• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Landasan Teori Balanced Scorecard

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Landasan Teori Balanced Scorecard"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II BAB II

LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

II.1

II.1 Pengukuran KinerjaPengukuran Kinerja

Definisi pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993) Definisi pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993) adalah “Penentuan secara periodik efektivitas operasional adalah “Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya  berdasark

 berdasarkan an sasaran, sasaran, standard standard dan dan kriteria kriteria yang yang telahtelah ditetapkan sebelumnya.”

ditetapkan sebelumnya.”

Sedangkan menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Sedangkan menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai Young (1997) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai “The activity of measuring the performance of an activity or “The activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain”.

the entire value chain”.  Hasil pengukuran kinerja tersebut  Hasil pengukuran kinerja tersebut digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Suatu sistem pengukuran kinerja sangat penting untuk Suatu sistem pengukuran kinerja sangat penting untuk mengetahui keberhasilan perusahaan dalam mencapai mengetahui keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek tujuannya, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek seperti yang telah ditetapkan dalam suatu strategi. Jadi untuk seperti yang telah ditetapkan dalam suatu strategi. Jadi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu strategi yang telah mengetahui berhasil atau tidaknya suatu strategi yang telah ditetapkan, diperlukan suatu pengukuran kinerja yang ditetapkan, diperlukan suatu pengukuran kinerja yang

(2)
(3)

kinerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh Kaplan, Robert S., kinerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh Kaplan, Robert S., David P. Norton (1996)

David P. Norton (1996) “If you can’t measure it, you can’t“If you can’t measure it, you can’t manage it”

manage it”

II.2

II.2 Pengukuran KinerjaPengukuran Kinerja BBalal anced anced SScorcoreecarcardd

II.2.1

II.2.1 Sejarah Sejarah PerkembanganPerkembangan Balanced Sc Balanced Scorecardorecard  Balanced Scorecard

 Balanced Scorecard pertam pertama a kali kali dipublikdipublikasikan olehasikan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul

Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul ““TheThe

 Balanced

 Balanced ScorecarScorecard d Measures Measures That That Drives Drives PerformPerformanceance”.”. Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta diskusi rutin dua bulanan dengan wakil dari berbagai bidang diskusi rutin dua bulanan dengan wakil dari berbagai bidang  perusaha

 perusahaan an sepanjang tahun sepanjang tahun itu itu untuk untuk mengemmengembangkan bangkan suatusuatu model pengukuran kinerja baru.

model pengukuran kinerja baru.  Balance Balanced d ScorecaScorecardrd dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari  berbagai p

 berbagai perspektif serspektif secara simecara simultan.ultan.

Dalam perkembangannya,

Dalam perkembangannya,  Balanced  Balanced ScorecarScorecardd kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur  bisnis

 bisnis dengan dengan strategi strategi perusahaaperusahaan. n. Norton Norton dan dan KaplanKaplan menjelaskan tentang pentingnya memilih tolok ukur menjelaskan tentang pentingnya memilih tolok ukur  berdasark

(4)

Scorecard to Work 

Scorecard to Work ””. Dalam artikel ini, Kaplan dan Norton. Dalam artikel ini, Kaplan dan Norton menunjukan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan menunjukan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan  Balanced

 Balanced ScorecaScorecard rd . Pengukuran yang efektif harus. Pengukuran yang efektif harus merupakan bagian yang integral dari proses manajemen.

merupakan bagian yang integral dari proses manajemen.  Balanced

 Balanced ScorecarScorecard d   merupakan sistem manajemen  merupakan sistem manajemen yang dapat memotivasi berbagai temuan perbaikan pada yang dapat memotivasi berbagai temuan perbaikan pada area-area seperti proses, pelanggan, dan pengembangan produk. area seperti proses, pelanggan, dan pengembangan produk. Perkembangan selanjutnya,

Perkembangan selanjutnya,  Balanced  Balanced ScorecarScorecard d   tidak saja  tidak saja digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja namun sebagai digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja namun sebagai sistem manajemen strategis. Keberhasilan pemanfaatan sistem manajemen strategis. Keberhasilan pemanfaatan  Balanced Scorecard 

 Balanced Scorecard  tersebut dilaporkan dalam sebuah artikel tersebut dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard Business Review (1996) dengan judul “

di Harvard Business Review (1996) dengan judul “UsingUsing  Balanced

 Balanced ScorecaScorecard rd as as a a Strategic Strategic ManagemeManagement nt SystemSystem”.”. Artikel ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan harus Artikel ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan harus  berkom

 berkompetisi petisi dalam dalam era era informasinformasi i sekarang sekarang ini ini dengandengan

meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi

meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi

intangible assets

intangible assets, lebih baik dari sekedar mengelola, lebih baik dari sekedar mengelola tangibletangible assets

assets-nya.-nya.

 Balanced

 Balanced ScorecarScorecard d   mendidik manajemen dan  mendidik manajemen dan organisasi untuk memandang perusahaan dari empat organisasi untuk memandang perusahaan dari empat  perspek

 perspektif tif yaitu yaitu finansialfinansial, , pelanggapelanggan, n, pembelajarapembelajaran n dandan  pertumb

 pertumbuhan, uhan, serta serta bisnis bisnis internal, internal, yang yang mengmenghubungkhubungkanan  pengendal

 pengendalian ian operasoperasional ional jangka jangka pendek pendek ke ke dalam dalam visi visi dandan strategi bisnis jangka panjang. Selanjutnya manajemen strategi bisnis jangka panjang. Selanjutnya manajemen

(5)

didorong untuk memfokuskan diri pada rasio-rasio kunci yang didorong untuk memfokuskan diri pada rasio-rasio kunci yang kritis dan strategis melalui

kritis dan strategis melalui  stretch  stretch target target   yang ditetapkan  yang ditetapkan  bersam  bersama.a. VISI & VISI & STRATEGI STRATEGI Tujuan Tujuan Tolok Ukur  Tolok Ukur  Target Target Inisiatif  Inisiatif  PELANGGAN PELANGGAN “Untuk mencapai “Untuk mencapai visi kami, visi kami, bagaimana bagaimana seharusnya kami seharusnya kami tampak di depan tampak di depan pelanggan? pelanggan?”” Tujuan Tujuan Tolok Ukur  Tolok Ukur  Target Target Inisiatif  Inisiatif  FINANSIAL FINANSIAL “Untuk sukses “Untuk sukses secara finansial, secara finansial, bagaimana bagaimana seharusnya kami seharusnya kami tampak di depan tampak di depan pemegang pemegang saham? saham?”” Tujuan Tujuan Tolok Ukur  Tolok Ukur  Target Target Inisiatif  Inisiatif  PROSES BISNIS INTERNAL PROSES BISNIS INTERNAL “Untuk “Untuk memuaskan memuaskan pemodal& pemodal& pelanggan, proses pelanggan, proses bisnis apa yang bisnis apa yang harus kami harus kami unggulkan? unggulkan?”” Tujuan Tujuan Tolok Ukur  Tolok Ukur  Target Target Inisiatif  Inisiatif  PEMBELAJARAN&PERTUMBUHAN PEMBELAJARAN&PERTUMBUHAN “Untuk mencapai “Untuk mencapai visi kami, visi kami, bagaimana kami bagaimana kami menjamin menjamin kemampuan untuk kemampuan untuk berubah&memb. berubah&memb. perbaikan? perbaikan?””

Gambar 2.1 Konsep Dasar

Gambar 2.1 Konsep Dasar Balanced Scorec Balanced Scorecard ard 

II.2.2 Definisi

II.2.2 Definisi Balanced  Balanced ScorecaScorecardrd Konsep

Konsep  Balanced  Balanced ScorecarScorecardd  berkem berkembang bang sejalansejalan dengan perkembangan implementasinya.

dengan perkembangan implementasinya.  Balanced Scorecard Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: Kartu Skor (

terdiri dari dua kata: Kartu Skor (Scorecard Scorecard ) dan Berimbang) dan Berimbang (( Balanced  Balanced ). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini dapat mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini dapat  juga

 juga digunakdigunakan an untuk untuk merencanakmerencanakan an skor skor yang yang hendakhendak dicapai atau yang diwujudkan personel di masa depan. Kata dicapai atau yang diwujudkan personel di masa depan. Kata  berimbang

(6)

dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, internal dan eksternal.

Menurut Kaplan dan Norton (Yuwono, 2002),  Balanced Scorecard merupakan: “...sekumpulan ukuran yang memberikan para manajer puncak suatu pandangan bisnis secara tepat namun dapat dipahami ...meliputi ukuran keuangan yang menunjukkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan ...melengkapi ukuran-ukuran keuangan dengan ukuran-ukuran operasional berdasarkan kepuasan pelanggan,  proses internal, dan inovasi organisasi serta memperbaiki

ukuran-ukuran aktivitas operasional yang merupakan

 pengendali keuangan yang dihasilkan di masa mendatang.” Sedangkan menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (Yuwono, 2002),  Balanced Scorecard merupakan: “Pengukuran dan sistem manajemen yang memandang kinerja unit bisnis dari empat perspektif: keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.”

Jadi dengan demikian,  Balanced Scorecard 

merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan  pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif yang dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja bisnis.  Balanced Scorecard   melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan

(7)

dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja  perusahaan dari empat perspektif yaitu finansial, pelanggan,  proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini memberi kerangka kerja bagi  Balanced Scorecard .

Sementara tetap memperhatikan kinerja jangka  pendek, yaitu melalui perspektif finansial,  Balanced

Scorecard  dengan jelas mengungkapkan berbagai faktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan kompetitif jangka panjang yang superior (Kaplan dan Norton, 2000).

II.2.3 Keunggulan dan Manfaat Balanced Scorecard

Keunggulan  Balanced Scorecard   dalam konsep  pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

 Komprehensif: Sebelum konsep  Balanced Scorecard 

ditemukan, perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah keberhasilan  Balanced Scorecard , para eksekutif perusahaan baru menyadari output   yang dihasilkan oleh perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga  perspektif lainnya yaitu pelanggan, proses bisnis

(8)

adanya perluasan pengukuran ini diharapkan manfaat

yang diperoleh oleh perusahaan adalah

 pelipatgandaan keuntungan dijangka panjang dan

meningkatkan kemampuan perusahaan untuk

memasuki arena bisnis yang kompleks.

 Koheren: Balanced Scorecard   mewajibkan personal

untuk membangun hubungan sebab akibat diantara  berbagai sasaran yang dihasilkan dalam perencanaan strategisnya. Setiap sasaran strategis yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.

 Seimbang: Keseimbangan sasaran strategis yang

dihasilkan dalam empat perspektif meliputi jangka  pendek dan panjang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam  Balanced Scorecard   juga tercermin dengan selarasnya  scorecard personal  staff   dengan  scorecard   perusahaan sehingga setiap  personal yang ada dalam perusahaan bertanggung  jawab untuk memajukan perusahaan.

 Terukur: Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif

dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa “If we can measure it, we can manage it, if we can manage

(9)

it, we can achieve it”.  Sasaran strategis yang sulit diukur seperti pada perspektif pelanggan, proses  bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan  Balanced Scorecard   dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan.

Adapun manfaat Balanced Scorecard (BSC)  bagi organisasi atau perusahaan menurut Kaplan dan Norton (Gultom, 2009), antara lain:

 Menglarifikasikan dan mengomunikasikan strategi

keseluruhan organisasi.

 Menyelaraskan sasaran departemen dan individu

dengan strategi organisasi.

 Mengaitkan sasaran strategis dengan target jangka

 panjang dan anggaran tahunan,

 Mengidentifikasikan dan menyelaraskan inisiatif

strategi,

 Melaksanakan peninjauan strategi secara periodik,

 Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk

memperbaiki strategi.

II.2.4 Empat Perspektif Balanced Scorecard II.2.4.1 Perspektif Finansial

(10)

Pengukuran kinerja finansial akan menunjukan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan  perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan perusahaan. Perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur,  pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham.

Pengukuran kinerja finansial mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu  growth,  sustain, dan  harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang  berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda.

Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan  perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di

sini, manajemen terkait dengan komitmen untuk

mengembangkan suatu produk/ jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya  beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat  pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolok

(11)

ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, misalnya tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.

Sustain  adalah tahapan kedua dimana perusahaan

masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan

mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan  perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran finansial pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang kerap digunakan  pada tahap ini, misal ROI, ROE , dan Profit Margin.

 Harvest adalah tahapan ketiga dimana perusahaan

 benar-benar menuai hasil investasi di tahap-tahap

sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran finansial utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolok ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.

(12)

Dalam pendekatan menggunakan metode  Balanced Scorecard  penetapan tujuan strategi dalam kinerja finansial dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

  Equity Management

Sesuai dengan model dasar pertanyaan yang dijadikan kerangka pemikiran (Robert S. dan David Norton) “Untuk mencapai sukses secara finansial, apa yang

seharusnya diperlihatkan perusahaan kepada

 pemegang saham?”. Pertanyaan ini digunakan sebagai dasar dalam menentukan tujuan strategi dalam equity

manajemen. Tujuan strategi kinerja finansial

 perusahaan adalah untuk menjadikan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian investasi terbaik.

 Growth Management

Cara yang perlu ditempuh agar dapat bersaing harus dapat mempertahankan penjualan produk pada

 pelanggan yang ada serta berusaha untuk

meningkatkan penjualan produk dalam segmen pasar sasaran. Oleh karena itu maka tujuan strategi yang

ditetapkan untuk  growth  manajemen adalah

mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan  pendapatan dari penjualan produk di segmen pasar

(13)

 Cost Management

Dalam penetapan tujuan strategi untuk penghematan atau penekanan biaya, baik biaya langsung maupun tidak langsung harus diselaraskan dengan penetapan tujuan strategi dalam perspektif lainnya sesuai dengan visi, misi dan strategi yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor pendorong untuk tercapainya

keberhasilan kinerja finansial jangka panjang adalah sebagai  berikut:

 Keberhasilan perusahaan dalam memperhatikan

 pelanggan dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginannya. Dalam menetapkan tujuan strategi untuk keberhasilan perusahaan dalam memperhatikan

 pelanggannya, akan diidentifikasikan dalam

 perspektif pelanggan (customer perspective).

 Keberhasilan perusahaan dalam menguasai proses

internal bisnisnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal ini akan diidentifikasikan dengan menetapkan tujuan strategi didalam perspektif  proses bisnis internal.

 Keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan

(14)

dapat menguasai proses bisnis internal dalam memenuhi keinginan konsumen atau memuaskan

 pelanggan dan pemegang sahamnya melalui

 pembelajaran untuk meningkatkan pendapatan

 perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini akan diidentifikasi dalam perspektif pembelajaran dan  pertumbuhan ( Learning and Growth Perspective).

Faktor-faktor diatas termasuk kinerja non finansial, untuk mengetahui keberhasilan kinerja non finansial maka  perlu dilakukan tujuan strategi dalam kinerja finansial.

Peningkatan Nilai Pemegang Saham (Perspektif Finansial) Strategi Peningkatan Penerimaan Strategi Peningkatan Produktivitas Strategi Perluasan Pasar (Peningkatan Pangsa Pasar) Strategi Peningkatan Nilai Bagi Pelanggan Strategi Peningkatan Efektivitas Biaya Strategi Peningkatan Utilisasi Aset

Gambar 2.2 Keterkaitan Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Finansial

Pengukuran kinerja dengan memperhatikan aspek finansial, yang dapat menunjukkan apakah perencanaan dan

(15)

 pelaksanaan strategi yang telah dilakukan memberikan  perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan di bidang finansial ini menggunakan tolok ukur rasio likuiditas dengan melihat Current Ratio dan Quick Ratio, rasio leverage dengan melihat  Debt to Net Worth dan  Short term Debt to Liabilities, rasio aktivitas/perputaran dengan melihat  Inventory Turnover dan Total Assets Turnover , dan rasio profitabilitas dengan melihat  Net  Profit Margin dan Return On Investment (ROI).

1. Rasio Pengukuran Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur sebaik apa sebuah  perusahaan dapat memenuhi kewajibannya memenuhi

hutang jangka pendek.

a. Current Ratio

Current Ratio  (Rasio Lancar) sering disebut sebagai rasio modal kerja, merupakan aset jangka pendek dibagi dengan hutang jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan berapa kali aset lancar dapat membayar hutang lancar. Nilai rasio lancar yang semakin tinggi menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola aset lancar dan hutang lancar yang semakin  baik.

(16)

 b. Quick Ratio

Quick Ratio  (Rasio Cepat) merupakan rasio yang membandingkan hutang lancar perusahaan dengan aktiva cepatnya, yang terdiri dari kas, surat berharga yang dapat diperjualbelikan, dan piutang dagang. Aktiva ini dianggap cepat karena aktiva tersebut merupakan kas atau yang bisa dikonversikan menjadi kas dalam sehari. Jenis aktiva lain seperti inventori,  baik barang jadi, setengah jadi, atau bahan baku memakan waktu yang lebih lama untuk dikonversikan ke dalam bentuk kas. Dengan demikian aset ini harus dikeluarkan dari kategori aset cepat. Nilai rasio cepat yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja manajemen perusahaan semakin meningkat.

Quick Ratio =  gLancar   Hu  Persediaan ar   AktivaLanc tan  2. Rasio Pengukuran Leverage

Rasio leverage  mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.

a.  Debt to Net Worth

 Debt to Net Worth  (Hutang Terhadap Kekayaan Bersih) merupakan hutang/ kewajiban total dibagi

(17)

total kekayaan bersih. Semakin kecil nilai rasio ini  berarti kinerja perusahaan semakin meningkat.

 Debt to Net Worth = tan 100%

 x a TotalAktiv

 g  TotalHu

 b. Short term Debt to Liabilities

Short term Debt to Liabilities (Hutang Jangka Pendek

Terhadap Total Hutang) merupakan ukuran dari

kedalaman dan bentuk hutang, diukur sebagai hutang  jangka pendek dibagi dengan total hutang. Semakin rendahnya hutang jangka pendek dibandingkan total hutang menunjukkan bahwa kinerja manajemen  perusahaan dalam mengelola hutang semakin baik.

Short term Debt to Liabilities = % 100 tan tan  x  g  TotalHu dek   gJangkaPen  Hu

3. Rasio Pengukuran Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimilikinya seperti yang ditunjukan oleh tingkat penjualan dengan investasi dalam  berbagai rekening aktiva.

(18)

 Inventory Turnover   (Tingkat Perputaran Inventori) merupakan biaya penjualan dibagi rata-rata inventori. Semakin tinggi nilai tingkat perputaran inventori, kinerja perusahaan semakin baik, karena akan memenuhi kebutuhan aliran kas dan modal kerja.

 Inventory Turnover =

 Persediaan

ualan aPokokPenj  H  arg

 b. Total Assets Turnover

Total assets turnover   (tingkat perputaran harta total) menunjukkan seberapa jauh perusahaan menggunakan harta total secara efisien. Semakin tinggi tingkat  perputaran harta total, berarti perusahaan semakin efisien mengelola harta totalnya. Peningkatan nilai ini dapat dilakukan melalui peningkatan penjualan dan/ atau penjualan terhadap harta perusahaan yang tidak  produktif. Perputaran harta total yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin  baik.

Total Assets Turnover =

a TotalAktiv

ersih  PenjualanB

4. Rasio Pengukuran Profitabilitas

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen seperti yang ditunjukan

(19)

oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan  pendapatan selama periode tertentu.

a.  Net Profit Margin (Keuntungan Bersih)

 Net Profit Margin  mampu menggambarkan

kesuksesan dari suatu operasi perusahaan, dan biasa

digunakan untuk memperkirakan atau

memproyeksikan profitabilitas dalam suatu rencana  bisnis. Semakin tinggi nilainya menunjukkan kinerja  perusahaan semakin baik.

 Net Profit Margin = 100%

tanUsaha x  Pendapa

 LabaBersih

b.  Return On Investment (ROI)

 Return On Investment   (Tingkat Pengembalian Investasi) mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, disebut juga sebagai tingkat pengembalian atas aset ( Return On  Assets/ ROA). Nilai persentase  ROI yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.

 Return On Investment  (ROI) =  x100%

a TotalAktiv  LabaBersih

(20)

Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok  pengukuran, yaitu customer core measurement dan customer

value prepositions.

1. Customer Core Measurement

Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen pengukuran yaitu market share, customer retention, customer acquisition, customer satisfaction, dan customer profitability.

PANGSA PASAR PROFITABILITAS PELANGGAN  AKUISISI PELANGGAN RETENSI PELANGGAN KEPUASAN PELANGGAN

Gambar 2.3 Tolok Ukur Utama Perspektif Pelanggan

a.  Market Share

Pengukuran ini mencerminkan bagian-bagian yang dikuasai perusahaan atas seluruh pasar, meliputi jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.

(21)

Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.

Kebutuhan mempertahankan pelanggan

(customer retention) merupakan hal yang diupayakan perusahaan-perusahaan masa kini. Mereka menyadari bahwa menarik seorang  pelanggan baru bisa lima kali lipat dari biaya mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Customer Acquisition

Mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis

mampu menarik pelanggan baru atau

memenangkan bisnis baru. Indikator yang digunakan untuk tujuan strategi meningkatkan kepercayaan pelanggan atas produk serta  pelayanan jasa yang diberikan oleh perusahaan adalah tingkat pelanggan akuisisi (new customer /  NC), mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menarik jumlah konsumen baru (new customer ).

c. Customer Satisfaction

Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value  proposition. Pelanggan yang puas cenderung

(22)

hubungan antara kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan dan kesetiaan beragam diantara industri dan keadaan bersaingnya. Dalam semua hal, jika kepuasan meningkat, demikian juga halnya dengan kesetiaan.

d. Customer Profitability

Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. Perusahaan haruslah secara aktif mengukur nilai

dan profitabilitas pelanggan perseorangan.

Pemasaran yang dilakukan merupakan seni menarik dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan ( profitable customer ).

 Namun perusahaan sering menemukan antara 20-40% pelanggan tidak menguntungkan. Selain itu,  banyak perusahaan yang melaporkan bahwa  pelanggan mereka yang paling menguntungkan  bukanlah pelanggan mereka yang paling besar, melainkan pelanggan mereka yang menengah (mid size customer ).

(23)

Pelanggan terbesar menuntut banyak pelayanan dan diskon paling besar, sehingga mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Pelanggan kecil membayar harga penuh dan menerima pelayanan minimal, tetapi biaya transaksi dengan pelanggan kecil mengurangi profitabilitas perusahaaan. Pelanggan menengah memperoleh pelayanan  baik dan membayar hampir penuh, sehingga dalam banyak kasus, merekalah yang paling menguntungkan. Kebanyakan perusahaan gagal mengukur profitabilitas individual.

2. Customer Value Proposition

Customer value proposition merupakan pemicu

kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut  product/service attributes, customer relationship, dan

image and relationship.

a.  Product/Service Attributes

Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang  berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas

(24)

mengidentifikasi apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya,  pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal

tersebut.

b. Customer Relationship

Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses  pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap  pelanggan berkaitan dengan masalah waktu  penyampaian. Waktu merupakan komponen yang  penting dalam persaingan perusahaan. Konsumen  biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagi faktor yang penting  bagi kepuasan.

c.  Image and Relationship

Menggambarkan faktor-faktor intangible  yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan

dengan perusahaan. Membangun image dan

reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas.

(25)

Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer mengetahui seberapa baik bisnis  perusahaannya berjalan, apakah produk atau perusahaan sesuai dengan perspektif pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh pihak yang paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.

Perbedaan perspektif bisnis internal antara

 pendekatan tradisional dan pendekatan  Balanced Scorecard  adalah :

1. Pendekatan tradisional berusaha untuk mengawasi dan memperbaiki proses bisnis yang sudah ada sekarang. Sebaliknya  Balanced Scorecard melakukan  pendekatan atau berusaha untuk mengenali semua  proses yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan strategi perusahaan, meskipun proses-proses tersebut  belum dilaksanakan.

2. Dalam pendekatan tradisional, sistem pengukuran kinerja hanya dipusatkan pada bagaimana cara menyampaikan barang atau jasa. Sedang dalam

(26)

 pendekatan  Balanced Scorecard,  proses inovasi dimasukan dalam perspektif proses bisnis internal.

Aktivitas penciptaan nilai perusahaan, terangkai dalam suatu rantai nilai perusahaan. Dimulai dari proses  perolehan bahan baku sampai penyampaian produk ke konsumen. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Shank dan Govindarajan yaitu:

“The value chain for any firm in any business is linked set of value creating activities from basic raw mataurial sources to the ultimatau product or service that is delievered to customer”. Aktivitas penciptaan nilai diatas diistilahkan sebagi proses bisnis internal.

Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal kedalam inovasi, operasi dan layanan purna jual. Selanjutnya,  pengukuran kinerja dalam perspektif ini berpedoman pada  proses-proses di atas. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi Pasar  Kepuasan Pelanggan Desain Produk Mencipta kan Produk Menyerah kan Produk Pelayanan Pelanggan Proses Inovasi Proses Operasional Proses Pelayanan

Gambar 2.4 Model Rantai Nilai Genetik Perspektif Proses Bisnis Internal

(27)

Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh  bagian  R&D  sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat  pemasaran dan dapat dikomersilkan (didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktivitas  R&D  ini merupakan aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan  perusahaan, terutama untuk jangka panjang.

2. Proses Operasi

Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/ jasa. Aktivitas di dalam  proses operasi terbagi kedalam dua bagian: 1) proses  pembuatan produk dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokan pada waktu, kualitas dan biaya.

3. Proses Pelayanan Purna Jual

Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/ jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya  penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas

(28)

 pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna  jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas, biaya dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan

 pelanggan diterima hingga keluhan tersebut

diselesaikan.

II.2.4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan  pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan  perbaikan individu dan organisasi dalam organisasi knowledge worker, manusia adalah sumber daya utama. Dalam berbagai kasus, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan fondasi keberhasilan bagi knowledge worker organization dengan tetap memperhatikan faktor sistem dan organisasi.

Hasil pengukuran ketiga perspektif sebelumnya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Itulah

(29)

mengapa perusahaan harus melakukan investasi ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajaran (learning organization).

Menurut Kaplan dan Norton “learning ” lebih sekedar “training ” karena pembelajaran meliputi pula proses

“mentoring dan tutoring ”, seperti kemudahan dalam

komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan untuk siap membantu jika dibutuhkan.

Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolok ukur  Employee Capabilities, Information System Capabilities, dan

 Motivation, Empowerment, and Alignment . Diagram

keterkaitan sebab akibat yang memungkinkan peningkatan  pembelajaran dan pertumbuhan organisasi ditunjukkan dalam

gambar 2.5.

Peningkatan Pembelajaran dan Pertumbuhan Organisasi Mempertahankan Orang-orang Kunci Peningkatan Produktivitas Karyawan Kepuasan Karyawan

Kompetensi Karyawan Infrastruktur Teknologi

Kultur Perusahaan Untuk Melaksanakan Tindakan Pelatihan Fungsional Silang Terus Menerus Pembentukan Kelompok Belajar  Inovasi dan Pengembangan Pemberdayaan Karyawan Pembentukan Tim Fungsional Silang

(30)

Pembelajaran dan Pertumbuhan

1.  Employee Capabilities

Salah satu perubahan manajemen dalam lima belas tahun terakhir adalah peran pegawai di organisasi. Faktanya, tidak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era industri ke era informasi ketimbang filosofi manajemen baru, yaitu  bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap

kemampuannya untuk organisasi.

Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi reskilling   pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai

tujuan organisasi. Perlunya mengembangkan

kemampuan pegawai bergantung pada berbagai faktor yang mendukung untuk perbaikan produktivitas. Hal ini diperlukan dalam mengidentifikasi keterampilan kinerja jabatan khusus yang dibutuhkan, untuk menganalisis keterampilan dan kebutuhan akan  pelatihan perspektif, dana untuk mengembangkan  pengetahuan spesifik yang dapat diukur dan sasaran

(31)

Pendekatan indeks produktivitas parsial tenaga kerja digunakan untuk mengukur kemampuan setiap karyawan dalam melaksanakan tugas masing-masing untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Penggunaan indeks

tersebut, menggunakan pendekatan indeks

 produktivitas berdasarkan model Kendrik-Creamer, yaitu rasio antara performansi produktivitas tenaga

kerja pada periode pengukuran dan indeks

 performansi produktivitas tenaga kerja. Persamaan yang digunakan untuk menghitung produktivitas ini adalah sebagai berikut:

       a TenagaKerj  Jumlah ak  SebelumPaj  LabaB ersih  ja tenaga  parsial   s oduktivita ker  ) Pr 

2.  Information Systems Capabilities

Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian  pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan  perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi

yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan

manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik- baiknya.

(32)

Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi  pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan  bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi  pegawai untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dikenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategi tetapi juga oleh

segenap pegawai didalam organisasi sesuai

kompetensinya masing-masing. Sudah barang tentu upaya itu perlu dukungan motivasi yang besar dan  pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang

yang memadai untuk mengambil keputusan. Tentu, itu semua tetap dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus sejalan dengan tujuan organisasi.

II.2.5 Integrasi Empat Perspektif Dalam  Balanced

Scorecard 

Keempat perspektif  Balanced Scorecard   yang diintegrasikan akan tampak seperti dalam gambar 2.6, sedangkan pembelajaran double loop (double loop strategic and operational learning ) dengan  Balanced Scorecard  ditunjukkan dalam gambar 2.7.

(33)

VISI®MISI®SASARAN ®TEMA STRATEGIK

PERSPEKTIF FINANSIAL

PERSPEKTIF PELANGGAN

PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN  Apa hasil-hasil finansial yang dibutuhkan untuk memenuhi

ekspektasi pemegang saham ?

 Apa kebutuhan pelanggan yang harus dipenuhi untuk memenuhi ekspektasi pelanggan ?

 Apa proses-proses yang harus dilaksanakan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan dan ekspektasi pemegang

saham ?

 Apa nilai-nilai organisasional yang terpenting untuk memenuhi sasaran dan tujuan strategik perusahaan ?

- Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif) - Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif) - Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif) - Tujuan-tujuan - Ukuran-ukuran - Target-target - Program-program (inisiatif)

Gambar 2.6 Integrasi Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard  Sebagai Sistem Manajemen

Pembaharuan dan perbaikan strategi Input utama untuk pembuatan keputusan Keputusan Strategik

Visi®Misi®Sasaran ®Tema Strategik

Balanced Scorecard

Tujuan®Ukuran®Target ®Program

Pembuat Keputusan Operasional

Umpan balik dari scorecard

Pembandingan hasil-hasil

aktual

Gambar 2.7 Double Loop Learning  dengan Balanced Scorecard (Pembelajaran Strategis dan Operasional)

(34)

II.2.6 Hubungan  Balanced Scorecard   dengan Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan

Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Merupakan hal yang sangat baik  jika setiap orang di dalam perusahaan mengerti akan menjadi apa perusahaan tempat mereka bekerja di masa depan. Organisasi atau perusahaan membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai:

 Penyatuan tujuan, arah, dan sasaran perusahaan.

 Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya

serta pengendaliannya.

 Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan

(corporate culture).

Dalam konteks sistem manajemen kinerja, pernyataan visi digunakan sebagai pijakan awal dalam menyusun misi, strategi, maupun variabel dan benchmarking   yang nantinya akan digunakan. Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa (Wheelen, 2004). Tujuan dari pernyataan misi adalah mengomunikasikan kepada stakeholder , di dalam maupun luar organisasi, tentang

(35)

alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan akan menuju.

Adapun strategi perusahaan (corporate strategy) merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi  perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut (Lynch, 2000).

Pentingnya perusahaan memiliki strategi adalah:

 Strategi perusahaan melibatkan semua pihak dalam

organisasi, yang mencakup seluruh area dan fungsi  bisnis.

 Strategi perusahaan berkonsentrasi pada kelangsungan

hidup bisnis perusahaan, sebagai tujuan minimal, dan  pada penciptaan nilai tambah, sebagai tujuan

maksimal.

 Strategi perusahaan meliputi seluruh jangkauan dan

kedalaman aktivitas organisasi.

 Strategi perusahaan mengarahkan perubahan dan

mencakup hubungan antara perusahaan dan

(36)

 Strategi perusahaan merupakan pusat bagi  pengembangan keunggulan kompetitif perusahaan

yang berkelanjutan.

 Pengembangan strategi perusahaan merupakan hal

yang sangat krusial untuk memicu penjualan, keuntungan, pangsa pasar, dan nilai saham.

Sistem pengukuran kinerja harus dapat memotivasi  para manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan

strategi unit bisnisnya. Perusahaan yang dapat

menerjemahkan strateginya ke dalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan tugas tersebut, sebab perusahaan telah mengomunikasikan tujuan dan targetnya kepada para pegawai. Kaplan dan Norton menyatakan pentingnya penciptaan suatu  scorecard yang mengomunikasikan suatu strategi unit bisnis sebagai berikut:

 The scorecard describes the organization’s vision of the future to the entire organization. It creates shared understanding.

 The scorecard creates a holistic model of strategy

that allows all employees to see how they contribute to organizational success. Without such linkage, individuals and departments can optimize their local

(37)

 performance but not contribute to achieving strategic objectives.

 The scorecard focuses change efforts. If the rights objectives and measures are identified, successful implementation will likely occur. If not, investment and initiatives will be wasted.

Selanjutnya Kaplan dan Norton juga mengemukakan tiga prinsip penting yang memungkinkan Balanced Scorecard organisasi terhubung dengan strategi, yaitu cause and effect relationships, performance drivers, dan leinkage to financial.

II.2.4.1 Cause and Effect Relationships

Prinsip ini sangat penting bagi  Balanced Scorecard karena prinsip inilah yang membedakan  Balanced Scorecard dengan konsep-konsep yang lain. Dengan prinsip ini,

 Balanced Scorecard mampu menjabarkan tujuan dan

 pengukuran penting masing-masing perspektif dengan baik dalam satu kesatuan yang padu.

Menurut Kaplan dan Norton sebuah strategi adalah seperangkat hipotesis dalam model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if then. Pengembangan  Balanced

(38)

dari seluruh Strategy Unit Bisnis (SBU)  dalam hubungan cause dan effect. Melalui hubungan cause dan effect ini pula, suatu strategi dapat dianimasikan dan dikritisi bersama, baik sebelum, selama dan sesudah dieksekusi.

II.2.4.2  Performance Drivers

Sebuah Balanced Scorecard yang baik harus memiliki  bauran hasil (lagging indicators) yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang digunakan oleh SBU . Outcomes (lagging indicators) mencerminkan tujuan umum dari berbagai strategi yang dimiliki oleh kebanyakan  perusahaan , seperti  profitability, market share, customer  satisfaction, customer retention, dan employee skills.

Sedangkan  performance drivers (leading indicators) mencerminkan keunikan strategi unit bisnis. Identifikasi  performance drivers  membantu mengatasi kelemahan dari outcomes measures. Pemahaman mengenai pertumbuhan segmen pasar (outcomes measures) akan lebih bermanfaat jika diketahui faktor-faktor yang menyebabkan pergerakannya (performance drivers).

II.2.4.3  Linkage to Financials

Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan finansial

(39)

sebagai tujuan akhir. Hal seperti ini dikatakan Kaplan dan  Norton “Ultimately causal paths from all the measures on a  scorecard should be linked to financial objectives”.  Dengan demikian tolok ukur finansial dapat digunakan untuk menguji hasil dari  performance driver, dalam hal sejauh mana efektivitasnya dalam memberikan hasil.

II.2.7 Kunci Keberhasilan Dalam Membangun  Balanced Scorecard 

Dalam prakteknya, penerapan konsep  Balanced Scorecard   ini tidaklah semudah yang diperkirakan karena  penerapan konsep ini membutuhkan suatu komitmen dari manajemen pusat maupun karyawan yang terlibat dalam organisasi. Menurut Mavrinac (1999) sebagian besar  perusahaan atau organisasi mengalami kesulitan pendeteksian terhadap keselarasan aktivitas dan strategi perusahaan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka  panjang. Sasaran strategi dalam perspektif pelanggan, proses

internal bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan

merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam  pendekatan  Balanced Scorecard   sasaran di ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategi non-keuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat

(40)

Sebagai sebuah konsep yang relatif baru, kesuksesan dan kegagalan implementasi hendaknya dipandang secara  positif. Hanya dengan memperhatikan dan memahami poin- poin utama dari konsep dan penerapan  Balanced Scorecard 

suatu kegagalan dapat diminimalisasi. Scorecard  adalah suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis suatu  perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh seluruh pihak terutama orang-orang dalam organisasi yang mengeksekusi strategi perusahaan.

Dengan demikian, kebersamaan dan kesabaran mengenali, memahami, sekaligus menerima kultur dan mindset   orang-orang dalam organisasi sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar proses  scorecard tetap sejiwa dan selaras nafas organisasi, tanpa melupakan peran  scorecard  itu sendiri untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan. Adapun yang termasuk dalam karakteristik implementasi  Balanced Scorecard  yang sukses adalah sebagai berikut:

 Prioritas

 Komposisi project group

 Cakupan project

 Mendasarkan scorecard  pada strategi perusahaan

 Berbagai tolok ukur yang didefinisikan secara jelas

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Dasar
Gambar 2.2 Keterkaitan Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Finansial
Gambar 2.3 Tolok Ukur Utama Perspektif Pelanggan
Gambar 2.4 Model Rantai Nilai Genetik Perspektif Proses Bisnis Internal
+2

Referensi

Dokumen terkait

SNI ISO/ IEC 27001 yang diterbitkan pada tahun 2009 dan merupakan versi Indonesia dari ISO/ IEC 27001:2005, berisi spesifikasi atau persyaratan yang harus dipenuhi dalam

Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap brand image Universitas Widyatama dan bagaimana proses

Semua kebijakan dan strategi dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur sebagai amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

(2008) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Pra Menopause Di Dusun Mading Sabdodadi Kecamatan Bantul

Bentuk dan pemotongan logam dengan menggunakan mesin perkakas tergantung pada bentuk pahat, dan arah gerak antara pahat dengan benda uji, kualitas dari permukaan

Secara umum dapat dijelaskan bahwa hasil monitoring sistem kelistrikan yang dalam hal ini dilakukan terhadap nilai tegangan, arus, daya dan konsumsi energi listrik

Kredit yang diterbitkan masing-masing pihak dapat digunakan untuk mencapai target pengurangan emisi pihak tersebut. 7) Penggunaan Kredit 6) Penerbitan Kredit, Evaluasi SDIR Bab 8

Proses penelitiannya mengikuti tahap-tahap: (a) merumuskan teori hipotetik awal berdasar kajian teori dan didukung dengan data empiris awal, (b) memvalidasikan draf tingkat