• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PEMUKIMAN TAHUN LAPORAN STUDI EHRA. (Environmental Health Risk Assessment) DISIAPKAN OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PEMUKIMAN TAHUN LAPORAN STUDI EHRA. (Environmental Health Risk Assessment) DISIAPKAN OLEH :"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PEMUKIMAN TAHUN 2014 – 2023

LAPORAN STUDI

EHRA

(Environmental Health Risk Assessment)

KABUPATEN MALUKU TENGGARA

PROPINSI MALUKU

DISIAPKAN OLEH :

POKJA PPSP

(3)

Bab 1. Pendahuluan ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Tujuan dan Manfaat ... I-1 1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA... I-1

Bab 2. Metodologi dan Langkah Studi EHRA ... II-1

2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Maluku Tenggara... II-1 2.2 Penentuan Strata Desa/Ohoi/Kelurahan... II-2 2.3 Penentuan Jumlah Desa/Ohoi/Kelurahan Traget Area Studi...II-10 2.4 Penentuan RT Dan Responden Di Lokasi Di Area Studi...II-11 2.5 Karakteristik Enumerator Dan Supervisor Serta Wilayah Tugasnya...II-11

Bab 3. Hasil Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara...III-1

3.1 Informasi Responden...III-1 3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga...III-4 3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia Dan Lumpur Tinja...III-7 3.4 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah Dan Banjir...III-12 3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga...III-19 3.6 Perilaku Higiene Dan Sanitasi...III-21 3.7 Kejadian Penyakit Diare...III-25 3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) ...III-27

Bab 4: Penutup ...IV-1

Daftar Tabel Daftar Grafik

(4)

Tabel 2.1 Kategori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Beresiko... II-3 Tabel 2.2 Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Ohoi Area Studi EHRA... II-4 Tabel 2.3 Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 0... II-6 Tabel 2.4 Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 1... II-6 Tabel 2.5 Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 2... II-7 Tabel 2.6 Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 3... II-9 Tabel 2.7 Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 4... II-9 Tabel 2.8 Penentuan Jumlah Desa/Ohoi/Kelurahan sebagai Area Studi EHRA... II-10 Tabel 2.9 Desa/Ohoi yang diambil sebagai Area Studi EHRA... II-11 Tabel 3.1 Informasi Responden...III-2 Tabel 3.2 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA...III-6 Tabel 3.3 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA...III-11 Tabel 3.4 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA...III-18 Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA...III-21 Tabel 3.6 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA...III-24 Tabel 3.7 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA...III-26

(5)

Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah ...III-4 Gambar 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga ...III-5 Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar ...III-7 Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja ...III-8 Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik ...III-9 Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik ...III-10 Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman ...III-11 Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir ...III-12 Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin ...III-13 Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir ...III-14 Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah ...III-15 Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL ...III-15 Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga ...III-16 Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi ...III-17 Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL ...III-18 Gambar 3.16 Grafik Akses Terhadap Air Bersih ...III-19 Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak...III-20 Gambar 3.18 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting ...III-22 Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS ...III-22 Gambar 3.20 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS...III-23

(6)

Laporan Studi EHRA I - 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: Sumber Air Minum, Layanan Pembuangan Sampah, Jamban, dan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga. Selain itu, perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM, antara lain: Cuci Tangan Pakai Sabun, Buang Air Besar, Pengelolaan air minum rumah tangga, Pengelolaan sampah dengan 3R dan Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan).

1.2 Tujuan dan Manfaat

Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Maluku Tenggara yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan program-program sanitasi Kabupaten. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai Benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat Kabupaten sampai di tingkat Kelurahan/Negeri.

1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA

Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi (secara fungsional) dengan Kader/Bidan Ohoi/Desa di tingkat Kelurahan/Ohoi. Kolaborasi dengan Kader/Bidan Ohoi/Desa dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni :

1) Kader/Bidan memiliki akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh Kepala Ohoi dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, yakni Ibu berusia antara 20-65 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privasi dan sensitif, seperti tempat dan perilaku BAB.

2) Kader/Bidan umumnya memahami wilayah Kelurahan/Ohoi sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu

(7)

Laporan Studi EHRA I - 2

dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya.

3) Mengingat isian kuesioner cukup banyak serta rumit maka Kader/Bidan Ohoi dinilai mampu untuk melaksanakan wawancara maupun pengamatan.

Dokumen ini merupakan Laporan Studi EHRA di Kabupaten Maluku Tenggara yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai sejak bulan Mei Tahun 2014. Penyusunan laporan dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Maluku Tenggara sebagai pemilik utama kegiatan, Sanitarian Puskesmas dan beberapa staf dari dinas terkait sebagai Supervisor, Kader/Bidan Ohoi sebagai enumerator, dan Dinas Kesehatan sebagai koordinator kecamatan.

(8)

Laporan Studi EHRA II - 1

BAB II

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak, perlu adanya kerjasama yang baik dan menyeluruh dari dinas-dinas terkait. Untuk itu, Pokja PPSP Kabupaten Maluku Tenggara sebagai pemilik utama kegiatan diharapkan dapat mengorganisir pelaksanaan studi ini secara efektif. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut :

1. Penanggungjawab : Pokja PPSP Kabupaten Maluku Tenggara

2. Koordinator Survey : Pokja PPSP - Dinas Kesehatan

3. Anggota : BAPPEDA - Dinas Kesehatan

4. Koordinator Wilayah/Kecamatan : Dinas Kesehatan

5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas dan Staff Dinas

terkait

6. Tim Entry Data : Tim Sekretariat Pokja Kabupaten – Dinas

Kesehatan

7. Tim Analisis Data : Pokja Kabupaten

8. Enumerator : Bidan Ohoi/Kader

EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni :

1) Wawancara (interview) dan 2) Pengamatan (observation).

Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Kader/Bidan Ohoi yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja PPSP Kabupaten Maluku Tenggara. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan dan diskusi perbaikan instrumen.

2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja PPSP Kabupaten Maluku Tenggara

Salah satu aspek perbaikan dalam Studi EHRA 2014 adalah penggunaan kata cluster diganti dengan strata. Hal ini dikarenakan kata cluster terkesan tidak menunjukan adanya tingkatan resiko, berbeda dengan strata yang terkesan menunjukkan adanya tingkatan di setiap kelompoknya. Hasil stratifikasi digunakan sebagai indikasi awal lingkungan beresiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” sehingga semua

(9)

Laporan Studi EHRA II - 2

anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Strata Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kebijakan sampel Pokja PPSP Kabupaten Maluku Tenggara, menentukan bahwa Target Negeri Area Studi minimal untuk Kabupaten adalah 10% dari total 189 Desa/Ohoi di Kabupaten. Sehingga disepakati jumlah Negeri yang menjadi target survey adalah 20 Desa/Ohoi dari 189 Desa/Ohoi yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara.

Studi EHRA yang dilaksanakan oleh Pokja PPSP mencakup di 6 Kecamatan, dan 1 Kelurahan dan 14 Desa/Ohoi. Jumlah Responden 1 Desa/Ohoi minimal 40 RT/responden. Sehingga jumlah sample yang diambil 40 RT X (14 Desa/Ohoi + 1 Kelurahan) = 600 RT/Responden.

2.2 Penentuan Strata Desa/Ohoi/Kelurahan

Penentuan strata dilakukan berdasarkan kriteria utama dan kriteria tambahan. Kriteria utama adalah kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib digunakan oleh semua Pokja PPSP Kabupaten/Kota dalam melakukan Studi EHRA. Sedangkan kriteria tambahan adalah kriteria yang boleh ditetapkan oleh Pokja PPSP Kabupaten apabila dinilai ada hal yang spesifik di Kabupaten yang terkait dengan resiko kesehatan lingkungan akibat sanitasi. Karakteristik wilayah seperti daerah pesisir dan pantai dijadikan kriteria tambahan, bilamana ada pemukiman di daerah tersebut yang berpotensi dapat menimbulkan resiko kesehatan masyarakat karena lingkungan.

Kriteria penetapan klaster adalah sebagai berikut :

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan Desa/Ohoi.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau Desa/Ohoi. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut :

(10)

Laporan Studi EHRA II - 3

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100%

∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/saluran drainase/saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah digunakan sebagai sarana MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut yang bisa ditentukan oleh Pokja atau mengacu kepada SPM PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam. Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 87 Desa/Ohoi dan 104 Dusun/Ohoi Soa yang tersebar di 6 Kecamatan. Semua Desa/Ohoi dan Dusun/Ohoi Soa tersebut kemudian dilakukan stratifikasi untuk menentukan kriteria stratanya. Kemudian setelah dilakukan stratifikasi, diambil secara random 1 Kelurahan dan 14 Desa/Ohoi sebagaimana kebijakan sampel pokja. Proses stratifikasi dapat dilihat dari tabel 2.1 sampai dengan tabel 2.7.

Tabel 2.1

Kategori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Beresiko

Kategori

Strata Kriteria

Strata 0 Wilayah (Kecamatan/Desa/Ohoi) yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan beresiko di atas. Strata 1 Wilayah (Kecamatan/Desa/Ohoi) yang memenuhi minimal

1 kriteria indikasi lingkungan beresiko

Strata 2 Wilayah (Kecamatan/ Negeri/ kelurahan) yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan beresiko

Strata 3 Wilayah (Kecamatan/ Negeri/ kelurahan) yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan beresiko

Strata 4 Wilayah (Kecamatan/ Negeri/ kelurahan) yang memenuhi 4 kriteria indikasi lingkungan beresiko

(11)

Laporan Studi EHRA II - 4

Tabel 2.2

Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Ohoi Area Studi EHRA

No. Kecamatan Desa / Kelurahan

Kriteria Stratifikasi

Strata Padat Miskin DAS /

Pesisir Banjir 1 Kecamatan Kei Besar Selatan 1 Weduar Feer - x x - 2 2 2 Langiar Feer - x x - 2 3 3 Feer - x x - 2 4 4 Kilwat - x x - 2 5 5 Ngafan - x x - 2 6 6 Sungai - x x - 2 7 7 Tamngil Nuhuyanat - x x x 3 8 8 Sather - x x - 2 9 9 Tutrean - x x - 2 10 10 Weduar - x x - 2 11 11 Tamngil Nuhuten - x x x 3 12 12 Larat - x x x 3 13 13 Nerong - x x x 3 14 14 Ohoirenan - x x - 2

15 Kecamatan Kei Besar Utara

Timur 1 Kilwair - x x - 2 16 2 Holat - x x - 2 17 3 Ohoifau - x x - 2 18 4 Watlaar - x x - 2 19 5 Banda Ely - x x - 2 20 6 Renfaan - x x - 2 21 7 Langgiar Haar - x x - 2 22 8 Haar Ohoimel - x x - 2 23 9 Ohoiraut - x x - 2

24 Kecamatan Kei Besar 1 Ohoiwait - x x - 2

25 2 Ohoiel - x x - 2 26 3 Werka - x x - 2 27 4 Ler Ohoilim - x x x 3 28 5 Rahareng - x x - 2 29 6 Waur x x - - 2 30 7 Ngefuit - x x - 2 31 8 Waurtahait - x x - 2 32 9 Yamtel - x x - 2 33 10 Ohoinangan - x - - 1 34 11 Elat - x x - 2 35 12 Depur x x x - 3 36 13 Ohoilim - x - - 1

(12)

Laporan Studi EHRA II - 5

No. Kecamatan Desa / Kelurahan

Kriteria Stratifikasi

Strata Padat Miskin DAS /

Pesisir Banjir 37 14 Fako - x x - 2 38 15 Reyamru - x x - 2 39 16 Elralang - x x - 2 40 17 Weer Ohoinam - x x - 2 41 18 Faa - x x - 2 42 19 Uwat - x x x 3 43 20 Mun Ohoitadum - x x - 2 44 21 Ad Wearaur - x x - 2

45 Kecamatan Kei Kecil Barat 1 Ohoidertutu - x x - 2

46 2 Madwaer - x x - 2 47 3 Somlain - x x - 2 48 4 Ohoiren - x x - 2 49 5 Ohoira - x x - 2 50 6 Ur Pulau - x x x 3 51 7 Tanimbar Kei - x x x 3 52 8 Warbal - x x x 3

53 Kecamatan Kei Kecil Timur 1 Ohoiseb - x x - 2 54 2 Danar Ternate - x x - 2 55 3 Lumefar - x x - 2 56 4 Ngursoin - x x - 2 57 5 Elaar Lamagorang - x x - 2 58 6 Elaar Let - x x - 2 59 7 Mastur - x x - 2 60 8 Ohoinol - x - - 1 61 9 Wain - x x - 2 62 10 Abean - x x - 2 63 11 Raat - x x - 2 64 12 Rumat - x x - 2 65 13 Revav - x x - 2

66 Kecamatan Kei Kecil 1 Ngabub - - - - 0

67 2 Ibra - - x - 1 68 3 Sathean - - x - 1 69 4 Faan - - x - 1 70 5 Langgur x - x - 2 71 6 Kel. Ohoijang Watdek x - x - 2 72 7 Kolser - - x - 1 73 8 Kelanit - - x - 1 74 9 Letman - - x - 1

(13)

Laporan Studi EHRA II - 6

No. Kecamatan Desa / Kelurahan

Kriteria Stratifikasi

Strata Padat Miskin DAS /

Pesisir Banjir 75 10 Ohoidertawun - - x - 1 76 11 Ohoililir - - x - 1 77 12 Ngingof - - x - 1 78 13 Namar - - x - 1 79 14 Ngayub - - x - 1 80 15 Debut - - x - 1 81 16 Rumadian - - x - 1 82 17 Dian - - x - 1 83 18 Letvuan - - x - 1 84 19 Evu - - x - 1 85 20 Warwut - - - - 0 86 21 Wab - - x - 1 87 22 Tetoat - - x - 1

Sumber : Hasil Stratifikasi Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara 2014

Tabel 2.3

Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 0 Strata 0

Kecamatan Desa/Ohoi

Kec. Kei Kecil Ngabub

Warwut

Sumber : Hasil Stratifikasi Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara 2014

Tabel 2.4

Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 1 Strata 1

Kecamatan Desa/Ohoi

Kecamatan Kei Besar Ohoinangan

Ohoilim Kecamatan Kei Kecil Timur Ohoinol

Kecamatan Kei Kecil

Ibra Sathean Faan Kolser

(14)

Laporan Studi EHRA II - 7 Strata 1 Kecamatan Desa/Ohoi Kelanit Letman Ohoidertawun Ohoililir Ngingof Namar Ngayub

Kecamatan Kei Kecil

Debut Rumadian Dian Letvuan Evu Wab Tetoat

Sumber : Hasil Stratifikasi Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara 2014

Tabel 2.5

Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 2 Strata 2

Kecamatan Desa/Ohoi

Kecamatan Kei Besar Selatan

Weduar Feer Langiar Feer Feer Kilwat Ngafan Sungai Sather Tutrean Weduar Ohoirenan

Kecamatan Kei Besar Utara Timur Kilwair Holat Ohoifau Watlaar Banda Ely Renfaan Langgiar Haar Haar Ohoimel

(15)

Laporan Studi EHRA II - 8

Strata 2

Kecamatan Desa/Ohoi

Ohoiraut

Kecamatan Kei Besar

Ohoiwait Ohoiel Werka Rahareng Waur Ngefuit

Kecamatan Kei Besar

Waurtahait Yamtel Elat Fako Reyamru Elralang Weer Ohoinam Faa Mun Ohoitadum Ad Wearaur

Kecamatan Kei Kecil Barat

Ohoidertutu Madwaer Somlain Ohoiren Ohoira

Kecamatan Kei Kecil Timur

Ohoiseb Danar Ternate Lumefar Ngursoin Elaar Lamagorang Elaar Let Mastur Wain Abean Raat Rumat Revav

Kecamatan Kei Kecil Langgur

Kel. Ohoijang Watdek

Sumber : Hasil Stratifikasi Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara 2014

(16)

Laporan Studi EHRA II - 9

Tabel 2.6

Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 3 Strata 3

Kecamatan Desa/Ohoi

Kecamatan Kei Besar Selatan

Tamngil Nuhuyanat Tamngil Nuhuten Larat

Nerong

Kecamatan Kei Besar

Ler Ohoilim Depur Uwat

Kecamatan Kei Kecil Barat

Ur Pulau Tanimbar Kei Warbal

Sumber : Hasil Stratifikasi Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara 2014

Tabel 2.7

Rekapitulasi Stratifikasi Studi EHRA – Strata 4 Strata 4

Kecamatan Desa/Ohoi

- -

Sumber : Hasil Stratifikasi Studi EHRA Kabupaten Maluku Tenggara 2014

(17)

Laporan Studi EHRA II - 10

2.3 Penentuan Jumlah Desa/Ohoi/Kelurahan Target Area Studi

Dalam beberapa kasus bisa saja kabupaten/kota mempunyai dana studi EHRA yang cukup besar sehingga bisa menyediakan sampel dalam jumlah relatif besar. Sementara jumlah Kecamatan dan Desa/Ohoinya relatif sedikit sehingga memungkingkan semua Kecamatan atau Desa/Ohoi dijadikan sebagai area survey. Namun demikian cukup banyak Kabupaten/Kota hanya mempunyai dana studi EHRA yang relatif terbatas, sehingga pengambilan seluruh kecamatan atau Desa/Ohoi sebagai area survey menjadi tidak mungkin. Apabila demikian, maka penentuan jumlah lokasi target area survei untuk tiap strata dapat menggunakan metoda “Proporsionate Startified Random Sampling” artinya populasi tidak homogen dan strata berbeda, sehingga sampel diambil berdasarkan Persentase (%) untuk tiap strata.

Untuk itu, tahap selanjutnya setelah rekapitulasi stratifikasi ialah penentuan jumlah Desa/Ohoi yang diambil sebagai target area studi berdasarkan metode ini seperti pada Tabel 2.8. Sehingga berdasarkan proporsi dan ketentuan 87 Desa/Ohoi, Pokja PPSP mengadakan rapat dan menyepakati Desa/Ohoi mana saja yang menjadi target area Studi EHRA yang hasil kesepakatannya terdapat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.8

Penentuan Jumlah Desa/Ohoi sebagai Area Studi EHRA

Strata Jumlah Desa/Ohoi Proporsi(%)

Desa/Ohoi/Kelurahan yang diambil sebagai target area studi

(15 Desa/Ohoi/ Kelurahan) Strata o 2 - Strata 1 21 4 Strata 2 54 9 Strata 3 10 2 Strata 4 - - Total 87 15

(18)

Laporan Studi EHRA II - 11

Tabel 2.9

Desa/Ohoi yang diambil sebagai Area Studi EHRA

No Strata 0 Stara 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4

1 - Ohoilim Weduar Larat -

2 Ohoinol Kilwair Depur

3 Ibra Holat 4 Namar Elat 5 Ohoidertutu 6 Ohoira 7 Rumat 8 Langgur

9 Kel. Ohoijang Watdek

Sumber : Hasil Rapat Pokja PPSP

2.4 Penentuan RT dan Responden di Lokasi di Area Studi

Rumah tangga ditarik secara acak (random) berdasarkan strata untuk tingkat Desa/Ohoi. Jumlah sampel di tingkat Desa/Ohoi diambil secara proporsional merujuk dengan strata yang disepakati. Di setiap Desa/Ohoi diambil secara random 40 rumah tangga/responden. Sehingga jumlah sample yang diambil 40 RT X (14 Desa/Ohoi

+ 1 Kelurahan) = 600 RT/Responden.

Untuk menentukan rumah tangga digunakan sejumlah pilihan teknik-teknik yang akan dipilih dengan cara random sistematis (urutan rumah). Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respons adalah ibu rumah tangga dan anak perempuan yang sudah menikah. Ibu dan anak perempuan yang sudah menikah dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dan anak perempuan yang sudah menikah dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 20 - 65 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih responden secara random, maka enumerator menggunakan data jumlah keseluruhan KK dari Kantor Desa/Ohoi yang kemudian diintervalkan untuk memilih nomor urut responden yang akan diambil sampel.

2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya

Enumerator dan supervisor dipilih dari kalangan kesehatan. Sanitarian puskesmas sebagai supervisor, kader/bidan desa/ohoi sebagai enumerator. Wilayah tugasnya di 1 Kelurahan dan 14 Desa/Ohoi yang tersebar di Kabupaten Maluku Tenggara. 2 (dua) enumerator mendapat tugas untuk menyurvei 1 Desa/Ohoi

(19)

Laporan Studi EHRA II - 12

sehingga ada 30 enumerator. Sedangkan tim supervisor mempunyai tugas untuk

Quality Control, tim Spot Check mendatangi 20 % rumah yang telah disurvey. Tim Spot Check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang

telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality Control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-recheck kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5 % entri kuesioner diperiksa kembali.

(20)

Laporan Studi EHRA III - 1

BAB III

HASIL STUDI EHRA KABUPATEN MALUKU TENGGARA

3.1. INFORMASI RESPONDEN

Pengambilan sampel melalui kuesioner diarahkan pada responden perempuan berstatus ibu rumah tangga atau anak perempuan yang sudah menikah dengan batasan umur yaitu 20 sampai 65 tahun. Studi EHRA dilakukan pada 20 lokasi Desa/Ohoi/Kelurahan di 6 kecamatan dimana masing-masing Desa/Ohoi/kelurahan dipilih 40 responden secara acak. Dengan demikian maka responden secara total berjumlah 600 orang. Informasi tentang responden dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

(21)

Laporan Studi EHRA

III - 2

Tabel 3.1

INFORMASI RESPONDEN

VARIABEL KATEGORI

STRATA DESA/OHOI/KELURAHAN TOTAL

0 1 2 3 n % n % n % n % n % Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 0 0 3 2,0 6 1,7 2 2,5 11 1,9 21 - 25 tahun 0 0 4 2,6 15 4,4 4 5,0 23 4 26 - 30 tahun 1 25 21 13,9 41 11,9 11 13,8 74 12,8 31 - 35 tahun 0 0 22 14,6 57 16,6 12 15,0 91 15,7 36 - 40 tahun 0 0 24 15,9 49 14,2 15 18,8 88 15,2 41 - 45 tahun 2 50 23 15,2 36 10,5 9 11,3 70 12,1 > 45 tahun 1 25 54 35,8 140 40,7 27 33,8 222 38,3

Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini? Milik sendiri 3 75 135 87,1 308 85,3 71 88,8 517 86,2 Rumah dinas 0 0 1 0,6 6 1,7 0 0,0 7 1,2 Berbagi dengan keluarga lain 0 0 7 4,5 9 2,5 0 0,0 16 2,7 Sewa 0 0 0 0,0 2 0,6 0 0,0 2 0,3 Kontrak 0 0 0 0,0 5 1,4 2 2,5 7 1,2

Milik orang tua 1 25 12 7,7 29 8,0 7 8,8 49 8,2

Lainnya 0 0 0 0,0 2 0,6 0 0,0 2 0,3

Apa pendidikan terakhir

anda? Tidak sekolah formal

0 0 12 7,7 12 3,3 3 3,8 27 4,5 SD 1 25 59 38,1 138 38,2 31 38,8 229 38,2 SMP 0 0 42 27,1 82 22,7 18 22,5 142 23,7 SMA 2 50 27 17,4 86 23,8 23 28,8 138 23 SMK 0 0 13 8,4 24 6,6 3 3,8 40 6,7 Universitas/Akademi 1 25 2 1,3 19 5,3 2 2,5 24 4

(22)

Laporan Studi EHRA III - 3

VARIABEL KATEGORI

STRATA DESA/OHOI/KELURAHAN TOTAL

0 1 2 3

n %

n % n % n % n %

Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan?

Ya 1 25 60 38,7 49 13,6 13 16,3 123 20,5

Tidak 3 75 95 61,3 312 86,4 67 83,8 477 79,5

Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)?

Ya 2 50 101 65,2 177 49,0 41 51,3 321 53,5

Tidak 2 50 54 34,8 184 51,0 39 48,8 279 46,5

Apakah ibu mempunyai

anak? Ya 3 75 141 91,0 332 92,0 66 82,5 542 90,3

Tidak 1 25 14 9,0 29 8,0 14 17,5 58 9,7

(23)

3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sesuai hasil Studi EHRA diketahui bahwa perilaku pengelolaan

persampahan rumah

individual dengan cara dibuang ke sungai/pantai, dibakar, ditimbun atau dibuang ke lubang atau dibiarkan di halaman terbuka/lahan kosong. Sejauh ini belum ada pengelolaan oleh provider sedangkan pengelola

menjangkau wilayah Kota

persampahan seperti TPS telah dilakukan oleh masyarakat di Kota walaupun sebagian masih mempraktekkan buang sampah sembarangan.

25,0 3,2 25,0 56,1 0,0 1,3 25,0 11,6 0,0 7,7 0,0 1,9 25,0 18,1 0,0 0,0 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Strata 0 Strata 1

PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sesuai hasil Studi EHRA diketahui bahwa perilaku pengelolaan persampahan rumah tangga di wilayah perdesaan masih dilakukan secara individual dengan cara dibuang ke sungai/pantai, dibakar, ditimbun atau dibuang ke lubang atau dibiarkan di halaman terbuka/lahan kosong. Sejauh ini belum ada pengelolaan oleh provider sedangkan pengelolaan oleh Pemerintah baru menjangkau wilayah Kota Langgur. Dengan demikian maka pemanfaatan fasilitas persampahan seperti TPS telah dilakukan oleh masyarakat di Kota

walaupun sebagian masih mempraktekkan buang sampah sembarangan.

Gambar 3.1

Grafik Pengelolaan Sampah

13,9 6,3 10,2 27,2 27,5 34,7 1,4 0,0 1,2 7,5 0,0 7,7 30,3 60,0 28,2 1,1 0,0 1,2 17,2 6,3 16 1,1 0,0 0,7

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Lain-lain

Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk

Dibuang ke

sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah

Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibakar

Dikumpulkan dan dibuang ke TPS

Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang

Laporan Studi EHRA III - 4

Sesuai hasil Studi EHRA diketahui bahwa perilaku pengelolaan tangga di wilayah perdesaan masih dilakukan secara individual dengan cara dibuang ke sungai/pantai, dibakar, ditimbun atau dibuang ke lubang atau dibiarkan di halaman terbuka/lahan kosong. Sejauh ini belum ada an oleh Pemerintah baru . Dengan demikian maka pemanfaatan fasilitas persampahan seperti TPS telah dilakukan oleh masyarakat di Kota Langgur, walaupun sebagian masih mempraktekkan buang sampah sembarangan.

PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

lain

Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk

Dibuang ke

sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibakar

Dikumpulkan dan dibuang ke TPS

Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur

(24)

Dari grafik diatas terlihat bahwa

masyarakat mengelola sampah dengan cara dibakar tetapi tidak ditutup dengan tanah

dibiarkan membusuk

strata 1 sebagian besar atau dibakar. Untuk Desa/Ohoi membuang sampah sebagian besar atau sungai/kali/laut/danau Kabupaten Maluku T dengan cara dibakar, sungai/kali/laut/danau

kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk

mengumpulkan dan membuang sampah ke TPS sedangkan dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang

Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Strata 0 Strata 1 0,0 0,0 100,0 100,0

PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Dari grafik diatas terlihat bahwa di Desa/Ohoi di strata 0 sebagian besar masyarakat mengelola sampah dengan cara dibakar, dibuang ke dalam lu tetapi tidak ditutup dengan tanah, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk dan dikumpulkan dan dibuang ke TPS. Untuk

strata 1 sebagian besar atau 56,1 % masyarakat mengelola sampah dengan cara Desa/Ohoi strata 2 sebagian besar atau 30,3

sampah ke sungai/kali/laut/danau. Untuk Desa/Ohoi

besar atau 60 % masyarakat membuang sampah

sungai/kali/laut/danau. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Tenggara sebanyak 34,7 % masyarakat mengelola sampahnya dengan cara dibakar, 28,2 % masyarakat membuang sampah

sungai/kali/laut/danau, 16 % masyarakat membuang sampah

kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk, hanya 10,2 % masyarakat yang mengumpulkan dan membuang sampah ke TPS sedangkan 0,2

dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang.

Gambar 3.2

Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total 0,0 13,5 40,0 14,3 100,0 86,5 60,0 85,7

PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak dipilah/dipisahkan Dipilah/dipisahkan

Laporan Studi EHRA III - 5

sebagian besar atau 25 % , dibuang ke dalam lubang ibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan . Untuk Desa/Ohoi di % masyarakat mengelola sampah dengan cara 0,3 % masyarakat Desa/Ohoi di strata 3,

% masyarakat membuang sampah ke

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di % masyarakat mengelola sampahnya % masyarakat membuang sampah langsung ke masyarakat membuang sampah ke lahan % masyarakat yang 0,2 % lainnya sampah

Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga

PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak dipilah/dipisahkan Dipilah/dipisahkan

(25)

Laporan Studi EHRA III - 6

Dari grafik di atas terlihat bahwa Desa/Ohoi di Strata 0, Strata 1, Strata 2 dan Strata 3, semua atau sebagian besar masyarakat tidak melakukan praktik pemilahan sampah dengan persentasi masing-masing 100 %, 100 %, 86,5 %, dan 60 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara hanya 14,3 % masyarakat yang melakukan praktik pemilahan sampah sedangkan 85,7 % lainnya tidak melakukan praktik pemilahan sampah.

Tabel 3.2

Area Beresiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 n % n % n % n % n % Pengelolaan sampah Tidak memadai 3 75,0 150 96,8 309 85,8 75 93,8 537 89,6 Ya, memadai 1 25,0 5 3,2 51 14,2 5 6,3 62 10,4 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 Ketepatan waktu pengangkutan sampah Tidak tepat waktu 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 3 75,0 140 90,3 327 90,6 56 70,0 526 87,7 Ya, diolah 1 25,0 15 9,7 34 9,4 24 30,0 74 12,3

Sumber : Hasil Studi EHRA 2014

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa, pengelolaan sampah di Kabupaten Maluku Tenggara 89,6 % dikategorikan tidak memadai dan hanya 10,4 % yang dikategorikan memadai. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat masih mengelola sampah dengan cara membakar. Untuk frekuensi pengangkutan sampah 100% tidak memadai dan ketepatan waktu pengangkutan sampah 100% tidak tepat waktu. Sedangkan untuk pengolahan sampah setempat 87,7 % tidak diolah dan hanya 12,3 % yang diolah.

(26)

Laporan Studi EHRA III - 7

3.3 Pembuangan Air Kotor / Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja

Pengelolaan air limbah domestik masih dilakukan secara individual baik terkait black water maupun grey water. Perilaku BABS masih masih dipraktekkan di kalangan masyarakat. Walau demikian persentase masyarakat yang menggunakan jamban pribadi dengan pembuangan ke septik tank cukup baik. Rata-rata septik tank yang ada tidak pernah dikuras, hal ini disebabkan karena belum tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air limbah yang memadai.

Gambar 3.3

Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa, di Kabupaten Maluku Tenggara 59,0 % masyarakat membuang air besar di jamban pribadi, 17,0 % masyarakat membuang air besar di MCK/WC umum, 11,0 % masyarakat buang air besar langsung ke sungai/pantai/laut, 4.0% masing-masing masyarakat buang air besar ke WC helicopter dan kebun/pekarangan, 3.0% masing-masing masyarakat buang air besar lainnya, dan 1% masing-masing masyarakat buang air besar ke lubang galian dan tidak tahu.

59% 17% 4% 11% 4% 0%1% 3% 1%

PERSENTASE TEMPAT BUANG AIR BESAR

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian H. Lainnya, I. Tidak tahu

(27)

Dari grafik di atas

masyarakat sudah menggunakan tangki septik sebagai tempat penyaluran akhir tinja, 34,0 % masyarakat tidak tahu tempat penyaluran akhir tinja mereka,

masyarakat menyalurkan tinjanya ke cubluk/lobang tanah,

menjadikan sungai/danau/pantai sebagai tempat penyaluran akhir tinja, masyarakat masing

masyarakat masing

masyarakat lainnya menyalurkan tinjanya ke tempat

0,7 2,8 0,2 0,0

34,0

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.4

Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

fik di atas dapat terlihat bahwa, di Kabupaten Maluku T

masyarakat sudah menggunakan tangki septik sebagai tempat penyaluran akhir % masyarakat tidak tahu tempat penyaluran akhir tinja mereka,

masyarakat menyalurkan tinjanya ke cubluk/lobang tanah, 2,8

menjadikan sungai/danau/pantai sebagai tempat penyaluran akhir tinja, masyarakat masing-masing menyalurkan tinjanya ke kolam/sawah masyarakat masing-masing menyalurkan tinjanya ke drainase masyarakat lainnya menyalurkan tinjanya ke tempat lainnya.

38,5

2,2 21,7

0,0

TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu Lainnya

Laporan Studi EHRA III - 8

Maluku Tenggara 38,5 % masyarakat sudah menggunakan tangki septik sebagai tempat penyaluran akhir % masyarakat tidak tahu tempat penyaluran akhir tinja mereka, 21,7 % 2,8 % masyarakat menjadikan sungai/danau/pantai sebagai tempat penyaluran akhir tinja, 2,2 % masing menyalurkan tinjanya ke kolam/sawah, 0,7 % drainase dan 0,2 %

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu Lainnya

(28)

Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

Dari grafik di atas dapat terlihat dan Strata 3 sebagian besar mereka dengan persentase masing

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara 89,4 % masyarakat tidak pernah menguras tangki

masyarakat tidak tahu kapan terakhir kali menguras tangki masyarakat terakhir kali menguras tangki septik lebih dari 10 tahun masyarakat terakhir kali menguras tangki septik 1

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Strata 0

WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANKI SEPTIK DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.5

Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0,

sebagian besar masyarakat tidak pernah menguras tangki septik mereka dengan persentase masing-masing 75,0 %, 94,2 %, 8

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku % masyarakat tidak pernah menguras tangki

masyarakat tidak tahu kapan terakhir kali menguras tangki masyarakat terakhir kali menguras tangki septik lebih dari 10 tahun masyarakat terakhir kali menguras tangki septik 1-5 tahun yang lalu

Strata 0 Strata 1

Strata 2 Strata 3 Total

0 0 0 4,8 0,5 0 1,4 0 0 0,5 0 0 2,4 0 1,4 75 94,2 87,8 85,7 89,4 25 4,3 9,8 9,5 8,3

WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANKI SEPTIK DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA III - 9

Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

, Strata 1, Strata 2, masyarakat tidak pernah menguras tangki septik %, 87,8 % dan 85,7 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku % masyarakat tidak pernah menguras tangki septik, 8,3 % masyarakat tidak tahu kapan terakhir kali menguras tangki septik, 2,4 % masyarakat terakhir kali menguras tangki septik lebih dari 10 tahun dan 1,4 %

5 tahun yang lalu.

WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANKI SEPTIK DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak tahu

Tidak Pernah

Lebih dari 5-10 tahun yang lalu

1-5 tahun yang lalu

0-12 bulan yang lalu

(29)

Dari grafik di atas dapat terlihat

2 dan strata 3 semua atau sebagian besar masyarakat tidak tahu praktik pengurasan tangki septiknya dengan persentase masing

93.3 % dan 66,7 Kabupaten Maluku Teng tangki septik, 4,3 %

septiknya, menggunakan layanan sedot tinja menguras tangki septik

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0,0 0,0 0,0 100,0

PRAKTIK PENGURASAN TANKI SEPTIK BERDASARKAN

STRATA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.6

Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa, untuk Desa/Ohoi di strata 0

semua atau sebagian besar masyarakat tidak tahu praktik pengurasan tangki septiknya dengan persentase masing-masing 100

66,7 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara 87,0 % masyarakat tidak tahu praktik pengurasan % masing – masing masyarakat mengosongkan sendiri tangki menggunakan layanan sedot tinja dan membayar tukang untuk menguras tangki septik.

Strata 0 Strata 1 Strata 2

Strata 3 0,0 6,7 0,0 4,3 0,0 0,0 33,3 4,3 25,0 0,0 0,0 4,3 75,0 93,3 66,7 87,0

PRAKTIK PENGURASAN TANKI SEPTIK BERDASARKAN

STRATA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

TAHUN 2014

Tidak tahu

Dikosongkan sendiri

Membayar tukang

Layanan sedot tinja

Laporan Studi EHRA III - 10

strata 0, strata 1, strata semua atau sebagian besar masyarakat tidak tahu praktik masing 100 %, 75,0 %, Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di tahu praktik pengurasan masyarakat mengosongkan sendiri tangki membayar tukang untuk

PRAKTIK PENGURASAN TANKI SEPTIK BERDASARKAN

STRATA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Tidak tahu

Dikosongkan sendiri

Membayar tukang

(30)

Dari grafik di atas dapat terlihat

strata 3 sebagian sudah memiliki tangki septik suspek aman masing-masing 50,0

umum dapat terlihat bahwa di sudah memiliki tangki

memiliki tangki septik suspek tidak aman.

Area Beresiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Tangki septik suspek aman Tidak aman Suspek aman Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Tidak, aman Ya, aman Pencemaran

karena SPAL Tidak aman

Ya, aman

Sumber : Hasil Studi EHRA 2014

0% 20% 40% 60% 80% 100% Strata 0

TANKI SEPTIK SUSPEK AMAN & TIDAK AMAN

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.7

Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0, strata 1, strata 2 sudah memiliki tangki septik suspek aman dengan persentase 50,0 %, 67,7 %, 69,8 % dan 81,3 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara 70,7

tangki septik suspek aman sedangkan 29,3 % masyarakat lainnya memiliki tangki septik suspek tidak aman.

Tabel 3.3

Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Strata Desa/Kelurahan 0 1 2 n % n % n % 2 50,0 50 32,3 109 30,2 2 50,0 105 67,7 252 69,8 Tidak, aman 1 100,0 4 100,0 14 93,3 0 0,0 0 0,0 1 6,7 2 50,0 102 65,8 172 47,6 2 50,0 53 34,2 189 52,4

Sumber : Hasil Studi EHRA 2014

Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total 50,0 32,3 30,2 18,8 29,3 50,0 67,7 69,8 81,3 70,7

TANKI SEPTIK SUSPEK AMAN & TIDAK AMAN

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Suspek aman Tidak aman

Laporan Studi EHRA III - 11

di strata 0, strata 1, strata 2 dengan persentase Dengan demikian secara 70,7 % masyarakat % masyarakat lainnya

Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Total 3 n % n % 15 18,8 176 29,3 65 81,3 424 70,7 3 100, 0 22 95,7 0 0,0 1 4,3 29 36,3 305 50,8 51 63,8 295 49,2

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Suspek aman Tidak aman

(31)

Berdasarkan tabel 3.3

masyarakat memiliki tangki suspek aman dan

septik suspek tidak aman. Untuk pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 95,7 % tidak aman sedangkan

50,8 % tidak aman sedangkan hanya

3.4 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah da

Drainase lingkungan di sekitar rumah khususnya di wilayah perdesaan sejauh ini dibangun secara individual atau kelompok dalam lingkungan setempat. Hal ini mengakibatkan seringkali terjadi genangan pada waktu musim hujan karena sistem drainase yang tidak memadai. Intervensi Pemerintah juga ada dalam bentuk pembangunan saluran drainase baik saluran sekunder maupun saluran primer.

Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Strata 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG PERNAH MENGALAMI BANJIR DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Maluku Teng

masyarakat memiliki tangki suspek aman dan 29,3 % masyarakat memiliki tangki septik suspek tidak aman. Untuk pencemaran karena pembuangan isi tangki septik % tidak aman sedangkan 4,3 % yang aman. Untuk pencemaran karena SPAL, % tidak aman sedangkan hanya 49,2 % yang aman.

Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir

Drainase lingkungan di sekitar rumah khususnya di wilayah perdesaan sejauh ini dibangun secara individual atau kelompok dalam lingkungan setempat. Hal ini mengakibatkan seringkali terjadi genangan pada waktu musim hujan karena sistem tidak memadai. Intervensi Pemerintah juga ada dalam bentuk pembangunan saluran drainase baik saluran sekunder maupun saluran primer.

Gambar 3.8

Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir

Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total 100,0 84,5 78,1 81,3 80,3 0,0 3,2 2,2 10,0 3,5 0,0 4,5 8,0 0,0 6 0,0 7,1 1,9 8,8 4,2 0,0 0,6 9,7 0,0 6

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG PERNAH MENGALAMI BANJIR DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak tahu

Sekali atau beberapa dalam sebulan

Beberapa kali dalam

Sekali dalam setahun

Tidak pernah

Laporan Studi EHRA III - 12

di Kabupaten Maluku Tenggara 70,7 % % masyarakat memiliki tangki septik suspek tidak aman. Untuk pencemaran karena pembuangan isi tangki septik k pencemaran karena SPAL,

Drainase lingkungan di sekitar rumah khususnya di wilayah perdesaan sejauh ini dibangun secara individual atau kelompok dalam lingkungan setempat. Hal ini mengakibatkan seringkali terjadi genangan pada waktu musim hujan karena sistem tidak memadai. Intervensi Pemerintah juga ada dalam bentuk pembangunan saluran drainase baik saluran sekunder maupun saluran primer.

Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG PERNAH MENGALAMI BANJIR DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak tahu

Sekali atau beberapa dalam

Beberapa kali dalam

Sekali dalam setahun

(32)

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa

dan strata 3 sebagian besar permukiman masyarakat banjir dengan persentasi masing

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Tenggara 80,3 %

permukiman masyarakat masyarakat tidak tahu dalam sebulan, dan 3,5 setahun.

Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa

besar permukiman masyarakat tidak mengalami banjir rutin dengan persentase masing masing 0,0 %, 83,3 %, 89,9

bahwa di Kabupaten Maluku Teng mengalami banjir rutin sedangkan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Laporan Studi EHRA

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0, strata 1, strata 2, sebagian besar permukiman masyarakat tidak pernah mengalami banjir dengan persentasi masing-masing 100 %, 84,5 %, 78,1

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten % permukiman masyarakat tidak pernah mengalami banjir, permukiman masyarakat mengalami banjir beberapa kali dalam setahun masyarakat tidak tahu, 4.2 % pemukiman masyarakat sekali atau beberapa

dan 3,5 % pemukiman masyarakat mengalami banjir sekali dalam

Gambar 3.9

Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0, strata 1 n strata 2 sebagian besar permukiman masyarakat tidak mengalami banjir rutin dengan persentase masing

89,9 % dan 93,3 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat Maluku Tenggara 89 % permukiman masyarakat tidak pernah banjir rutin sedangkan 11 % pernah mengalami banjir rutin.

Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

0,0 16,7 10,1 6,7 11

0,0

83,3 89,9

93,3 89

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA III - 13

di strata 0, strata 1, strata 2, tidak pernah mengalami 8,1 % dan 81,3 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku tidak pernah mengalami banjir, 6 % mengalami banjir beberapa kali dalam setahun dan atau beberapa dalam % pemukiman masyarakat mengalami banjir sekali dalam

Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

di strata 0, strata 1 n strata 2 sebagian besar permukiman masyarakat tidak mengalami banjir rutin dengan persentase

masing-Dengan demikian secara umum dapat terlihat % permukiman masyarakat tidak pernah PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI

BANJIR RUTIN DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Tidak Ya

(33)

Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa genangan jika terjadi banjir. Untuk antara 1 – 3 jam. Untuk Desa/Ohoi genangan kurang dari 1 jam

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten % permukiman masyarakat

– masing permukiman mengalami lama genan

setengah hari, 2,7 % permukiman mengalami lama genangan masyarakat menjawab tidak tahu.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Strata 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

LAMA AIR MENGGENANG JIKA TERJADI BANJIR DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.10

Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0 tidak pernah mengalami genangan jika terjadi banjir. Untuk Desa/Ohoi di strata 1 35,7 % mengalami genangan air Desa/Ohoi di strata 2 dan strata 3 sebagian besar mengalami 1 jam dengan persentase masing-masing 31,3

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Teng % permukiman masyarakat mengalami lama genangan kurang dari 1 jam

permukiman mengalami lama genangan antara 1 – 3 jam, lebih dari 1 hari % permukiman mengalami lama genangan satu

masyarakat menjawab tidak tahu.

Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

21,4 31,3 57,1 32,4 35,7 6,3 14,3 18,9 7,1 31,3 14,3 18,9 7,1 0,0 0,0 2,7 28,6 12,5 14,3 18,9 0,0 18,8 0,0 8,1

LAMA AIR MENGGENANG JIKA TERJADI BANJIR DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA III - 14

di strata 0 tidak pernah mengalami % mengalami genangan air di strata 2 dan strata 3 sebagian besar mengalami 31,3 % dan 57,1 %. Maluku Tenggara 32,4 kurang dari 1 jam, 18,9 % masing , lebih dari 1 hari dan satu hari dan 8,1 %

LAMA AIR MENGGENANG JIKA TERJADI BANJIR DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak tahu Lebih dari 1 hari Satu hari Setengah hari Antara 1 - 3 jam Kurang dari 1 jam

(34)

Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa

lokasi genangan di sekitar rumah berada pada halaman rumah, genangan berada di

mandi, 1 % lokasi genangan berada di

genangan berada pada lokasi lainnya seperti di belakang rumah.

Grafik Persentase Kepemilikan SPAL Dihalaman rumah

Di dekat dapur Di dekat kamar mandi Di dekat bak penampungan

LOKASI GENANGAN DI SEKITAR RUMAH

59,8

Di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.11

Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah

k di atas dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku lokasi genangan di sekitar rumah berada pada halaman rumah, genangan berada di dekat dapur, 15,5 % lokasi genangan berada di

% lokasi genangan berada di dekat bak penampungan dan genangan berada pada lokasi lainnya seperti di belakang rumah.

Gambar 3.12

Grafik Persentase Kepemilikan SPAL

0 20 40 60 80

Dihalaman rumah Di dekat dapur Di dekat kamar mandi Di dekat bak penampungan Lainnya 65,0 21,4 15,5 1,0 2,9

LOKASI GENANGAN DI SEKITAR RUMAH

Persentase

40,2

59,8

Persentase Kepemilikan SPAL

Di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2014

Laporan Studi EHRA III - 15

di Kabupaten Maluku Tenggara 65,0 % lokasi genangan di sekitar rumah berada pada halaman rumah, 21,4 % lokasi % lokasi genangan berada di dekat kamar gan dan 2,9 % lokasi genangan berada pada lokasi lainnya seperti di belakang rumah.

Persentase

Ya, Ada Tidak ada

(35)

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa di Kabupaten % rumah tangga yang memiliki SPAL sedangkan memiliki SPAL.

Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa strata 3 sebagian besar

memiliki SPAL. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara 82,8

ada SPAL karena kondisi topografi atau halaman rumah sedangkan 17,2 % air (banjir). 0% 20% 40% 60% 80% 100% Strata 0 Strata 1 0,0 16,1 100,0 83,9

Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Berdasarkan Strata Di Kabupaten Maluku Tenggara

Laporan Studi EHRA

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Teng

yang memiliki SPAL sedangkan 59,8 % lainnya tidak ada/ tidak

Gambar 3.13

Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0, strata 1, strata 2 strata 3 sebagian besar rumah tangga tidak ada genangan air walaupun tidak

. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten 82,8 % rumah tangga tidak ada genangan air

ada SPAL karena kondisi topografi atau halaman rumah

rumah tangga tidak memiliki SPAL berakibat adanya genangan

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

16,1 17,7 17,5 17,2

83,9 82,3 82,5 82,8

Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Berdasarkan Strata Di Kabupaten Maluku Tenggara

Tahun 2014

Tidak Ada Genangan Ada Genangan

Laporan Studi EHRA III - 16

Tenggara hanya 40,2 % lainnya tidak ada/ tidak

Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

di strata 0, strata 1, strata 2 dan tidak ada genangan air walaupun tidak . Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten % rumah tangga tidak ada genangan air walaupun tidak ada SPAL karena kondisi topografi atau halaman rumah tangga yang luas rumah tangga tidak memiliki SPAL berakibat adanya genangan

Berdasarkan Strata Di Kabupaten Maluku Tenggara

Tidak Ada Genangan Ada Genangan

(36)

Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa

rumah tangga memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik. Untuk sebagian besar atau 44,5 % rumah tangga tidak ada saluran. Untuk sebagian besar atau 48,8

Untuk Desa/Ohoi di strata 3 sebagian besar atau yang berfungsi dengan baik

Kabupaten Maluku Tenggara

tangga memiliki memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik, SPAL yang tidak berfungsi dengan baik, dan 3.

dipakai, saluran kering.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Strata 0 Strata 1 50,0 0,0 0,0 50,0

PERSENTASE SPAL YANG BERFUNGSI BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.14

Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0 sebagian besar atau rumah tangga memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik. Untuk Desa/Ohoi

% rumah tangga tidak ada saluran. Untuk Desa/Ohoi

8,8 % rumah tangga memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik. di strata 3 sebagian besar atau 57,5 % rumah tangga memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di

gara 44,5 % rumah tangga tidak ada saluran

tangga memiliki memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik, 14 % rumah tangga memiliki k berfungsi dengan baik, dan 3.7 % rumah tangga SPALnya tidak dapat

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

28,4 37,4 57,5 37,8 21,9 11,4 11,3 14,0 5,2 2,5 6,3 3,7 44,5 48,8 25,0 44,5

PERSENTASE SPAL YANG BERFUNGSI BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak ada saluran

Tidak dapat

dipakai, saluran kering Tidak

Ya

Laporan Studi EHRA III - 17

di strata 0 sebagian besar atau 50 % Desa/Ohoi di strata 1 Desa/Ohoi di strata 2 % rumah tangga memiliki SPAL yang berfungsi dengan baik. rumah tangga memiliki SPAL Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di a tidak ada saluran, 37,8 % rumah % rumah tangga memiliki % rumah tangga SPALnya tidak dapat PERSENTASE SPAL YANG BERFUNGSI BERDASARKAN

STRATA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak ada saluran

Tidak dapat

(37)

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa

1 sebagian besar rumah tangga terdapat pencemaran SPAL dengan 6 strata 2 dan strata 3 sebagian besar rumah tangga

hanya dengan persentase 47, 6 % dan 36,2 %. dapat terlihat bahwa di Kabupaten

mengalami pencemaran SPAL sedangkan mengalami pencemaran. Area Beresiko Variabel Kategori Adanya genangan air Ada genangan air (banjir) Tidak ada genangan air

Sumber : Hasil Studi EHRA 2014

Berdasarkan tabel 3.4

rumah tangga tidak ada genangan air sedangkan 3 genangan air (banjir).

0% 20% 40% 60% 80% 100% Strata 0 Strata 50,0 65,8 50,0 34,2

PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN STRATA DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Laporan Studi EHRA

Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa Desa/Ohoi di strata 0 sebesar 50 %, sebagian besar rumah tangga terdapat pencemaran SPAL dengan 6

strata 2 dan strata 3 sebagian besar rumah tangga mengalami pencemaran SPAL hanya dengan persentase 47, 6 % dan 36,2 %. Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara 49,9

mengalami pencemaran SPAL sedangkan 50,1 % rumah tangga yang tidak pencemaran.

Tabel 3.4

resiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Strata Desa/Kelurahan

0 1 2

n % n % n %

0 0,0 36 23,2 125 34,6

4 100,0 119 76,8 236 65,4

Sumber : Hasil Studi EHRA 2014

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Maluku Teng rumah tangga tidak ada genangan air sedangkan 30,8 % rumah genangan air (banjir).

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total 65,8 47,6 36,2 49,9 34,2 52,4 63,8 50,1

PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN STRATA DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak ada pencemaran SPAL

Ada pencemaran SPAL

Laporan Studi EHRA III - 18

sebesar 50 %, strata sebagian besar rumah tangga terdapat pencemaran SPAL dengan 65,8 %, mengalami pencemaran SPAL Dengan demikian secara umum

49,9 % rumah tangga % rumah tangga yang tidak

Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Total 3 n % n % 24 30,0 185 30,8 56 70,0 415 69,2

di Kabupaten Maluku Tenggara 69,2% % rumah tangga mengalami

PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN STRATA DI

KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014

Tidak ada pencemaran

Gambar

Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga
Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik
Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus dilakukan

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS : BATIK AGUNG WIBOWO) Tugas Akhir.. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas

Tahapan dalam penyusunan program ekowisata kerajinan adalah mengidentifikasi sumber daya ekowisata kerajinan tangan yang berpotensi untuk kegiatan wisata,

MESKIPUN KLIEN TELAH MENJALANI TERAPI DETOKSIFIKASI, SERINGKALI PERILAKU MALADAPTIF TADI BELUM HILANG, KEINGINAN UNTUK MENGGUNAKAN NAPZA KEMBALI ATAU CRAVING MASIH SERING MUNCUL,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) budaya organisasional memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan, (2) kepuasan kerja organisasional memiliki

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan uji F bahwa secara simultan, variabel sistem penghargaan (X) memberi

Untuk Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat realisasi pada tahun 2013 sebesar 78,68% dari target sebesar 78,00%, telah mencapai target, Indeks Kepuasan Masyarakat