PETUNJUK TEKNIS
PETUNJUK TEKNIS
PENGEMBANGAN PROGRAM MAKANAN JAJANAN SEKOLAH PENGEMBANGAN PROGRAM MAKANAN JAJANAN SEKOLAH
KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012 KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1.
1.1. Latar BelakangLatar Belakang
Pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui upaya dibidang Pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui upaya dibidang pendidikan
pendidikan dan kdan kesehatan esehatan saat ini saat ini menjadi pmenjadi prioritas utama rioritas utama untuk untuk meningkatkan meningkatkan produktifitasproduktifitas kerja dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia merupakan kerja dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia merupakan sebuah tolok ukur dalam melihat keberhasilan pembangunan disuatu daerah. IPM Kabupaten sebuah tolok ukur dalam melihat keberhasilan pembangunan disuatu daerah. IPM Kabupaten Sukabumi pada saat ini mencapai angka 69,85. Capaian IPM sangat dipengaruhi oleh 3 Sukabumi pada saat ini mencapai angka 69,85. Capaian IPM sangat dipengaruhi oleh 3 (Tiga) sektor pembangunan, antaralain sektor ekonomi yang dilihat dari tingkat daya beli (Tiga) sektor pembangunan, antaralain sektor ekonomi yang dilihat dari tingkat daya beli yaitu 640.12, sektor pendidikan yang dilihat dari angka Rata-rata Lama Sekolah yaitu 6,73 yaitu 640.12, sektor pendidikan yang dilihat dari angka Rata-rata Lama Sekolah yaitu 6,73 dan sektor kesehatan yang dilihat dari Angka Harapan Hidup yaitu 66,9. Meskipun setiap dan sektor kesehatan yang dilihat dari Angka Harapan Hidup yaitu 66,9. Meskipun setiap tahunnya angka-angka diatas mengalami peningkatan, akan tetapi hal tersebut masih jauh tahunnya angka-angka diatas mengalami peningkatan, akan tetapi hal tersebut masih jauh dari harapan. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan manusia khususnya dikabupaten dari harapan. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan manusia khususnya dikabupaten sukabumi, maka dibentuklah visi kabupaten sukabumi tahun 2011
sukabumi, maka dibentuklah visi kabupaten sukabumi tahun 2011 – – 2015 yaitu 2015 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sukabumi Yang Berakklaq Mulia, Maju dan “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sukabumi Yang Berakklaq Mulia, Maju dan Sejahtera” dengan misi
Sejahtera” dengan misinya yaitu pertama meningkatkan sumberdaya manusia yang berahklaqnya yaitu pertama meningkatkan sumberdaya manusia yang berahklaq mulia, kedua mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berkemampuan mulia, kedua mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berkemampuan memajukan masyarakat, dan ketiga membangun perekonomian yang tangguh, berbasis memajukan masyarakat, dan ketiga membangun perekonomian yang tangguh, berbasis potensi lokal dan berwawasan lingk
potensi lokal dan berwawasan lingkungan.ungan.
Usia sekolah yang tingkat produktifitasnya masih tinggi menjadi sasaran yang Usia sekolah yang tingkat produktifitasnya masih tinggi menjadi sasaran yang utama. Oleh karena itu, pemerintah telah memprioritaskan upaya pembangunan pada sektor utama. Oleh karena itu, pemerintah telah memprioritaskan upaya pembangunan pada sektor pendidikan
pendidikan dan dan kesehatan. kesehatan. Adapun Adapun bentuk bentuk upaya upaya tersebut tersebut salah salah satunya satunya yaitu yaitu dengandengan mengembangkan Taman Posyandu
mengembangkan Taman Posyandu – – PAUD Terintegrasi sebagai tahapan awal dalam PAUD Terintegrasi sebagai tahapan awal dalam membina perkembangan psikomotor dan kesehatan anak di usia 0 Bulan sampai dengan 6 membina perkembangan psikomotor dan kesehatan anak di usia 0 Bulan sampai dengan 6 Tahun (Usia Sekolah). Setelah anak sudah beranjak usia wajib sekolah, upaya yang yang Tahun (Usia Sekolah). Setelah anak sudah beranjak usia wajib sekolah, upaya yang yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran dalam bentuk dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran dalam bentuk wajib belajar 12 (Dua belas) tahun, meningkatkan kualitas kurikulum, peningkatkan kualitas wajib belajar 12 (Dua belas) tahun, meningkatkan kualitas kurikulum, peningkatkan kualitas dan kesejahteraan pengajar (guru), mewajibkan pendidikan diluar sekolah (Ekstrakulikuler) dan kesejahteraan pengajar (guru), mewajibkan pendidikan diluar sekolah (Ekstrakulikuler) dan pendidikan keagamaan, menyelenggarakan kelas bertaraf nasional dan internasional dari dan pendidikan keagamaan, menyelenggarakan kelas bertaraf nasional dan internasional dari tingkat sekolah dasar sampai menengah serta bentuk lainya yang menunjang pada proses tingkat sekolah dasar sampai menengah serta bentuk lainya yang menunjang pada proses belajar-mengajar.
belajar-mengajar.
Secara pengertian
Secara pengertian nak sekolah merupakan 1ocia atau modal utama pembangunan dinak sekolah merupakan 1ocia atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi seba
berfungsi sebagai gai tempat tempat pembelajaran pembelajaran juga juga dapat dapat menjadi menjadi ancaman ancaman penularan penularan penyakit penyakit jikajika tidak dikelola dengan baik. Promosi Kesehatan di Sekolah menggunakan model 1ocial1c tidak dikelola dengan baik. Promosi Kesehatan di Sekolah menggunakan model 1ocial1c meliputi hubungan antar aspek kesehatan, yaitu fisik, mental, 1ocial dan lingkungan. Konsep meliputi hubungan antar aspek kesehatan, yaitu fisik, mental, 1ocial dan lingkungan. Konsep ini melibatkan keluarga, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk berpartisipasi dalam ini melibatkan keluarga, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak sekolah tentang kesehatan dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak sekolah tentang kesehatan dan menunjukkan makna lingkungan sebagai penyumbang kesehatan anak seperti kondisi fisik menunjukkan makna lingkungan sebagai penyumbang kesehatan anak seperti kondisi fisik sekolah, sanitasi, air bersih, lingkungan bermain. Promosi kesehatan mempunyai peran sekolah, sanitasi, air bersih, lingkungan bermain. Promosi kesehatan mempunyai peran penting,
penting, khususnya khususnya dalam dalam proses proses pemberdayaan pemberdayaan warga warga sekolah sekolah dan dan masyarakat masyarakat lingkunganlingkungan sekolah. Oleh karena itu, promosi kesehatan di Indonesia saat ini dan di masa depan sekolah. Oleh karena itu, promosi kesehatan di Indonesia saat ini dan di masa depan diarahkan untuk mempercepat pencapaian sekolah sehat. Salah satu upaya untuk diarahkan untuk mempercepat pencapaian sekolah sehat. Salah satu upaya untuk mengembangkan promosi kesehatan di sekolah adalah melalui pembinaan dan mengembangkan promosi kesehatan di sekolah adalah melalui pembinaan dan pengembangan
pengembangan Usaha Usaha Kesehatan Kesehatan Sekolah Sekolah (UKS) (UKS) sebagai sebagai upaya upaya pendidikan pendidikan dan dan kesehatankesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam yang dilaksanakan secara terpadu, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan serta membimbing dalam melaksanakan menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan serta membimbing dalam melaksanakan
prinsip hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah. Selain usaha kesehatan sekolah (UKS), untuk lebih meningkatkan upaya pencapaian cakupan sekolah sehat secara optimal, promosi kesehatan mengarahkan potensi kepramukaan yang disebut satuan karya bhakti husada untuk ikut serta dan berperan aktif dalam pengembangan sekolah sehat secara terpadu dengan UKS atau program penunjang lainnya.
Anak sekolah merupakan modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, dilindungi dan dibina sejak dini secara berkesinambungan. Melalui upaya pembinaan serta menanamkan nilai-nilai positif pada anak di usia sekolah dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pembangunan sumberdaya manusia khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain sektor pemerintahan, hal ini merupakan tanggungjawab sektor swasta dan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkannya. Diharapkan bentuk dan upaya dalam meningkatkan wawasan, keterampilan dan pengalaman generasi muda dapat mencetak sumberdaya manusia yang handal sehingga dapat meningkatkan produktifitas secara bermutu dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
1.2. Dasar Penyelenggaraan
Undang-Undang RI Momor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang RI Momor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak;
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pangan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan
Mutu dan Gizi Pangan;
Permenkes RI No. 329/Menkes/Per/VII/76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan
1.3. Tujuan
1.4.1. Tujuan Khusus
Terwujudnya Sekolah Sekolah Sehat Melalui Peningkatan Kualitas Makanan Jajanan Sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan berdayaguna di masa yang akan datang
1.4.2. Tujuan Umum
a. Menumbuhkembangkan kesadaran, wawasan, kemauan dan kemampuan seluruh komponen sekolah, masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan kualitas makanan jajanan sekolah yang sehat dan mempunyai nilai gizi;
b. Mengembangkan tata kelola dan pengaturan usaha makanan jajanan sekolah secara sistemik yang dibentuk memalui upaya pemberdayaan komponen sekolah dan masyarakat;
c. Menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan pelaku usaha makanan jajanan sekolah dalam memproduksi makanan jajanan yang hygienis dan bergizi d. Mengembangkan sistem pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha
jajanan sekolah yang dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan;
e. Mengembangkan komunitas kantin sekolah yang dilaksanakan secara hygienis, ekonomis, variatif secara bersama-sama melalui tata kelola sedehana;
BAB II
MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN MAKANAN JAJANAN SEHAT DAN BERKUALITAS
2.1. Sasaran dan Unsur Kegiatan
Komponen Sekolah terdiri dari unsur siswa, guru, warga sekolah, komite sekolah dan pihak- pihak terkait lainnya. Dalam hal ini perlu adanya upaya peningkatan kesadaran, wawasan, kemauan dan kemampuan komponen sekolah melalui upaya-upaya nyata yang dilakukan dalam upaya pengembangan kantin sekolah sehat secara partisipasif, koordinatif, bersama-sama dan konsisten. Diharapkan melalui upaya pemberdayaan dalam pengembangan kantin sekolah ini dapat membentuk suatu perubahan secara terus-menerus kearah yang lebih positif, yaitu terciptanya suatu upaya dalam meningkatkan kualitas makanan jajanan di
sekolah secara mandiri dan berkelanjutan.
Proses pemberdayaan pada prinsipnya menekankan pada upaya perubahan perilaku individual atau kelompok kearah pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, secara penanganannya dibagi menjadi beberapa sasaran / unsur, sebagai berikut;
1. Sasaran Tersier : Sasaran yang diharapkan memberikan dukungan baik secara kebijakan maupun pendanaan terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Unsur tersebut yaitu pemegang kebijakan, camat, kepala cabang pendidikan, kepala sekolah, pimpinan organisasi terkait dan pihak swasta.
2. Sasaran Skunder : Sasaran yang diharapakan mampu melakukan bina suasana melalui penyampaian informasi dan kegiatan secara terus menerus sehingga akhirnya terciptalah suatu perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat serta akhirnya menjadi budaya sehat. Unsur tersebut yaitu guru / pendidik, warga sekolah, komite sekolah dan anggota organisasi terkait.
3. Sasaran Primer : Sasaran utama yang secara terus-menerus dibina agar terciptanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik secara mandiri dan lingkungan fisik / material yang menunjang terhadap proses kegiatan. Unsur tersebut yaitu ;
a. Sasaran Primer I : Siswa / peserta didik, Orang tua / wali murid
b. Sasaran Primer II : Masyarakat sekitar sekolah dan Pelaku usaha makanan jananan,
c. Sasaran Primer III : Lingkungan fisik yaitu ruang kelas, jamban, halaman sekolah, dsb.
2.2. Mekanisme dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Proses pelaksanaannya dilakukan melalui pengelompokan sasaran dan unsur terkait agar kegiatan tersebut dapat terlaksana secara efektif, efisien dan tepat sasaran. Proses tersebut antaralain ;
1. Advokasi
Sasaran advokasi lebih mengarah pada Sasaran Tersier , yaitu melalui proses penyampaian informasi secara akurat kepada pemegang kebijakan atau stake holder
terkait, sehingga diharapkan sasaran tersebut dapat mendukung kegiatan-kegiatan pengembangan kantin sekolah sehat baik dari sisi kebijakan dan pendanaan.
2. Bina Suasana
Agar proses bina suasana tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, sebelumnya perlu ditingkatkannya kesadaran, minat dan kemampuan Sasaran Bina Suasana melalui transformasi wawasan dan ilmu pengetahuan tentang keamanan makanan dan jajanan disekolah. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan atau pelatihan (TOT) ditingkat sekolah dengan mengundang narasumber yang berkompeten (Ahli Gizi, Ahli Hygiene, Petugas Kesehatan, Dsb).
Dengan demikian, diharapkan sasaran bina suasana tersebut mampu menginformasikan kembali dan mengimplementasikan apa yang diperoleh selama proses diatas dalam kegiatan sehari-hari kepada sasaran primer sesuai dengan kewenangannya. Proses penyampaian informasi dan implementasi tersebut direalisasikan melalui upaya pemberdayaan kepada sasaran primer (Tahapannya dapat dilihat dari proses pemberdayaan).
Untuk lebih menguatkan tataran proses pelaksanaan, secara sepakat antar berbagai pihak membentuk Tim Pengembangan Sekolah Sehat baik ditingkat Kecamatan, maupun ditingkat sekolah.
3. Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan terhadap Sasaran Primer I sangat ditentukan keberhasilannya oleh kesadaran, wawasan, kemauan dan kemampuan sasaran skunder dalam menginformasikan tentang kesehatan makanan jajanan sekolah. Secara proses, upaya pemberdayaan dapat dilakukan melalui;
Penyampaian informasi tentang makanan jajanan kepada siswa oleh wali kelas atau
guru secara terus-menerus, setiap hari atau diintegrasi dengan mata pelajaran terkait tanpa mengurangi efektifitas proses pendidikan formal.
Melakukan konseling khusus oleh Guru UKS apabila terjadi penyimpangan perilaku
konsumsi siswa yang kurang sehat, baik terjadi secara kebiasaan individu atau terkait dengan kebiasaan dilingkungan keluarga.
Membuat media informasi kesehatan secara kretaif dan inovatif yang diarahkan
kepada sasaran primer dan ditempatkan pada tempat tertentu (Ruang kelas, jamban, kantin, halaman sekolah, dll) tanpa mengurangi nilai keiindahan dan berdampak pada lingkungan. Media informasi kesehatan tersebut dapat berupa poster, papan informasi, leaflet, sticker, dll.
Menyelenggarakan gerakan sarapan bersama disekolah, dengan tujuan agar
mengurangi kebiasaan siswa dalam mengkonsumsi makanan jajanan dan mendorong oran tua / wali agar selalu menyiapkan sarapan kepada siswa sebelum beragkat ke sekolah. Kegiatan tersebut dapat ditetapkan secara rutin oleh pihak sekolah dengan persetujuan komite sekolah dan diadakan minimal 1 (Satu) hari dalam seminggu.
Agar tidak mengganggu jadwal proses pendidikan formal, ditekankan kepada para siswa pada saat kegiatan sarapan bersama untuk hadir sebelum proses pendidikan formal.
Membuat perencanaan khusus dalam penanggulangan hal-hal yang tidak diinginkan
(Keracunan masal, KLB, dll) seperti penugasan, alur rujukan dan respon cepat.
Memberikan kesempatan bagi organisasi terkait (Pramuka, PMR, Osis, LSM, dll)
untuk melakukan kegiatan dibidang kesehatan kepada para siswa tanpa mengurangi efektifitas proses pendidikan formal.
4. Kemitraan dan Kerjasama
Kemitraan dan kerjasama lebih ditekankan kepada Sasaran Primer II , yaitu masyarakat sekitar dan pelaku usaha makanan jajanan sekolah. Adapun bentuk kemitraaan dan kerjasama tersebut dilakukan melalui pengembangan kantin sekolah sehat. Secara pengertian dan prinsip kemitraan adalah suatu proses kerjasama yang bersifat
kebersamaan, keterbukaan dan saling menguntungkan antara pihak-pihak terkait untuk pencapaian tujuan yang ttelah ditetapkan. Adapun tahapan dan proses penyelenggaraannya, antaralain;
Memfungsikan peranan tim pengembangan sekolah sehat, yang terdiri dari unsur
Komite Sekolah, Guru UKS, Petugas Kesehatan Puskesmas, dll yang diberikan kewenangan dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan melalui Surat Penugasan dari Pihak yang berwenang. (Camat, Kepala Cabang Dinas Pendidikan atau Kepala Sekolah)
Menyusun, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan sebagai berikut;
a. Guru UKS dengan kewenangannya mendata seluruh pelaku usaha makanan jajanan sekolah yang sudah ada baik pelaku usaha baru maupun lama;
b. Petugas Kesehatan Pukesmas dengan kewenangannya mengambil sampel makanan atau bahan makanan dari seluruh pelaku usaha makanan jajanan sekolah sesuai hasil pendataan yang telah dilakukan untuk diteliti dan ditest secara hygiene makanan;
c. Setelah diteliti dan ditest secara hygiene makanan, Petugas Kesehatan Pukesmas melaporkan dan mensosilisasikan hasil penelitian tersebut kepada tim pengembangan kantin sekolah sehat;
d. Tim pengembangan kantin sekolah sehat melakukan tindak lanjut hasil pendataan dan penelitiaan tersebut dengan mengadakan pertemuan dengan memanggil para pelaku usaha makanan jajanan atas namaKomite Sekolah yang bersangkutan; e. Dalam pertemuan tersebut Tim pengembangan kantin sekolah sehat berhak
memaparkan informasi dan rencana pengembangan kantin sekolah sehat. Hasil dari pertemuan tersebut yaitu adanya kesepakatan antar berbagai pihak melalui proses diskusi secara persuasif dan mempunyai nilai keterbukaan namun tidak menyudutkan salah satu atau berbagai pihak. Kesepakatan-kesepakatan tersebut, antaralain;
Kemitraan dan kerjasama melalui Pembentukan Komunitas Kantin Sekolah yang beranggotakan masyarakat sekitar atau para pelaku usaha makanan jajanan sekolah;
Aturan penyelenggaraan, fasilitas khusus dan tata kelola usaha makanan jananan sekolah dengan berprinsip dasar hygiene makanan, bernilai gizi,
ramah lingkungan, bervariatif, saling menguntungkan satu sama lain;
Rencana dan pelaksanaaan pembinaan rutin atau berkala bagi komunitas kantin sekolah khususnya dalam tatacara memproduksi makanan sehat dan bergizi oleh pihak yang berwenang (Puskesmas);
Penetapan Kontribusi ekonomi yang bersifat kepedulian dari komunitas kantin sekolah bagi sekolah (Tempat usaha / Jualan). Kontribusi tersebut diarahkan untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan sekolah, penelitian / test dan penanggulangan kasus penyakit atau keracunan. Bentuknya dapat dilakukan melalui Retribusi, iuran, dll sesuai kesepakatan dan ditetapkan oleh Kepala Sekolah;
Aturan dan tindakan tegas bagi penyimpangan dan pelanggaran salah satu pihak sesuai dengan perturan yang berlaku pasca kesepakatan atau pembinaan;
Aturan dan pengarahan bagi pelaku usaha baru yang belum tergabung dalam komunitas kantin sekolah.
Adapun kesepakatan tersebut dikuatkan dengan sistem perjanjian kerjasama (MoU) berdasarkan ketentuan dan hukum yang berlaku; Contoh MoU terlampir
Komite Sekolah dengan kewenangannya mengeluarkan surat rekomendasi bagi
komunitas kantin sekolah untuk berjualan disekolah dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama, yang ditujukan kepada Camat atau Kepala
Cabang Dinas Pendidikan setempat untuk dikeluarkan Surat Izin Berjualan Makanan Jajanan di Sekolah;
Setelah surat izin berjualan makanan jajanan diterbitkan, Kepala Sekolah wajib
mengarahkan dan menempatkan lokasi kantin sekolah yang berada didalam lingkungan sekolah dengan memperhatikan nilai keindahan dan dampak lingkungan. Apabila tidak terdapat lokasi atau penempatan kantin sekolah, maka harus dibentuk kesepakatan antara sekolah, pelaku usaha makanan jajanan dan masyarakat sekitar dalam penyediaan lahan kantin sekolah;
Setelah kerjasama dan kemitraan tersebut berjalan, Guru UKS, Petugas Kesehatan
Puskesmas dan Komite Sekolah yang tergabung dalam Tim Pengembangan Sekolah Sehat secara rutin atau berkala melakukan Pengawasan (Sidak), Test / Penelitian, Pembinaan, Pelatihan sesuai dengan apa yang telah disepakati secara bersama.
Tim Pengembangan Sekolah Sehat wajib mengadakan layanan informasi dan
pengaduan masalah yang ditindak lanjuti dengan respon cepat. 2.3. Evaluasi dan Penilaian Hasil Kegiatan
KONDISI AWAL KONDISI YANG
DIHARAPKAN KONDISI IDEAL Advokasi
Para pemengang kebijakan setempat belum memberikan dukungan secara kebijakan terhadap kegiatan
Para pemengang kebijakan setempat telah memberikan dukungan kebijakan terhadap kegiatan
Para pemengang kebijakan setempat telah memberikan dukungan secara kebijakan dan sumber pemanfatan dana terhadap kegiatan
Para pimpinan organisasi terkait belum mengarahkan dan mengintegrasikan program organisasi tersebut dengan program kegiatan dimaksud
Para pimpinan organisasi terkait telah mengarahkan dan mengintegrasikan program organisasi tersebut dengan program kegiatan dimaksud
Para pimpinan organisasi terkait telah mengarahkan dan mengintegrasikan program organisasi tersebut dengan program kegiatan dimaksud berikut pendanaannya
Belum ada pihak swasta yang berperan aktif dalam kegiatan
Pihak swasta ikut berperan aktif dalam kegiatan
Pihak swasta ikut berperan aktif dalam kegiatan serta memberikan bantuan biaya Bina Suasana
Sasaran Bina Suasana belum terpapar informasi dan wawasan tentang makanan jajanan sehat dan berkualitas
Sasaran Bina Suasana telah terpapar informasi dan wawasan tentang makanan jajanan sehat dan berkualitas
Sasaran Bina Suasana telah terpapar informasi dan wawasan tentang makanan jajanan sehat dan berkualitas serta mau dan mampu melaksanakan kegiatan
Belum terbentuk tim dan kesepakatan pengembangan sekolah sehat
Telah terbentuk tim dan kesepakatan pengembangan sekolah sehat dan ditetapkan oleh pimpinan terkait serta jelas peran dan fungsinya
Telah terbentuk tim dan kesepakatan pengembangan sekolah sehat dan ditetapkan oleh pimpinan terkait, jelas peran dan fungsinya serta berjalan dengan baik
Pemberdayaan (Sasaran Primer I) Belum berjalanannya proses
penyampaian informasi tentang makanan jajanan kepada siswa.
Telah berjalanannya proses penyampaian informasi tentang makanan jajanan kepada siswa secara terintegrasi dengan mata pelajaran terkait.
Telah berjalanannya proses penyampaian informasi tentang makanan jajanan kepada siswa secara terintegrasi dengan mata pelajaran terkait dan khusus sebelum waktu istirahat setiap hari
Belum adanya ruang khusus dan upaya / kegiatan konseling terhadap kasus penyimpangan perilaku konsumsi siswa yang
kurang sehat.
Belum adanya ruang khusus dan upaya / kegiatan konseling terhadap kasus penyimpangan perilaku konsumsi siswa yang
kurang sehat.
Belum adanya ruang khusus dan upaya / kegiatan konseling terhadap kasus penyimpangan perilaku konsumsi siswa yang kurang sehat, baik terjadi secara kebiasaan individu atau terkait dengan faktor dilingkungan keluarga.
Belum adanya media informasi kesehatan yang ditempatkan pada tempat tertentu (Ruang kelas, jamban, kantin, halaman sekolah, dll). Poster, papan informasi, leaflet, sticker, dll.
Telah tersedia media informasi kesehatan yang ditempatkan pada tempat tertentu (Ruang kelas, jamban, kantin, halaman sekolah, dll). Poster, papan informasi, leaflet, sticker, dll.
Telah tersedia media informasi kesehatan yang dibuat secara kretaif dan inovatif oleh siswa dan ditempatkan pada tempat tertentu (Ruang kelas, jamban, kantin, halaman sekolah, dll). Poster, papan informasi, leaflet, sticker, dll.
Belum diterapkannya gerakan sadar sarapan pada siswa baik secara pemaparan informasi maupun intruksi kepada siswa untuk melakukan sarapan sebelum beragkat ke sekolah
Telah diterapkannya gerakan sadar sarapan pada siswa secara pemaparan informasi dan
intruksi kepada siswa kepada siswa untuk melakukan sarapan sebelum beragkat ke sekolah serta dievaluasi sebelum kegiatan belajar mengajar.
Telah diterapkannya gerakan sadar sarapan pada siswa secara pemaparan informasi dan intruksi kepada siswa kepada siswa untuk melakukan sarapan sebelum beragkat ke sekolah serta dievaluasi sebelum kegiatan belajar mengajar. Telah diterapkannya gerakan sarapan bersama di sekolah secara rutin minimal satu hari dalam seminggu.
Belum adanya perencanaan khusus dalam penanggulangan hal-hal yang tidak diinginkan (Keracunan masal, KLB, dll) seperti penugasan, alur rujukan dan respon cepat.
Telah adanya perencanaan khusus dalam penanggulangan hal-hal yang tidak diinginkan (Keracunan masal, KLB, dll) seperti penugasan, alur rujukan dan respon cepat.
Telah adanya perencanaan khusus dalam penanggulangan hal-hal yang tidak diinginkan (Keracunan masal, KLB, dll) seperti penugasan, alur rujukan dan respon cepat, serta di tetapkan kepengurusannya oleh pimpinan sekolah terkait.
Belum adanya kegiatan di bidang peningkatan kesehatan
yang dilakukan oleh organisasi terkait (Pramuka, PMR, Osis, LSM, dll)
Telah adanya kegiatan dibidang peningkatan kesehatan yang dilakukan oleh 1-2 organisasi terkait (Pramuka, PMR, Osis, LSM, dll) secara terintegrasi atau bersama-sama
Telah adanya kegiatan dibidang peningkatan kesehatan yang dilakukan oleh > 3 organisasi terkait (Pramuka, PMR, Osis, LSM, dll) secara terintegrasi atau bersama-sama
Kemitraan dan Kerjasama (Sasaran Primer II) Belum adanya kerjasama dan
kemitraan antara sekolah, komite sekolah dan pelaku usaha makanan dan jajanan dalam meningkatkan kualitas makanan jajanan sekolah
Telah terbentuknya kerjasama dan kemitraan antara sekolah, komite sekolah dan pelaku usaha makanan dan jajanan dalam meningkatkan kualitas makanan jajanan sekolah
Adanya kerjasama dalam meningkatkan kualitas makanan jajanan sekolah secara secara tertulis dan didukung oleh kebijakan setempat dari segi pengelolaannya
Belum terbentuknya komunitas kantin sekolah
Telah terbentuknya komunitas kantin sekolah, dinyatakan bebas bahan berbahaya dan mendapatkan izin berjualan dilingkungan sekolah.
Telah terbentuknya komunitas kantin sekolah, dinyatakan bebas bahan berbahaya dan mendapatkan izin berjualan serta diberikan fasilitas lahan berjualan didalam lingkungan
Belum adanya sistem pengelolaan dan pengaturan
makanan dan jajanan sehat.
Telah terbentuknya sistem pengelolaan dan pengaturan makanan dan jajanan sehat melalui pengembangan kantin sekolah sehat
Telah terbentuknya sistem pengelolaan dan pengaturan
makanan dan jajanan sehat melalui pengembangan kantin sekolah sehat serta telah di laksanakannya pengawasan dan pembinaan secara rutin.
BAB VI PENUTUP