbondioksida  3.1.3.4.  Air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena view ini yang nantinya akan bisa bisa digunakan untuk menampilkan dari layout aplikasi website yang akan

Pendidik meminta setiap kelompok mencatatkan informasi yang ingin diketahui dari topik bacaan pada kolom W1. Pendidik memberikan pertanyaan yang ingin diketahui dari topik bacaan

– Petak yang bersebelahan dengan wumpus berbau busuk (smelly) – Petak yang bersebelahan dengan pit (lubang) terasa angin (breezy) – Petak tempat emas berada bercahaya (Glitter).

Bahkan sampai pada urusan dapur seperti pembagian makan, pengaturan jadwal menu hidangan kepada segenap santri, diatur oleh pengurus OSPC tepatnya Bagian Dapur.16 Tidak hanya

129 Richter, Egis, Biogal, Chinoin, Alkaloida 130 Lásd.. Államilag támogatott elképzelés volt az is, hogy a két nagy szlovén gyógyszergyárat a Krka-t és a Lek-et

Tahapan ini diawali dengan pembentukan tim inti oleh pimpinan prodi dan berkoordinasi dengan pimpinan Pascasarjana UNG, yakni masing-masing komponen tim memiliki pembagian

BOGOR 2012.. Kajian terhadap Manajemen Risiko Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah, KBMT Wihdatul Ummah. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO dan R. Sebagai

Kemudian dilakukan analisis matriks SWOT, dengan melakukan interaksi merger (penggabungan) dari kelompok faktor internal (Strength, Weakness), dengan.1. Universitas Indonesia