• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Environmental Health Risk Assessment Studyatau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kota sampai ke kelurahan. Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat Kelurahan dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda

3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat Kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat Kelurahan

4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif

5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat Kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders Kelurahan.

(2)

Visi kota Jambi ialah “Terwujudnya Kota Jambi sebagai simpul pelayanan regional terutama dalam agribisnis dan sebagai wilayah komplemen utama terhadap pusat pertumbuhan Regional Sumatera di tahun 2015”

Sedangkan misi kota Jambi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumber dayamanusia yang memiliki integritas moral, kemampuan intelektual, dan keterampilan profesional.

2. Mengembangkan kawasan perdagangan, jasa dan industri yang mampu menciptakan keterkaitan erat dengan wilayah melalui kerjasama baik regional maupun global yang saling menguntungkan yang berbasis pada ekonomi kerakyatan.

3. Menciptakan sistem jaringan transportasi dan komunikasi yang efektif, efisien dan dinamis serta terpadu dengan mengembangkan simpul – simpul jasa sarana dan prasarana yang terinterkoneksi dan saling mendukung, serasi untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal kota

4. Menciptakan Kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib serta estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah lingkungan dan mendukung bagi berkembangnya sosial budaya dan ekonomi masyarakat

Kota Jambi secara administrasi memiliki 8 Kecamatan dan 62 Kelurahan.Namun dalam pelaksanaan Kegiatan Studi EHRA masih menggunakan Jumlah Kelurahan sebanyak 11 Kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 540.258 jiwa (2012) terdistribusi secara tidak merata di seluruh kota yang mempunyai luasan total 20.538 ha.

(3)

a. Tujuan

Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk mengetahui :

 Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan;

 Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan;

 Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi;

b. Manfaat

Hasil survey akan digunakan sebagai salah satu bahan Penyusunan BPS (Buku Putih Sanitasi) dan SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten) Kota Jambi.

1.3. Waktu Pelaksanaan Studi EHRA

Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Kegiatan PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman) Kota Jambi antara lain :

a. Survey oleh Emunerator : 1 Juli s/d 29 Agustus 2013 b. Entri Data : 23 September s/d 1 Oktober 2013

(4)

BAB II

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA

EHRA merupakan studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Dinas Kesehatan Kota Jambi melalui kader-kader Sanitarian Puskesmas dalam Kota Jambi sedangkan Sanitarian bertugas sebagai Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga).Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey.Jumlah sampel RT per Kelurahanminimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden.Dengan demikian jumlah sampel per Kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau Anak Perempuan yang sudah menikah atau Perempuan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.

(5)

Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kota Jambi. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitatoryang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja PPSP. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka telah dibentuk Tim Studi EHRA sesuai Pemerintah Kota Jambi dalam rangka melaksanakan program tersebut telah membentuk Kelompok Kerja Sanitasi ISSDP dengan Surat Keputusan Walikota Jambi Nomor: 15 Tanggal 24 Februari Tahun 2006 dan diperbarui dengan SK Walikota Jambi No. 71 tanggal 29 Maret 2007 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis pada kegiatan Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun anggaran 2007.

(6)

Tim Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Jambi. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:

1. Penanggung jawab : Ketua tim Pokjasan

2. Koordinator Survey : Dinas Kesehatan Kota Jambi 3. Koordinator wilayah/kecamatan : Bid.Penyehatan Lingkungan

4. Supervisor : Sanitarian Puskesmas

5. Tim Entry data : Tim Konsultan

6. Tim Analisis data : Pokja Sanitasi Kota Jambi

7. Enumerator : Sanitarian Puskesmas

1.1. Penentuan Target Area Survey (Klastering Kecamatan dan Kelurahan)

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kota Jambi mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.

(7)

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Jambimenghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel 2.1.1. Wilayah (kecamatan atau Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Jambi.

(8)

Tabel 2.1.1.

Kategori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko

Kategori

Klaster Kriteria

Klaster 0 Wilayah Kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.

Klaster 1 Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Sesuai Rapat Tim Pokja tanggal 20 Juli 2013 telah disepakati bahwa sampel Kelurahan yang akan dilakukan survey Studi EHRA sebanyak 11 Kelurahan dan 440 responden. Hal ini dengan pertimbangan antaralain :

 Dana yang tersedia

 Luasnya wilayah Kota Jambi  Adanya daerah sulit

Klastering wilayah di Kota Jambi menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1.2. Wilayah (kecamatan atau Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.

(9)

Tabel 2.1.2.

Hasil klastering Kelurahan Kota Jambi

Klaster Jumlah Kelurahan Kecamatan Kelurahan

0 0 Kelurahan ( 0 Kecamatan) - - 1 1 Kelurahan (1 Kecamatan)

1. Jambi selatan 1. Eka Jaya

2

2 Kelurahan (2 Kecamatan)

1. Kota Baru 1. Rawasari 2. Pelayangan 1. Jelmu

3

5 Kelurahan (4 Kecamatan)

1. Danau Teluk 1. Olak Kemang 2. Jambi Timur 1. Budiman 3. Jelutung 1. Talang Jauh 4. Telanaipura 1. Murni

2. Legok

4

3 Kelurahan (3 Kecamatan)

1. Jambi Timur 1. Sulanjana 2. Jelutung 1. Cempaka Putih 3. Pasar Jambi 1. Sungai Asam

(10)

Hasil klastering wilayah Kelurahan di Kota Jambi yang terdiri atas 11 Kelurahan dengan menghasilkan distribusi sebagai berikut :

1. Klaster 0 sebanyak 0 % 2. Klaster 1 sebanyak 6,45 %, 3. Klaster 2 sebanyak 19,39 %, 4. Klaster 3 sebanyak 48,39 %, dan 5. Klaster 4 sebanyak 25,81 %,

Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik 2.1.1 di bawah ini:

Grafik 2.1.1.

Persentase Klaster Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA

(11)

1.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden

Jumlah sampel untuk tiap Kelurahan diambil sebesar 40 responden dengan jumlah sampel RT per Kelurahanminimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan tersebut. Jumlah responden per Kelurahan minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal

5 responden per RT. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum

dalam skala Kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:

Dimana:

 n adalah jumlah sampel  N adalah jumlah populasi

 d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)  Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 71.607 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 398 KK. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kota Jambi menetapkan jumlah Kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 30 ( tiga puluh) desa / kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 30 ds X 40 resp. = 1.200 responden.

(12)

1.3. Penentuan Kecamatan dan Kelurahan Survei

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 11 Kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke- 11 Kelurahan disajikan dalam tabel 2.3.1 dan grafik 2.3.1sebagai berikut :

Tabel 2.3.1.

Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kota Jambi

KLASTER No. KECAMATAN KELURAHAN

1 1

KEC. JAMBI

SELATAN Eka Jaya

2 2 KEC. KOTA BARU Rawasari

3 KEC. PELAYANGAN Jelmu

3 4 KEC. DANAU TELUK Olak Kemang

5 KEC. JAMBI TIMUR Budiman 6 KEC. JELUTUNG Talang Jauh 7 KEC. TELANAIPURA Murni

8 KEC. TELANAIPURA Legok

4 9 KEC. JAMBI TIMUR Sulanjana

10 KEC. JELUTUNG Cempaka Putih 11 KEC. PASAR JAMBI Sungai Asam

(13)

Grafik 2.3.1.

Distribusi Desa Terpilih Perklaster Lokasi Study EHRA Kota Jambi

2.4. Penentuan RT/RW Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu data RT per Kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Pemilihan RT per kelurahan sebanyak 8 (delapan) RTper Kelurahan.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling).Hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Sampel responden sebanyak 40 KK.

(14)

2.5. Karakteristik Emunerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya

Pemilihan Supervisor dan Emunerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA.Supervisor merupakan Sanitarian Puskesmas dan Emunerator adalah Sanitarian Puskesmas atau Petugas Kesehatan Lainnya atau Kader.

Berikut ini Supervisor dan Emunerator dalam Tim Studi EHRA Kota Jambi Tahun 2013 sebagaimana pada table 2.5.1 dibawah ini :

Tabel 2.5.1.

Supervisor dan Emunerator dan Wilayah Tugasnya dalam Survei EHRA Kota Jambi Tahun 2013

No. Kecamatan Kelurahan Supervisor Enumerator

1 KEC. JAMBI

SELATAN Eka Jaya Setiani

Nuraiani Gustianingsih Yusra

2 KEC. KOTA BARU Rawasari Etti Herieli

Desita Sumarni Endang.s

3 KEC. PELAYANGAN Jelmu Syafrizal Mahligai

Ginting 4 KEC. DANAU TELUK Olak Kemang Syafrizal Masturah

Sri Desmawati

5 KEC. JAMBI TIMUR Budiman Nurjanah Friska

6 KEC. JELUTUNG Talang Jauh Zuleha Muryati

7 KEC. TELANAIPURA Murni Zulkartoni Maria Ulfa

8 KEC. TELANAIPURA Legok Zulkartoni Herlinawati 9 KEC. JAMBI TIMUR Sulanjana Nurjanah Erviana

10 KEC. JELUTUNG Cempaka

Putih Dahlia Rifa Amelia

11 KEC. PASAR JAMBI Sungai Asam Laila Hayati Dame Novalia Sunarni

(15)

BAB III

HASIL STUDI EHRA 2013 KOTA JAMBI 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Grafik 3.1.1 Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga

Dari grafik di atas terlihat bahwa kondisi sampah di lingkungan rumah tangga adalah banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkunganyaitu sehingga menimbulkan banyak nyamuk, banyak lalat dan menimbulkan bau busuk.

Persentase Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah tangga terbesar yaitu lainya yaitu sebesar 52,5 %, diikuti banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan yaitu sebesar 33,3%, kemudian banyak nyamuk sebesar 27 %, selanjutnya banyak tikus berkeliaran sebesar 18,5 %, ada banyak lalat di sekitar tumpukan sampah17,5 %, ada anak-anak yang bermain di sekitarnya10 %, bau busuk yang mengganggu 8,5 % dan menyumbat di saluran drainase 4,2 %.

Persentase kondisi sampah menimbulkan banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan terbanyak di klaster 4 dengan persentase 33,3 % dan klaster 3 persentase 27,5 % ,diikuti klaster 2 persentase 25 %,dan klaster 1 sebanyak 15 %.

(16)

Kluster Desa/Kelurahan Total 1 2 3 4 n % n % n % n % n % A. Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan Tid ak 34 85,0 60 75,0 145 72,5 80 66,7 319 72,5 Ya 6 15,0 20 25,0 55 27,5 40 33,3 121 27,5 B. Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah Tid ak 33 82,5 75 93,8 172 86,0 111 92,5 391 88,9 Ya 7 17,5 5 6,3 28 14,0 9 7,5 49 11,1 C. Banyak tikus berkeliaran Tid ak 40 100,0 80 100,0 163 81,5 100 83,3 383 87,0 Ya 0 0,0 0 0,0 37 18,5 20 16,7 57 13,0 D. Banyak nyamuk Tidak 36 90,0 69 86,3 146 73,0 104 86,7 355 80,7 Ya 4 10,0 11 13,8 54 27,0 16 13,3 85 19,3 E. Banyak kucing dan anjingmend atangi tumpukan sampah Tid ak 40 100,0 80 100,0 191 95,5 118 98,3 429 97,5 Ya 0 0,0 0 0,0 9 4,5 2 1,7 11 2,5 F. Bau busuk yang menggangu Tid ak 40 100,0 79 98,8 183 91,5 115 95,8 417 94,8 Ya 0 0,0 1 1,3 17 8,5 5 4,2 23 5,2 G. Menyumbat saluran drainase Tid ak 40 100,0 79 98,8 192 96,0 115 95,8 426 96,8 Ya 0 0,0 1 1,3 8 4,0 5 4,2 14 3,2 H. Ada anak-anak yang bermain di sekitarnya Tid ak 40 100,0 72 90,0 186 93,0 116 96,7 414 94,1 Ya 0 0,0 8 10,0 14 7,0 4 3,3 26 5,9 I. Lainnya Tid ak 19 47,5 54 67,5 120 60,0 110 91,7 303 68,9 Ya 21 52,5 26 32,5 80 40,0 10 8,3 137 31,1

(17)

Terlihat pada grafik di atas untuk pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak yaitu dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 83,3 %, kemudian diikuti dengan dibakar sebesar 77,5, dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan dan dibiarkan membusuk 12 %. Di kumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 6,7% dan Dibuang ke sungai 6,5 %.

(18)

Kluster Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

n %

n % n % n % n %

C2. Bagaimana sampah rumah tangga dikelola? Dikumpulkan oleh

kolektor informal yang mendaur ulang 0 0,0 1 1,3 3 1,5 8 6,7 12 2,7 Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 2 5,0 54 67,5 145 72,5 100 83,3 301 68,4 Dibakar 31 77,5 20 25,0 34 17,0 8 6,7 93 21,1 Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah

0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 ,8 1 ,2

Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 1 2,5 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 ,2 Dibuang ke sungai/kali/laut/dan au 1 2,5 1 1,3 13 6,5 2 1,7 17 3,9 Dibiarkan saja sampai membusuk 0 0,0 2 2,5 0 0,0 0 0,0 2 ,5 Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 5 12,5 2 2,5 5 2,5 1 ,8 13 3,0

(19)

Grafik 3.1.3 Sampah Rumah Tangga Yang Dipilah

Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbanyak sampah yang tidak dikelola adalah sampah Basah, Plastik, Gelas/Kaca. Kertas dan Besi/Logam yaitu sebesar 100 % yaitu pada klaster 2 dan 3 kemudian pada klaster 4sebesar 75 %. persentase tertinggi yaitu adalah sampah kertas dan besi/ logam yaitu sebesar 100% di klaster 2, 3, dan 4.

Tabel 3.1.3 Sampah Rumah Tangga Yang Dipilah

Kluster Desa/Kelurahan Total

2 3 4

n %

n % n % n %

A. Sampah organik/sampah basah Tidak 1 100,0 3 100,0 6 75,0 10 83,3

Ya 0 0,0 0 0,0 2 25,0 2 16,7 B. Plastik Tidak 0 0,0 3 100,0 6 75,0 9 75,0 Ya 1 100,0 0 0,0 2 25,0 3 25,0 C. Gelas/kaca Tidak 0 0,0 3 100,0 7 87,5 10 83,3 Ya 1 100,0 0 0,0 1 12,5 2 16,7 D. Kertas Tidak 1 100,0 3 100,0 8 100,0 12 100,0 E. Besi/logam Tidak 1 100,0 3 100,0 8 100,0 12 100,0 F. Lainnya, Tidak 1 100,0 3 100,0 8 100,0 12 100,0

(20)

Grafik 3.1.4 Pengangkutan Sampah

Dari grafik di atas terlihat bahwa pengangkutan sampah terbanyak adalah Tiap Hari pada Klaster 4 sebesar 100 % dan klaster 3 sebesar 33,3 %, kemudian diikuti tidak pernahdi klaster 2 sebesar 100 % dan klaster 3 yaitu sebesar 66, 67 %.

Tabel 3.1.4 Pengangkutan Sampah

Kluster Desa/Kelurahan Total

2 3 4

n %

% % %

C5. Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah?

Tiap hari 0,0 33,3 100,0 9 75,0

Tidak pernah

(21)

Grafik 3.1.5Pengelolaan Sampah

Tabel 3.1.5Pengelolaan Sampah

Kluster Desa/Kelurahan Total

2 3 4

n %

n % n % n %

C6. Dari pengalaman, dalam sebulan terakhir ini, apakah sampah selalu diangkut tepat waktu?

Tepat waktu 0 0,0 0 0,0 8 100,0 8 66,7 Sering terlambat 0 0,0 1 33,3 0 0,0 1 8,3 Tidak tahu 1 100,0 2 66,7 0 0,0 3 25,0 C7. Apakah layanan pengangkutan sampah oleh petugas sampah dibayar?

Ya 0 0,0 1 33,3 8 100,0 9 75,0

Tidak 1 100,0 2 66,7 0 0,0 3 25,0

C8. Kepada siapa ibu membayarnya ? Pemungut uang sampah dari Kelurahan 0 0,0 0 0,0 1 12,5 1 11,1 Pemungut uang samapah dari Perusahaan 0 0,0 1 100,0 7 87,5 8 88,9

C9. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah?

0 1 7,7 2 14,3 0 0,0 3 8,1

1 0 0,0 11 78,6 9 90,0 20 54,1

(22)

1.2.Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja

(23)

Tabel 3.2.1 anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar

Kluster Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

n %

n % n % n % n %

A. Jamban pribadi Tidak 3 7,5 2 2,5 31 15,5 15 12,5 51 11,6

Ya 37 92,5 78 97,5 169 84,5 105 87,5 389 88,4 B. MCK/WC Umum Tidak 40 100,0 80 100,0 185 92,5 106 88,3 411 93,4 Ya 0 0,0 0 0,0 15 7,5 14 11,7 29 6,6 C. Ke WC helikopter Tidak 40 100,0 80 100,0 200 100,0 120 100, 0 440 100,0 D. Ke sungai/pantai/laut Tidak 40 100,0 80 100,0 195 97,5 119 99,2 434 98,6 Ya 0 0,0 0 0,0 5 2,5 1 ,8 6 1,4 E. Ke kebun/pekarangan Tidak 40 100,0 80 100,0 200 100,0 120 100, 0 440 100,0 F. Ke selokan/parit/got Tidak 40 100,0 80 100,0 200 100,0 120 100, 0 440 100,0

G. Ke lubang galian Tidak 40 100,0 79 98,8 200 100,0 120 100,

0 439 99,8 Ya 0 0,0 1 1,3 0 0,0 0 0,0 1 ,2 H. Lainnya, Tidak 40 100,0 79 98,8 198 99,0 120 100, 0 437 99,3 Ya 0 0,0 1 1,3 2 1,0 0 0,0 3 ,7

I. Tidak tahu Tidak 40 100,0 80 100,0 190 95,0 120 100,

0

430 97,7

Ya 0 0,0 0 0,0 10 5,0 0 0,0 10 2,3

(24)

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa yang terbesar jumlah keluarga yang memiliki kloset jongkok leher angsa persentasenya adalah 100 % pada klaster 1,klaster 2 sebesar 97,5 %, klaster 3 sebesar 90% dan paling rendah di klaster 4 yaitu 89,2%, sedangkan kloset duduk siram leher angsa pada klaster 4 sebesar 10,8 %, Klaster 3 sebesar 10 % dan klaster 2 sebesar 2,5 %

(25)

Dari grafik di atas telah terlihat bahwa persentase terbesar saluran akhir pembuangan isi tinja adalah ke tangki septik dengan persentase 92,5 % pada klaster 1 dan terendah pada klaster 4 sebesar 74,2 %, kemudian yang memilih tidak tahu sebesar 17,5 % pada klaster 4, kemudian diikuti dengan membuang ke cubluk/lobang tanah sebesar 3,8 % pada klaster 2, , diikuti sungai / danau / pantai yaitu sebesar 4 % , kemudian, pipa sewer sebesar 5 %, langsung ke drainase sebesar 3,3 %,

(26)

Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk lama tangki septik dibuat/dibangun persentase terbesar lebih dari 10 tahun yang lalu pada klaser 2 yaitu sebesar 58,7 %, klaster 3 sebesar 51,3%, klaster 1 sebesar 48,6% dan klaster 4 sbesar 47,2 %. Kemudian lebih dari 5-10 tahun yang lalu pada klaster 1 sebesar 27%, tidak tahu pada klaster 2 sebesar 20%, dibangun 1-5 tahun yang lalu pada klaster 1 sebesar 13,5% dan yang dibangun 0-12 bulan yang lalu pada klaster 2 sebesar 4%.

(27)

Grafik 3.3.1 Frekuensi Banjir

Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbanyak adalah tidak pernah banjir yaitu sebesar 100 % pada klaster 1, beberapa kali dalam sebulan sebesar 31 % pada klaster 2, kemudian diikuti oleh frekuensi banjir sekali dalam setahun yaitu sebesar 20 % pada klaster 2, sekali atau beberapa dalam sebulan sebesar 4,2 % pada klaster 4 dan yang perasentase terkecil memilih tidak tahu 4,5 % pada klaster 3.

Frekuensi terbesar adalah tidak pernah banjir adalah klaster 1 sebesar 100 % diikuti oleh klaster 3 yaitu sebesar 70 % , klaster 4 yaitu sebesar 63,3 % dan persentase terkecil tidak pernah banjir adalah klaster 2 yaitu sebesar 48,8 %.

(28)

Dari grafik di atas terlihat bahwa banjir hingga ke rumah responden terbanyak adalah setumit orang dewasa persentasenya sebesar 61,5 %, hingga lutut orang dewasa persentasenya sebesar 58,3 %, kemudian diikuti setengah selutut orang dewasa sebesar 37 %, dan terkecil lebih tinggi dari orang dewasa sebesar 4,2 %.

Dari semua klaster yang terbesar persentase banjir hingga ke rumah responden hingga setumit orang dewasa adalah klaster 3 yaitu sebesar 61,35 % kemudian diikuti klaster 4 sebesar 25,9 %, klaster 2 sebesar 4,2 % dan persentase terkecil banjir hingga ke rumah responden hingga setumit orang dewasa adalah klaster 1 yaitu sebesar 0 %.

3.4. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

(29)

Dari grafik di atas terlihat bahwa sumber air minum yang banyak digunakan adalah berasal dari air sumu rgali terlindungi sebesar 65,00 %, air ledeng dari PDAM sebesar 60,8 %, diikuti Air isi ulang yaitu 45,50 %, kemudian diikuti oleh Air Sumur tidak terlindungi yaitu 25 % , air botol dalam kemasan sebesar 23,5%, Air Kran Umum yaitu 5,5% , dan terkecil Air hujan sebesar 0 %.

Persentase dari semua klaster sumber air minum yang banyak digunakan adalah berasal dari Air sumur gali terlindungi terbanyak pada klaster 1 yaitu 65 % diikuti klaster 2 yaitu 32,5 % , klaster 3 sebesar 17,5 % dan klaster 4 yaitu sebesar 14,2 %.

(30)

Dari grafik di atas terlihat bahwa sumber air untuk memasak banyak menggunakanair ledeng PDAM sebesar 77,5% dan air sumur gali terlindungi, yaitu sebesar 70 % kemudian diikuti Air Sumur gali tidak terlidungi sebesar 25 %, menggunakan Air Isi Ulang 12,5 %, kemudian Air Botol Kemasan sebesar 8 %, diikuti air kran umum sebesar 3,5 %, Air hidran umum sebesar2,5 %.dan terakhir air hujan sebesar 1 %

Dari semua klaster yang menggunakan sumber air untuk memasak banyak menggunakan air sumur terlindungi terbanyak adalah klaster 1 yaitu 70 % dan diikuti klaster 2 yaitu 40 % , klaster 3 yaitu 21,5 % dan klaster 4 yaitu 15 %.

(31)

Dari grafik di atas pengelolaan air untuk minum persentase terbanyak adalah dengan cara direbus yaitu sebesar 97,4 % , kemudian diikuti dengan cara lainnya memilih tidak tahu yaitu sebesar 1,4 %, ditambahkan kaporit sebesar 2,7 %, memilih lainnya sebesar 2,6 % persentase terkecil adalah menggunakan filter keramik yaitu sebesar 1,4 %.

Dari semua klaster persentase terbesar pengelolaan air minum dengan cara direbus adalah klaster 4 yaitu sebesar 98,1 %, klaster 1 sebesar 97,4 %, kemudian klaster 3 sebesar 95,4 % dan persentase terkecil pengelolaan air untuk minum dengan cara direbus adalah klaster 2 sebesar 94,5 %.

(32)

Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbesar untuk media penyimpanan air yang sudah diolah dan disimpan dalam teko, ketel / ceret yaitu sebesar 73,7 %, kemudian diikuti disimpan dalam panci dengan tutup persentasenya sebesar 56,6 % , dalam botol/ termos sebesar 11 %, dalam panci terbuka sebesar 2,3 %,dalam galon isi ulang sebesar 8,2 %,tidak disimpan sebesar 6,9 %, lainnya sebesar 4,1 %.

Dari semua klaster terlihat bahwa persentase terbesar media penyimpanan air yang sudah diolah dan disimpan dalam teko ketel/ceret adalah klaster 1 yaitu sebesar 73,7 % , kemudian klaster 2 sebesar 38,4 %, klaster 4 sebesar 34,3 % dan persentase terkecil untuk media penyimpanan air yang sudah diolah dan disimpan dalam teko, ketel /ceret klaster 3 sebesar 17,3 %.

(33)

3.5. Perilaku Higiene

Grafik 3.5.1 biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun

Dari grafik di atas terlihat bahwa biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun terbanyak persentasenya adalahsebelum makan sebesar 96,3%, kemudian setelah buabg air besar adalah 92,5 %, sebelum sholat yaitu sebesar 29,5 %, setelah menceboki bayi yaitu 36,3 %, setelah memegang hewan yaitu sebesar 13,5 %, setelah menyuapi anak sebesar 22,5 %, sebelum ke toilet sebesar 15,50 %.

Untuk semua klaster yang melakukan Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah buang air besar adalah klaster 1 yaitu 92,5 % kemudian diikuti klaster 2 yaitu 73,8 %, klaster 4 yaitu sebesar 70.,8 % dan yang terkecil adalah klaster 3 yaitu sebesar 69,5 %.

(34)

Grafik 3.5.2 Pola Pemanfaatan Sabun Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dari grafik di atas terlihat bahwa pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk mandi yaitu sebesar 100 %, kemudian mencuci peralatan sebesar 92,5 %, mencuci pakaian yaitu sebesar 90,8 %, mencuci tangan sendiri yaitu sebesar 76,90 %, memandikan anak yaitu sebesar 56,4 %, menceboki pantat anak yaitu sebesar 48,7 % , mencuci tangan anak yaitu sebesar 44,1 % , lainnya adalah 2,5 % dan persentase terkecil adalah tidak tahu yaitu sebesar 2,5 %.

Dari semua klaster pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari untuk mandi persentase terbesar adalah klaster 2 persentase 100 %, kemudian diikuti klaster 3 yaitu sebesar 97,4%, diikuti klaster 4 sebesar 96,7 % dan persentase terkecil yaitu 92,5 % di klaster 1.

(35)

3.6.Kejadian Penyakit Diare

Grafik 3.6.1 Kejadian Penyakit Diare

Dari grafik di atas terlihat bahwa kejadian penyakit diare adalah tidak pernah yaitu sebesar 90 % dan diikuti 6 bulan terakhir yaitu sebesar 12,5 % , 1 bulan terakhir yaitu 7,5 % , lebih dari 3bulan yang lalu yaitu 3,8 % , 1 minggu terakhir yaitu 5 % , kemudian pilihan kemarin sebesar 1,3 % .

Dari semua klaster di atas yang tidak pernah terjadi penyakit diare persentase terbesar adalah klaster 1 yaitu sebesar 90 % dan diikuti oleh klaster4 yaitu sebesar 88,3 %, klaster 3 yaitu sebesar 82 % dan persentase terkecil yaitu klaster 2 sebesar 71,3 %.

(36)

Grafik 3.6.2 Anggota Keluarga Terakhir Yang Terkena Diare

Dari grafik di atas terlihat bahwa anggota keluarga yang terakhir menderita diare persentase terbesar adalah Orang Dewasa Perempuan sebesar 47,8 %, kemudian anak-anak balita yaitu sebesar 36,1 %, orang dewasa laki-laki yaitu sebesar 28,6 % , Anak-anak Non Balita sebesar 25 %, anak remaja perempuan yaitu sebesar 14,3 %, anak remaja laki-laki sebesar 16,7 %.

Dari semua klaster yang anggota keluarga yang terakhir menderita diare orang dewasa perempuan adalah klaster 2 yaitu sebesar 47,8 % , diikuti klaster 4 sebesar 35,7 %, klaster 1 sebesar 25 % dan persentase terkecil adalah klaster 3 sebesar 22,2 %.

(37)

3.7 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Grafik 3.7.1 Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi

Dari grafik di atas bahwa Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi persentase tertinggi adalah klaster 2 sebesar 265, kemudian diikuti klaster 3 sebesar 251 , klaster 4 sebesar 198 dan klaster 1 sebesar 162.

Dari semua klaster indeks resiko sanitasi yang dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kemudian persampahan, kemudian diikuti Genangan Air dan yang terkecil adalah Air Limbah Domestik seperti tabel di bawah ini :

(38)

Tabel 5. Komulatif Indeks Risiko Sanitasi

Variabel CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 CLUSTER 4

1. SUMBER AIR 32 40 42 32 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.

50 52 61 55 3. PERSAMPAHAN. 48 75 69 27 4. GENANGAN AIR. - 59 36 42 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.

32 40 43 43 162 265 251 198

Tabel 6. Katagori Daerah Berisiko Sanitasi

Batas Nilai Risiko Keterangan

Total Indeks Risiko Max

265

Total Indeks Risiko Min

162

Interval

26

Katagori Area Berisiko Batas Bawah Batas Atas

Kurang Berisiko 162 188 Berisiko Sedang 189 214 Risiko Tinggi 215 241

Risiko Sangat Tinggi

(39)

Tabel 7.Nilai Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi

KLUSTER KECAMATAN KELURAHAN NILAI IRS

1 KEC. JAMBI SELATAN Eka Jaya 162

1 KEC. KOTA BARU Kenali Asam Atas 162

1 KEC. PASAR JAMBI Pasar Jambi 162

1 KEC. TELANAIPURA Telanaipura 162

2 KEC. DANAU TELUK Tanjung Pasir 265

2 KEC. DANAU TELUK Ulu Gedong 265

2 KEC. KOTA BARU Rawasari 265

2 KEC. KOTA BARU Paal Lima 265

2 KEC. KOTA BARU Mayang Mangurai 265

2 KEC. PASAR JAMBI Orang Kayo Hitam 265

2 KEC. PELAYANGAN Tengah 265

2 KEC. PELAYANGAN Jelmu 265

2 KEC. TELANAIPURA Selamat 265

2 KEC. TELANAIPURA Sungai Putri 265

2 KEC. TELANAIPURA Buluran Kenali 265

2 KEC. TELANAIPURA Pematang Sulur 265

3 KEC. DANAU TELUK Olak Kemang 251

3 KEC. DANAU TELUK Pasir Panjang 251

3 KEC. DANAU TELUK Tanjung Raden 251

3 KEC. JAMBI SELATAN Paal Merah 251

3 KEC. JAMBI SELATAN Pakuan Baru 251

3 KEC. JAMBI SELATAN Pasir Putih 251

3 KEC. JAMBI SELATAN Talang Bakung 251

3 KEC. JAMBI SELATAN Tambak Sari 251

3 KEC. JAMBI SELATAN Thehok 251

3 KEC. JAMBI TIMUR Budiman 251

3 KEC. JAMBI TIMUR Rajawali 251

3 KEC. JAMBI TIMUR Sijenjang 251

3 KEC. JAMBI TIMUR Tanjung Sari 251

3 KEC. JELUTUNG Handil Jaya 251

3 KEC. JELUTUNG Talang Jauh 251

3 KEC. JELUTUNG Kebun Handil 251

3 KEC. KOTA BARU Kenali Besar 251

3 KEC. KOTA BARU Sukakarya 251

3 KEC. KOTA BARU Kenali Asam Bawah 251

3 KEC. KOTA BARU Bagan Pete 251

(40)

3 KEC. PELAYANGAN Mudung Laut 251

3 KEC. PELAYANGAN Tahtul Yaman 251

3 KEC. PELAYANGAN Tanjung Johor 251

3 KEC. TELANAIPURA Penyengat Rendah 251

3 KEC. TELANAIPURA Simpang IV Sipin 251

3 KEC. TELANAIPURA Solok Sipin 251

3 KEC. TELANAIPURA Murni 251

3 KEC. TELANAIPURA Legok 251

3 KEC. TELANAIPURA Teluk Kenali 251

4 KEC. JAMBI SELATAN Lingkar Selatan 198

4 KEC. JAMBI SELATAN Wijaya Pura 198

4 KEC. JAMBI TIMUR Kasang Jaya 198

4 KEC. JAMBI TIMUR Kasang 198

4 KEC. JAMBI TIMUR Payo Selincah 198

4 KEC. JAMBI TIMUR Sulanjana 198

4 KEC. JAMBI TIMUR Talang banjar 198

4 KEC. JAMBI TIMUR Tanjung Pinang 198

4 KEC. JELUTUNG Cempaka Putih 198

4 KEC. JELUTUNG Jelutung 198

4 KEC. JELUTUNG Lebak Bandung 198

4 KEC. JELUTUNG Payo Lebar 198

4 KEC. KOTA BARU Simpang Tiga Sipin 198

4 KEC. PASAR JAMBI Beringin 198

4 KEC. PASAR JAMBI Sungai Asam 198

(41)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya telah diuraikan hal-hal sebagai berikut :

1. Manfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/ petugas kesehatan adalah

sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga , jamban keluarga.

2. Rencana pemanfaatan hasil Studi EHRA sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi di Kota

jambi Manfaat Studi EHRA adalah untuk memahami kondisi sanitasi dan hyginitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan.Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kota ( SSK )

3. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala dan studi pertama merupakan pengalaman atau

pembelajaran bagi hasil studi EHRA selanjutnya diharapkan untuk lebih valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

(42)

B. Rekomendasi

Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal, antara lain :

1. Pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan Studi EHRA haruslah tepat.

2. Supervisor serta Enumerator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman

kuesioner ,teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar pengisian tidak terdapat kesalahan.

3. Menganggarkan kegiatan studi Ehra untuk pelaksanaan Ehra yang akan datang.

4. Supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan

Gambar

Grafik 3.1.1 Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga
Grafik 3.1.3  Sampah Rumah Tangga Yang Dipilah
Tabel 3.1.4 Pengangkutan Sampah
Grafik 3.1.5Pengelolaan Sampah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat realisasi pada tahun 2013 sebesar 78,68% dari target sebesar 78,00%, telah mencapai target, Indeks Kepuasan Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan uji F bahwa secara simultan, variabel sistem penghargaan (X) memberi

1) Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus dilakukan

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS : BATIK AGUNG WIBOWO) Tugas Akhir.. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas

Tahapan dalam penyusunan program ekowisata kerajinan adalah mengidentifikasi sumber daya ekowisata kerajinan tangan yang berpotensi untuk kegiatan wisata,

- Bahwa hasil dari pemungutan suara tersebut adalah tidak ada pemegang saham atau kuasa pemegang saham yang menyatakan suara tidak setuju dan/atau abstain atas usulan