• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN MINERAL ZINK TERHADAP PERFORMA, KOLESTEROL KARKAS DAN STATUS KESEHATAN BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN MINERAL ZINK TERHADAP PERFORMA, KOLESTEROL KARKAS DAN STATUS KESEHATAN BROILER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN KUNYIT, BAWANG

PUTIH DAN MINERAL ZINK TERHADAP PERFORMA,

KOLESTEROL KARKAS DAN STATUS

KESEHATAN BROILER

(Study of Turmeric, Garlic and Zinc Effect on the Performances, Cholesterol

and Health Status of Broiler)

SRI PURWANTI1,R.MUTIA2,S.D.WIDHYARI3danW.WINARSIH3

1Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar 90245 2Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

3Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

The consumers are now selective in choosing broiler carcass, especially for carcass with low fat and cholesterol. Fat and cholesterol from broiler chicken are known for its negative effect on human health, which can cause heart disease, obesity and hipertention. Garlic and turmeric are known as herbal medicine that have active material of allisin and curcumin. These active materials can reduce fat and cholesterol, improve performance and health status of broiler. The function of zink as zinc oxide (ZnO) is for metaloenzim and to give immune respone to broiler. An experiment was conducted to study the effect of turmeric (1.5%), garlic (2.5%) and ZnO (120 ppm) in the diets on performances, cholesterol and health status of broiler. Turmeric and garlic were offered in powder form. The data were analyzed by a Completely Randomized Design with 5 treatments and 4 replications with 5 chicks in each replication. Diets were formulated to contain 23.5% crude protein (CP) and 3215.04 kcal metabolizable energy (ME)/kg. The treatments were R0 (basal diet as a control), R1 (R0 + 1.5% turmeric powder + 2.5% garlic powder), R2 (R0 + 2.5% garlic powder + 120 ppm ZnO), R3 (R0 + 1.5% turmeric powder + 120 ppm ZnO) and R4 (R0 + 1.5% turmeric powder + 2.5% garlic powder + 120 ppm ZnO). Diets and water were offered ad libitum. Data were collected during 35 days to obtain the performance data, cholesterol content in carcass, erythrocyte, hemoglobin, and hematocrit. Three chicks of each replicatio were slaughtered for cholesterol carcass parameter. The results showed that there was no significant different (P > 0.05) on the performances, cholesterol in carcass, and health status of the chickens. The results showed that diet of R2 containing garlic (2.5%) and ZnO (120 ppm) tend to improve performances and health status, decreased cholesterol in carcass of the broiler chickens.

Key Words: Turmeric, Garlic, Zinc, Performances, Cholesterol, Health Status

ABSTRAK

Konsumen produk ayam kini semakin selektif dalam memilih karkas khususnya dengan kadar lemak dan kolesterol rendah guna menghindari dampak negatif bagi kesehatan seperti menyebabkan jantung koroner, obesitas dan hipertensi. Zat aktif yang dikandung bawang putih yaitu allisin dan kurkumin pada kunyit merupakan tanaman obat tradisional yang dapat digunakan sebagai penurun kolesterol dan lemak, memperbaiki performa dan status kesehatan pada broiler. Mineral zink (ZnO) ditambahkan seiring dengan fungsinya sebagai metaloenzim dan memberi respon imun terhadap broiler. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh dari pemberian kunyit (1,5%), bawang putih (2,5%) dan mineral zink dalam bentuk ZnO terhadap performa, kadar lemak dan kolesterol karkas, dan status kesehatan ayam broiler. Kunyit dan bawang putih dibuat dalam bentuk serbuk. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan mengggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan dan setiap perlakuan terdiri atas 5 ekor. Pakan yang disusun mengandung 23,5% protein kasar dan 3215,04 kkal/kg Energi Metabolisme. Ransum perlakuan R0 (ransum basal atau kontrol), R1 (ransum basal + serbuk kunyit 1,5% + serbuk bawang putih 2,5%), R2 (ransum basal + serbuk bawang putih 2,5% + mineral ZnO 120 ppm), R3 (ransum basal + serbuk kunyit 1,5% + mineral ZnO 120 ppm), dan R4 (ransum basal + serbuk kunyit 1,5% + serbuk bawang putih 2,5% + mineral ZnO 120 ppm). Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari untuk data performa, kadar kolesterol karkas, eritrosit, hemoglobin, hematokrit. Untuk pengamatan kadar kolesterol

(2)

karkas diambil sebanyak 3 ekor untuk setiap unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P > 0,05) terhadap performa, kandungan kolesterol karkas dan status kesehatan ayam broiler. Kesimpulan penelitian ini bahwa perlakuan R2 dengan kombinasi serbuk bawang putih 2,5% dan mineral ZnO (120 ppm) cenderung memberikan performa yang lebih baik, menurunkan kadar kolesterol karkas, dan dapat memperbaiki status kesehatan broiler.

Kata Kunci: Kunyit, Bawang Putih, Zink, Performa, Kolesterol, Status Kesehatan

PENDAHULUAN

Industri perunggasan Indonesia sedang dalam tahap pemulihan kembali dari keterpurukan akibat mewabahnya flu burung. Dampak dari kasus ini adalah terutama kekhawatiran akan mengkonsumsi daging ayam, padahal daging ayam merupakan salah satu pangan asal hewan dan sumber protein yang utama. Pangan asal hewan yang dikonsumsi sehari-hari tentu saja mempunyai resiko menjadi tidak aman karena kemungkinan mengandung bahan berbahaya seperti residu obat hewan, atau bahan kimia berbahaya lainnya. Pengobatan dengan antibiotik selain mahal dapat berdampak negatif terhadap kesehatan apabila produk hasil ternak yang dihasilkan mengandung residu. Seiring dengan seruan Uni Eropa pada tahun 2006 tentang pelarangan penggunaan AGPs (Antibiotic

Growth Promotors), maka penggunaan

antibiotik dalam pakan perlu ditekan penggunaannya.

Konsumen produk ayam kini semakin selektif dalam memilih karkas khususnya karkas dengan kadar rendah lemak dan kolesterol. Kadar kolesterol dalam daging ayam broiler dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia seperti menyebabkan jantung koroner, obesitas dan hipertensi. Melihat fenomena tersebut maka konsumen cenderung untuk mengkonsumsi suatu produk pangan yang aman untuk dikonsumsi atau dengan kata lain suatu produk hewani yang rendah kadar kolesterol. Upaya menurunkan kolesterol pada ternak terutama pada broiler perlu mendapat perhatian. Penggunaan herbal dalam pakan menjadi salah satu alternatif dalam menanggulangi masalah tersebut yang telah dipilih banyak pihak dengan cara memanipulasi ransum melalui sistem gastrointestinal, yaitu berusaha agar kolesterol tubuh ternak dikeluarkan melalui feses dengan mekanisme peningkatan ekskresi asam empedu (PUASTUTI,2001).

Penggunaan herbal kunyit dan bawang putih secara tunggal telah banyak dilakukan, namun penggunaan dengan mengkombinasikan kedua herbal tersebut ditambah mineral zink belum ada penelitian yang melaporkan. Oleh karena itu kajian efektifitas penggunaan kunyit, bawang putih dan penambahan zink terhadap status kesehatan, kadar kolesterol dan lemak karkas perlu dikaji lebih mendalam.

Menurut RAMDANI (2005) penambahan kunyit 0,6% dan temulawak 0,4 serta 0,6% dalam ransum sangat nyata menurunkan kadar lemak abdominal broiler. Kolesterol karkas broiler dapat diturunkan dengan penambahan kunyit 0,6% dan temulawak 0,6% dalam ransum. Penelitian bawang putih berhasil menemukan dan mengisolasi sejumlah komponen aktif dari bawang putih antara lain allisin; zat aktif yang mempunyai daya bunuh pada bakteri gram positif maupun gram negatif dan antiradang; alliin; suatu asam amino antibakteri, dan menurunkan kolesterol darah dan daging broiler (JAYA,1997). Mineral zink dalam bentuk zink inorganik mempunyai fungsi meningkatkan performa dan respon imun pada broiler (ALI et al.,2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji efektifitas pemberian tepung kunyit, bawang putih dan zink dalam meningkatkan kualitas produk melalui pemeriksaan kadar kolesterol karkas, memperbaiki performa dan status kesehatan broiler.

MATERI DAN METODE

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain Ross 1 Super Jumbo 747 umur satu hari sebanyak 100 ekor dibeli dari PT Cibadak Indah Sari Farm, Sukabumi yang dipelihara sampai umur 5 minggu. Kandang yang digunakan adalah dengan sistem litter dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m (panjang x lebar x tinggi) yang ditempatkan dalam empat ruang kandang utama. Tempat pakan berupa nampan dengan

(3)

ukuran 15 x 20 cm dan tempat air minum ukuran 500 ml digunakan sampai ayam berumur 1 minggu. Ransum perlakuan diberikan pada ayam broiler mulai DOC (day

old chicken) sampai umur 5 minggu setelah

melalui pengacakan. Bahan penyusun ransum terdiri dari dedak padi, jagung, minyak, tepung ikan, bungkil kedelai, CaCO3, DCP, vitamin

dan mineral, lysin dan methionin yang disusun menurut NRC (1994) dengan kandungan protein 23,5% dan energi 3215,04 kkal/kg. Ransum perlakuan terdiri dari ransum basal ditambah dengan serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink (ZnO) sebagai

feed additive dan dibuat dalam bentuk crumble.

Ransum perlakuan terdiri atas 5 macam ransum, yaitu: R0 (Ransum basal), R1 (Ransum

basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5%), R2 (Ransum basal + serbuk

bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm), R3

(Ransum basal + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm), R4 (Ransum basal + serbuk bawang

putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm).

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (Analyses of Variance/ANOVA) dengan bantuan software SPSS versi 13.0. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi performa, kolesterol karkas (%) dengan metode

Liebermen Burchard (KLEINER dan DOTTI 1962), jumlah eritrosit, hemoglobin (metode

SAHLI), hematokrit dengan metode

mikrohematokrit. Darah dalam bentuk whole

blood yang diambil pada vena axillaris

dianalisa untuk mengetahui jumlah eritrosit, hematokrit dan hemoglobin. Sampel untuk kolesterol karkas diambil pada daging bagian paha kemudian dicincang sampai daging hancur dan homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Performa ayam broiler

Performa diamati berdasarkan pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi ransum yang diukur seminggu sekali. Hasil analisis statistik menyatakan bahwa semua perlakuan tidak memperlihatkan perubahan

yang signifikan (P > 0,05) terhadap performa ayam broiler.

Konsumsi ransum pada perlakuan R2

(ransum basal + serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm) lebih tinggi dibanding dengan semua perlakuan. Hal ini diduga indera penciuman unggas yang tidak berkembang sehingga walaupun ransum R2 yang baunya

agak menyengat karena adanya serbuk bawang putih yang mengandung senyawa sulfur yang berbau khas dan mempunyai efek farmakologi, ayam tetap mengkonsumsi ransum dalam jumlah yang tinggi. Disamping itu, fungsi salah satu mineral zink adalah untuk meningkatkan nafsu makan. Selama 5 minggu pemeliharaan perlakuan R2 memperlihatkan peningkatan konsumsi yang stabil. Konsumsi pakan yang rendah pada perlakuan R4 kemungkinan

disebabkan oleh penurunan palatabilitas ransum. Penurunan palatabilitas ransum pada percobaan ini disebabkan rasa pahit dari serbuk kunyit dan bau yang menyengat dari serbuk bawang putih, sehingga ternak kurang suka untuk mengkonsumsi. Lidah unggas juga memiliki sistem perasa berupa gustative atau

taste buds untuk mengenali rasa makanannya.

Meskipun jumlah titik perasa lebih sedikit dibandingkan dengan hewan lainnya akan tetapi sensitivitasnya lebih tinggi (AMRULLAH, 2004) konsumsi kumulatif berdasarkan National Research Council (NRC) 1994 untuk jantan betina (berbaur) untuk ayam broiler berumur 5 minggu adalah 2 402 g/ekor.

Rataan pertambahan bobot badan (PBB) perminggu meningkat seiring bertambahnya umur pemeliharaan. Pada minggu ke-1 sampai ke-3 (fase starter) rata-rata PBB hampir sama pada setiap perlakuan. Hal ini terkait bahwa salah satu sifat herbal yaitu tidak langsung memberikan pengaruhnya, namun memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat bereaksi di

dalam tubuh. Perlakuan R2 dengan

penambahan serbuk bawang putih dan mineral zink memperlihatkan PBB yang lebih tinggi diantara perlakuan lain kecuali kontrol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi ransum pada perlakuan R2. Salah satu fungsi

mineral zink juga untuk mengatur kecepatan pertumbuhan, dimana mineral zink sebagai kofaktor pada enzim thymidine kinase pada proses fosforilasi deoxy-thymidine untuk penggabungan dengan DNA untuk proses

(4)

Tabel 1. Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum broiler yangdiberi bawang putih,

kunyit dan mineral zink selama 35 hari

Perlakuan Peubah R0 R1 R2 R3 R4 Konsumsi ransum kumulatif (g/ekor) 2795,35 ± 203,47 2719,85 ± 144,36 2877,85± 161,32 2830,10± 159,95 2654,60± 112,45 Pertambahan bobot badan (g/ekor) 1663,30 ± 51,01 1488,00 ± 79,43 1601,35 ± 95,76 1555,90± 115,18 1572,40± 49,34 Konversi ransum 1,68 ± 0,14 1,83± 0,09 1,79 ± 0,03 1,82 ± 0,10 1,6 9± 0,11

sintesis selain itu juga untuk perbanyakan sel-sel. Proses perbanyakan sel-sel (cell

replication) diperlukan untuk pertumbuhan

(PILIANG, 2007). Nilai konversi ransum yang baik ditandai dengan rendahnya standar deviasi pada perlakuan R2 dan tidak memperlihatkan

pengaruh yang nyata antar perlakuan. Penambahan serbuk bawang putih dan mineral zink diduga dapat memperlambat gerak peristaltik pada usus, sehingga walaupun mengkonsumsi ransum sedikit tetapi penyerapannya meningkat dan akan menghasilkan berat badan yang tinggi dengan efisiensi ransum yang rendah. AMRULLAH (2004) menyebutkan bahwa konversi ransum yang baik berkisar antara 1,75 – 2,00.

Kadar kolesterol karkas

Tabel 2 memperlihatkan bahwa secara statistik semua perlakuan tidak menunjukkan perubahan secara signifikan (P > 0,05) terhadap kadar kolesterol karkas. Walaupun secara statistik tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, tetapi secara numerik nilai rataan memperlihatkan bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol karkas. Kadar kolesterol karkas perlakuan R2 (29,34 ± 5,27 mg/100 g)

memperlihatkan kandungan kolesterol yang cukup rendah dibanding dengan perlakuan lain disertai dengan standar deviasi yang rendah pula. Penurunan kadar kolesterol dari kolesterol

tertinggi ke terendah yaitu sebesar 23,10 mg/100 g. Penurunan kolesterol karkas pada perlakuan R2 diduga karena terdapat senyawa

allisin pada serbuk bawang putih yang dapat menurunkan kadar kolesterol karkas. Sejauh ini hanya diketahui satu jenis senyawa dalam bawang putih yang mempunyai aktifitas farmakologi yaitu senyawa thiosulfinat dimana alisin sebagai kandungan utamanya (70%). Senyawa thiosulfinat dalam bawang putih terbentuk karena aktivitas enzim alliinase terhadap alliin (asam amino yang mengandung atom sulfur). Asam amino ini sendiri tidak mempunyai aktivitas farmakologi, sehingga dapat dikatakan bahwa alliin adalah semacam prodrug allisin yang mampu menurunkan kadar kolesterol.

Mekanisme penurunan kolesterol oleh allisin terjadi melalui penghambatan secara langsung aktivitas enzim HMG-CoA (3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A) reduktase oleh allisin. Penghambatan aktivitas enzim ini menyebabkan tidak terbentuknya mevalonat dari HMG-CoA, dimana mevalonat ini mestinya akan diubah menjadi skualen, lanosterol, dihidrolanosterol, D 8-dimetilsterol, 7-dihidrokolesterol dan akhirnya menjadi kolesterol (WAHYUONO, 1999). Kombinasi antara komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih dan mineral zink pada R2 bekerja secara sinergis yang

diperkirakan dapat menurunkan kadar kolesterol karkas.

Tabel 3 Kadar kolesterol karkas dan lemak karkas broiler yang diberi bawang putih, kunyit dan mineral zink

selama 35 hari Perlakuan Peubah R0 R1 R2 R3 R4 Kolesterol karkas (mg/100 g) 52,44 ± 24,93 37,42 ± 28,46 29,34 ± 5,27 46,83 ± 13,42 39,96 ± 9,7

(5)

Status kesehatan ayam broiler

Hasil penelitian pada Tabel 3 memperlihatkan jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit tidak berbeda secara signifikan antar kelompok perlakuan (P > 0.05). Walaupun tidak menunjukkan adanya pengaruh tetapi semua perlakuan memperlihatkan nilai eritrosit, hemoglobin dan hematokrit lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan kontrol (R0). MANGKOEWIDJOJO dan SMITH (1988)

mengatakan bahwa jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit normal berurut-turut berkisar antara 2,00 – 3,20 x 106/mm, 7,30 – 10,90 g% dan 24 – 43%.

Perlakuan R2 (ransum basal + serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm) memperlihatkan jumlah eritrosit dan hematokrit yang cukup tinggi diantara semua perlakuan dengan standar deviasi yang rendah. Tingginya nilai eritrosit pada R2 diduga fungsi salah satu mineral zink pada salah satu enzim yaitu enzim carbonic anhidrase, dimana keberadaan atau peran dari enzim carbonic anhidrase yang terdapat pada membran sel yang berfungsi menjaga permeabilitas dan integritas sel yang sangat tergantung pada keberadaan mineral zink. Enzim carbonic anhidrase pada sel eritrosit berfungsi dalam mengatur bikarbonat, dan menetralkan hasil metabolisme terutama kadar CO2. UNDERWOOD (1971) melaporkan bahwa sebagian besar mineral zink dijumpai dalam pembuluh darah terutama pada eritrosit, mengandung 1 mg zink /106 sel, lebih dari 85% sebagai carbonic anhydrase dan kira-kira 5% sebagai copper zine superoxide dismustase (CuZnSOD). Oleh karena itu, beberapa enzim

yang terdapat pada eritrosit membutuhkan sejumlah zink.

Disamping itu, kandungan Fe yang cukup tinggi pada serbuk bawang putih diduga dapat membantu peningkatan penyerapan jumlah Fe. Serbuk bawang putih memiliki kandungan Fe

sebesar 1.4–1.5 mg/100 g (PURSEGLOVE et al. 1981). Kandungan zat besi ini diabsorbsi dari lumen usus dan akan berikatan langsung dengan sejenis protein yang disebut apotransferin yang membawa Fe tersebut menuju hati untuk digunakan dalam pembentukan hemoglobin. Nilai eritrosit pada semua perlakuan berkisar 2.19 – 2.76 x 106/mm dan masih berada dalam kisaran normal.

Hematokrit merupakan persentase sel eritrosit dari total volume darah. Nilai hematokrit perlakuan R2 berada pada kisaran

nilai hematokrit normal yaitu 25.25 ± 2.25%. Diduga dengan penambahan mineral zink dalam peran dari enzim carbonic anhidrase yang terdapat pada membran sel yang berfungsi menjaga permeabilitas dan integritas sel yang sangat tergantung pada keberadaan mineral zink. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total (FRANDSON,1992).

KESIMPULAN

Pemberian kombinasi serbuk bawang putih (2.5%) dan mineral ZnO (120 ppm) dalam ransum cenderung memperbaiki performa, kadar kolesterol karkas dan status kesehatan (eritrosit, hemoglobin, hematokrit).

Tabel 3. Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit ayam broiler yang diberi bawang putih, kunyit dan mineral

zink selama 35 hari

Perlakuan Peubah R0 R1 R2 R3 R4 Eritrosit (106) 2,19 ± 0,68 2,41 ± 0,41 2,76 ± 0,71 2,28 ± 0,51 2,26 ± 0,24 Hemoglobin (g%) 6,90 ± 0,32 7,40 ± 1,05 7,30 ± 1,21 7,30 ± 0,60 7,05 ± 0,68 Hematokrit (%) 20,25 ± 1,85 23,44 ± 3,71 25,25 ± 2,26 25,31 ± 4,86 25,25 ± 3,57

(6)

DAFTAR PUSTAKA

ALI, S.A., M.A.M. SAYED, S.A. EL-WAFA and ABDALLAH AG. 2003. Performance and immune response of broiler chicks as affected by methionine and zinc or commercial zinc-methionine supplementations (abstrak). Egypt Poult. Sci. J. 3: 523 – 540.

AMRULLAH,I.K.2004. Nutrisi Ayam Broiler. Edisi ke-2. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. FRANDSON, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi

Ternak. Ed ke-4. Penerjemah: SRIGANDONO, B. dan K. PRASENO. SOEDARSONO (Ed.) Gadjah Mada University Pr., Yogyakarta. JAYA, I.N.S. 1997. Pengaruh penambahan bawang

putih (Allium sativum L.) dalam pakan pada kadar kolesterol ayam broiler. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

KLEINER, I.S. and L.B. DOTTI. 1962. Laboratory Instruction in Biochemistry. Ed ke-6. Mosby, New York.

MANGKOEWIDJOJO, S. dan J.B. SMITH. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. Universitas Indonesia, Jakarta.

NRC (NATIONAL RESEARCH COUNCIL). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed. Rev. 9th. Academy Pr., Washington DC.

PILIANG,W.G.2007. Nutrisi Mineral. IPB Pr., Bogor. PUASTUTI,W.2001. Pengaruh pemberian temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb) dan minyak kelapa dalam ransum terhadap kadar lemak dan kolesterol telur. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, 17 – 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor.. hlm. 609 – 614.

PURSEGLOVE, J, W.E.G. BROWN, C.L. GREEN and S.R.J. ROBBINS. 1981. Spices. Volume ke-2. Longman, London.

RAMDANI, D.2005. Penambahan kunyit (Curcuma domestica, Val.) atau temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb) dalam ransum untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol karkas broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

UNDERWOOD,E.J.1971. Trace Elements in Human and Animal Nutrition. Academic Press, London.

WAHYUONO,S.1999. Bawang putih (Allium sativum L.) sebagai penurun kolesterol darah. Ulasan. Bul. Pio Gama 1(2): 1 – 2.

Gambar

Tabel 1.  Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum broiler yangdiberi bawang putih,  kunyit dan mineral zink selama 35 hari
Tabel 3.  Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit ayam broiler yang diberi bawang putih, kunyit dan mineral  zink selama 35 hari

Referensi

Dokumen terkait

Ketua Pengadilan Tinggi Perihal :Usulan Kenaikan Pangkat atas nama Tata Usaha Negara Jakarta. ………..,

Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan

2) Surat Keterangan Hasil Penelitian (SKHP) yang dikeluarkan oleh Mabes Polri dengan rekomendasi dari pejabat yang berwenang mengeluarkan SKHP dari Satwil.. 3) Surat

a. pada suhu kerja normal c. semua perlengkapan tambahan dimatikan. Semua saluran vakum dihubungkan. ktu pengapian tepat.. Hanya Eropa, lepaskan hubungan slang Hic dan

1) Pemeriksaan kabel busi. Dengan menggunakan kabel ohmmeter, periksa tahanan kabel busi apabila melebih limit yang di sarankan ,maka ganti kabel busi, periksa

Titik kinerjd evaluasi struktur ditentukan dengan metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356). Hasil perencanaan gedung struktur.. beton bertulang pada tugas akhir ini

Diperlukannya sistem pengendalian manajemen adalah untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai tujuan organisai maupun untuk mengetahui pengaruh penerapan

Berdasarkan dua contoh tersebut terlihat bahwa makna idiom tidak bisa ditelusuri pada makna kata-kata yang membentuknya. Oleh karena itu, menurut penulis penelitian ini perlu