• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) dengan Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kartasura 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) dengan Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kartasura 2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGANASUPAN ZAT BESI (Fe) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI MADRASAH IBTIDAIYAH

MUHAMMADIYAH KARTASURA 2017

HALAMA N JUDUL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

Delvi Okvitatimur Islami J500140096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

i

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN

(5)

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI (Fe) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI MADRASAH IBTIDAIYAH

MUHAMMADIYAH KARTASURA 2017

Abstrak

Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 dan 2007. Sedangkan , Prevalensi kasus stunting di Jawa Tengah didapatkan 37%. Hal tersebut menunjukan bahwa prevalensi stunting di Jawa Tengah masih cukup tinggi. Stunting disebabkan karena asupan makanan yang tidak seimbang salah satunya asupan zat besi (Fe). Di Posyandu Gonilan asupan zat besi (Fe) masih kurang pada anak usia 2-5 tahun sebesar 26,64%, dan anak SD di Pabelan Kartasura didapatkan 89,8%.Tingginya angka kejadian stunting dan rendahnya konsumsi asupan zat besi merupakan fenomena yang diteliti dalam penelitian ini. Mengetahui hubungan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian stunting pada anak sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kartasura. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik sampling

menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 86 anak dengan 39 anak mengalami stunting dan 47 anak tidak mengalami stunting yang memenuhi syarat kriteria restriksi. Pengukuran pola asupan zat besi menggunakan metode

Semi Quantitative Food Frequency, sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan diklasifikasikan menggunakan diagram tinggi badan menurut umur (TB/U) WHO-NCHS. Untuk pendidikan ibu didapatkan dari data sekolah. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dengan uji komparasi Chi Square. Berdasarkan uji komparasi Chi Square antara asupan zat besi dan kejadian stunting didapatkan nilai p = <0,001 dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting didapatkan nilai p = 0,442. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian stunting namun pada pendidikan ibu tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian stunting.

Kata kunci: stunting, zat besi, anak, pendidikan

Abstract

The prevalence of stunting in Indonesia, in 2013 was 37.2%, which is means it’s increase compared to the data from 2010 and 2007. While prevalence of stunting

in Central Java still faily high enough. Stunting caused to intake of unbalanced foods of which iron intake. In posyandu Gonilan, iron intake still less in children aged 2-5 years 26,64%, and primary school children in Pabelan Kartasura obtained 89,8%. The high incidence of stuntingand low consumption of iron is a

(6)

2

phenomenon that examined in this study. Aim to determine correlation of iron intake with the incidence of stunting of children in primary shcool in Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kartasura.The type of this research is an analytic observational with case control approach and to sampling using purposive sampling technique. The total sample 86 child of 39 child experience stunting

and 47 child don’t experience stunting that qualified the retriction criteria. Measurements of protein intake patterns using Semi Quantitative Food Frequency, whereas the height measurement using microtoise and classified using a diagram of height for age (TB/U) WHO-NCHS. For the education of mothers derived from school data. The data obtained then analyzed by Chi Square comparative test. Based on the comparison test Chi Square between iron intake and the incidence of stunting p value = < 0.001 and maternal education with the occurrence of stunting obtained p value = 0.442. From the research that has been done, it can be concluded that there is a correlation between iron intake with the incidence of stunting but in maternal education there’s no significant correlation to the incidence of stunting.

Keywords : stunting , iron, children, education

1. PENDAHULUAN

Usia anak adalah usia emas yang nantinya akan menjadi bibit untuk menentukan masa depan suatu bangsa. Anak merupakan bibit bagi bangsa yang artinya, kualitas suatu SDM generasi muda harus mulai diperhatikan sejak usia anak-anak. Dewasa ini telah banyak masalah yang muncul pada anak usia Sekolah Dasar (SD), yaitu terhambatnya pertumbuhan, menurunnya kecerdasan, menurunnya daya tahan tubuh (Almatsier, 2010). Kesehatan seorang anak yang mencakup kesehatan badan, rohani dan sosial, bukan hanya berkaitan dengan penyakit dan kelemahan, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan fisik, intelektual dan emosional (Adriani & Wirjatmadi, 2012)

Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi kasus stunting di JawaTengah berdasarkan Riskesdas 2010 yaitu sebanyak 33,9% dan mengalami peningkatan di tahun 2013 yaitusebesar 37%.

(7)

Asupan makanan yang tidak seimbang, berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air merupakan salah satu faktor yang dikaitkan dengan terjadinya stunting (UNICEF, 2007). Asupan makanan anak yang perlu diperhatikan pada kejadian stunting ini salah satunya adalah asupan zat besi (Fe). Asupan zat besi (Fe) untuk anak usia 2-5 tahun di Posyandu Gonilan sebesar 26,64%, anak SD di Pabelan Kartasura didapatkan 89,8%, asupan zat besi (Fe) untuk remaja di Sukoharjo 33,8% (Dewi, 2015; Dwiati, 2016; Rismiati, 2016).

2. METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional, dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Gonilan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah anak usia sekolah kelas IV dan V dan tidak dalam keadaan sakit.Besar sampel yang digunakan adalah 86 sampel. Teknik dan cara dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mengukur tinggi badan anak menggunakan

microtoise yang dilakukan sendiri oleh peneliti, selanjutnya dilakukan wawancara untuk mengetahui asupan yang dikonsumsi oleh responden menggunakan kuesioner FFQ Semi Quantitatif (SQ-FFQ) oleh peneliti. Responden diminta untuk memberi informasi mengenai frekuensi dan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi sesuai yang terdapat pada daftar makanan pada kuesioner. Asupan yang didapatkan, diolah menggunakan nutrisurvey untuk mengetahui total asupan yang dikonsumsi oleh responden.

Pada penelitian ini untuk mengetahui karakteristik responden akan dilakukan uji analisis deskriptif univariat. Setelah itu dilakukan uji analisis

bivariat untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel menggunakan uji chi square dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science) for windows versi 23.0. Apabila pada analisis bivariat kedua variabel bebas mempunyai nilai p < 0,25 maka dilanjutkan analisis multivariat, namun apabila

(8)

4

tidak memenuhi kriteria tersebut maka tidak dapat dilanjutkan dengan menggunakan analisis multivariat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3. 1 HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin

Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 53 33 86 61,6 38,4 100% (Sumber : Data Primer diolah, Desember 2017)

Berdasarkan data karakteristik anak pada tabel 1 terlihat bahwa jenis kelamin laki-laki di tempat penelitian sebanyak 53 anak (61,6%) dan peremuan 33 anak (38,4%).

Tabel 2 Karakteristik Asupan Zat Besi (Fe)

Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%) Asupan Zat Besi

Baik/Cukup Kurang Total 42 44 86 48,8 51,2 100,0 (Sumber : Data Primer diolah, Desember 2017)

Dari sampel 86 anak yang didapatkan pada tabel 2, diketahui yang memiliki asupan zat besi (Fe) baik/cukup 42 anak (48,8%), sedangkan yang memiliki asupan kurang sebanyak 44 anak (51,2%).

Tabel 3 Karakteristik Pendidikan Ibu

Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%) Pendidikan Ibu Tinggi Rendah Total 23 63 86 26,7 73,3 100,0 (Sumber : Data Primer diolah, Desember 2017)

Dari tabel 3, diketahui yang ibu yang memiliki pendidikan tinggi yaitu 23 orang (26,7%) ,sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan rendag sebanyak 63 orang (73,3%).

(9)

Tabel 4 Karakteristik Data Stunting

Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%) Stunting/tidak stunting Stunting Tidak stunting Total 39 47 86 45,3 54,7 100,0 (Sumber : Data Primer diolah, Desember 2017)

Pada tabel 4 diketahui yang mengalami stunting 39 anak (45,3%) , sedangkan yang tidak mengalami stunting sebanyak 47 anak (54,7%).

Tabel 5 Analisis Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) dengan kejadian stunting Asupan Zat Besi

(Fe) Total (%) Nilai P Cukup (%) Kurang (%) Stunting/ tidak Stunting 7 17,9 % 32 82,1 % 39 100 % <0,001 Tidak Stunting 35 74,5 % 12 25,5 % 47 100 % Total 42 48,8 % 44 51,2 % 86 100 % (Sumber : Data Primer diolah, Desember 2017)

Pada tabel 5 anak yang mengalami stunting sebanyak 39 anak terdapat 7 anak (17,9%) memiliki asupan zat besi yang cukup dan terdapat 32 anak (82,1%) memiliki asupan zat besi yang kurang. Sedangkan untuk 47 anak yang tidak mengalami stunting, terdapat sebanyak 35 anak (74,5%) memiliki asupan zat besi yang cukup dan 12 anak (25,5%) memiliki asupan zat besi yang kurang. Pola asupan zat besi yang kurang pada penelitian ini lebih banyak dimiliki oleh anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami

stunting dengan nilai p = <0,001 dengan koefisiensi kontingensi sebesar 0,491 (keeratan hubungan sedang).

(10)

6

Tabel 6 Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan kejadian stunting

Pendidikan Ibu Total

(%) Nilai P Tinggi (%) Rendah (%) Stunting/ tidak Stunting 12 30,8 % 27 69,2 % 39 100 % 0.442 Tidak Stunting 11 23,4 % 36 76,6 % 47 100 % Total 23 26,7 % 63 73,3 % 86 100 % (Sumber : Data Primer diolah, Desember 2017)

Berdasarkan tabel 6, diketahui pendidikan ibu yang rendah dan tidak mengalami

stunting terdapat 76,6% dibanding pendidikan ibu rendah dengan stunting yaitu 69,2%. Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,442 karena 0,442 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermaksa antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting.

3. 2 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian stunting serta pendidikan ibu terhadap kejadian stunting dengan menggunakan instrumen data siswa serta pendidikan ibu dari pihak sekolah dan kuesioner FFQ Semi Quantitatif (SQ-FFQ) sebagai alat ukur dan dilakukan uji

Chi Square. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kartasura yang diikuti oleh 86 anak kelas IV dan V.

Keadaan stunting merupakan salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur (WHO, 2013). Asupan makanan yang tidak seimbang akan berkaitan dengan zat gizi yang terkandung dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin serta mikronutrien yang merupakan salah satu faktor resiko yang dikaitkan dengan terjadinya stunting (UNICEF, 2007).

Zat besi merupakan salah satu mikronutrien esensial bagi tubuh manusia yang merupakan mineral mikro paling banyak yaitu 3-5 gram. Terdapat beberapa pendapat oleh ahli mengenai peran dari zat besi (Fe) yaitu sebagai komponen

(11)

enzim serta komponen sitokrom yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Salah satunya yaitu sebagai komponen enzim ribonukleotida reduktase yang mampu berperan serta dalam sintesis DNA yang bekerja secara tidak langsung pada pertumbuhan jaringan yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan (Harmatz, Butensky, & Lubin, 2003). Selain itu, besi sebagai komponen sitokrom yang dapat berperan serta dalam produksi Adenosine Triphosphate (ATP) serta sintesis protein yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan (Andrew, 1999).

Berdasarkan uji hubungan pada tabel 6, didapatkan hasil dari 63 anak dengan ibu tingkat pendidikan rendah terdapat 27 anak (76,6%) mengalami stunting dan 36 anak (69,2%) tidak mengalami stunting. Banyaknya ibu dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak dimiliki oleh anak yang tidak mengalami stunting dengan nilai p = 0,442, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu yang rendah tidak berhubungan dengan kejadian stunting dikarenakan nilai p = > 0,05.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiknya secara aktif mampu mengembangkan potensi pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003).

Pendidikan ibu sendiri merupakan hal dasar yang dapat membantu tercapainya gizi anak yang baik. Apabila tingkat pendidikan ibu tinggi, maka akan lebih mudah untuk menerima informasi dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Dalam penelitian ini, ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah tidak selalu mengalami anak dengan masalah stunting. Tingkat pendidikan terhadap kejadian stunting dapat terjadi secara tidak langsung diantaranya dengan perilaku ibu dalam mengasuh anaknya. Pola asuh ibu merupakan perilaku ibu dalam mengasuh anak mereka. Perilaku sendiri

(12)

8

berdasarkan Notoatmodjo (2005) dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang baik dan apabila sikap tersebut dinilai sesuai, maka akan muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun dari media (non formal). Apabila ibu memiliki pola asuh yang baik akan cenderung memiliki anak dengan status gizi yang baik pula, sebaliknya apabila ibu dengan pola asuh kurang cenderung memiliki anak dengan status gizi yang kurang (Virdani, 2012).

Secara umum, tidak ada hubungan antara pendidikan ibu degan masalah stunting pada anak sekolah dasar. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya masalah stunting diluar faktor tersebut, diantaranya adalah status gizi ibu ketika mengandung. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mengakibatkan janin yang dikandung juga mengalami kekurangan zat gizi. Kekurangan zat gizi pada kehamilan terus menerus akan melahirkan anak yang mengalami kurang gizi. Kondisi ini apabila terjadi dalam kurun waktu yang lama akan dapat mengakibatkan anak mengalami kegagalan dalam pertumbuhan (stunting). Selain itu ibu yang pendek juga berisiko melahirkan anak yang pendek juga.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kejadian stunting dan tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu yang rendah dengan kejadian stunting.

Sehingga bagi orang tua siswa agar lebih meningkatkan pengetahuan , kesadaran dan memperhatikan asupan makanan yang bergizi terutama zat besi (Fe) serta perkembangan anak.

Bagi instansi terkait untuk lebih memperhatikan mengenai status gizi pada siswa dengan meningkatkan dan memberikan edukasi mengenai makanan sehat serta bergizi bagi anak.

(13)

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa atau melakukan penelitian lebih lanjut perlu variabel yang lebih kompleks serta jumlah sampel yang lebih banyak untuk mengetahui perkembangan status gizi pada anak

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada responden yang telah bersedia untuk dilakukan penelitian, kepada Prof. Dr. dr. EM Sutrisna, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, dr. Yusuf Alam Romadhon, M.Kes., dr. Tri Agustina, M.Kes., selaku penguji dan teman-teman.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Almatsier. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia. Andrew, N. (1999). Disorder of Metabolism. England.

Dewi, D. C. (2015). Hubungan Kecukupan Zat Gizi Mikro dengan Status Gizi Anak di SD Negeri Pabelan 1 Kartasura. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dwiati, A. P. (2016). Hubungan Asupan Zat Besi dan Kadar Hemoglobin dengan Kesegaran Jasmani pada Remaja Putri di SMA N 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Harmatz, P., Butensky, E., & Lubin, B. (2003). Nutrion in pediatrics basic science and clinical application. London.

Indonesia., D. K. (2013). Tabel Angka Kecukupan Gizi. .

Kemenkes, R. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS) Indonesia tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

Manampiring, A. E. (2011). Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi Pada Anak sekolah. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Masrizal. (2007, September). ANEMIA DEFISIENSI BESI. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2.

(14)

10

Millennium Challenga Account. (2014). Stunting dan Masa Depan Indonesia. Dipetik Agustus 16, 2017, dari www.mca-indonesia.go.id

Narendra, M., Sularyo, T., & Soetjiningsih. (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.

Ngaisyah, R. (2015). Hubungan Sosial Ekonomi DenganKejadian Stunting Pada Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Guning Kidul. Jurnal Medika Respati ISSN : 1907-3887 Vol X Nomor 4 Oktober.

Ni'mah, C., & Muniroh, L. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan Wasting dan Stunting pada Balita Keluarga Miskin. 10(2015), 84-90.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Publika. Pradanti, C. M., Wulandari, M., & Sulistya, H. (2015, April). Hubungan Asupan Zat

Besi (Fe) dan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin pada Siswi Kelas. Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 4, 24-29.

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2013. Dipetik Juli 2017, 18, dari http://www.depkes.go.id/resources/ download/general/Hasil%20Riskesdas%20

Rismiati. (2016). Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahubn di Wilayah Posyandu Gonilan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Supariasa, I. (2014). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Susilowati. (2008). Pengukuran Stats Gizi dengan Antropometri Gizi. Jakarta: CV Trans

Info Media.

UNICEF. (2007). Progress For Children : Stunting, Wasting,and Overweight. http://www.unicef.org/progressforchildren/2007n6/index_41505.htm .

Virdani. (2012). Hubungan Pola Asuh Terhadap Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Kelurahan Kalirungkut Kota Surabaya. Universitas Airlangga.

WHO. (2013). Child growth indicators and their interpretation. Dipetik Juli 18, 2017, dari http://www.who.int/nutgrowhtdb/about/introduction/en/indexs.html

Gambar

Tabel 2 Karakteristik Asupan Zat Besi (Fe)
Tabel 5 Analisis Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) dengan kejadian stunting
Tabel 6 Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan kejadian stunting

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat pada gambar 4.21 ketika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah maka sudut rotor semua generator pada mengalami osilasi tetapi dapat kembali ke nilai awal,

Penelitian mengenai “Pembelajaran Gitar Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Al-Azhar Syi fa Budi Parahyangan Padalarang” adalah wadah bagi siswa untuk belajar gitar yang

Pada penelitian ini untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Maluku Utara digunakan analisis deskriptif dengan melihat pertumbuhan PDRB dan peningkatan PDRB per kapita,

The two leaders stressed that the progress in the SIAP, together with a prospective bilateral Economic P artnership Agreement to be negotiated between the two

[r]

Hasil penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi berprestasi, cara guru mengajar, dan dukungan keluarga terhadap disiplin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan proporsi spermatozoa Y hasil pemisahan semen domba lokal dengan beberapa fraksi albumen telur dan lama penyimpanan

Hasil tes pembelajaran rata- rata nilai yang didapat pada pelaksanaan evaluasi perbaikan pembelajaran siswa pada siklus I adalah 72 dengan jumlah siswa yang belum