• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kelainan Eritrosit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kelainan Eritrosit"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

“PENGAMATAN KELAINAN – KELAINAN PADA ERITROSIT

(HIPOKROM, NORMOKROM, POIKILOSITOSIS, DAN ANISOSITOSIS)”

OLEH :

DESAK GEDE DIAN PURNAMA DEWI P07134014027

JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

(2)

Hari, Tanggal : Senin, 09 Mei 2016

Tempat Praktikum: Laboratorium Hematologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar Semester : IV (Empat)

I. TUJUAN

A. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat mengetahui kelainan bentuk, warna dan ukuran eritrosit (hipokrom, normokrom, poikilositosis, dan aniositosis).

B. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pada sediaan hapusan darah.

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan mengamati kelainan bentuk, ukuran dan warna eritrosit (hipokrom, normokrom, poikilositosis, dan anisositosis) pada sediaan hapusan darah.

II. METODE

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode indirek preparat III.PRINSIP

Sediaan apusan darah diletakkan di atas meja mikroskop dan diamati pada pembesaran lensa objektif 100x dengan penambahan oil imersi. Pengamatan dilakukan pada counting area. Secara mikroskopis ukuran eritrosit normal sama dengan inti limfosit matur dengan di tengah berwarna agak pucat.

IV. DASAR TEORI

a. Pengertian Darah

Darah berasal dari bahasa yunani yakni hemo, hemato dan haima yang berarti darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh manusia terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

(3)

Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Namun darah juga merupakan salah satu vektor dalam penularan penyakit. Salah satu contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui darah adalah AIDS. Darah yang mengandung virus HIV dari makhluk hidup yang HIV positif dapat menular pada makhluk hidup lain melalui sentuhan antara darah dengan darah, sperma, atau cairan tubuh makhluk hidup tersebut. Oleh karena penularan penyakit dapat terjadi melalui darah, objek yang mengandung darah dianggap sebagai biohazard atau ancaman biologis.

Saat kita melihat darah dengan mata kasar maka kita akan melihat darah sebagai cairan seperti air yang berwarna merah. sebenarnya didalam darah terdapat beberapa komponen dan darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.

1. Korpuskula darah terdiri dari:

 Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit akan menderita penyakit anemia.

 Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.  Sel darah putih atau leukosit (0,2%).

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk

memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.

2. Serum darah atau plasma terdiri atas:  Air: 91,0%

(4)

 Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)

 Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, , kalium dan zat besi,nitrogen, dan lain – lain).

 Garam (Alfiah.2014)

b. Eritrosit

Eritrosit adalah sel darah merah yang mengandung hemoglobin, yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan keparu-paru. Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Kalau dilihat satu per satu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah (Erna,2015).

Struktur eritrosit terdiri atas pembungkus luar atau stroma yang berisi masa hemoglobin. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino dan juga zat besi untuk eritropoiesis.

Wanita memerlukan lebih banyak zat besi dibandingkan dengan laki-laki karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang dan perkembangannya melalui beberapa tahap : mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan

nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Proses eritropoiesis terjadi selama 7 hari dan jumlah normal eritrosit yang dihasilkan adalah 4,5-6,5 juta/mm3 pada pria,

sedangkan pada wanita 3,9-5,6 juta/mm3.

Rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari, setelah itu sel menjadi usang dan dihancurkan dalam retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari

hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa haem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin ( pigmen kuning ) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar (Eni,_).

(5)

Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira 1/3 – ½ diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu

diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur intraselluler. (Kinoshita,Q.2012)

d. Kelainan Eritrosit

Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi 3, yaitu kelainan berdasarkan ukuran eritrosit, kelainan berdarakan warna eritrosit, dan kelainan berdasarkan bentuk eritrosit.

1. Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit

Ukuran normal eritrosit antara 6,2 – 8,2 μm (normosit). Kelainnya dapat berupa makrosit (Ukuran besar), mikrosit (ukuran kecil), dan anisositosis (ukuran bermacam-macam).

2. Kelainan Berdasarkan Warna Eritrosit

Kelainan berupa hipokrom, hiperkromia, anisokromasia, dan polikromasia 3. Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit (Poikilositosis)

Kelainan berupa ovalosit, sferosit, skitosit, teardrop cells, fragmentosit, burr cells/acantocyte, sickle cells, stomatosit, dan target cell (Widayati, 2010)

V. ALAT DAN BAHAN a. Alat

1. Mikroskop binokuler b. Bahan

1. Preparat apusan darah 2. Oil imersi

3. Tissue lensa VI. CARA KERJA

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Sediaan apusan darah diletakkan di meja preparat 3. Mikroskop dinyalakan dengan menekan tombol ON

(6)

4. Intensitas cahaya diatur sesuai kebutuhan

5. Lensa objektif diarahkan ke pembesaran 10x lalu diafragma diatur 6. Ketinggian kondensor diatur

7. Jarak lensa okuler disesuaikan dengan mata

8. Makrometer dan micrometer diatur hingga menemukan lapang pandang yang jelas 9. Sediaan ditetesi oil imersi, lalu lensa objektif dipindahkan ke pembesaran 100x 10. Diafragma dan kondensor diatur

11. Pengamatan dilakukan pada counting area

12. Dicatat hasil pengamatan apakah sel eritrosit tersebut normal atau mengalami kelainan

VII. HASIL PENGAMATAN

A. Hipokrom dan Normokrom

B. Poikilositosis

Normokrom

Hipokro m

(7)

Burr sel

Akantosit Ovalosit

Stomatosit

Tear drop sel

(8)

C. Anisositosis

VIII. PEMBAHASAN

Sediaan apusan darah tepi merupakan teknik membuat olesan (smear) darah yang kemudian diratakan diatas gelas benda. Fungsi dari pembuatan sediaan apus darah ini adalah untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop. Prinsip pemeriksaan sediaan darah ttepi adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan diatas objek glass, kemudian dilakukan pengecatan dengan zat warna khusus dan diperiksa dibawah mikroskop. Tujuan dari pembuatan

Sferosit

Inti sel limfosit matur

Makrosit Mikrosit

(9)

sediaan darah tepi ini adalah untuk evaluasi morfologi dan jumlah dari sel – sel darah seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan identifikasi parasit pada pemeriksaan parasitologi seperti malaria, microfilaria, dan trypanosoma (Yazhid, 2013).

Pada praktikum hematologi kali ini, sediaan hapusan darah tepi dibuat untuk mengevaluasi kelainan – kelainan pada eritrosit. Sebelum melakukan pengamatan alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu serta praktikan harus menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop pembesaran 1000x, dimana langkah pertama yang dilakukan adalah mengarahkan lensa objektif ke pembesaran 10x berfungsi untuk mencari lapang pandang. Setelah lapang pandang dittemukan lensa objektif diarahkan ke pembesaran 100x dan preparat diberi oil imersi. Fungsi dari oil imersi adalah untuk mengurangi indeks bias cahaya mikroskop dan sebagai pelumas agar preparat tidak tergores dan pecah saat bergesekan dengan lensa mikroskop (Dwi Utami, 2010). Pengamatan dilakukan pada counting area yaitu bagian tipis dari preparat apusan darah tepi, hal tersebut dimaksudkan agar

mendapatkan sel – sel yang tersebar merata dan tidak bertumpukan sehingga lebih mudah dalam proses pengamatan.

 Kelainan Warna Eritrosit 1. Hipokrom

Hipokrom adalah uatu keadaan dimana konsentrasi Hb kurang dari normal ehingga sentral akromia melebah lebih dari ½ bagian selnya dan terjadi penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Distribusi normal sel ini adalah 10 % dalam darah. Biasanya sel hipokromia ditemukan pada penyakit anemia defisiensi besi karena sel darah merah mengalami kekurangan Fe yang berfungsi untuk menangkap oksigen. Selain itu, sel eritrosit hipokromik juga ditemukan pada anemia sideroblastik, gagal ginjal kronis, talasemia, dan Hb-pati (C dan E). Preparat yang digunakan saat praktikum ini berasal dari RSUP Sanglah Denpasar, pada preparat ini terlihat sel – sel eritrosit hipokrom sangat banyak per lapang pandangnya (Silviana, 2012).

2. Normokrom

Normokrom adalah eritrosit dengan warna normal yaitu bagian central pallornya 1/3 sampai dengan ½ bagian dari penampang eritrosit (Silviana, 2012). Pada saat dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan preparat apusan darah tepi yang dibuat oleh mahasiswa, tampak sel eritrosit yang normal dari segi warna. Pemeriksaan apusan darah tepi ini berfungsi untuk mengevaluasi dan membantu dalam menegakkan diagnosis terhadap jenis dan tipe penyakit anemia. Dalam keadaan tertentu eritrosit

(10)

normokrom dapat ditemukan pada penderita anemia yang disebabkan karena pendarahan akut, menstruasi, dan hemolisis yang tidak mempengaruhi morfologi eritrosit.

 Kelainan Bentuk Eritrosit

Pada praktikum kedua dilakukan pengamatan terhadap kelainan bentuk eritrosit. Preparat apusan darah yang digunakan saat praktikum berasal dari RSUP Sanglah Denpasar. Kelainan bentuk eritrosit sering dikenal dengan istilah poikilositosis. Poikilositosis adalah keadaan dimana populasi eritrosit tampil dengan bentuk yang bervariasi. Biasanya poikilositosis bersamaan dengan anisositosis. Meningkatnya poikilositosis sering menunjukkan adanya kelainan

eritropoiesis yang disebabkan oleh defek sumsum tulang atau kelainan destruksi eritrosit. Dalam situasi normal, suatu poikilosit merupakan penuaan eritrosit yang sejalan dengan kekuatannya, dimana sebagian kecil dari membrannya terkelupas. Adapun macam – macam kelainan bentuk eritrosit yang ditemukan pada preparat saat praktikum, antara lain :

1. Sferosit

Sel-sel tersebut bundar, gelap, tidak berbentuk bikonkaf, dan lebih kecil dari eritrosit. Bentuk eritrosit sferikdengan tebal 3 mikron dan diameternya kurang dari 5,3 mikron dan tidak memiliki central pallor. Terdapat pada sferositosis herediter, anemia iso dan auto-immunohemolitik. 2. Helmet sel

Helmet sel adalah eritrosit yang telah mengalami fragmentasi. Sel ini dapat dijumpai pada banyak keadaan antara lain tasemia, anemia, dan sebagainya.

3. Akantosit

Akantosit (Spurr cell) adalah eritrosit yang pada dinding terdapat tonjolan–tonjolan sitoplasma yang berbentuk duri (runcing), disebut tidak merata dengan jumlah 5 – 10 buah, panjang dan besar tonjolan bervariasi, ditemukan pada abetalipoproteinemia herediter, pengaruh pengobatan heparin, pyruvate kinase deficiency, penyakit hati dengan anemia hemolitik, dan pasca splenektomi.

4. Teardrop cell

Eritrosit memperlihatkan tonjolan plasma yang mirip ekor sehingga seperti tetes air mata atau buah pir. Ditemukan pada anemia megaloblastik, myelofibrosis, hemopoesis ekstramedullar 5. Ovalosit

Bentuk sangat bervariasi seperti oval, pensil dan cerutu dengan konsentrasi Hb umumnya tidak menunjukkan hipokromik. Hb berkumpul pada kedua kutub sel. Ditemukan pada elliptositosis herediter ( 90 – 95% eritrosit berbentuk ellips) dan anemia megaloblastik.

(11)

6. Burr cell

Echynocyte (Burr cell) merupakan eritrosit dengan tonjolan duri yang lebih banyak ( 10 – 30 buah), berukuran sama. Tersebar merata pada pada permukaan sel. Ditemukan pada penyakit ginjal menahun (uremia), karsinoma lambung, artefak waktu preparasi, hepatitis, sirosis hepatic dan anemia hemolitik.

7. Stomatosit

Stomatosit adalah eritrosit yang memiliki central pallor tidak bundar melainkan berbentuk elips seperti celah bibir dan memanjang, dijumpai pada stomasitosis herediter, keracunan timah, alkoholisme akut, penyakit hati menahun, talasemia, dan anemia hemolitik.

Adapun penyakit yang berkaitan dengan poikilositosis, antara lain :

1. Anemia yang berat disertai regenerasi aktif eritrosit atau hemopoesis ekstrameduler 2. Eritropoesis abnormal (anemia megaloblastik, leukemia, mielosklerosis,dan lain-lain) 3. Dekstruksi eritrosit di dalam pembuluh darah (anemia hemolitik)

4. Thalassemia, anemia karena defisiensi vitamin B12 atau asam folat, atau bisa juga pada coeliac diseases (Khinosita, 2012).

 Kelainan Ukuran Eritrosit

Pada praktikum ketiga dilakukan pengamatan terhadap preparat apusan darah tepi yang berasal dari RSUP Sanglah Denpasar, pengamatan kali ini bertujuan untuk melihat macam – macam kelainan ukuran eritrosit atau yang dikenal dengan istilah anisositosis. Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat di dalam suatu apusan bervariasi. Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan hematologic yang speifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam preparat apusan darah tepi. Bentuk sel anisositosis ada dua yaitu makrositik dan mikrositik. Pada praktikum kali ini dapat diamati kedua ukuran sel tersebut baik makro maupun mikro, tetapi yang lebih

mendominasi pada preparat yang diamati adalah ukuran sel mikrositik. Pengamatan anisositosis ini menggunakan inti sel limfosit matur sebagai pembanding ukuran dari eritrosit normal.

1. Makrositik

Ukuran eritrosit yang sangat besar yaitu lebih besar dari ukuran inti limfosit matur. Hal ini dapat terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, sel makrosit dapat dijumpai pada defisiensi vitamin B12 atau asam folat. Penyebab lainnya adalah karena rangsangan

(12)

retikulosit ke dalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik dan penyakit hati menahun.

2. Mikrositik

Ukuran eritrosit lebih kecil dari inti limfosit yang matur dan disertai dengan warna pucat (hipokrom). Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini dijumpai pada penyakit kelainan eritrosit seperti anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan anemia defisiensi besi (Zakaria, 2012).

IX. SIMPULAN

1. Pengamatan kelainan eritrosit dapat dibagi menjadi 3, yaitu kelainan bentuk, warna dan ukuran eritrosit. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan preparat apusan darah tepi pada pembesaran lensa 1000x dan diberi oil imersi.

2. Kelainan warna eritrosit yang diamati pada praktikum kali ini adalah hipokrom dan normokrom

3. Kelainan bentuk eritrosit atau poikilositosis yang ditemukan pada pengamatan yaitu sferosit, tear drop sel, ovalosit, burr sel, akantosit, stomatosit, dan helmet sel. 4. Kelainan ukuran eritrosit yang diamati pada praktikum kali ini adalah makrosit dan

(13)

DAFTAR PUSTAKA Anonym. 2010. Makalah Analis Kesehatan. [online]. Tersedia:

http://yahooiklan.blogspot.co.id/2010/11/sel-darah-eritrosit-leukosit-trombosit.html. [diakses: 31 Maret 2016, 23.00 wita]

Dwi, Utami. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik Kelainan Eritrosit. [Online].

Tersedia: https://risaluvita.wordpress.com/2012/09/29/laporan-praktikum-patologi-klinik-eritrosit/. [diakses: 31 Maret. 2015. Wita]

Eliana,Erna. 2015. Karya Tulis Ilmiah. [online]. Tersedia :

http://www.academia.edu/9299978/KTI. [diakses : 25 September 2015, 13.15 wita] Kinoshita, Q. 2012. Morfologi Eritrosit dan Kelainannya. [online]. Tersedia:

http://cocoquiin.blogspot.co.id/2012/03/morfologi-eritrosit-dan-kelainannya.html. [diakses: 31 Maret 2016: 22.00 wita]

Monda, Hartati. 2014. Kelainan Sel Darah. [Online]. Tersedia :

http://hartatimonda.blogspot.co.id/2014/07/kelainan-sel-darah.html. [Diakses : 01 April 2016, 21.28 Wita]

Nita, 2013. Hematologi Klinik. [Online],

http://nitaprabawatikennedy.blogspot.co.id/2013/02/hematologi-klinik.html. Diakses tanggal 1 April 2016.

Rumiyat, Eni .___. Darah. [online]. Tersedia:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-enirumiyat-5225-2-bab2.pdf. [diakses: 25 September 2015, 13.00 wita]

Silviana, 2012. Kelainan Sediaan Hapusan Darah. [Online],

http://silviaquerida.blogspot.co.id/2012/04/kelainan-sediaan-apus-darah.html. Diakses tanggal 1 April 2016.

(14)

Widayati, dkk.2010. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus Darah. Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Zakaria.2012.Morfologi Sel Darah Merah.[online]. tersedia:

(15)

.

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 09 Mei 2016 Praktikan

Desak Gede Dian Purnama Dewi P07134014027

Pembimbing IV

Luh Putu Rinawati, A.Md.AK Pembimbing III

I Ketut Adi Santika, A. Md. AK Mengetahui, Pembimbing I DR. dr. Sianny Herawati, Sp.PK Pembimbing II Rini Riowati, B.Sc Pembimbing V

Referensi

Dokumen terkait

Jenis histopatologi dominan yang didiagnosis pertama kali pada penderita kanker payudara wanita usia muda di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2002 – 2012 adalah mayoritas

Pada pengamatan ketiga yaitu pada jaringan epitel selapis silindris dengan menggunakan preparat intestine dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya vili-vili yang

Pada praktikum kedua dan ketiga terjadi anomali praktikum atau penyimpangan praktikum karena hasil dari pemeriksaan darah menunjukan gula darah setelah aktivitas naik yaitu 132

Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel es kelapa yang berasal dari Lodaya Maupun Baranangsiang menunjukkan bahwa bakteri koliform non fekal lebih

Berdasarkan nilai rujukan, maka hasil hitung jumlah trombosit dengan menggunakan mesin atau alat otomatis dan hitung jumlah trombosit pada apusan darah tepi secara manual

Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA lebih banyak

1) Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambarannya mirip dengan apusan darah tepi. Menunjukkan spektrum lengkap seri myeloid, dengan komponen paling banyak ialah

PEMBAHASAN Pada praktikum kami kali ini dilakukan uji asam nukleat, yang dilakukan dengan mengisolasi DNA yang berasal dari sayuran yaitu dalam kesempatan ini kami menggunakan bunga