ANALISIS PERTUMBUHAN BEBERAPA JENIS IKAN DI LINGKUNGAN PERAIRAN DANAU SEMAYANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
(Growth Analysis of Fishes in the Waters of Semayang Lake, Kabupaten Kutai Kartanegara)
MARSEL TANDI PAYUK1), MOHAMMAD MUSTAKIM2) dan AKHMAD RAFI’I2)
1)
Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul 2)
Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
E-mail:
marsel78dkp@gmail.com
ABSTRACT
This research was aimed to study the pattern of growth of some fish species. The results of the weight-length analysis of fish indicated that isometric growth pattern was found in Kelabau (Osteochilus melanopleurus), Asian redtail catfish (Mystus nemurus) , Baung burai (Leiocassis stenomus) .Positive allometric growth in Repang (Osteochilus repang) , Peacok eel (Mastacembelus siamensis) , and Kendia (Thynichthys vaillanti) and negative allometric growth in Lalang (Oxygaster anomalura). The highest factor condition was found on Lalang (Oxygaster anomalura) with score 0,83-1,71, then the lowest on Repang with score 0,31-1,51 and Tebal Dada with score 0,53-1. The alleged long growth of Repang is Lt = 225,25 (1-e-1,60(t+0,097)), Sili Lt = 268,80 (1-e-0,68(t+0,051)), Kendia Lt = 148,58 (1-e -0,94(t+1,12)
), Tebal Dada Lt = 158,55 (1-e
-0,68(t+0,084)
), Lalang Lt = 144,90 (1-e
-0,87(t+0,034)
), Baung Lt =
310,8 (1-e-1,5(t+0,112)) and Kelebere Lt = 163,8 (1-e
-0,82(t+0,039)
).
Keywords: Fishes, Growth, Semayang lake, and Kutai Kartanegara.
PENDAHULUAN
Danau semayang merupakan salah satu danau yang berada pada wilayah Daerah Mahakam Tengah (DMT) yang terletak pada koordinat 116°-117° BT dan 0°-30° LS merupakan salah satu daerah lahan basah terbesar di Kalimantan (Budiono et al., 2005). Danau semayang memiliki luas 11.000 ha dengan kedalaman 13 m serta volume danau 390.000.000 m3. Menurut Haryono (2006), lingkungan danau-danau di DMT memiliki kekayaan ikan dengan ditemukannya beragam spesies ikan.
Tingginya keragaman fauna mendorong tingkat eksploitasi yang berlebihan, sehingga dikawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya populasi dan keaneka ragaman ikan. Disamping itu, tingginya aktifitas di Danau Semayang seperti adanya jalur transportasi air serta aktifitas manusia yang bermukim mengakibatkan terganggunya proses strategi ekologi (ecological strategy) sumberdaya ikan sehingga diperlukan penelitian mengenai pertumbuhan ikan dan beberapa parameter dinamika populasinya. Hal tersebut penting dilakukan karena pertumbuhan yang merupakan bagian dari aspek biologi ikan dapat dijadikan indikator yang baik untuk melihat kesehatan populasi ikan dan lingkungan. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle & Cech 2004).
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 22. No. 1, Oktober 2016: 047–053 Diterima 29 Juni 2016.
Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015, berlokasi pada wilayah perairan Danau Semayang.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data langsung ke lapangan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yaitu sawaran (Sero. Kemudian dilakukan pengukuran panjang total dan bobot ikan dengan menggunakan papan ukur dengan ketelitian 0,1 dan timbangan dengan ketelitian 0,01.
Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Hasil Tangkapan, Papan preparat, Alat tulis menulis, Mistar ukur ketelitian 0,1 cm, Timbangan digital Ketelitian 0,01 g, Cool Box, Perahu Ces, Sawaran (Sero).
Gambar 1. Alat tangkap sero
Hubungan Panjang Total dan Bobot Ikan.
Analisis hubungan panjang dan bobot ikan menggunakan uji regresi, dengan rumus sebagai berikut (Effendie 1979):
W = aLb
Keterangan : W = Berat tubuh ikan (gram) L = Panjang ikan (mm), a dan b = konstanta
Uji dilakukan terhadap nilai b untuk mengetahui apakah b=3 (isomertik) atau b≠3 (alometrik).
Faktor Kondisi
Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Index, untuk pertumbuhan
isometrik (b=3) faktor kondisi (KTL) dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979):
KTL = 3
5
10
L
W
Sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b≠3), maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumusnya (Effendie, 1979):
K
n=
baL W
Dugaan Pertumbuhan
Pertumbuhan panjang ikan dapat dihitung dengan model von Bertalanffy sebagai berikut (Sparre
dan Venema, 1999).
L
tL
(
1
e
K(t t0))
Keterangan : Lt = Panjang ikan pada umur ke-t (mm)
L∞ = Panjang maksimal (mm)
K = Koefisien pertumbuhan (t1)
t0 = Umur hipotesis ikan pada panjang nol (tahun)
Nilai L∞ dan K didapatkan dari hasil penghitungan dengan metode ELEFAN 1 yang terdapat dalam
program FISAT II.
Nilai t0 dapat diduga dengan persamaan berikut (Utomo, 2002).
Log –(t0) = -0,3922 - 0,2752 Log L∞ - 1,038 Log K
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lingkungan Perairan Di Lokasi Penelitian
Kondisi Lingkungan perairan Danau Semayang, berdasarkan pada hasil pengukuran parameter fisik dan kimia, menunjukkan kondisi yang masih baik untuk pertumbuhan ikan mengacu pada PP no 82 tahun 2001 tentang baku mutu berdasarkan peruntukannya.
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter kualitas air
NO PARAMETER HASIL PENGUKURAN SATUAN
A Parameter Fisika 1 Suhu 29-30 °C 2 TDS 51 – 109 Mg/Liter 3 TSS 15 - 24 Mg/Liter B Parameter Kimia 4 pH 5,9 – 6,9 5 DO 4,1 – 4,7 Mg/Liter 6 BOD 1,3 – 1,34 Mg/Liter 7 COD 4,3 – 5,6 Mg/Liter 8 Phosphate 0,12 – 0,157 Mg/Liter 9 Nitrite 0,007 – 0,009 Mg/Liter 10 Nitrate 2,97 – 3,44 Mg/Liter 11 Ammonia 0,12 – 0,18 Mg/Liter
Hubungan Panjang Berat
Hubungan panjang dan berat ikan yang terkoleksi di wilayah perairan Danau Semayang menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda. Pola pertumbuhan allometrik positif diperlihatkan pada ikan repang, sili, dan kendia dengan nilai b yang lebih besar dari 3 (b>3). Hal tersebut berarti pertumbuhan panjang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan bobot ikan, sedangkan ikan tebal dada, baung dan kelebere memperlihatkan pola pertumbuhan Isometrik, terlihat dari dan nilai b = 3. Pola
Pola pertumbuhan allometrik negatif diperlihatkan pada ikan lalang (lalang) terlihat dari nilai b < 3, dimana pertumbuhan tersebut berarti pertumbuhan berat tubuh yang relatif lebih lambat dibandingkan panjang tubuhnya.
Pola pertumbuhannya yang berbeda dari ikan-ikan terkoleksi di wilayah perairan danau semayang serupa dengan pola pertumbuhan yang ditunjukkan pada hasil analisis yang dilakukan oleh Syahrir, M.R. (2013) di wilayah perairan pedalaman Kabupaten Kutai Timur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kondisi perairan pedalamam Kabupaten Kutai Timur relative sama dengan kondisi perairan Danau Semayang.
Pola pertumbuhan yang berbeda antar jenis ikan, diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan (waktu penangkapan), perbedaan umur, persediaan makanan, perkembangan gonad, penyakit dan tekanan parasit
(Turkmen et al., 2002). Soumakil (1996) menambahkan, adanya perbedaan pola pertumbuhan pada ikan,
kemungkinan karena perbedaan tingkat kematangan gonad, musim, dan kesuburan perairan.
Panjang dan berat ikan di lokasi penelitian dilingkungan perairan danau semayang memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai (nilai r) ikan terkoleksi pada angka 0,90 hingga 0,99, dengan nilai determinasi (R²) mendekati 1 yaitu berkisar antara 0,81 hingga 0,98. Angka ini menunjukkan bahwa factor pertumbuhan panjang dominan mempengaruhi pertumbuhan berat atau sebaliknya, sementara pengaruh oleh faktor lain cukup kecil dan hubungan antara panjang total dan bobot ikan sangat erat. Hubungan panjang dan berat ikan-ikan terkoleksi secara lebih rinci disajikan pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Hubungan panjang dan berat ikan terkoleksi
.
Jenis ikan W = aLb Pola Pertumbuhan Nilai (R²) Nilai (r)
Repang W=0,0045 L3,30 Allometrik 0,96 0,98
Sili W= 0,0014 L3,37 Allometrik 0,95 0,97
Kendia W= 0,0052 L3,17 Allometrik 0,86 0,93
Tebal Dada W= 0,0089 L3,01 Isometrik 0,94 0,96
Lalang W= 0,019 L2,54 Allometrik 0,81 0,90
Baung W= 0,0084L3,03 Isometrik 0,98 0,99
Kelebere W=0,0062 L3,00 Isometrik 0,96 0,98
Faktor Kondisi
Nilai faktor kondisi yang diperlihatkan berdasarkan hasil analisis terhadap masing-masing ikan terkoleksi memperlihatkan nilai yang bervariasi, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai terendah ditunjukkan pada ikan Repang yaitu sebesar 0,31-1,51 dan yang tertinggi pada ikan Lalang sebesar 0,83-1,71. Hal ini berarti bahwa ikan lalang memiliki kapasitas fisik yang lebih baik atau dengan kata lain memiliki kwalitas dan kwantitas daging lebih baik (lebih montok). sedangkan pada ikan Repang terjadi hal yang sebaliknya.
Tabel 3. Nilai faktor kondisi ikan
No Jenis Ikan Kisaran Faktor Kondisi SD
1. Repang 0,31-1,51 0,143 2. Sili 0,91 - 1,43 0,104 3. Kendia 0,66-1,39 0,149 4. Tebal Dada 0,53-1,19 0,109 5. Lalang 0,83-1,71 0,236 6. Baung 0,81-1,39 0,127 7 Kelebere 0,88-1,27 0,081
Perbedaan nilai faktor kondisi yang ditunjukkan pada hasil analisis ikan-ikan terkoleksi diduga diakibatkan oleh ketersediaan makanan yang relative tidak stabil sebagai akibat dari kondisi iklim yang fluktuatif pada saat dilakukannya pengambilan data dilokasi penelitian. Bervariasinya nilai faktor kondisi pada ikan-ikan terkoleksi, selain faktor ketersediaan makanan dan jenis kelamin, juga diduga disebabkan oleh perbedaan umur ikan terkoleksi, dimana ikan yang masih muda menghabiskan energy untuk pertumbuhan somatic, sedangkan ikan dewasa, disamping pertumbuhan somatic, juga digunakan iuntuk pertumbuhan gonadik dan metabolism basal. Ditambahkan oleh Weatherley (1972), bahwa perubahan faktor kondisi ikan selama pertumbuhan lebih dikarenakan oleh perubahan proporsi tubuh daripada oleh perubahan ukuran.
Dugaan Pertumbuhan
Hasil analisis pertumbuhan (K dan L∞) dengan Metode ELEFAN 1 menunjukkan bahwa, koefisien pertumbuhan dan dugaan panjang asimtotik ikan yang terkoleksi di habitat Danau Semayang secara berurutan sebagai berikut: ikan repang (1,60/tahun dan 225,25 mm), ikan sili (0,680/tahun dan 268,80 mm), ikan kendia (0,940/tahun dan 148,58 mm), ikan tebal dada (0,680/tahun dan 158,55 mm), ikan lalang (0,870/tahun dan 144,90 mm), ikan baung (1,5/tahun dan 310,8 mm) dan ikan kelebere (0,820/tahun dan 163,8 mm). Dari hasil perhitungan dugaan pertumbuhan panjang (K, L∞ dan t0) didapat persamaan pertumbuhan panjang ikan repang yaitu Lt = 225,25 (1-e-1,60(t+0,097)), ikan sili Lt = 268,80 (1-e -0,68(t+0,051)
), ikan kendia Lt = 148,58 (1-e-0,94(t+1,12)), ikan tebal dada Lt = 158,55 (1-e-0,68(t+0,084)), ikan lalang Lt = 144,90 (1-e-0,87(t+0,034)), ikan baung Lt = 310,8 (1-e-1,5(t+0,112)) dan ikan kelebere Lt = 163,8 (1-e -0,82(t+0,039)
). Performa kurva dugaan pertumbuhan, ditampilkan pada Gambar 2.
0 50 100 150 200 250 300 350 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur (th) D u g a a n P a n ja n g ( m m ) REPANG SILI KENDIA TEBAL DADA LALANG BAUNG KELEBERE
Gambar 2. Dugaan pertumbuhan jenis ikan di lokasi penelitian
Hasil perhitungan dugaan pertumbuhan pada ikan-ikan terkoleksi secara umum mengindikasikan kecenderungan pertumbuhan yang meningkat pesat pada umur antara 0-1 tahun, dan mengalami stagnasi pertumbuhan pada fase 3 tahun keatas. Pada umur 0-1 setelah fase pasca larva, pertumbuhan pada setiap jenis ikan memasuki pertumbuhan somatik dimana energi yang diperoleh dari makanan terdistribusi hanya untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta metabolisme basal untuk proses pemeliharaan organ-organ dalam ikan. Pertumbuhan somatik, mulai mengalami penurunan laju perkembangan ketika ikan masuk ke fase dewasa. Karena pada fase dewasa energi yang diperoleh dipergunakan untuk
pertumbuhan somatik, gonadik, dan metabolisme basal. Menurut Effendie (1997), ikan-ikan yang
berumur muda lebih cepat pertumbuhannya dari pada ikan berumur tua. Hal ini disebabkan karena energi yang didapatkan dari makanan tidak dapat lagi dipergunakan untuk pertumbuhan melainkan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan alat-alat reproduksi.
Secara lebih rinci, panjang asimtotik (L∞) dan koefisien pertumbuhan ikan-ikan terkoleksi ditampilkan dalam Tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4. Sebaran nilai panjang maksimal dan koefisien pertumbuhan
Parameter Pertumbuhan
Jenis Ikan
Repang Sili Kendia Tebal
Dada
Lalang Baung Kelebere
L∞ 225,25 268,80 148,58 158,55 144,90 310,8 163,8
K 1,60 0,680 0,940 0,680 0,870 1,5 0,820
Berdasarkan analisis ELEFAN 1 Panjang asimtotik (L∞) ikan Repang sebesar 225,25 mm dicapai pada umur 2 tahun, ikan Sili sebesar 268,80 mm dicapai pada umur 4 tahun, ikan Kendia sebesar 148,58 mmdicapai pada umur 2 tahun, Ikan Tebal Dada sebesar 158,55 mm dicapai pada umur 3 tahun, Ikan Lalang sebesar 144,90 mm dicapai pada umur 3 tahun, ikan Baung sebesar 310,8 mm dicapai pada umur 2 tahun, ikan Kelebere sebesar 163,8 mm dicapai pada umur 4 tahun.
Nilai (K) ikan repang dan ikan baung relatif lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya dimana ikan repang dan ikan baung mencapai panjang asimtot lebih cepat dibandingkan jenis ikan lainnya yaitu pada umur ikan 2 tahun. Berdasarkan nilai tersebut, diduga kondisi lingkungan yang ada diperairan Danau Sema yang sangat cocok untuk pertumbuhan ikan Repang dan ikan Baung. Menurut Weatherley (1972), perbedaan nilai (K) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti makanan, suhu, dan kondisi lingkungan. Selain faktor lingkungan, diduga kelimpahan makanan yang cukup besar berdampak pada pertumbuhannya cepat (Sulistiono et al., 2001).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey dan analisis dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Pola pertumbuhan ikan repang, sili, dan kendia bersifat allometrik positif, ikan tebal dada, baung dan kelebere bersifat isometrik, ikan lalang bersifat allometrik negatif.
2. Analisis model Von Bertalanffy dengan metode ELEFAN I Diperoleh persamaan pertumbuhan
panjang ikan repang yaitu Lt = 225,25 (1-e-1,60(t+0,097)), ikan sili Lt = 268,80 (1-e-0,68(t+0,051)), ikan kendia Lt = 148,58 (1-e-0,94(t+1,12)), ikan tebal dada Lt = 158,55 (1-e-0,68(t+0,084)), ikan lalang Lt = 144,90 (1-e-0,87(t+0,034)), ikan baung Lt = 310,8 (1-e-1,5(t+0,112)) dan ikan kelebere Lt = 163,8 (1-e-0,82(t+0,039)). 3. Faktor kondisi ikan repang 0,31-1,51, ikan sili 0,91 - 1,43, ikan Kendia 0,66-1,39, Ikan tebal dada
0,53-1,19, Lalang 0,83-1,71, Baung 0,81-1,39 dan Kelebere 0,88-1,27.
DAFTAR PUSTAKA
Agostinho, A.A., Thomaz SM, Minte-vera CV, Winemiller KO. 2000. Biodiversity in the high Parana rivers floodplain. Pp:89-118. in:Gopal B, Junk WJ, Davis JA (Eds). Biodiversity in wetland:assessment, function and conservation. Volume I. Backhuys Publishers. Laeiden. The Netherland
Anonim, 2015. Danau Semayang, Melintang dan Jempang, file:///D:/Bahan Seminar/ProfiL Danau Semayang, Melintang dan Jempang.html ( Maret, 2015)
Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Bogor: Yayasan Dewi Sri.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Haryono. 2006. Iktiofauna di Danau Semayang-Melintang kawasan Mahakam Tengah. Kalimantan Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 6 (1):75-78.
Syahrir, M.R. 2013. Kajian Pertumbuhan Beberapa Jenis Ikan Di Perairan Pesisir Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 19 No. 1. ISSN 1402 – 2006.
Moyle PB, Cech Joseph JJr. 2004. Fishes: An Introduction to Ichtyology. 5th edition. New
Jersey:Prentice-Hall, Inc
Ondara. 1981. Beberapa Catatan tentang Perairan Tawar dan fauna Ikannya di Indonesia. Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum.Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan: 13-32.
Rachmatika, I. 2001. Biodiversitas ikan di DAS Mendalam, Taman Nasional Betung Kerihun Kalimantan Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol 1 No 1: 19-26.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1: Manual. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan, penerjemah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Utomo, A.D. 2002. Pertumbuhan dan Biologi Reproduksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) di
Sungai Lempuing Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8(1):15-26.