• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN LITERATUR"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN LITERATUR

Dalam bab ini akan dipresentasikan hasil kajian literatur induktif dan deduktif yang akan digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan.

2.1 Kajian Literatur Induktif

Keberhasilan sebuah industri dapat dinilai dari kinerja yang dicapai. Dengan demikian pengukuran kinerja industri sangatlah diperlukan. Berbagai cara atau metode yang telah digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan seperti Balanced Score Card (BSC) dan Activity Based Costing (ABC) sangat efektif digunakan. Namun, seiring berkembangnya zaman, Penelitian yang berkaitan dengan kinerja perusahaan akan beragam macam jenisnya. Terlebih pada penelitian yang berkaitan pada kinerja rantai pasok yang saat ini telah banyak di lakukan oleh para pakar. Banyaknya metode yang di gunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Salah satunya menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR). SCOR merupakan model referensi yang dapat di gunakan untuk memetakan dan meningkatkan rantai pasok (Persson, 2010). Sehingga, penggunaan SCOR memungkinkan perusahaan dapat menganalisis kinerja dari rantai pasok dengan cara yang sistematis, meningkatkan komunikasi antar anggota rantai pasok dan dapat merancang jaringan rantai pasok yang lebih baik (Hwang, 2008). Pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan model SCOR di rasa efektif, di lihat dari kemajuan yang bersifat positif dari perusahaan yang menggunakan metode tersebut.

(2)

Seperti perusahaan di Taiwan yang telah berinvestasi dengan membeli sebuah alat Information and Communication Technologies (ICT), dimana menerapkan SCOR untuk meningkatkan Key Performance Indicator (KPI) (Lee, 2012). Penelitian (Immawan, 2015b), merancang industri batik dengan konsep Green Productivity. Dimana model SCOR digunakan dalam mengukur aspek ekonomi. Penelitian (Xiao, 2008), menggunakan model SCOR sebagai dasar pembuatan Cycle Quality Chain Operation Reference (CQCOR), dimana dengan menganalisis kualitas dan struktur biaya akan mampu mengoptimalkan seluruh proses pengerjaan dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada rantai kualitas, memaksimumkan efisiensi daur ulang dan penghematan pada sumber daya. Penelitian (Li, 2010), yang mengadopsi standar kualitas seperti ISO 9000 untuk membantu perusahaan mengembangkan dan mempertahankan proses rantai pasok yang memenuhi dari metrik kinerja dari model SCOR. Penggunaan SCOR yang di lakukan oleh Ling membuat setiap area keputusan memiliki dampak positif baik dari pelanggan maupun internal perusahaan. Namun, pengukuran kinerja rantai pasok yang hanya bersifat sementara seperti halnya penggunaan model SCOR. Maka, perlu dilakukannya pemantauan dalam setiap kurun waktu tertentu.

Peningkatan performansi dalam hal rantai pasok yang bersaing pada lingkungan yang kompleks dan cepat berubah membuat perusahaan berhati-hati dalam pemilihan supplier yang berkelanjutan yang menentukan keberhasilan dari perusahaan. Sehingga di butuhkan sebuah metode yang mampu meningkatkan performansi rantai pasok yang berkelanjutan dan meningkatkan pemahaman tentang bagimana prilaku rantai pasok berdasarkan waktu. Sehingga terjadi peningkatan pendapatan perusahaan tanpa harus banyak mengeluarkan biaya. System Dynamics (SD) adalah sebuah pendekatan untuk

(3)

menyelidiki prilaku dinamis dimana perubahan status sistem sesuai dengan sistem perubahan variabel (Orji, 2015). Pada System Dynamics, sistem dikatakan kompleks ketika terdapat feedback, non-linearity, delay, stock and flow, dan counterintuitive (Sterman, 2000). Pemilihan pendekatan SD dimana mempunyai kemampuan untuk memodelkan sistem dengan struktur umpan balik (causal loop) yang kompleks menggunakan representasi visual yang kemudian dapat di konversi menjadi formula dalam perangkat lunak. Model SD yang telah di simulasikan memungkinkan evaluasi strategi perbaikan sistem (poles, 2013). Seperti penelitian (Liu, 2015) yang menggunakan pendekatan sistem dinamik untuk menganalisis skenario penumpang perkotaan yang mengeluarkan emisi CO2. Penelitian (Timma, 2015), mengusulkan model difusi inovasi untuk solusi efisinesi energi di rumah tangga dengan menggunakan metodologi dari penggabungan studi empiris dan pemodelan sistem dinamik.

Semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan saat ini. Membuat penelitian banyak melakukan percobaan seperti menggabungkan beberapa metode sehingga menjadikan penelitiannya menjadi kompleks. Penelitian (Bukhori, 2014), menangani masalah dalam rantai pasok unggas di pemotongan rumah XYZ dengan menggunakan penggabungan metode SCOR dan AHP. Dimana SCOR sebagai penilaian kinerja dari tempat pemotongan tersebut dan AHP untuk menemukan masalah kinerja dan pemberian rekomendasi alternatif. Penelitian (Azmi, 2014), menerapkan praktek hijau seperti Environmental Management System (EMS) karena tingginya permintaan dari pelanggan dan perusahaan tersebut juga mengejar dalam hal operasi bisnis. Sehingga perusahaan tersebut mengambil solusi dengan menggunakan dua metode yaitu Enviropreneurial Value Chain (EVC) sebagai salah satu fokus pendekatan pada inovasi hijau, yang dapat meningkatkan pengembangan inisiatif sukarela dalam

(4)

produk hijau dan prosesnya. Dan SCOR digunakan sebagai peninjau dari Enviropreneurial Value Chain (EVC). Seperti halnya (Persson, 2007), yang berhasil menggabungkan dua metode yaitu SCOR dan Discrete Event Simulation dalam hal pengembangan pada bagian manufaktur. Walaupun terlihat menggunakan metode simulasi yang hampir mempunyai kemiripan, namun masih belum mempresentasikan sebuah penelitian yang menggabungkan metode SCOR dan SD. Metrik SCOR yang di gunakan sebagai acuan dalam pembuatan model melalui pendekatan System Dynamics, masih sedikit yang mampu mengkolaborasikannya guna meningkatkan performansi rantai pasok. Padahal fokus dalam memecahkan masalah pada model yang menggunakan pendekatan system dynamics hanya pada analisis kebijakan dan desain (poles, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Mubiena, 2015), yang telah berhasil menggabungkan dua metode tersebut yaitu SCOR dan System Dynamics, yang diberi nama Hybrid SCOR-SD. Namun, dalam penelitiannya masih belum mengaplikasikan penerapan kebijakan yang merupakan dasar pada pemecahan masalah menggunakan pendekatan System Dynamics. Pada penelitian yang akan dilakukan saat ini, berdasarkan kajian literatur diatas. Maka, peluang penelitian yang masih mugkin dilakukan adalah mengukur kinerja rantai pasok perusahaan dengan metode SCOR 11.0 dan melakukan improvement kinerja rantai pasok berdasarkan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pemilik perusahaan berdasarkan hasil wawancara.

(5)

2.2 Kajian Literatur Deduktif

2.2.1. Supply Chain Management (SCM)

A. Definisi Supply Chain Management (SCM)

Menurut (Parwati, 2009), definisi manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistem distribusi.

Menurut (Anatan & Ellitan, 2008), sebuah rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasaan konsumen. Manajemen rantai pasok akan memberikan suatu mekanisme dalam pengaturan pada proses bisnis, peningkatan produktivitas dan mengurangi biaya operasional perusahaan. Dan menurut (Anatan & Ellitan, 2008), Ada beberapa tantangan dalam mengelola supply chain, yaitu:

a. Kompleksitas struktur supply chain

Suatu rantai pasokan biasanya sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak di dalam maupun luar perusahaan yang masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan tidak jarang saling bertentangan. Konflik yang terjadi merupakan tantangan besar dalam mengelola rantai pasokan. Kompleksitas suatu rantai pasokan juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu dan

(6)

budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.

b. Ketidakpastian

Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu rantai pasokan. Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat sehingga perusahaan perlu menciptakan antisipasi pengamanan di sepanjang rantai pasokan baik berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time) ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Ketidakpastian dalam manajemen rantai pasokan dapat berasal dari tiga sumber yang meliputi ketidakpastian pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang terkirim dan ketidakpastian internal.

B. Prinsip Dasar SCM

(Harland, 1996) menyatakan bahwa istilah yang digunakan pada manajemen rantai pasok mewakili berbagai arti yang berbeda, beberapa berkaitan dengan proses manajemen organisasi bisnis structural. Manajemen rantai pasokan berkaitan dengan pengetahuan dan menghubungkan dengan pendekatan sistem seperti rantai pasokan internal, rantai pasokan eksternal dan jaringan antar-bisnis. Konsep dari manajemen rantai pasokan meliputi empat hal, yaitu:

1. Rantai pasokan internal yang mengintegrasikan fungsi bisnis yang terlibat dalam aliran bahan dan informasi dari masuk hingga keluar dari bisnis. 2. Pengelolaan hubungan dengan pemasok langsung.

(7)

3. Manajemen rantai bisnis termasuk pada pemasok, pelanggan dan sebagainya 4. Pengelolaan jaringan bisnis yang saling berhubungan yang terlibat dalam

penyediaan utama produk dan layanan paket yang dibutuhkan oleh pelanggan.

C. Area Cakupan SCM

Menurut (Pujawan, 2005), SCM terdiri atas beberapa bagian dan cangkupan kegiatan, yaitu :

1. Pengembangan produk, yaitu melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.

2. Pengadaan, yaitu memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier.

3. Perencanaan dan pengendalian, yaitu demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

4. Operasi atau Produksi, yaitu eksekusi produksi, pengendalian kualitas.

5. Pengiriman atau distribusi, yaitu perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memlihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap distribusi.

(8)

D. Manfaat SCM

Menurut (Siahaya, 2013), manfaat dari manajemen rantai pasokan adalah sebagai berikut :

1. Meminimalkan inventori, yaitu Kegiatan SCM dapat menekan tingkat inventori melalui pengendalian dan informasi intensif dan dapat mengoptimalkan tingkat inventori.

2. Mengurangi biaya, yaitu pengintegrasian aliran produk dari pemasok sampai konsumen akhir, berarti dapat mengurangi biaya.

3. Mengurangi lead time, yaitu koordinasi, sistem, data dan informasi yang tepat dalam pelaksanaan aliran barang, dapat mengurangi lead time pegadaan, produksi dan distribusi.

4. Meningkatkan Pendapatan, yaitu konsumen setia dan menjadi mitra perusahaan, berarti meningkatkan pendapatan perusahaan.

5. Ketepatan waktu penyerahan, yaitu sistem aliran barang terintegrasi dan terkontrol, dapat menghasilkan penyerahan barang tepat waktu.

6. Menjamin kelancaran aliran barang, yaitu pengintegrasian semua elemen SCM melalui sistem informasi, dapat memperlancar aliran barang.

7. Menjamin kualitas, yaitu kualitas bahan baku dan hasil produksi barang jadi, akan terjamin karena sejak awal sudah dikendalikan.

8. Menghindari kehabisan persediaan (stock-out), yaitu sistem kemitraan dengan supplier serta informasi intenstif menghasilkan tingkat persediaan optimal.

(9)

informasi yang akurat, maka tingkat peramalan kebutuhan menjadi akurat. 10. Kepuasan pelanggan, yaitu kualitas produk dan layanan yang baik

menjadikan konsumen setia dan yakin terhadap produk.

11. Mengurangi jumlah pemasok (supplier), yaitu pemasok terbatas yang kompeten, dapat mengurangi biayam keragaman da memudahkan pelacakan (tracking).

12. Mengembangkan kemitraaan (partnership), yaitu kerjsama jangka panjang, mempunyai tujuan yang sama dan saling percaya serta berbagai resiko. 13. Peningkatan kompetensi SDM, yaitu kompetensi sumber daya manusia akan

semakin meningkat baik pengetahuan maupun ketrampilan dalam penggunaan teknologi.

14. Perusahaan semakin berkembang, yaitu perusahaan yang mendapat keuntungan akan menjadi besar dan berkembang,

15. Meningkatkan daya saing, yaitu jaringan SCM yang berhasil dalam nilai rantai pasok yang meningkat, secara otomatis akan meningkatkan daya saing perusahaan.

2.2.2 Pengukuran Kinerja SCM

Menurut (Calongesi, 1995) dalam (Wulan, 2007), pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Namun, istilah pengukuran akan diartikan dalam mengukur kinerja pada SCM. Menurut (Siahaya, 2013), mengukur kinerja aktivitas SCM mempunyai tolak ukur, yaitu :

(10)

1. Biaya, yaitu biaya yang ditimbulkan dalam pelaksanaan aktivitas aliran barang, meliputi biaya bahan baku, produksi, tenaga kerja, penyimpanan, transportasi dan distribusi. Kinerja biaya diukur dan dibandingkan terhadap nilai (biaya) acuan.

2. Waktu, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas aliran barang. Kecepatan proses dan suplai dientukan oleh waktu yang dialokasikan oleh setiap elemen supply chain. Waktu dimaksud mencakup pengadaan, pengembangan produk barum produksi dan distribusi. Kinerja waktu diukur dan dibandingkan terhadap standar waktu yang telah ditentukan.

3. Kapasitas, merupakan ukuran berapa besar volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau unit dari rantai pasok pada periode tertentu. Kapasitas diperlukan untuk perencanaan produksi dan pengiriman ke pelanggan. Kinerja kapasitas merupakan perbandingan antara volume pekerjaan terhadap rencana awal.

4. Kapabilitas, merupakan kemampuan agregat untuk melaksanakan aktivitas aliran barang. Kinerja kapabilitas rantai pasok meliputi kehandalan mesin produksi, fleksibilitas dan ketersediaan bahan baku dan barang jadi.

5. Produktivitas, yaitu sejauh mana sumber daya pada rantai pasok digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output. Kinerja produktivitas diukur melalui ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku dan energi.

6. Utilitasi, merupakan tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan rantai pasok terhadap kemampuan unit bersangkutan. Kinerja utilitasi mesin, pabrik dan gudang.

(11)

produksi, outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk yang dihasilkan. Outcome sulit diukur karena seringkali tidak berwujud.

2.2.3 Supply Chain Operations Reference (SCOR) 11.0

SCOR (Supply Chain Operations Reference Model) Merupakan suatu referensi model yang digunakan untuk mengukur kinerja dari rantai pasok. SCOR dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC) yakni suatu lembaga nonprofit yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Nortel dll. Yang pada awal didirikan memiliki anggota sebanyak 69 perusahaan dan saat ini anggotanya telah mencapai 1000 perusahaan (SCC, 2012)

Model SCOR mengkombinasikan beberapa elemen dari Business Process Engineering, bencmarking dan aplikasi-aplikasi yang mengarah pada suatu kerangka (lihat pada gambar 2.1). Menurut (Ren, 2006), Model SCOR adalah model referensi proses yang dimaksudkan untuk menjadi standar indutri yang memungkinkan manajemen rantai pasok beregenerasi dan berkelanjutan. Sehingga SCOR dapat mengintegrasikan konsep yang terkenal seperti rekayasa ulang proses bisnis, bencmarking, dan pengukuran proses menjadi kerangka kerja lintas fungsional. Model SCOR terdiri dari lima proses dasar : plan, source, make, deliver dan return (lihat pada gambar 2.2).

(12)

Gambar 2.1. Kerangka SCOR 11.0 Sumber: (SCC, 2012)

Gambar 2.2. Proses SCOR 11.0 Sumber: (SCC, 2012)

(13)

Pada SCOR terdiri dari 3 level. Level 1 adalah top level yang terdiri dari 5 proses kunci yakni Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Level 1 metrik mengkarakteristikan kinerja berdasarkan dua perspektif. Perspektif pertama adalah dari sisi kostumer dan perspektif yang kedua adalah berdasarkan perspektif internal. Pada levei ini dilakukan pendefinisian tentang kempetisi dasar yang ingin dicapai beserta petunjuk dan cara bagaimana dapat memenuhi kompetisi dasar tersebut. Dari lima proses tersebut mempunyai penjelasan masing-masing yaitu :

1. Plan, merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman barang. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapsitas dan melakukan penyesuaian rantai pasok.

2. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang tercakup meliputi penjadwalan pengiriman dari supplier, meneriman, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan lain-lain. Jadi proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order atau engineer-to-order products.

3. Make, yaitu proses untuk mentrasformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi dapat dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), berdasarkan pesanan (make-to-order) atau engineer-to-order. Proses yang

(14)

terlibat disini adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas produksi dan lain-lain.

4. Deliver, merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, tranportasi dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.

5. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian.

Level 2 merupakan konfigurasi dan berhubungan erat dengan pengkategorian proses. Pada level 2 ini dilakukan pendefinisian katerogri-kategori terhadap setiap proses level 1. Pada level 2 ini, proses disusun sejalan dengan strategi rantai pasok. Tujuan yang hendak dicapai pada level 2 ini adalah menyederhanakan rantai pasok dan meningkatkan flexibility dari keseluruhan rantai pasok. Pada level 2 ini, kendala market kendala produk dan kendala perusahaan untuk menyusun prose inter dan intra-perusahaan. Level 3 adalah level elemen proses dan merupakan paling bawah dalam lingkup SCOR model. Pada level implementasi, yakni level yang berada di bawah level 3, elemen proses diuraikan kedalam task dan aktivitas lanjutan. Level implementasi ini tidak mencakup dalam lingkup SCOR model. Level 3 mengijinkan perusahaan untuk mendifinisikan secara detail proses-proses yang teridentifikasi begitu juga dengan

(15)

ukuran kinerja dan juga best practice pada level aktivitas. Level kinerja dan practices didefinisikan untuk proses-proses elemen ini.

2.2.4 Pemodelan Sistem

A. Definisi Sistem

Menurut (Law, 1982) dalam (Utami, 2006), mendefinisikan sistem adalah sebagai sekelompok komponen yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu atau sekumpulan entitas yang bertindak dan berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi suatu tujuan akhir yang logis.

Pada sistem elemen-elemen yang ada didalamnya akan terus berinterksi agan sistem berjalan dengan baik. Seperti halnya pada perlalulintasan, apabila tidak ada lampu merah, maka semua kendaraan akan melanggar lalulintas dan jalanan akan semakin macet. Disamping adanya lampu merah yang mengatur perjalanan kendaraan, entitas lain juga akan mempengaruhi sistem tersebut, seperti polisi, pengendara, jalanan dan lain-lain.

B. Definisi Model

Model merupakan proses penggambaran operasi sistem nyata untuk menjelaskan atau menunjukan ralasi-relasi penting yang terlibat. Hal ini menunjukan bahwa model pada dasarnya merupakan penggambaran terhadap sistem nyata yang ditunjukan lewat relasi-relasi penting antar elemen (Arifin, 2009).

(16)

C. Definisi Simulasi

Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variable yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaiman ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata (Syaefudin & Syamsuddin, 2005).

D. Keuntungan Simulasi

Ada beberapa keuntungan dari pendekatan simulasi antara lain (Suryani, 2006):

1. Tidak semua sistem dapat dipresentasikan dalam model matematis, simulasi merupakan alternatif yang tepat.

2. Dapat bereksperimen tanpa adanya resiko pada sistem nyata, dengan simulasi dapat memungkinkan untuk melakukan percobaan terhadap sistem tanpa harus menanggung resiko terhadap sistem yang berjalan.

3. Simulasi dapat mengestimasi kinerja sistem pada kondisi tertentu dan memberikan alternatif desain terbaik sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

4. Simulasi memungkinkan untuk melakukan studi jangka panjang dalam waktu relatif singkat.

(17)

E. Kelemahan Simulasi

Simulasi juga memiliki beberapa kelemahan antara lain (Suryani, 2006):

1. Kualitas dan analisis tergantung pada pembuat model.

2. Hanya mengestimasi karakteristik sistem berdasarkan masukan tertentu.

F. Verifikasi dan Validasi

Menurut (Law & Kelton, 1991), Verifikasi merupakan proses untuk menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat atau tidak. Verifikasi adalah pemeriksaan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemograman secara benar. Sedangkan, menurut (Hoover & Perry, 1989), verifikasi adalah pemeriksaan apakah program computer simulasi berjalan sesuai dengan yang diinginkan, dengan pemeriksaan program komputer.

Validasi adalah penetuan apakah model konspetual simulasi (sebagai tandingan program computer) adalah representasi akurat dari sismem nyata yang sedang dimodelkan (Law & Kelton, 1991). Sedangkan, Validasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau abstraksi merupakan representasi berarti akurat dari sistem nyata (Hoover & Perry, 1989).

Adapun tiga pendekatan dalam validasi yaitu sebagai berikut (Hasad, 2011) :

1. Pendekatan umum, adalah membuat keputusan bahwa model tersebut valid. Ini adalah keputusan subjektif yang berdasarkan pada berbagai pengujian

(18)

dan evaluasi yang dilakukan sebagai bagian dari proses pengembangan model.

2. Pendekatan verifikasi dan validasi independen, adalah pendekatan yang digunakan oleh pihak ketiga (independen) untuk menentukan kapan model itu valid. Pihak ketiga adalah independen dari kedua sisi, baik dari sisi tim pengembangan model maupun sponsor/pengguna model. Setelah sebuah model dikembangkan, pihak ketiga melakukan evaluasi untuk menentukan validitasnya. Berdasarkan validasi ini, pihak ketiga membuat sebuah keputusan subjektif pada validitas dari model tersebut.

3. Pendekatan dengan menggunakan nilai (scoring), Skor atau bobot ditentukan secara subjektif ketika melakukan proses validasi dari berbagai aspek dan kemudian dikombinasikan untuk menentukan nilai (skor) kategori dan skor keseluruhan untuk model simulasi. Sebuah model simulasi dinyatakan valid jika skor kategori dan skor keseluruhan lebih besar dari beberapa skor lainnya.

(19)

Gambar 2.3. Proses Pemodelan Sistem Sumber: (Sargent, 1998)

Validasi pada pemodelan ini akan dilakukan dengan menggunakan perbandingan tingkah laku sistem nyata dengan model (Quantitive Behavior Pattern Comparison) yaitu dengan uji MAPE (Mean Absolute Percentage Error). MAPE atau nilai tengah persentase kesalahan absolut adalah salah satu ukuran yang menyangkut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil perkiraan dengan data aktual (Utami, 2006).

MAPE = 1 𝑛∑ |𝑋𝑚 − 𝑋𝑑| 𝑋𝑑 𝑥 100% Keterangan : Xm = Data Simulasi Xd = Data Aktual n = Periode/banyak data

(20)

Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985) dalam (Utami, 2006) adalah :

MAPE < 5% : Sangat tepat 5% < MAPE< 10% : Tepat MAPE > 10% : Tidak tepat

2.2.5 System Thinking

Berpikir sistem merupakan cara berpikir untuk menguraikan, memahami dan mengatasi masalah dengan melihat keterkaitan antar hubungan yang memberntuk prilaku sistem. Pendekatan berpikir sistem memiliki alat yang dikenal sebagai sistem pola dasar yang berguna untuk mengenali pola prilaku dari sistem. Setiap pola dasar menggambarkan alur cerita dengan tema sendiri. Pola perilaku tertentu dapat digambarkan dengan Causal Loop Diagram (CLD). Berpikir sistem dapat digunakan untuk melihat prospek masa depan untuk perencanaan (Heryanto, 2014).

2.2.6 System Dynamics

A. Definisi System Dynamics

Sistem dinamik tumbuh pada tingkat eksponensial yang mengesankan. Minat terhadap sistem dinamik menyebar keseluruh orang yang menerima akan kompleksitas, non-linier, dan umpan balik (loop) yang melekat pada sistem sosial dan fisik (Forrester, 1994). System Dynamics (SD) adalah suatu metode pendekatan eksperimental yang mendasari pengamatan kenyataan untuk memahami tingkah laku sistem (Arifin, 2009).

(21)

B. Konsep Dasar Pada Sistem Dinamik

Didasari oleh filosofi kausal, tujuan metodologi sistem dinamik adalah mendapat pemahaman yang mendalam tentang cara kerja suatu sistem. Permasalahan dalam suatu sistem dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh luar namun dianggap karena pengaruh internal sistem (Asyiawati, 2002).

Fokus utama dari metodologi sistem dinamik adalah pemahaman atas sistem sehingga langkah pemecahan masalah memberikan umpan balik pada sistem. Enam tahap pemecahan masalah dengan metodologi sistem dinamik, yaitu (Asyiawati, 2002):

1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptualisasi system

3. Formulasi model

4. Simulasi dan validasi model 5. Analisis kebijakan

6. Implementasi

Sistem dinamik mempunyai dua konsep sistem yaitu sistem tertutup (closed system) atau sistem umpan balik (feedback). Struktur yang terbentuk dari loop umpan balik tersebut akan menhubungkan sebuah keluaran pada suatu periode tertentu dengan masukan pada periode yang akan datang, jadi sistem umpan balik yang ada pada akhirnya memiliki kemampuan mengendalikan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan tertentu yang diidentifikasikannya sendiri (Kusumaningtyas, 2011). Loop yang menjadi kerangka dasar sistem dinamik tersebut merupakan rangkaian tertutup yang menghubungkan masing-masing komponen/sector yang terkait dalam sistem nyata

(22)

secara komprehensif dan runtut. Komprehensif mengindikasikan bahwa setiap komponen yang memiliki kompentensi terhadap objek pengamatan akan dimodelkan dala loop tertutup. Adapun komponen yang dimaksud meliputi keputusan yang bertindak sebagai pengendali tindakan level (state) dari suatu sistem (Muhammadi et.al, 2001 dalam (Kusumaningtyas, 2011).

Menurut (Muhammadi et. Al, 2001) dalam (Utami, 2006), lingkaran umpan balik dibedakan menjadi dua, yaitu causal loop positive dan causal loop negative. Causal loop positive membangkitkan pertumbuhan, dimana suatu kejadian hasilnya akan memperbesar kejadian berikutnya. Causal loop positive mempunyai ciri ketidakstabilan, ketidakseimbangan, penguatan atau pertumbuhan. Sedangkan, causal loop negative selalu berusaha mencapai tujuan (goal seeking) atau keseimbangan. Dan berusaha memberikan koreksi sebagai tindakan untuk kegagalan dalam mencapai tujuan (Asyiawati, 2002).

Gambar 2.4. Contoh Causal Loop Positive

(23)

Gambar 2.5. Contoh Causal Loop Negative

Sumber: (Sterman, 2000)

Untuk dapat mengolah dari hasil pemodelan causal loop digram, maka dibutuhkan suatu alat untuk mensimulasikannya. Software powersim adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk memodelkan dan mensimulasikan model yang telah dibuat dan juga software powersim dapat menganalisa simulasi yang telah dibuat.

Dalam powersim mempunyai beberapa variabel yang digunakan, yaitu :

1. Level

Level merupakan variabel yang menyatakan akumulasi dari sejumlah benda (nouns) seperti orang, uang, inventori, dan lain-lain, terhadap waktu. Level dipengaruhi oleh variabel rate dan dinyatakan dengan symbol persegi panjang. Pada bagian bawah symbol variabel level menunjukan nama variabel tersebut (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006)

(24)

Gambar 2.6. Simbol Variabel Level

2. Rate

Rate merupakan suatu aktivitas, pergerakan (movement) atau aliran yang berkontribusi terhadap perubahan per satuan waktu dalam suatu variabel level. Rate merupakan satu-satunya variable yang mempengaruhi variabel level. Dalam powersim simbol rate dinyatakan dengan kombinasi antara flow dan auxiliary. Simbol ini haru terhubung dengan sebuah variabel level (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006).

Gambar 2.7. Simbol Variabel Rate

3. Auxiliary

Auxiliary merupakan variabel tambahan untuk menyederhanakan hubungan informasi antara level dan rate. Seperti variabel level, variabel auxiliary juga dapat

(25)

digunakan untuk menyatakan jumlah benda. Simbol auxiliary dinyatakan dengan sebuah lingkaran (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006).

Gambar 2.8. Simbol Variabel Auxiliary

4. Konstanta

Konstanta merupakan input bagi persamaan rate baik secara langsung maupun melalui auxiliary. Konstanta menyatakan nilai parameter dari sistem real. Simbol konstanta dinyatakan dengan segiempat (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006).

(26)

5. Garis Penghubung (Link)

Garis penghubung (Link) merupakan penghubung antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

Gambar 2.10. Simbol Garis Penghubung (Link)

Berdasarkan kajian literatur yang telah di buat sebelumnya maka dapat di bangun sebuah kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

Mulai

Kajian Literatur

Kajian Induktif Kajian Deduktif

Fokus Kajian

State of The Art

Pengumpulan data Primer dan

Sekunder Pengolahan Data: - Pembuatan Metrik SCOR - Pembuatan Causal Loop Diagram - Pembuatan Stock and Flow

Diagram Valid ? Tidak Desain Kebijakan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Ya Konseptual Model

(27)

Penjelasan langkah-langkah dari diagram alir penelitian pada Gambar 2.11 di atas adalah sebagai berikut :

1. Kajian Literatur

Kajian literatur adalah ulasan dan evaluasi pekerjaan dari penelitian sebelumnya. Kajian literatur telah dijelaskan dan dilakukan di bab 2, untuk selanjutkan dimulai dari sub bab fokus kajian (Chairul & Ridwan, 2013).

2. Fokus Kajian

Melakukan fokus kajian merupakan tahap selanjutnya dari kajian literatur. Fokus kajian memfokuskan pada hal-hal yang baru. Penelitian ini berusaha untuk membuat model dari matrik SCOR yang akan disimulasikan guna meningkatkan performansi dari rantai pasok.

3. State of the art

Mencari fokus kajian merupakan hal yang paling sulit untuk dilakukan. Diperlukan usaha keras dalam membaca dan mempelajari hasil penelitian yang perlu dilakukan agar menghasilkan penelitian yang bari dan terkini (Chairul & Ridwan, 2013).

(28)

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data - data yang dikumpulkan yang berkaitan pada perumusan masalah yang telah dibangun.

5. Konseptual Model

Konseptual model berisi tentang rancangan terstruktur mengenai konsep-konsep yang saling terkait guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar konsep. Konseptual model akan memberikan arah riset serta menunjukan suatu pemecahan masalah.

6. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini meliputi pengukuran performansi dan peningkatan performansi. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data:

A. Pembangunan & Perhitungan Metrik SCOR 11.0

Pembangunan metrik didasarkan pada level metrik sesuai dengan tipe produksi rantai pasok perusahaan yang diteliti. Tipe produksi yang akan diteliti adalah Make To Order (MTO). Pada penelitian ini standar pengukuran kinerja proses rantai pasok menggunakan SCOR versi 11.0.

(29)

B. Pembangunan Causal Loop Diagram

Causal Loop Diagram dibangun berdasarkan hubungan sebab-akibat antar atribut metric SCOR 11.0.

C. Pembangunan Flow Diagram

Berdasarkan causal loop yang telah dibuat sebelumnya, maka dibangun flow diagram dengan bantuan software PowerSim 09.

D. Melakukan Simulasi Diikuti Dengan Validasi

Validasi model diperlukan agar model yang dibuat berprilaku seperti sistem nyata. Apabila model yang dibuat belum dinyatakan valid atau di yakini belum berprilaku menyerupai sistem nyata maka langkah selanjutnya tidak dapat dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan validasi Mean Absolute Percentage Error (MAPE).

E. Desain Kebijakan (Desain Eksperimen)

Desain Kebijakan atau Desain Eksperimen adalah suatu analisis alternative himpunan variabel-variabel sistem dengan metode simulasi untuk mendapatkan alternatif yang memenuhi keinginan pemodel (Kusumaningtyas, 2011). Kebijakan yang dibuat akan berdasarkan pada atribut SCOR 11.0.

(30)

7. Pembahasan

Setelah didapatkan perbandingan antara hasil sebelum simulasi dan sesudah simulasi, maka langkah selanjutnya adalah pembahasan mengenai perbandingan tersebut apakah terjadi peningkatan atau tidak dan bagaimana rekomendasi kebijakan yang diperoleh.

8. Rekomendasi dan Saran

Hasil dari pembuatan kebijakan atau eksperimen akan menghasilkan strategi yang mendekati keinginan dari pengambil kebijakan., sehingga di harapkan strategi tersebut dapat terwujud pada sistem nyata.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka SCOR 11.0   Sumber: (SCC, 2012)
Gambar 2.3. Proses Pemodelan Sistem  Sumber: (Sargent, 1998)
Gambar 2.4. Contoh Causal Loop Positive
Gambar 2.5. Contoh Causal Loop Negative
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil uji t (parsial) profitabilitas yang diprosikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan

sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel X6 (Inflasi) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa Inflasi yang

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek dengan judul “Sistem Kendali

Tujuan penelitian ini untuk menilai pengaruh ekstrak etanol coklat hitam dan olahraga treadmill dalam meningkatkan aktivitas motorik pada mencit Swiss Webster

a. bagian atas atau penimbunan di kaki lcreng. b. Pembuatan ~)erm, dilakukan dengan cara memolong bagian puncak lereng menjadi berundak-undak, hal ini bertujuan untuk

Scale adalah problema produksi dalam sistem air, karena perubahan tekanan, suhu dan pH sehingga keseimbangan ion-ion melebihi kelarutannya dan membentuk endapan

Uji MANOVA digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruhmodel pembelajaran guided discovery berbantuan PhET simulations terhadap penguasaan konsep dan kemampuan

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Niken Ratna Pravitasari tentang “Pengaruh Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja dengan mediasi OCB