Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat, 14 Desember 2012 Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan PJ Dosen : Mrr. Lukie
Asisten : Yuvita dan Wirayani
UJI MIKROBIOLOGI ES KELAPA
Oleh
SJMP BP1/Kelompok 6 Rizky Nurul I.C (J3E211148) Embun Novita A. (J3E111118) Yaumil Insani (J3E111049) Ekanina Yati (J3E111107) Myrawati A. (J3E111126) Obelia S. (J3E111013)
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
TUJUAN
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Tabel 1 Jumlah koloni yang tumbuh pada media NA Jenis
Tabel 3 Jumlah koloni yang tumbuh pada media EMBA
Es kelapa muda adalah minuman yang menyegarkan yang disukai oleh hampir semua orang. Minuman ini cocok dikonsumsi sebagai pelepas dahaga, khususnya saat cuaca sedang terik. Bahan bakunya yang masih segar dan tanpa bahan pengawet membuatnya semakin digemari orang. Oleh karena itu pada pada praktikum kali ini digunakan es kelapa sebagai sampel untuk dianalaisis apakah ada terdapat mikroorganisme.
A. Uji mikroba pada media NA (Nutrient Agar)
Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberhasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, disesuaikan dengan mediumnya. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, cahaya, kelembaban, keasaman (pH), pengaruh O2, pengaruh tekanan , pengaruh mikroorganisme di sekitarnya, pengaruh zat kimia (desinfektan) terhadap mikroba (Michael J. Pelczar, Jr. 2005, dasar-dasar Mikrobiologi). Selain itu, dibutuhkan juga suatu media sebagai tempat mikroorganisme melakukan pertumbuhan. Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain seperti isolasi, seleksi dan diferensiasi biakan yang didapat. Artinya penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perrkembangbiakkan mikroba, banyak juga dilakukan dan digunakan.
Es kelapa yang akan dianalisis diambil dari 2 lokasi yang berebeda. Salah satunya adalah pada daerah Lodaya. Sehingga didalam hasil pengamatan, maka diperoleh hasil bahwa pada tingkat pengenceran 10-1 dan 10-2 adalah TBUD, dan
ketika dilihat dari pada pengenceran 10-3 menjadi 256, pada pengenceran 10-4 adalah
35 serta pada pengenceran 10-5 adalah 19. Dilihat dari hal ini, dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan mikroba semakin sedikit ketika pengenceran semakin tinggi. Sehingga setelah dilakukan perhitungan, maka jumlah total bakteri yang tumbuh pada media NA yang telah di inkubasi selama 2 hari yaitu 3,5 x 105 cfu/ml di Lodaya dan 2,1 x
106 cfu/ml di Baranangsiang.
Jika dilihat dari hasil, maka jumlah pertumbuhan total bakteri lebih banyak terdapat pada lokasi Baranangsiang. Hal ini disebabkan karena pengolahan es kelapa yang berbeda antara lokasi Barangsiang dengan Lodaya. Jumlah mikroba yang tumbuh dimungkinkan karena kondisi tempat berjualan yang kurang bersih, wadah dan udara yang tidak steril digunakan dan juga sanitasi penjual atau pekerja ketika menghidangkan es kelapa tersebut.
B. Uji mikrobiologi pada media BGLBB
dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C (Dwidjoseputro, 1994). Uji kualitatif koliform tidak harus selalu di lakukan secara lengkap, tergantung dari berbagai faktor misalnya waktu, mutu contoh yang di uji, biaya, tujuan analisis, dan faktor-faktor lainya.
Pada praktikum ini menggunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLBB), penggunaan utama dari media ini adalah untuk mengidentifikasi keberadaan E.coli pada makanan. Selama inkubasi 24 jam pada suhu 37°C E.coli akan memfermentasi laktosa dalam kaldu dengan produksi gas dan Gas ini akan terkumpul dalam sebuah tabung durham terbalik (Hastowo, 1992).
Pada praktikum kali ini di gunakan sampel es kelapa yang diambil di dua lokasi yang berbeda. Es kelapa pertama di hancurkan agar kelapa dan airnya dapat homogen setelah itu masing-masing dimasukkan kedalam enam tabung BGLBB double strength secara triplo. Sementara dimasukkan kedalam tabung BGLBB single strength secara triplo, lalu diinkubasi selama dua hari dan diamati adanya gelembung gas yang terbentuk.
Hasil pengamatan pada media BGLBB untuk single strength yaitu untuk es kelapa dengan lokasi di lodaya jumlah bakteri yang dapat memfermentasi asam laktat sebesar 1,1 x 102 MPN/mL sedangkan sampel es kelapa yang diambil di
baranangsiang sebesar 3,4 x 101 MPN/mL. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diambil dari lokasi lodaya lebih banyak mengandung bakteri yang memfermentasi asal laktat, itu dapat dijadikan indikator sanitasi air yaang digunakan dalam pembuatan es kelapa itu sendiri atau mungkin cemaran mikroba berasal dari es batu yang digunakan tidak berasal dari air bersih. Sementara pada tabung BGLBB double
strength untuk sampel lodaya sebesar 2,4 x 101 MPN/mL dan sampel baranangsiang
sebesar 2,1 x 101 MPN/mL, hal ini menunjukkan sampel lodaya sperti di single
strength memiliki jumlah bakteri yang paling banyak dari sampel baranang siang.
C. Uji mikroba pada media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. aerugenosa
dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.
Pengertian media Eosin Methylen Blue Agar ini digunakan untuk diferensiasi dari Enterobacteriaceae. Media berisi sukrosa dan laktosa. Jika organisme fermentasi sukrosa dan / atau laktosa, pH di dalam dan sekitar koloni akan jatuh di bawah pH 5, menyebabkan pembentukan kompleks metilen biru eosinate yang memiliki kemilau metalik. Pada saat yang sama, koloni-koloni berwarna gelap. Sukrosa dan laktosa-koloni-negatif berwarna ungu berwarna atau cahaya dalam warna. Kehadiran Eosin kuning dan biru metilen dalam medium menghambat bakteri Gram-positif.
Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel es kelapa yang berasal dari Lodaya Maupun Baranangsiang menunjukkan bahwa bakteri koliform non fekal lebih sedikit dibandingkan dengan fekal. Pada pengenceran 10-1
fekal yang lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal. Hal ini ditunjukkan dari adanya koloni yang berwarna gelap hijau metalik yang lebih banyak dibandingkan koloni berwarna merah muda yang berada pada cawan.
Pada sampel yang diambil dari Lodaya menunjukkan bahwa koloni bakteri koliform fekal lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya E. coli dan Pseudomonas aeruginosa pada sampel tersebut. Hal ini disebaabkan pada sampel tersebut mengandung air sehingga adanya kemungkinan bakteri tersebut tumbuh.
Pada SNI yang ada jumlah dari Pseudomonas aeruginosa adalah 0 sehingga kemungkinan yang tumbuh pada sampel adalah E.coli, berdasarkan SNI jumlah APM koloni koliform adalah <2/100 ml. Pada praktikum ini tidak dapat dilakukan perhitungan pada media tersebut, karena pada media EMBA dilakukan secara kualitatif untuk menentukan fekal atau non fekalnya. Untuk dapat menegetahui jenis bakteri tersebut maka dapat dilakukan uji lanjutan seperti uji IMViC yang meliputi uji Indol, uji merah meti, uji voges-proskaeur, dan uji sitrat.
Pada hasil praktikum yang dilakukan menunjukkan adanya data yang tidak sesuai baik pada sampel yang berasal dari Lodaya maupun Baranangsiang. Pada pengenceran 10-1 jumlah koloni fekal dan non fekal lebih sedikit dibandingka pada
tingkat pengenceran 10-2 dan 10-3. Seharusnya pada pengenceran 10-1 jumlah koloni
fekal dan non fekal lebih banyak dibandingka pada tingkat pengenceran 10-2 dan 10-3.
Pada pengenceran 10-2 memiliki jumlah koloni yang banyak dan pada tingkat
pengenceran 10-3, 10-4 dan 10-5 jumlah koloni pada cawan menurun. Beberapa
BAB II
KESIMPULAN dan SARAN
2.1 KesimpulanPertumbuhan mikroba semakin sedikit ketika pengenceran semakin tinggi, jumlah total bakteri yang tumbuh pada media NA yang telah di inkubasi selama 2 hari yaitu 3,5 x 105 cfu/ml di Lodaya dan 2,1 x 106 cfu/ml di Baranangsiang.
penggunaan utama dari media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) adalah untuk mengidentifikasi keberadaan E.coli pada makanan, hasil pengamatan pada media BGLBB untuk single strength yaitu untuk es kelapa dengan lokasi di lodaya jumlah bakteri yang dapat memfermentasi asam laktat sebesar 1,1 x 102 MPN/mL
sedangkan sampel es kelapa yang diambil di baranangsiang sebesar 3,4 x 101
MPN/mL, dan pada media EMBA Pada pengenceran 10-1 sampai 10-5 sampel es
kelapa dari Baranangsiang mempunyai koloni bakteri koliform fekal yang lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal, serta pada sampel yang diambil dari Lodaya menunjukkan bahwa koloni bakteri koliform fekal lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal.
2.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, Jr., Michael J., Chan, E.C.S. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI PRESS.
http://peluang-usaha-kuliner.blogspot.com/2012/01/kuliner-es-kelapa-muda.html [11 Desember 2012]
LAMPIRAN
Standar mutu mikrobiologi es kelapa berdasarkan SNl
No SNI : SNI 01-4268-19996, SNI 01-6237-2000
No Bahan pangan Mikroba Jumlah mikroba