• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BILATERAL INVESTMENT TREATIES TERHADAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT NEGARA- NEGARA KAWASAN ASIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BILATERAL INVESTMENT TREATIES TERHADAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT NEGARA- NEGARA KAWASAN ASIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BILATERAL INVESTMENT TREATIES

TERHADAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT

NEGARA-NEGARA KAWASAN ASIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh:

Trisfian Suhardi

2013110063

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

2017

(2)

THE EFFECTS OF BILATERAL INVESTMENT

TREATIES ON FOREIGN DIRECT INVESTMENT IN

ASIAN COUNTRIES

UNDERGRADUATE THESIS

Submitted to complete part of the requirements

for Bachelor’s Degree in Economics

By

Trisfian Suhardi

2013110063

PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY

FACULTY OF ECONOMICS

PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS

Accredited by BAN – PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Investor selalu menghadapi risiko dalam berinvestasi seperti perubahan yang tidak dapat diprediksi. Dalam beberapa tahun terkahir investor asing terbantu dengan bertumbuhnya Bilateral Investment Treaties (BITs). Penelitain ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh BITs dan faktor lainnya terhadap Foreign Direct Investment di negara-negara kawasan Asia. Melalui metode estimasi Ordinary Least Square (OLS), didapatkan BITs memberikan pengaruh yang cukup besar dalam peningkatan jumlah FDI inflow di negara-negara kawasan Asia. Faktor lainnya seperti poilitical risk, PDB per kapita, dan populasi juga memberikan pengaruh terhadap FDI inflow di negara-negara kawasan Asia. Oleh karena itu, peningkatan jumlah BITs yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah FDI inflow.

(6)

vi

ABSTRACT

Investors are bound to face challenges such as unpredictable changes in social, political and economic conditions. Over the past years, Bilateral Investment Agreement (BITs) has been helping foreign investors overcoming those changes. This research analyzes the effect of BITs and the other variables towards Foreign Direct Investment in Asian countries. Using the Ordinary Least Square (OLS) method, it is found that BITs give considerable influence in increasing the amount of FDI inflows in Asian countries. Other factors such as political risk, per capita GDP, and population also affect the inflows. Therefore, this research suggests that countries in the Asian region should increase the number of BITs to increase the amount of FDI inflows.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi berjudul “Pengaruh Bilateral Investment Treaties terhadap Foreign Direct Investment Negara-Negara Kawasan Asia” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat dan disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat bersedia menerima saran dan kritik membangun demi perbaikan di kemudian hari. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukanlah hal yang mudak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkam terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan , doa, dan bimbingan, hingga penulis menyelesaikan skripsi ini, di antaranya: 1. Ibu dan ayah penulis, Eddy Suhardi dan Imas Salinda yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, dukungan baik moral maupun materil, perhatian, dorongan, semangat, motivasi, nasihat, dan saran kepada penulis, khususnya selama penulis menjalankan studi di Unpar. Terima kasih pula karena keberadaan ibu dan Ayah menjadi tempat bagi penulis untuk berdialog dan berdiskusi dalam segala hal.

2. Kakak penulis, Lilian Danil dan Novita Sari yang juga selalu memberikan dukungan, motivasi, perhatian, dan doa kepada penulis selama penulis mengerjakan skripsi ini.

3. Ibu DR. Miryam B. L. Wijaya, selaku ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, dosen beberapa mata kuliah yang pernah penulis tempuh. Terima kasih atas ilmu, saran dan nasihatnya.

4. Ibu Januarita Hendrani, Dra., M. A., Ph. D., selaku dosen koordinator bidang kajian Ekonomi Industri dan Perdagangan sekaligus dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu, kesabaran, ilmu, nasihat, masukan, dan bantuan yang selama ini diberikan.

5. Bapak Ahmad Aswin Masudi, S.E., MM., MSc., selaku dosen ko-pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu, nasihat, dan masukan yang selama ini diberikan.

6. Ibu Masniarita Pohan, Ph. D., selaku dosen wali penulis. Terima kasih atas bantuan dan motivasi ibu dalam proses FRS sejak semester satu.

(8)

viii 7. Ibu Noknik Karliya H, Dra., MP., Bapak P. C. Suroso, Drs., MSP., Lic, Rer, Reg., Ibu Siwi Nugraheni, Dra., M. Env., Bapak Chandra Utama, S.E., MSE., MSc., Bapak Dr. Fransiscus Haryanto, S.E., M.M., Ibu Ivantia S. Mokoginta, Ph. D., Bapak M. Ishak Somantri, Drss., MSP., Ibu Anna F. Poerbonegoro, Dra. M. A., dan dosen-dosen lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, sebagai dosen Ekonomi Pembangunan UNPAR yang telah membagikan ilmunya pada penulis.

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan UNPAR angkatan 2013, Getha, Ifara, Ajeng, Fiat, Galih, Mariska, Nadia, Rizal, Rania, Hanandito, Helena. Dikcit, Afina, Momo, Tari, Aurel, Gege, Dian, Asyifa, Enrika, Imun, Faisal, Darryl, Jodi, Faza, Nur, Icul, Ben, Feisal, Kevin, Dikgem, Koji, Aldwyn, Eno, Tsana, dan teman-teman angkatan 2013 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

9. Sahabat terbaik tim gugur. Terima kasih kepada Aries, Naufal, Yudi, Juliandi, Julian, Pratama, Wahyu, Fapirio, Taufan. Terima kasih telah memberikan dukungan kepada penulis.

10. Nadyastie Laurencia yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

11. Serta semua pihak lain yang juga berperan dalam kehidupan penulis namun tidak dapat disebutkan satu per satu, khususnya selama penulis menjalankan studi di UNPAR, penulis ucapkan terima kasih. Semoga segala kebaikannya diberi ganjaran yang setimpal. Aamiin.

Bandung, 4 Juli 2017

(9)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

Daftar gambar xi

Daftar tabel xii

1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Kerangka Pemikiran 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1. Investasi Asing 6

2.2. Bilateral Investment Treaties 9

2.3. Penelitian Sebelumnya 13

3. METODE DAN OBJEK PENELITIAN 15

3.1. Metode Penelitian 15

3.1.1. Data dan Sumber Data 15

3.1.2. Model yang Digunakan 15

3.2. Objek Penelitian 16 3.2.1. FDI inflow 16 3.2.2. BITs 17 3.2.3. Populasi 19 3.2.4. PDB per Kapita 20 3.2.5. Political Risk 21

3.2.6. Ekspor Barang Tambang 22

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1. Hasil Pengolahan Data 24

4.1.1. Uji Asumsi Klasik 25

4.1.2. Uji signifikansi koefisien regresi 26

4.2. Hasil pembahasan 29

5. PENUTUP 32

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN A-1

(10)

x

(11)

xi

Daftar gambar

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian 5 Gambar 3.1. FDI Inflows kawasan Asia Tahun 2005-2015 17 Gambar 3.2. Jumlah Perjanjian BITs yang Ditandatangani 18 Gambar 3.3. Rata-Rata Perjanjian BITs yang Ditandatangani Negara-Negara

Kawasan Asia 19

Gambar 3.4. Rata-Rata Populasi Negara-Negara Kawasan Asia Tahun 2005-2015 20 Gambar 3.5. Rata-Rata PDB per Kapita Negara-Negara Kawasan Asia Tahun

2005-2015 21

Gambar 3.6. Rata-Rata Nilai Political Risk Negara-Negara Kawasan Asia Tahun

2005-2015 22

(12)

xii

Daftar tabel

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Model Terbaik Persamaan dengan Dependen Variabel

FDI inflow 24

Tabel 4.2. Hasil Estimasi Persamaan dengan Dependen Variabel FDI Inflow 25 Tabel 4.3. Hasil Uji Variance Inflating Factors (VIF) untuk Variabel Bebas 26

(13)

1

1. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Investor selalu menghadapi risiko dalam berinvestasi seperti adanya perubahan yang tidak dapat diprediksi. Selain itu, investor sering kali memiliki rasa kepercayaan yang lemah terhadap negara-negara berkembang begitupun sebaliknya. Investor memiliki kepercayaan yang lemah karena mengeluhkan berbagai aturan-aturan yang dibuat tidak jelas dan berubah-ubah dari waktu ke waktu sedangkan pemerintah negara berkembang khawatir investor asing akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan akan melarikan diri apabila ada masalah yang timbul pada negaranya (Tobin & Rose-Ackerman, 2003). Ketidakpercayaan diantara kedua belah pihak dapat menjadi kuat sehingga investasi yang dilakukan sedikit bahkan tidak terjadi investasi sama sekali, walaupun sebenarnya dengan investasi tersebut dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak.

Dalam beberapa tahun terakhir investor asing maupun negara-negara berkembang terbantu dengan tumbuhnya Bilateral Investment Treaties (BITs). BITs adalah perjanjian yang ditandatangani negara asal investor asing (home countries) dan negara tujuan investasi (host countries). Perjanjian itu diciptakan dengan menyiapkan kerangka negosiasi agar persetujuan Foreign Direct Investment (FDI) bisa tercapai. Berdasarkan perjanjian tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk saling melindungi setiap bentuk investasi yang dilakukan oleh investor antar-kedua negara. BITs menjadi pendorong kedua negara untuk saling menyajikan kebijakan yang dapat mendukung dan mempromosikan penanaman modal di masing-masing negara (Tobin & Rose-Ackerman, 2003). BITs meyediakan kebijakan yang jelas untuk melindungi seluruh kegiatan investasi dan mengurangi risiko yang dihadapi investor. Apabila terjadi pelanggaran atau sengketa pada perjanjian BITs yang telah disepakati, BITs telah didukung oleh hukum internasional dan bisa diselesaikan melalui lembaga internasional seperti International Center for the Settlement of

International Disputes (ICSID) atau melalui sistem arbitrase internasional lainnya.

BITs pertama kali ditandatangani pada tahun 1959 antara negara Jerman dan Pakistan dan mulai berlaku pada tahun 1962. Jumlah BITs mengalami peningkatan yang tajam pada tahun 1990-an. Menurut UNCTAD, jumlah BITs mengalami kenaikan dari 385 perjanjian pada tahun 1990 sampai 1857 pada akhir tahun 1999 dengan 173 negara yang terlibat dalam Bilateral Investment Treaties. Awalnya, sebagian besar perjanjian yang ditandatangani dilakukan oleh negara maju dan negara berkembang. Khususnya sebelum tahun 1990, negara berkembang tidak

(14)

2 menandatangani BITs dengan siapapun tetapi setelah tahun 1990 negara berkembang telah banyak yang menandatangani BITs dengan beberapa negara. Penyebaran BITs umumnya mengikuti pola geografis. Pada awalnya, perjanjian yang ditandatangani banyaknya dilakukan oleh negara-negara Afrika dan negara-negara di Eropa Barat. Negara-negara Asia mulai menandatangani pada tahun 1970, diikuti negara Eropa Tengah dan Eropa Barat. Pada akhir tahun 1980 negara-negara Amerika Latin mulai ikut menandatangani BITs.

FDI telah menjadi hal penting bagi negara-negara berkembang yang sedang dalam proses pembangunan infrastruktur dan ekonominya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara-negara berkembang yang menerima peningkatan jumlah FDI yang masuk ke negaranya setiap tahunnya. Data yang dikeluarkan oleh United

Nations Conference on Trade on Development tahun 2015 menunjukkan bahwa

selama satu dekade terakhir dari tahun ke tahunnya jumlah FDI yang masuk ke negara-negara berkembang di dunia relatif mengalami peningkatan. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa negara-negara berkembang yang dalam proses pembangunan menjadi tujuan investor asing untuk melakukan investasi. Dengan adanya aliran masuk FDI diharapkan dapat mendorong dan mempercepat proses pembangunan di negara-negara berkembang yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi.

Pilihan investor untuk menanamkan investasi dalam bentuk FDI dibandingkan modal lainnya di suatu negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima FDI

(pull factor) maupun kondisi dan strategi dari investor asing (push factor). Pull factor

yang berasal dari host countries terdiri dari kondisi pasar, sumber daya alam dan manusia, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan berinvestasi yang ada di negara itu sendiri. Sedangkan untuk push factor yang berasal dari investor asing terdiri dari strategi investasi maupun strategi produksi yang dimiliki oleh investor itu sendiri (Kurniati, Prasmuko, & Yanfitri, 2007).

Total FDI inflow Asia pada tahun 2013 adalah sebesar 460652 juta dolar, ada kenaikan sebesar 0,06% pada tahun 2014 menjadi 493847 juta dolar. Jumlah FDI

inflow negara berkembang di Asia pada tahun 2013 adalah sebesar 427879 juta dolar

dan mengalami kenaikan menjadi 465285 juta dolar. Menurut data yang disediakan

United Nations Conference on Trade and Development, persentase jumlah FDI inflow

negara berkembang Asia terhadap FDI inflow Asia pada tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami kenaikan dan persentase tersebut berada dikisaran 90 sampai 94%. Hal ini menunjukkan bahwa negara berkembang Asia menyumbang sebagian besar terhadap total FDI inflow Asia.

(15)

3

1.2.

Rumusan Masalah

BITs dibuat untuk saling memberikan perlindungan bagi investor dan dapat meberikan keuntungan bagi kedua negara. Negara berkembang melakukan BITs untuk menarik investasi ke dalam negerinya. Perlindungan yang didapat oleh investor dari BITs seharusnya dapat meningkatkan arus investasi yang masuk ke negara-negera berkembang. Meningkatnya arus investasi ini dapat memacu pembangunan negara berkembang sebagai host countries (Tobin & Rose-Ackerman, 2003). BITs dipercaya dapat membantu mengatasi masalah kepercayaan antara investor asing dengan pemerintah host countries, namun seberapa besar dampak yang diberikan BITs pada FDI inflow host countries harus dicari terlebih dahulu seberapa besar pengaruhnya. Mengacu pada hal tersebut muncullah pertanyaan penilitian yaitu:

1. Bagaimana pengaruh Bilateral Investment Treaties (BITs) terhadap

Foreign Direct Investment (FDI) inflow di negara-negara kawasan Asia?

2. Faktor lain apa saja yang memengaruhi masuknya Foreign Direct

Investment (FDI) inflow di negara-negara kawasan Asia?

1.3.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis apakah BITs memberikan dampak signifikan pada FDI inflow di negara-negara kawasan Asia. Tujuan yang kedua untuk menganalisis hubungan antara BITs dan political risk terhadap FDI inflow di negara-negara kawasan Asia. Tujuan yang ketiga ialah untuk menganalisis faktor lain apa saja yang memengaruhi FDI inflow di negara-negara kawasan Asia dan dampak yang diberikannya.

1.4.

Kerangka Pemikiran

Pada penelitian Tobin & Rose-Ackerman (2003) FDI inflow dapat dipengaruhi oleh PDB per kapita, populasi, sumber daya alam, tingkat political risk, dan total jumlah BITs yang ditandatangani oleh negara home countries. Mereka meneliti dampak BITs terhadap FDI inflow negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2003 dengan menggunakan sampel sampai 176 negara dengan periode waktu dari tahun 1975 sampai 2000. Penulis melakukan penelitan dampak BITs terhadap FDI inflow kawasan Asia dengan menggunakan sampel 18 negara. Penulis memperkirakan FDI inflow di kawasan Asia dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu variabel BITs, political risk, PDB per kapita, populasi, dan sumber daya alam.

(16)

4 Perbedaan yang penulis munculkan adalah periode yang diteliti, penulis meneliti pengaruh variabel-variabel tersebut dari tahun 2005 sampai dengan 2015.

Alur pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan oleh gambar 1.1. Permasalahan utama yang dihadapi oleh kedua negara dalam melakukan kegiatan investasi adalah rasa ketidakpercayaan. Rasa ketidakpercayaan antara investor

home countries dan pemerintah host countries bisa membuat kegiatan investasi yang

dilakukan bisa tidak terjadi meskipun kegiatan investasi tersebut dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara. BITs merupakan salah satu usaha yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ketidakpercayaan ini karena BITs memiliki kemapuan untuk melindungi investor dengan ketentuan yang dimilikinya. Negara berkembang berupaya menandatangani BITs untuk menambah jumlah FDI inflow negaranya. Maka dari itu BITs seharusnya memiliki hubungan yang positif dengan

FDI inflow host countries.

Variabel BITs diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi FDI inflow di negara-negara kawasan Asia karena adanya BITs dapat menurunkan risiko dan ketidakpercayaan para investor asing sehingga dapat menarik investor asing untuk melakukan investasi di negara tersebut. Pada penelitian Tobin & Rose-Ackerman (2003) BITs yang dilakukan oleh suatu negara dengan tingkat political risk yang baik belum tentu memberikan dampak positif pada FDI inflow negara tersebut, sedangkan negara yang memiliki tingkat political risk yang kurang baik dengan melakukan BITs bisa memberikan tambahan yang cukup besar bagi FDI inflow negaranya meskipun perjanjian yang dibuat bisa saja memberikan keuntungan yang tidak terlalu besar bagi

host countries. Hal ini disebabkan negara tersebut memiliki posisi tawar menawar

yang rendah.

Variabel populasi diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi FDI

inflow di negara-negara kawasan Asia karena negara dengan jumlah populasi yang

besar memiliki daya tarik untuk meningkatkan minat investor asing untuk melakukan FDI, jumlah populasi yang besar dapat mencerminkan pangsa pasar yang dimiliki negara tersebut besar.

Variabel PDB per kapita diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

FDI inflow di negara-negara kawasan Asia karena PDB per kapita dapat

mencerminkan daya beli masyarakat, ketika PDB per kapita suatu negara mengalami peningkatan maka daya beli yang dimiliki masyarakat di negara tersebut juga meningkat. Hal tersebut bisa menarik investor asing untuk melakukan investasi.

(17)

5 Variabel political risk diharapkan dapat memberikan dampak negatif bagi FDI

inflow di negara-negara kawasan Asia. Semakin tinggi tingkat political risk suatu

negara mengindikasikan iklim makro yang kurang baik di negara tersebut sehingga investor enggan untuk melakukan investasi karena risiko yang dihadapi oleh investor akan tinggi pula.

Variabel sumber daya alam diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi FDI inflow di negara-negara kawasan Asia karena sumber daya alam yang melimpah dapat menjadi daya tarik suatu negara untuk menarik investor asing melakukan FDI. sumber daya alam yang melimpah mengindikasikan masih banyaknya sumber daya yang dapat digunakan oleh investor asing untuk dijadikan faktor produksi.

Variabel hubungan BITs dengan political risk diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi FDI inflow di negara-negara kawasan Asia. Tingkat political risk yang rendah dan bertambahnya jumlah BITs akan meningkatkan jumlah FDI inflow. Tingkat political risk yang rendah bisa meningkatkan daya tarik untuk membuat BITs dengan home country karena bisa memberikan keuntungan bagi kedua negara.

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

PDB per kapita Populasi Ekspor Barang Tambang Foreign Direct Investment (FDI) Inflow Bilateral Investment Treaties (BITs) Political Risk BITs X Political Risk

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan kepada selebritas perempuan yang menjadi legislator di DPR RI dapat disimpulkan konsep diri yang mereka miliki adalah

Kecamatan Maduran merupakan salah satu kecamatan yang ditetapkan sebagai desa sentra usaha kecil menengah, khususnya kerajinan pada bidang kreatifitas tenun. Hal ini

Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini, maka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan   dan  

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui observasi pembelajaran dikelas X SMAN 1 Kabandungan menggambarkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dalam

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten % rumah tangga tidak ada genangan air walaupun tidak ada SPAL karena kondisi topografi atau halaman rumah

pembelajaran peneliti menyadari masih kekurangan pada siklus II yang harus diperbaiki oleh peneliti mencakup perbaikan pada tahap praberbicara, saat berbicara,

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekuitas merek pada produk sepatu lari Nike yang diteliti adalah kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas

Also see Teaching Reading to Adult English Language Learners: A Reading Instruction Staff Development Program available online from the Virginia Adult Learning Resource Center