• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata pari = banyak, ditambah dengan wis = melihat, dan ata = tempat. Jadi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata pari = banyak, ditambah dengan wis = melihat, dan ata = tempat. Jadi,"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pariwisata

Perkataan pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta dengan rangkaian suku kata “pari”= banyak, ditambah dengan “ wis” = melihat, dan “ ata” = tempat. Jadi, pariwisata merupakan terjemahan dari melihat banyak tempat. Indonesia pada awalnya mengenal pariwisata dengan mempergunakan bahasa asing yaitu “ tourism”. Perubahan istilah “tourism” menjadi “pariwisata” dipopulerkan ketika dilangsungkan Musyawarah Nasional (Kamus Bahasa Indonesia di www.google.com).

Pengertian pariwisata secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1 menyatakan:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

(2)

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Sedangkan pendapat para ahli mengenai para ahli pariwisata dapat dilihat berikut ini. Menurut Prof. Hans Bachli, kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut.

Kemudian Prof. Salah Wahab (Yoeti, 1983 :106), dalam bukunya berjudul “An Introduction on Tourusm Theory” mengemukakan: bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: manusia (man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata, ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan, dan waktu (time), yakni waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri atau di luar

(3)

negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

2.1.1. Sasaran Pariwisata Indonesia

Sasaran yang ingin di capai Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005-2009 ditetapkan sebagai berikut (Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Tapanuli Tengah) :

1. Terwujudnya pariwisata nusantara yang dapat mendorong rasa cinta tanah air. Pertumbuhan rata-rata perjalanan wisnus per tahun 1,5%, jumlah wisnus sebanyak 119,617 juta orang, pengeluaran wisnus pada akhir tahun 2009 menjadi Rp 82,26 triliun, jumlah perjalanan sebesar 226,3 Juta, dan meningkatnya perjalanan Wisnus di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota.

2. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Meningkatnya kualitas dan kuantitas destinasi : wisataeko, wisata bahari, wisata belanja, wisata konvensi (MICE), dan wisata budaya.

3. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional. Jumlah penerimaan devisa pada akhir tahun 2009 menjadi 10 miliar USD, dengan

(4)

jumlah wisman sebesar 10 Juta, dan kesempatan kerja pada akhir tahun 2009 menjadi 12,5 juta.

4. Meningkatnya produk dan pelayanan pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif. Meningkatnya : pelayanan di pintu-pintu masuk, Bandara, Pelabuhan Laut Internasional dan Lintas Batas Negara, aksesibilitas dan fasilitas di setiap destinasi, keselamatan dan keamanan serta tersedianya akses dan fasilitas bagi penyandang cacat di setiap destinasi, kepedulian dan tanggungjawab para pihak dalam upaya perlindungan anak atas eksploitasi seksual komersialdi lingkungan.

2.2. Wisata Bahari

Wisata Bahari sangat erat kaitannya dengan Tanah Air Indonesia di mana banyak memiliki laut, pantai, samudera, pantai dan pulau. Wisata bahari memang secara langsung bertujuan kepada segala hal yang berhubungan dengan flora dan fauna laut, maupun berbagai biota laut lainnya. Wisata bahari umumnya bertujuan sama seperti wisata flora dan wisata fauna yakni sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup khususnya menyangkut khazanah segala macam jenis biota laut dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Di samping itu, wisata bahari juga akan menjadi potensi yang besar dalam peningkatan perkonomian masyarakat, yaitu dari berbagai sumber kelautan yang dapat dijadikan sebagai lahan pencarian bagi masyarakat.

(5)

Secara umum sumberdaya pesisir dapat di bagi menjadi : (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resource) seperti : ikan, udang, rumput laut, kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut; (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non renewable resource) meliputi : mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas; (3) energi kelautan, seperti : OTEC, pasang surut, gelombang; (4) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental service) seperti : pariwisata dan perhubungan laut (Purnomowati, R. 2003 : Menuju Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Makalah disampaikan pada Pelatihan ICZPM. Kerjasama PKSPL-IPB dengan Ditjen P3K,DKP. Bogor).

Seiring dengan semangat reformasi, pemerintah pusat membuat undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana kepada daerah diberikan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, yang diwujudkan dengan pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional. Dengan adanya pemberian wewenang kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ini, diharapkan manfaat terbesar akan berpindah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah terutama masyarakatnya. Namun permasalahan yang dihadapi sekarang adalah seberapa besar keinginan dan komitmen pemerintah daerah untuk mengelola sumberdaya pesisir dan lautan di wilayahnya secara berkelanjutan? Pertanyaan ini penting, mengingat tidak seluruh daerah memiliki pemahaman yang sama akan arti pentingnya pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Pembangunan secara berkelanjutan pada dasarnya adalah pembangunan untuk mencapai “keseimbangan” antara manfaat dan kelestariannya sumberdaya pesisir dan

(6)

lautan. Artinya, bahwa sumberdaya ini dapat dieksploitasi untuk kemaslahatan manusia namun tidak menjadikan lingkungan termasuk sumberdaya itu menjadi rusak.

2.3. Sudut Pandang Sosiologis Kepariwisataan

Dari sudut pandang sosiologis, kegiatan pariwisata sekurang-kurangnya mencakup tiga dimensi interaksi, yaitu: kultural, politik dan bisnis. Dalam dimensi interaksi culutural, kegiatan pariwisata memberi ajang akulturasi budaya berbagai macam etnis dan bangsa. Melalui pariwisata, kebudayaan masyarakat tradisional agraris sedemikian rupa bertemu dan berpadu dengan kebudayaan masyarakat modern industrial. Kebudayaan-kebudayaan itu saling menyapa, saling bersentuhan, saling beradaptasi dan tidak jarang kemudian menciptakan produk-produk kebudayaan baru.

Dalam dimensi interaksi politik, kegiatan pariwisata dapat menciptakan dua kemungkinan ekstrem, yaitu: (1) persahabatan antar etnis dan antar bangsa, dan (2) bentuk-bentuk penindasan, eksploitasi dan neokolonialisme. Di satu pihak, melalui pariwisata, masing-masing etni dan bangsa dapat mengetahui atau mengenal tabiat, kemauan dan kepentingan etnis dan bangsa lain.

Pengetahuan demikian dapat memudahkan pembinaan persahabatan atau memupuk rasa satu sepenanggungan. Tetapi di lain pihak, melalui pariwisata pula,

(7)

dapat tercipta bentuk ketergantungan suatu etnis atau bangsa kepada etnis atau bangsa lain. Misalnya, meningkatnya ketergantungan pendapatan negara sedang berkembang kepada wisatawan dari Negara maju. Sedangkan dalam dimensi interaksi bisnis, kegiatan pariwisata terlihat menawarkan bertemunya unit-unit usaha yang menyajikan bermacam-macam keperluan wisatawan. Bentuk yang disajikan oleh unit-unit usaha ini dapar berupa barang ataupun jasa. Adapun rentangnya dapat berskala lokal, nasional, atau internasional.

Tanpa mengabaikan pentingnya dimensi interaksi cultural dan interaksi politik, pokok bahasan tulisan ini terletak pada interaksi bisnis dan difokuskan pada rentangan skala lokal. Pokok bahasan interaksi bisnis dipilih dengan pertimbangan bahwa pembangunan industri pariwisata kita sampai sekarang masih ditujukan untuk kepentingan ekonomi, seperti menambah kesempatan kerja, meningkatkan devisa Negara dan income perkapita, serta menghasilkan ketergantungan pada minyak bumi. Dan sengaja difokuskan pada rentangan skala lokal karena pada saat ini masalah-masalah krusial dalam kaitannya dengan pembangunan industri pariwisata lebih banyak terjadi di tingkat local (propinsi dan kabupaten).

1.4. Pariwisata dan Ekonomi Daerah

Pariwisata memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal.

(8)

Kawasan sepanjang pantai yang bersih dapat menjadi daya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut dengan menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut. Sebagai salah satu lokasi rekreasi, kawasan pantai dapat merupakan tempat yang lebih komersial dibandingkan kawasan lain, tergantung karakteristiknya. Sebagai sumber alam yang terbatas, hal penting yang harus diperhatikan adalah wilayah pantai haruslah menjadi aset ekonomi untuk suatu wilayah.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa pariwisata mempunyai andil yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian daerah. Namun hal ini banyak dilupakan oleh daerah bahkan Negara dengan terlalu memfokuskan perkembangan sektor lain untuk meningkatkan perekonomian daerah seperti dari sektor tambang, perkebuanan, industri, perikanan, kelautan dan sebagainya.

Dalam konsep otonomi daerah telah ditekankan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah merupakan tugas pemerintah, swasta dan masyarakat. Pembangunan. Pengembangan ekonomi daerah harus berupaya untuk menciptakan berbagai kesempatan dalam berusaha yang akan menghasilkan berbagai keuntungan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam artian keuntungan dari berbagai aspek, baik aspek ekonomi maupun social. Dan untuk mewujudkan hal tersebut, daerah arus memiliki modal yang akan mendorong peluang dan kemampuan kompetitif atau daya saing atas dasar keunggulan komparatif daerahnya (letak geografis, SDM profesional, akses informasi dan teknologi, kompetensi kelembagaan dan manajemen, kemampuan permodalan dan akses pasar dan lain-lain).

(9)

Untuk lebih mempertajam kemampuan daerah dalam mengelola potensi kekayaan daerahnya, tentu dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana serta keunggulan kompetitif dari daerah tersebut. Apa yang dapat dilakukan daerah agar dapat memenangkan persaingan dan menjadi pemenang dalam berbagai persaingan, semuanya harus diatur dalam sebuah konseop strategi yang matang. Namun, untuk menyusun sebuah rencana yang memiliki kekuatan juga dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kreatifitas untuk membaca berbagai peluang dan ancaman yang ada. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dari pemberian otonomi daerah adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. Pelayanan umum

3. Daya saing daerah. (Mardiasmo, 2002: 12)

Ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis pada satu sektor tertentu. Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan untuk menstabilkan ekonomi wilayah. Ekonomi yang beragam lebih mampu bertahan terhadap konjungtur ekonomi.

Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah daerah, mempunyai kelebihan dalam satu hal, dan tentu saja keterbatasan dalam hal lain, demikian juga pengusaha. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi daerah akan diarahkan perlu menjadi pemahaman bersama.

(10)

Pemerintah daerah mempunyai kesempatan membuat berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Tetapi pemerintah daerah tidak mengetahui banyak bagaimana proses kegiatan ekonomi sebenarnya berlangsung. Pengusaha mempunyai kemampuan mengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagai insiatifnya, memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan gaji dan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Dengan pajak, pemerintah daerah berkesempatan membentuk kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut.

Maka kepada daerah diberi hak untuk menggali dan mengembangkan potensi daerahnya. Misalnya meningkatkan sector industry, sektor pelayanan jasa, mendorong laju penanaman modal melalui promosi dan peningkatan pelayanan perijinan, membangun dan meningkatkan kualitas sarana prasarana penunjang kegiatan investasi, mengembangkan sentra-sentra produksi potensial, melakukan berbagai inovasi manajemen pembangunan dan meningkatkan kualitas SDM dan lain-lain.

Dalam konteks desentralisasi ekonomi, pendayagunaan potensi daerah untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal, hal ini dapat dilakukan melalui strategi kombinasi yaitu kewenangan daerah untuk dapat berdiri sendiri, dengan basis sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan menciptakan interaksi dan keterkaitan secara ekonomi dengan daerah sekitarnya, atau dengan wilayah ekonomi yang lebih luas

(11)

(Bappenas, 2003). Dengan demikian ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian yakni pengembangan ekonomi lokal dan kemitraan.

Pengembangan ekonomi lokal yaitu pembangunan lokal dilakukan dengan menggunakan sumberdaya lokal misalnya sumber daya manusia, sumber daya alam maupun sumber daya kelembagaan. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan sumberdaya lokal memiliki keuntungan tersendiri, misalnya pengurangan angka pengangguran, lebih mudah menumbuhkan partisipasi masyarakat dan semakin kecil kemungkinan terjadi penyimpangan antara pembangunan dengan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif dalam pengembangan ekonomi lokal yang dapat dilakukan melalui suatu forum kemitraan. Sedangkan kemitraan itu sendiri mempunyai makna bahwa dalam tataran proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program ada kebersamaan yang sinergis antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan kemitraan ini dapat menjadi katalis bagi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance) melalui berbagai proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pengembangan ekonomi lokal.

Salah satu sektor sumberdaya lokal yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk mengisi kas daerah adalah dari sektor pariwisata. Bagi daerah yang memiliki potensi panorama alam, maka pengembangan sektor ini akan lebih mengarah pada sektor wisata alam. Namun, bagi daerah yang tidak memilih panorama alam yang mendukung, maka pengembangan wisatanya dapat berupa

(12)

wisata jasa, teknologi dan sebagainya. Contohnya adalah Negara Singapura, mereka menjadikan Negara mereka sebagai tempat wisata yang banyak diminati wisatawan mancanegara karena mereka mampu menyuguhkan berbagai sarana hiburan sebagai obyek wisata dari sektor jasa, teknologi, dan sebagainya.

Indonesia sebagai Negara yang dikenal dengan panorama alam yang indah, sudah sepantasnya bila mengembangkan sektor wisata sebagai sumber penerimaan Negara. Perhatian terhadap pariwisata sudah sangat mulus tersebar karena sadar akan manfaat-manfaat yang didatangkan bagi negara-negara penerima wisatawan:

a. Bahwa pariwisata menjadi sumber pendapatan valuta asing dengan menjual jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan pariwisata.

b. Bahwa pendapatan ini mengalir cepat dan langsung terbagi-bagi secara meluas kepariwisataan dalam perekonomian nasional, sehingga mampu membagi-bagi laju pendapatan secara meluas, bertambah banyak dan berputar-putar ke segala lapisan pedagang besar dan pengecer, transportasi, beragam komponen sektor pariwisata, kebutuhan-kebutuhan dan usaha yang berdasarkan tingkat pengeluaran konsumen.

c. Bahwa pariwisata adalah suatu pasaran lanjutan searah dengan meningkatnya yang begitu pesat tingkat pendapatan keluarga yang tidak habis terpakai, khususnya pada Negara-negara yang industrinya sudah maju.

d. Bahwa industri pariwisata jika dibanding dengan industri lain termasuk industri yang investasi modalnya kecil sebanding dengan arus pendapatan yang mungkin.

(13)

e. Bahwa pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen datang untuk meneliti produk-produk tersebut.

f. Bahwa produk yang dijual terutama berupa jasa-jasa dan tidak dapat dijamah karena udara yang sejuk, alam yang indah terdapat tempat-tempat yang bersejarah, yang kelihatannya secaar potensial tidak akan habis-habisnya, dan hanya tunduk pada keterbatasan upaya promosi dan penjualan.

g. Bahwa pariwisata adalah sarana yang ampuh dan efektif bagi kebijakan umum untuk menciptakan perpaduan sosial dan budaya pada tingkat nasional maupun internasional, untuk mengembangkan industri-industri lain dan sarana pemupukan tenggang rasa dan saling pengertian dengan Negara-negara tetangga dan dunia umumnya.

Jika pemikiran tersebut pada dasarnya membuktikan tentang perluasan akibat pariwisata pada ekonomi Negara penerima dan apakah ada dasarnya atau tidak untuk memberi sektor pariwisata prioritas utama dalam perencanaan pengembangan ekonomi negara itu, maka hal-hal ini akan berbeda pada suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini sangat bergantung pada keadilan ekonomi Negara itu. Apakah ada pilihan-pilihan untuk pengembangan, juga pada tingkat perkembangan Negara itu dalam bidang prasarana dan pada bobot atraksi wisata yang dimiliki Negara itu. Unsur lain seperti jarak dan pasaran sumber wisatawan dan biaya fasilitas wisata memainkan peranan yang penting juga.

(14)

Karena itu dalam perekonomian tidak ada pengkotak-kotakan, melainkan yang ada adalah ketergantungan pada berbagai bagian ekonomi yang menciptakan masalah-masalah konseptual dan tolak ukurnya dalam analisa ekonomi. Karena pariwisata mempengarui dan sekaligus juga dipengaruhi oleh sektor-sektor produksi ekonomi daerah, maka banyaknya kekuatan penghambat yang terjadi didalam ekonomi akan lebih mempersulit pengukuran kerugian yang timbul dan perhitungan dalam rangka mendapatkan keuntungan.

2.5. Peranan Obyek Pariwisata

Pariwisata dapat dipergunakan sebagai katalisator dari kegiatan pembangunan, kepariwisataan merupakan mata rantai panjang yang dapat menggerakkan bermacam-macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Menurut Murphy dalam Pitana dan Gayatri (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan, wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan secara tidak permanen. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 obyek pariwisata adalah perwujudan dari ciptaan Tuhan, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa dan tempat serta keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk kunjungan wisata.

Dapat di ambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan pariwisata adalah suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifatnya untuk sementara waktu yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri, dengan tujuan bukan berusaha, bekerja

(15)

atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau menikmati suatu obyek yang tidak didapatkannya dari asal tempat tinggalnya.

Menurut Darmadjati dalam Ediwarsyah (1987) memberi batasan tentang pengertian obyek pariwisata adalah :

“ Pada garis besarnya berwujud obyek, barang-barang mati atas statis, baik yang diciptakan oleh manusia sebagai hasil seni budaya, atau yang berupa gejala-gejala alam yang memiliki daya tarik kepada para wisatawan untuk mengunjunginya agar dapat menyaksikan, mengagumi, menikmati sehingga terpenuhi rasa kepuasan wisatawan-wisatawan itu, sesuai dengan motif kunjungannya”.

Peranan obyek pariwisata adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas yang harus dilaksanakan manusia untuk memelihara, mengembangkan, meluaskan, memperindah, menambah fasilitas yang ada di obyek pariwisata. Sebelum wisatawan mengunjungi obyek pariwisata, maka perlu mengetahui terlebih dahulu tentang keadaan obyek yang akan dikunjunginya, seperti :

a. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya

b. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat sementara tinggal di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya

c. Fasilitas tempat makan dan minum yang lengkap dan sesuai dengan selera wisatawan tersebut

d. Obyek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjungi. e. Aktifitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjungi f. Fasilitas perbelanjaan

(16)

Dari keterangan di atas, Penulis mengambil kesimpulan agar wisatawan tertarik untuk mengunjungi obyek pariwisata yang perlu dikembangkan adalah :

1. Obyek Wisata

Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus dirancang dan di bangun atau di kelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus di rancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Obyek wisata umumnya berdasarkan pada :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya c. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka

d. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

e. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

2. Prasarana dan Sarana Wisata a. Prasarana Wisata

(17)

Prasarana obyek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan obyek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek wisata yang bersangkutan.

Pembangunan prasarana wisata dengan mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya yang tentu saja meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.

(18)

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih dan menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.

(19)

Pemasaran adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjualan mendapat keuntungan maksimal dengan resiko serendah-rendahnya (James J. Spillane dalam ediwarsyah 1987). Menurut Winardi dalam Ediwarsyah (1986) mengatakan bahwa pemasaran adalah aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta jasa-jasa dari produksi sampai konsumsi dimana termasuk tindakan membeli, menjual, menyelenggarakan reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut nilai, mengangkut, menyimpan benda-benda, serta informasi pasar. Pemasaran adalah usaha untuk memajukan sesuatu, sering kali istilah promosi dihubungkan dengan misalnya kepariwisataan, perniagaan yang berarti usaha untuk memajukan kedua bidang tersebut. Karena tujuan promosi yaitu :

a. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar b. Untuk meningkatkan penjualan

c. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang kehebatan perusahaan tersebut

d. Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahaan atau produk atau jasa terhadap saingan.

Bila dikaitkan dengan kepariwisataan maka yang menjadi sasaran promosinya adalah obyek pariwisata yaitu dengan cara menerangkan (memaparkan) keadaan daya tarik dari wisata tersebut, sarana dan prasarana yang telah tersedia di obyek pariwisata, sehingga menimbulkan keinginan orang untuk berkunjung di

(20)

obyek pariwisata tersebut. Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan promosi obyek pariwisata adalah :

a. Agar masyarakat mengetahui bahwa ada obyek pariwisata yang baik untuk dikunjungi.

b. Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan

c. Untuk menunjukkan pada wisatawan tentang keadaan obyek wisata yang mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan obyek pariwisata lainnya.

d. Untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat terutama yang ada dilingkungan obyek pariwisata.

4. Pelayanan Terhadap Wisatawan

Pelayanan terhadap wisatawan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan orang untuk membantu atau melayani kepentingan wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau keinginan wisatawan. Dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pelayanan terhadap wisatawan di obyek pariwisata adalah :

a. Ramah tamah dalam menerima wisatawan

b. Jujur melayani wisatawan, terutama dalam memenuhi kebutuhannya di obyek pariwisata

(21)

c. Kesediaan masyarakat membantu wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya di obyek pariwisata.

d. Rasa aman yang diperoleh wisatawan, baik terhadap dirinya maupun harta bendanya.

2.6. Pengertian Strategi

Strategi adalah turunan dari bahasa Yunani yaitu Strat gos yang artinya adalah komandan perang dalam jaman tersebut. Adapun pada pengertiannya saat ini, strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu yang umumnya adalah ”kemenangan”.

Menurut Glueck dan Jauch, strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Sehingga dapat kita simpulkan pengertian Strategi secara umum dan khusus, yaitu :

a. Pengertian Umum

Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

(22)

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Saat ini ada sebuah pencampuradukkan kata antara strategi dengan taktik. Dalam hal pengertian, taktik bukanlah sebuah strategi, namun taktik ada di dalam strategi. Taktik ini memiliki ruang lingkup yang lebih kecil dengan waktu yang lebih singkat.

Untuk memudahkan pengertian antara strategi dan taktik, kita bisa menggunakan kata tanya “apa” dan “bagaimana”. Jika kita akan memutuskan “apa” yang seharusnya kita lakukan maka kita akan memutuskan suatu strategi. Jika kita akan memutuskan “bagaimana” untuk mengerjakan sesuatu maka itulah yang dinamakan taktik. Menurut Drucker, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things) dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar (doing the things right). Sedangkan menurut Hunger, Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menetukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (J. David Hunger dan Thomas L W : 2003:4).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar strategi tersebut dapat diterapkan. Dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan bahwa strategi memiliki beberapa sifat, yaitu :

(23)

a. Menyatu (unified) yaitu : menyatukan seluruh bagian-bagian dalam organisasi.

b. Menyeluruh (comprehensif) yaitu : mencakup seluruh aspek dalam organisasi. c. Integral (integrated) yaitu : seluruh strategi akan cocok / sesuai untuk seluruh

tingkatan (corporate, business and functional).

2.6.1. Tingkatan Strategis

Dan Schendel dan Charles Hofer menjelaskan adanya 4 tingkatan strategi, keseluruhannya disebut master strategi yaitu :

a. Enterprise Strategy

Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

(24)

Corporate Strategy adalah sebuah strategi untuk menjalankan misi yang telah kita siapkan dalam organisasi tersebut sesuai dengan bidang yang telah menjadi bagiannya. Strategi ini biasa disebut dengan Grand Strategy karena akan berakibat sangat fatal ketika kita salah dalam menjawab misi dari sebuah organisasi baik dari kata-kata maupun kebijakan yang diterapkan dalam organisasi.

c. Business Strategy

Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan strategik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.

d. Functional Strategy

Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu:

- Strategi functional ekonomi

Mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.

(25)

Mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing, dan integrating.

- Strategi isu strategic

Fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah.

Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal kesehatan organisasi dari sudut ekonomi.

2.6.2. Karakteristik Strategi

Penalaran yang mendasari penelitian manajemen strategi adalah bahwa melalui formulasi dan penerapan strategi yang efektif, kinerja perusahaan dapat ditingkatkan. Pada umumnya, strategi yang berhasil mengkombinasikan empat karakteristik utama :

a. Sasaran sederhana jangka panjang.

Landasan setiap strategi organisasi harus merupakan kejelasan dari sasaran. Apabila tidak ada konsensus dan konsistensi terhadap sasaran, strategi tidak akan dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah.

(26)

Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen anggota masyarakat. Pemahaman tentang penilaian pasar saham, pandangan terhadap kemungkinan potensi akuisisi, dan keahlian dalam mengidentifikasi dan memotivasi para manajer (Mark & Spencer).

c. Penilaian sumber daya yang obyektif.

Keberhasilan Mark & Spencer dalam jangka panjang dapat merefleksikan kesadarannya akan sumber daya dan kemampuan utamanya. Termasuk reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merk, kemampuan untuk memotivasi karyawan, keefektifannya dalam menangani kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuannya menangani dan mengendalikan mutu.

d. Penerapan yang efektif.

Strategi yang paling cemerlang tidak akan berguna jika tidak diterapkan secara efektif. Penerapan yang efektif memerlukan pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi, dan sistem manajemen yang memegang teguh komitmen dan koordinasi seluruh pegawai, dan mobilisasi sumber daya untuk melengkapi strategi tersebut.

2.6.3. Formulasi Strategi

Formulasi atau perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.

(27)

Ada 3 landasan strategi yang dapat membantu organisasi memiliki keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Adapun yang biasa digunakan untuk membuat strategi adalah dengan menggunakan Analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threat).

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor,(Ibid 2003: 63) yaitu:

a. Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

b. Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

(28)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

d. Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri

Pemetaan analisis SWOT dibuat dalam bentuk tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar yang meliputi Opportunity dan Threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi. Dengan mengetahui kelebihan (Strength dan opportunity) dan kelemahan kita (weakness dan threat), maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan meningkatkan Strength dan opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu mengurangi Weakness dan Threat.

Berikut adalah beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi yaitu:

(29)

a. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

b. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

c. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

d. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

e. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Banyak faktor mempengaruhi pelaksanaan strategi, seperti faktor kepemimpinan, faktor komunikasi dalam organisasi, faktor konflik, sistem imbalan, sisntem kontrol, dan faktor sumber daya manusia. yang penting, organisasi harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap proses pembelajaran terus-menerus.

2.7. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan

(30)

sosial. Potensi sumberdaya wisata Kabupaten Tapanuli Tengah sekaligus potensi pasar wisatawan yang tersebar tidak merata di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, serta kondisi lingkungan fisik, sosial, budaya, maupun ekonomi beragam menyebabkan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan, ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan dalam kerangka saling melengkapi dan mendukung dengan sektor lain. Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata sebagai energi pengerak secara positif sehingga saling mendukung dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik.

Oleh karena itu pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah harus :

a) Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di daerah yang bersangkutan.

b) Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible (tak teraba) dan potensi sumberdaya sektor-sektor di wilayah.

c) Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas menguraikan 'siapa melakukan apa’ diantara sektor-sektor yang ada dalam

(31)

Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.

Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya. Pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah yang berkelanjutan berprinsip pada :

1. Terjaminnya keberlanjutan sumberdaya wisata dan sumberdaya pendukung pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat pengembangan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan. 3. Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli

Tengah yang disusun pemerintah dan otoritas yang berwenang dengan seluruh stakeholders pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat untuk keberlanjutan sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah.

United Nation Environment Programme (UNEP) menyusun prinsip-prinsip dasar pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Dalam pariwisata dan juga dalam industri-industri lainnya, pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) terdiri dari tiga aspek yang saling berkaitan : lingkungan hidup, sosial

(32)

budaya, dan ekonomi. Karena sifatnya yang 'menerus', maka pariwisata yang berkelanjutan mencakup pelestarian keanekaragaman hayati; minimalisasi dampak ekologis, budaya dan sosial; dan pemanfaatan secara maksimal konservasi dan komunitas lokal. Selain itu diperlukan juga struktur pengelolaan yang diperlukan untuk mencapainya.

Prinsip-prinsip pengembangan pariwisata yang berkelanjutan :

a) Mengintegrasikan pariwisata ke dalam kebijakan umum pembangunan berkelanjutan agar pengembangan pariwisata selaras dengan tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup nasional maupun regional.

b) Pengembangan pariwisata berkelanjutan harus didukung dua komponen penting, yaitu perencanaan, serta pengaturan dan standar. Perencanaan memastikan keselarasan rencana pengembangan dengan rencana-rencana lain dalam dimensi ruang yang lebih luas dan dimensi waktu yang lebih panjang. Penyusunan peraturan dan standar memberikan kerangka hukum dan koridor yang jelas dalam membangun.

c) Pengelolaan pariwisata berkelanjutan dilakukan untuk menjaga konsistensi pengembangan melalui kerjasama dan inisiatif seluruh sektor dan pemangku kepentingan, termasuk pelibatan langsung komunitas lokal, melakukan pemantauan, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan.

d) Keberhasilan tidak dapat lepas dari konsistensi seluruh pemangku kepentingan dalam menjalankan semua rencana yang sudah disusun dan terus

(33)

menerus meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia melalui pertukaran informasi mengenai pengembangan pariwisata berkelanjutan.

2.8. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Bahari

Pengembangan pariwisata bahari pada hakikatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias. Objek wisata bahari lainnya yang berpotensi besar adalah wilayah pantai. Pada umumnya, Indonesia memiliki kondisi pantai yang indah dan alami. Di antaranya adalah pantai barat Sumatera, Pesisir Sibolga, Pulau Simeuleu. Nusa Dua Bali dan pantai terjal berbatu di selatan Pulau Lombok. Wilayah pantai menawarkan jasa dalam bentuk panorama pantai yang indah, tempat pemandian yang bersih dan juga tempat untuk melakukan kegiatan berselancar air atau surfing. Terutama pada pantai yang landai, memiliki ombak yang besar dan berkesinambungan.

Terdapat dua faktor penting dalam strategi pembangunan kegiatan pariwisata nasional. Pertama, faktor internal berupa strategi terukur manajemen daya tarik objek wisata, yang terkait mulai dari aspek teknis, strategi jasa pelayanan sampai kepada strategi penawaran. Kedua, faktor eksternal berupa dukungan perangkat kebijakan dari pemerintah serta penciptaan iklim keamanan yang kondusif bagi kegiatan pariwisata di Indonesia. Sehingga secara ringkas dapat dikatakan bahwa untuk

(34)

menyusun sebuah strategi dalam kepariwisataan, perlu dilakukan amalisa terhadap lingkungan eksternal dan lingkungan internal lingkungan objek wisata tersebut. Lingkungan internal akan menggambarkan kekuatan dan kelemahan dari objek, sedangkan analisa eksternal akan menggambarkan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh objek tersebut. Secara umum sketsa atau bagan dalam menyusun sebuah strategi adalah

ANALISA

Lingkungan

Eksternal

Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)

STRATEGI

Kelemahan (Weakness) Kekuatan (Strength)

Lingkungan

Internal

Gambar 1 : Skema Penyusunan Strategi

Gambar

Gambar 1 : Skema Penyusunan Strategi

Referensi

Dokumen terkait

Cipta, 2014), h.. membuat siswa bisa lebih terfokus pada kegiatan belajar mengajar di kelasnya, sehingga curah perhatiannya akan lebih tinggi. Tingginya tingkat curah

Hasil analisa dan pengukuran yang telah dilakukan pada pengukuran olah gerak setiap variasi heaving plate dengan pengaruh tinggi spar, tinggi muatan dan variasi

Hasil dari kesepakatan pokja kabupaten Bengkalis menetapkan wilayah kajian penyusunan SSK pemutakhiran dengan skala Kabupaten terdiri dari 8 kecamatan dan 155

Sedangkan perbedaannya, di dalam Perjanjian Lama dijelaskan dan disebutkan secara berulang-ulang bahwa tanah Kan’an/Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang

Hasil penelitian ini diketahui bahwa variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter mempunyai pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.Variabel

hal ini penulis dalam memperoleh data langsung pada informasi atau responden yang bersangkutan dengan melakukan wawancara secara langsung untuk memperoleh kejelasan

Metode penelitian yang digunakan adalah field research, berdasarkan aspek sosial tradisi membangun rumah, tatanan ruang dalam, bahan dan konstruksi bangunan, dengan

Bahagian A mengandungi tujuh item berkaitan latar belakang responden iaitu tingkatan, jantina, umur, keputusan peperiksaan Penilaian Menengah Rendah, keputusan bahasa Inggeris dalam