ANALISIS KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN 2000-2008
OLEH
ACHMAD SOBARI H14094015
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
ACHMAD SOBARI. Analisis Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2000-2008 (dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO)
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi pembangunan haruslah dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dewasa ini banyak negara mulai memberi perhatian tidak lagi sekedar ditujukan pada percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi namun lebih pada peningkatan kualitas pembangunan itu sendiri. Munculnya suatu kondisi dimana pertumbuhan ekonomi berjalan cepat tanpa diimbangi oleh distribusi pendapatan dan peningkatan kualitas hidup telah berhasil menggeser paradigma pembangunan yang ada. Dalam situasi ini kuantitas dan kualitas pertumbuhan sama-sama esensial, keduanya terlibat dalam suatu hubungan timbal balik. Bila pertumbuhan mengalami kemandekan atau penurunan, maka dimensi sosial dan kesejahteraan juga mengalami penurunan, yang berarti bahwa cara pertumbuhan itu dihasilkan adalah sangat penting. Kualitas proses pertumbuhan itu sendiri, bukan hanya kecepatannya, terbukti mempengaruhi hasil pembangunan. Itulah sebabnya mengapa eksplorasi terhadap hal ini merupakan hal yang sangat esensial. Pada intinya ada pertumbuhan ekonomi, tidak hanya kuantitasnya saja tetapi-sama penting-juga kualitasnya.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tak terlepas dari kondisi dan potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah, terutama potensi ekonomi yang seharusnya dikelola dan diberdayakan sesuai dengan kemampuan daerah serta memiliki prospek di masa mendatang. Provinsi Maluku Utara sebagai provinsi yang relatif muda berusaha mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dalam kurun waktu 2000-2008, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya PDRB Provinsi Maluku Utara dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Peningkatan ini disatu sisi merupakan hal yang menggembirakan, namun disisi lain apakah pembangunan ini telah menunjukkan pemerataan dan peningkatan kesejahteraan di seluruh wilayah Maluku Utara. Terkait dengan perubahan paradigma pembangunan yang tidak sekedar terfokus pada kuantitas namun juga kualitas pertumbuhan ekonomi, maka analisis terhadap kuantitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara merupakan hal yang menarik untuk dikaji.
Typology, melihat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat, serta akhirnya menganalisis apakah pertumbuhan ekonomi Maluku Utara berkualitas.
Pada penelitian ini untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Maluku Utara digunakan analisis deskriptif dengan melihat pertumbuhan PDRB dan peningkatan PDRB per kapita, sedangkan kualitas pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari sejauh mana pertumbuhan ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari perkembangan IPM dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, untuk melihat korelasi antara keduanya digunakan korelasi Rank Spearman. Disamping itu dilihat pula kesenjangan pendapatan di Maluku Utara dengan menggunakan Indeks Williamson, serta klasifikasi kabupaten/kota berdasarkan Klassen Typology.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode 2000-2008 laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menunjukkan tren positif yang ditandai dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya, rata-rata pertumbuhan pada periode ini sebesar 4,40 persen.
PDRB per kapita Provinsi Maluku Utara selama periode 2000-2008 mengalami peningkatan rata–rata sebesar 6,72 persen per tahun. Dimana pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang disebabkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk.
Rata-rata indeks ketimpangan Maluku Utara sebesar 0,255, hal ini mengindikasikan bahwa indeks ketimpangan Maluku Utara berkategori rendah. Berdasarkan Klassen Typologi, Kabupaten Halmahera Timur dikategorikan daerah maju, Kabupaten Halmahera Tengah diklasifikasikan darah maju tapi tertekan, Kota Ternate dan Tidore diklasifikasikan sebagai daerah berkembang cepat, serta Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, serta Kepulauan Sula dikategorikan sebagai daerah relatif tertinggal.
Kinerja pembangunan manusia Maluku Utara selama lima tahun terakhir secara umum memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini diperlihatkan oleh IPM yang meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian IPM Maluku Utara masih digolongkan dalam kategori menengah (50 – 80). Dari hasil korelasi Rank Spearman terdapat korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi dengan IPM, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,614.
ANALISIS KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN 2000-2008
OLEH
ACHMAD SOBARI H14094015
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2000-2008
Nama : Achmad Sobari
Nomor Registrasi Pokok : H14094015
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui Dosen Pembimbing
D.S. Priyarsono, Ph.D. NIP. 19610501 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Oktober 2009
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 September 1978 dari pasangan Abdul Razak dan Masidjah. Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2000-2008”
tepat pada waktunya.
Disadari dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna dikarenakan berbagai keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna peningkatan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Pusat Statistik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada program S2 IPB.
2. Keempat orang tua yang telah memberikan dorongan moril dan kasih sayangnya. 3. Istri tercinta Arie Nurlaela serta pangeran kecilku Muhammad Sheva Adrian yang
telah memberikan dorongan semangat.
4. Bapak D.S. Priyarsono, Ph.D. Sebagai Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai selesainya skripsi ini.
5. Bapak Ir. Djoko Santoso, M.Si, atas dukungannya selama ini.
6. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB
7. Teman-teman seperjuangan di kelas khusus BPS-IPB 2009. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Skripsi ini bermanfaat dan membantu bagi yang memerlukan.
Bogor, Oktober 2009
DAFTAR ISI
1.5. Ruang Lingkup Penelitian...……….... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 2.1. Teori Ekonomi Pembangunan... 9
2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi... 11
2.3. Distribusi Pendapatan... 12
2.4. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 14
2.5. 2.6. 2.7. 2.8. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah... Konsep Kualitas Pertumbuhan Ekonomi... Penelitian Terdahulu... BAB III. METODE PENELITIAN...………. 20
3.1. Jenis dan Sumber Data ………...….. 20
3.2. Metode Analisis Data...………... 20
3.2.2. Indeks Williamson……...………...……… 22
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA ....….. 29
4.1. Keadaan Geografis... ... 29
4.2. Kependudukan ... 29
4.3. 4.4. Struktur Ekonomi... ... Perkembangan Ekspor Luar Negeri... 31 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 36
5.1. Deskripsi Perekonomian Provinsi Maluku Utara... 36
ANALISIS KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN 2000-2008
OLEH
ACHMAD SOBARI H14094015
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
ACHMAD SOBARI. Analisis Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2000-2008 (dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO)
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi pembangunan haruslah dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dewasa ini banyak negara mulai memberi perhatian tidak lagi sekedar ditujukan pada percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi namun lebih pada peningkatan kualitas pembangunan itu sendiri. Munculnya suatu kondisi dimana pertumbuhan ekonomi berjalan cepat tanpa diimbangi oleh distribusi pendapatan dan peningkatan kualitas hidup telah berhasil menggeser paradigma pembangunan yang ada. Dalam situasi ini kuantitas dan kualitas pertumbuhan sama-sama esensial, keduanya terlibat dalam suatu hubungan timbal balik. Bila pertumbuhan mengalami kemandekan atau penurunan, maka dimensi sosial dan kesejahteraan juga mengalami penurunan, yang berarti bahwa cara pertumbuhan itu dihasilkan adalah sangat penting. Kualitas proses pertumbuhan itu sendiri, bukan hanya kecepatannya, terbukti mempengaruhi hasil pembangunan. Itulah sebabnya mengapa eksplorasi terhadap hal ini merupakan hal yang sangat esensial. Pada intinya ada pertumbuhan ekonomi, tidak hanya kuantitasnya saja tetapi-sama penting-juga kualitasnya.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tak terlepas dari kondisi dan potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah, terutama potensi ekonomi yang seharusnya dikelola dan diberdayakan sesuai dengan kemampuan daerah serta memiliki prospek di masa mendatang. Provinsi Maluku Utara sebagai provinsi yang relatif muda berusaha mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dalam kurun waktu 2000-2008, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya PDRB Provinsi Maluku Utara dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Peningkatan ini disatu sisi merupakan hal yang menggembirakan, namun disisi lain apakah pembangunan ini telah menunjukkan pemerataan dan peningkatan kesejahteraan di seluruh wilayah Maluku Utara. Terkait dengan perubahan paradigma pembangunan yang tidak sekedar terfokus pada kuantitas namun juga kualitas pertumbuhan ekonomi, maka analisis terhadap kuantitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara merupakan hal yang menarik untuk dikaji.
Typology, melihat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat, serta akhirnya menganalisis apakah pertumbuhan ekonomi Maluku Utara berkualitas.
Pada penelitian ini untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Maluku Utara digunakan analisis deskriptif dengan melihat pertumbuhan PDRB dan peningkatan PDRB per kapita, sedangkan kualitas pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari sejauh mana pertumbuhan ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari perkembangan IPM dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, untuk melihat korelasi antara keduanya digunakan korelasi Rank Spearman. Disamping itu dilihat pula kesenjangan pendapatan di Maluku Utara dengan menggunakan Indeks Williamson, serta klasifikasi kabupaten/kota berdasarkan Klassen Typology.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode 2000-2008 laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menunjukkan tren positif yang ditandai dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya, rata-rata pertumbuhan pada periode ini sebesar 4,40 persen.
PDRB per kapita Provinsi Maluku Utara selama periode 2000-2008 mengalami peningkatan rata–rata sebesar 6,72 persen per tahun. Dimana pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang disebabkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk.
Rata-rata indeks ketimpangan Maluku Utara sebesar 0,255, hal ini mengindikasikan bahwa indeks ketimpangan Maluku Utara berkategori rendah. Berdasarkan Klassen Typologi, Kabupaten Halmahera Timur dikategorikan daerah maju, Kabupaten Halmahera Tengah diklasifikasikan darah maju tapi tertekan, Kota Ternate dan Tidore diklasifikasikan sebagai daerah berkembang cepat, serta Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, serta Kepulauan Sula dikategorikan sebagai daerah relatif tertinggal.
Kinerja pembangunan manusia Maluku Utara selama lima tahun terakhir secara umum memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini diperlihatkan oleh IPM yang meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian IPM Maluku Utara masih digolongkan dalam kategori menengah (50 – 80). Dari hasil korelasi Rank Spearman terdapat korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi dengan IPM, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,614.
ANALISIS KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN 2000-2008
OLEH
ACHMAD SOBARI H14094015
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2000-2008
Nama : Achmad Sobari
Nomor Registrasi Pokok : H14094015
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui Dosen Pembimbing
D.S. Priyarsono, Ph.D. NIP. 19610501 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Oktober 2009
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 September 1978 dari pasangan Abdul Razak dan Masidjah. Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2000-2008”
tepat pada waktunya.
Disadari dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna dikarenakan berbagai keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna peningkatan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Pusat Statistik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada program S2 IPB.
2. Keempat orang tua yang telah memberikan dorongan moril dan kasih sayangnya. 3. Istri tercinta Arie Nurlaela serta pangeran kecilku Muhammad Sheva Adrian yang
telah memberikan dorongan semangat.
4. Bapak D.S. Priyarsono, Ph.D. Sebagai Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai selesainya skripsi ini.
5. Bapak Ir. Djoko Santoso, M.Si, atas dukungannya selama ini.
6. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB
7. Teman-teman seperjuangan di kelas khusus BPS-IPB 2009. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Skripsi ini bermanfaat dan membantu bagi yang memerlukan.
Bogor, Oktober 2009
DAFTAR ISI
1.5. Ruang Lingkup Penelitian...……….... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 2.1. Teori Ekonomi Pembangunan... 9
2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi... 11
2.3. Distribusi Pendapatan... 12
2.4. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 14
2.5. 2.6. 2.7. 2.8. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah... Konsep Kualitas Pertumbuhan Ekonomi... Penelitian Terdahulu... BAB III. METODE PENELITIAN...………. 20
3.1. Jenis dan Sumber Data ………...….. 20
3.2. Metode Analisis Data...………... 20
3.2.2. Indeks Williamson……...………...……… 22
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA ....….. 29
4.1. Keadaan Geografis... ... 29
4.2. Kependudukan ... 29
4.3. 4.4. Struktur Ekonomi... ... Perkembangan Ekspor Luar Negeri... 31 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 36
5.1. Deskripsi Perekonomian Provinsi Maluku Utara... 36
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara
Tahun 2000-2008... 4
1.2. PDRB Provinsi Maluku Utara dirinci Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2005-2008... ... 5
3.1. Klasifikasi Kabupaten/Kota Menurut Klassen Typology... 24
4.1. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Desa di Maluku
Utara... 29
4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Maluku Utara Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2005-2008...…... 30
4.3. Struktur Ekonomi Maluku Utara Tahun 2006-2008... 31
4.4. Perkembangan Nilai Ekspor Maluku Utara Tahun 2005-2008... 33
4.5. Nilai Ekspor Maluku Utara Menurut Negara Tujuan
Tahun 2005-2008... 35
5.1. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Maluku Utara Tahun 2001-2008... 37
5.2. Perkembangan PDRB Per Kapita Maluku Utara Tahun 2000-2008... 39
5.3. Indeks Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Maluku
Utara Tahun 2000-2008... 40
5.4. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ………... 19
5.1. Plot Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Maluku Utara Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2008... 51
2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Maluku Utara Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000-2008... 52
3. Jumlah Penduduk Provinsi Maluku Utara Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2000-2008... 53
4. Angka Harapan Hidup Provinsi Maluku Utara Tahun 2006-2008...
54
5. Angka Melek Huruf Provinsi Maluku Utara Tahun 2006-2008... 55
6. Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Maluku Utara
Tahun 2006-2008... 56
7. Pengeluaran Per Kapita disesuaikan Provinsi Maluku Utara
Tahun 2006-2008... 57
8. Korelasi Spearman... 58
9. Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara
Tahun 2000... 59
10. Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara
Tahun 2008... 60
11. Penghitungan Indeks Williamson Provinsi Maluku Utara
Tahun 2000... 61
12. Penghitungan Indeks Williamson Provinsi Maluku Utara
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi
pembangunan haruslah dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan
tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada hal-hal yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan pada umumnya difokuskan pada pembangunan ekonomi
melalui usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan diidentikan dengan
upaya peningkatan pandapatan per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan
ekonomi. Diharapkan dengan meningkatnya pendapatan perkapita masalah-masalah
yang dihadapi seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi
pendapatan dapat terpecahkan melalui apa yang dikenal dengan “dampak merembes
ke bawah” (trickle down effect).
Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur perekonomian suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau
suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan (Tambunan, 2001). Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan
satu tujuan penting dari kebijakan ekonomi makro untuk mengetahui kemajuan dan
kesejahteraan suatu perekonomian daerah.
Teori-teori pembangunan daerah pada umumnya membahas tentang metode
untuk menganalisis perekonomian suatu daerah. Pembangunan selalu menimbulkan
dampak baik positif maupun negatif. Oleh karena itu diperlukan indikator sebagai
tolok ukur pelaksanaan pembangunan. Menurut Kuncoro (1997) indikator-indikator
kunci pembangunan secara garis besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi : (1)
indikator ekonomi; (2) indikator sosial. Variabel yang termasuk sebagai indikator
ekonomi antara lain adalah laju pertumbuhan ekonomi, serta pendapatan per kapita.
Variabel yang termasuk indikator sosial adalah Human Development Index (HDI)
atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Mutu Hidup (Quality Life Index)
dan indikator lainnya.
Menurut Adam (1994) untuk mengukur keberhasilan suatu pembangunan
ekonomi daerah terdapat beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan pembangunan daerah. Indikator yang lazim digunakan adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja
perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Indikator lain
adalah seperti tingkat pertumbuhan, pendapatan per kapita dan perubahan struktur
ekonomi. Beberapa masalah, seperti ketimpangan pembangunan antardaerah,
ketimpangan pendapatan perkapita antardaerah dan ketidakserasian laju
pembangunan desa-kota, adalah masalah-masalah yang mengurangi nilai
Dewasa ini banyak negara mulai memberi perhatian tidak lagi sekedar
ditujukan pada percepatan pertumbuhan ekonomi namun lebih pada peningkatan
kualitas pertumbuhan itu sendiri. Munculnya suatu kondisi dimana pertumbuhan
ekonomi berjalan cepat tanpa diimbangi oleh distribusi pendapatan dan peningkatan
kualitas hidup telah berhasil menggeser paradigma pembangunan yang ada. Fakta ini
agaknya yang memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses
pembangunan (Esmara dalam Kuncoro, 1997). Dalam situasi ini kuantitas dan
kualitas pertumbuhan sama-sama esensial, keduanya terlibat dalam suatu hubungan
timbal balik. Bila pertumbuhan mengalami kemandekan atau penurunan, maka
dimensi sosial dan kesejahteraan juga mengalami penurunan, yang berarti bahwa cara
pertumbuhan itu dihasilkan adalah sangat penting. Kualitas proses pertumbuhan itu
sendiri, bukan hanya kecepatannya, terbukti mempengaruhi hasil pembangunan.
Itulah sebabnya mengapa eksplorasi terhadap hal ini merupakan hal yang sangat
esensial. Pada intinya ada pertumbuhan ekonomi, tidak hanya kuantitasnya saja
tetapi-sama penting-juga kualitasnya (World Bank, 2001).
Peningkatan percepatan pertumbuhan ekonomi tak terlepas dari kondisi dan
potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah, terutama potensi ekonomi
yang seharusnya dikelola dan diberdayakan sesuai dengan kemampuan daerah serta
memiliki prospek di masa mendatang.
Provinsi Maluku Utara sebagai provinsi yang relatif muda berusaha mengelola
ekonominya. Dalam kurun waktu 2000-2008, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara
terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya PDRB Provinsi
Maluku Utara dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan.
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara Tahun 2000 - 2008 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB Atas dasar harga berlaku Atas dasar harga konstan
2000 1.879.628,31 1.879.628,31
Peningkatan ini di satu sisi merupakan hal yang menggembirakan, namun di
sisi lain apakah pembangunan ini telah menunjukkan pemerataan dan peningkatan
kesejahteraan di seluruh wilayah Maluku Utara.
Pembangunan mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai faktor, baik yang
mendukung maupun yang menghambat dalam menghasilkan pembangunan tersebut.
Oleh karena itu dampak yang dihadapi daerah sebagai akibat situasi ekonomi
berbeda-beda karena masing-masing daerah mempunyai potensi sendiri-sendiri.
Kenyataan ini menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang
memiliki potensi yang relatif rendah, dan munculnya perbedaan proses dan hasil
Tabel 1.2. PDRB Provinsi Maluku Utara dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 (Juta Rupiah)
Kabupaten/ Kota Tahun
2005 2006 2007 2008 Halmahera Barat 183.632 190.329 198.342 206.586
Halmahera Tengah 181.205 188.770 196.819 207.497 Kepulauan Sula 254.270 267.338 282.366 297.124 Halmahera Selatan 427.020 450.177 476.879 505.424 Halmahera Utara 373.693 392.319 413.917 436.499 Halmahera Timur 175.561 186.569 205.598 219.563 Kota Ternate 415.085 443.824 478.658 516.575 Kota Tidore 201.194 213.082 225.730 238.918
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2009
Pada tabel 1.2 disajikan PDRB kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara,
terlihat adanya perbedaan nilai PDRB yang mencerminkan adanya perbedaan potensi
sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah. Perbedaan ini tentunya dapat
menimbulkan perbedaan hasil pembangunan.
Terkait dengan perubahan paradigma pembangunan yang tidak sekedar
terfokus pada kuantitas namun juga kualitas pertumbuhan ekonomi, maka analisis
terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara merupakan hal yang
menarik untuk dikaji.
Dilandasi latar belakang yang telah dijelaskan diatas penelitian ini
dimaksudkan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara baik
dari sisi kuantitas yang ditandai adanya peningkatan laju pertumbuhan PDRB dan
PDRB per kapita maupun dari sisi kualitas.
1.2. Perumusan Masalah
Kuantitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang esensial
bagi pembangunan ekonomi. Kuantitas pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan laju
atau kecepatan pertumbuhan suatu wilayah yang dinyatakan dalam angka atau
persentase, sedangkan indikator yang menunjukkan bahwa pembangunan di suatu
daerah berkualitas, ditunjukkan oleh aspek-aspek kunci yang membentuk proses
pertumbuhan yaitu distribusi peluang yang merupakan peluang masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih merata, kelestarian
lingkungan, pengelolaan risiko global, dan pemerintahan (World Bank, 2001). Namun
dalam penulisan ini hanya dibatasi pada percepatan pertumbuhan ekonomi dan PDRB
perkapita yang diiringi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta adanya
pemerataan distribusi pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi dikatakan berkualitas adalah bila diiringi dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat dilihat dari perkembangan nilai
IPM, dan adanya korelasi positif pertumbuhan ekonomi dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), serta adanya pemerataan distribusi pendapatan (World Bank, 2001).
Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan utama
yaitu :
1. Bagaimana kuantitas pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara yang
ditunjukkan oleh laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita?
2. Bagaimana kondisi ketimpangan pendapatan antar wilayah di Maluku Utara?
4. Bagaimana korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan
masyarakat yang dalam hal ini diwakili oleh indeks pembangunan manusia?
5. Apakah pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara berkualitas?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menganalisis pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada periode 2000 – 2008
2. Melihat seberapa besar ketimpangan pendapatan di wilayah Maluku Utara.
3. Melihat klasifikasi pembangunan kabupaten/kota.
4. Melihat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
5. Menganalisis pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara dari sisi kualitas,
yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi yang disertai adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dapat dilihat dari perkembangan nilai IPM,
dan adanya korelasi positif pertumbuhan ekonomi dengan IPM, serta adanya
pemerataan distribusi pendapatan.
1.4. Manfaat Penelitian
Secara ringkas manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah Provinsi Maluku
Utara dan pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain sebagai bahan
pelengkap penelitian yang relevan dengan skripsi ini.
3. Sebagai sumbangan informasi awal bagi penelitian-penelitian yang akan
mengkaji lebih dalam mengenai Provinsi Maluku Utara.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Kuantitas pertumbuhan ekonomi yang dilihat hanya peningkatan laju
pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita Provinsi Maluku Utara dari tahun
2000-2008
2. Kualitas perekonomian yang dilihat hanya sebatas pada perkembangan IPM
dan korelasinya dengan pertumbuhan ekonomi, dan seberapa besar tingkat
kesenjangan pendapatan antar wilayah yang ditunjukkan oleh besaran Indeks
Williamson tahun 2000 – 2008, serta klasifikasi pembangunan antar wilayah
yang ditunjukan dengan Klasifikasi Klassen typology. Ukuran kesejahteraan
dalam penelitian ini dilihat dari sisi pendidikan, kesehatan, serta daya beli,
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
perekonomian, yang kondisi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu
yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan tahunan atas
pendapatan nasional bruto (Todaro, 2000). Pembangunan ekonomi juga sering diukur
berdasarkan tingkat pertumbuhan struktur produksi dan penyerapan sumber daya
(employment) yang diupayakan secara terencana.
Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang hanya sebagai
fenomena ekonomi saja. Namun setelah itu, banyak negara yang mulai menyadari
bahwa “pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan “pembangunan” (development).
Pembangunan saat ini tidak lebih diukur dari suatu prestasi kuantitatif semata.
Besarnya GNP perkapita, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan lapangan kerja
serta inflasi yang terkendali, merupakan prestasi-prestasi pembangunan yang menjadi
tolok ukur utama pembangunan. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan ekonomi
tidak hanya ditentukan oleh percepatan pertumbuhan ekonomi tetapi lebih pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih utuh (Kuncoro, 1997).
Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan daerah diukur berdasarkan tingkat
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik secara keseluruhan
maupun per kapita, yang diyakini akan menetes dengan sendiri sehingga menciptakan
menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi
hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata.
Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi
semata, namun memiliki perspektif yang luas. Dalam proses pembangunan dilakukan
upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik
(Kuncoro, 1997). Dalam pembahasan mengenai teori pembangunan, khususnya
pembangunan ekonomi, dikenal 4 pendekatan yang dominan yaitu : (1) Teori
Pertumbuhan Linier (linear stage of growth) ; (2) Teori Pertumbuhan Struktural; (3)
Teori Revolusi Ketergantungan Internasional (dependensia); dan (4) Teori
Neo-Klasik.
Istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan
ekonomi di negara-negara berkembang. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah
ini sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam
struktur dan corak kegiatan ekonomi seperti mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
masalah pemerataan pendapatan atau dikenal sebagai economic development is
growth plus change-yaitu pembangunan ekonomi (Sukirno, 2001).
2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik seperti Thomas Robert Malthus, Adam
Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill, ada empat faktor yang mempengaruhi
luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno,
2001). Pola pertumbuhan digunakan dalam teori dinamis sebagaimana yang
dikembangkan oleh pemikir neo klasik yang mengemukakan bahwa pertumbuhan
ekonomi berpokok pada efek investasi dan penambahan jumlah tenaga kerja terhadap
pertumbuhan output serta proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat (Tambunan, 2003). Tingkat pertumbuhan ekonomi
harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk, agar peningkatan pendapatan
perkapita dapat tercapai.
Pembangunan dalam lingkup daerah selalu berangsur cepat dan merata seperti
yang diinginkan. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa
daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak
mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumber-sumber
yang dimiliki, adanya kecenderungan penanam modal (investor) memilih daerah
perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas disamping adanya ketimpangan
redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat kepada daerah (Sutarno dan
Kuncoro, 2003).
Dalam konteks pertumbuhan, Boediono (1992) mengemukakan bahwa
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Penekanan pada proses mengandung unsur dinamis, perubahan dan
perkembangan. Oleh karena itu pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi akan
dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama misalnya 10, 20 atau 25 tahun bahkan
proses intern perekonomian tersebut. Artinya, pertumbuhan harus berasal dari
kekuatan yang ada dalam perekonomian itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya
jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tanpa adanya
perubahan atau cara-cara teknologi itu sendiri (Schumpeter, 1961 dalam Boediono,
1992). Schumpeter juga menekankan tentang pentingnya pengusaha untuk membuat
pembaruan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
menurutnya adalah suatu sumber kenaikan output.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2001).
Produk Domestik Bruto (PDB) secara umum disebut sebagai agregat
ekonomi, maksudnya angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu
negara. Dari agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi.
Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi riil, terlebih dahulu harus dihilangkan
pengaruh perubahan harga yang melekat pada angka-angka agregat ekonomi menurut
harga berlaku (current price) sehingga terbentuk harga agregat ekonomi menurut
harga konstan (constant price) (Dumairy, 1997).
2.3. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan suatu konsep mengenai
Konsep pengukuran distribusi pendapatan dapat ditunjukkan oleh dua konsep pokok,
yaitu konsep ketimpangan absolut dan konsep ketimpangan relatif. Ketimpangan
absolut merupakan konsep pengukuran ketimpangan yang menggunakan parameter
dengan suatu nilai mutlak. Ketimpangan relatif merupakan konsep pengukuran
ketimpangan distribusi pendapatan yang membandingkan besarnya pendapatan yang
diterima oleh seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total
pendapatan yang diterima oleh masyarakat secara keseluruhan (Ahluwalia dalam
Sukirno, 2001).
Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan antara dua ukuran utama dari
distribusi pendapatan baik untuk tujuan analisis maupun kuantitatif, yaitu :
a) Distribusi pendapatan perorangan (personal distribution of income)
Distribusi pendapatan perorangan memberikan gambaran tentang distribusi
pendapatan yang diterima oleh individu atau perorangan termasuk pula rumah
tangga. Dalam konsep ini, yang diperhatikan adalah seberapa banyak
pendapatan yang diterima oleh seseorang, tidak dipersoalkan cara yang
dilakukan oleh individu atau rumah tangga yang mencari penghasilan tersebut
apakah berasal dari bekerja atau sumber lainnya. Seperti bunga, hadiah,
keuntungan maupun warisan. Demikian pula tempat dan sektor sumber
pendapatannya pun turut diabaikan.
b) Distribusi pendapatan fungsional
Distribusi pendapatan fungsional mencoba menerangkan bagian dari
terdiri dari tanah atau sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal. Pendapatan
didistribusikan sesuai dengan fungsinya seperti buruh menerima upah,
pemilik tanah menerima sewa dan pemilik modal menerima bunga serta laba.
Jadi setiap faktor produksi memperoleh imbalan sesuai dengan kontribusinya
pada produksi nasional, tidak lebih dan tidak kurang.
Distribusi pendapatan yang didasarkan pada pemilik faktor produksi ini akan
berkaitan dengan proses pertumbuhan pendapatan, adapun pertumbuhan pendapatan
dalam masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan faktor produksi dapat
dikelompokkan menjadi dua macam :
1) Pendapatan karena hasil kerja yang berupa upah atau gaji dan besarnya
tergantung tingkat produktivitas.
2) Pendapatan dari sumber lain seperti sewa, laba, bunga, hadiah atau warisan.
2.4. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Ketimpangan pendapatan sebenarnya telah terjadi diseluruh negara di dunia
ini, baik negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Namun
perbedaannya adalah ketimpangan pendapatan lebih besar terjadi di negara-negara
yang baru memulai pembangunannya, sedangkan bagi negara maju atau lebih tinggi
pendapatannya cenderung lebih merata atau tingkat ketimpangannya rendah. Keadaan
ini antara lain dijelaskan oleh Todaro (1981), bahwa negara-negara maju secara
dengan negara-negara dunia ketiga yakni negara-negara yang tergolong sedang
berkembang.
Nicholas Kaldor (1960), menyatakan bahwa semakin tidak merata pola
distribusi pendapatan, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonomi karena
orang-orang kaya memiliki rasio tabungan yang lebih tinggi dari pada orang-orang miskin
sehingga akan meningkatkan aggregate saving rate yang diikuti oleh peningkatan
investasi dan pertumbuhan ekonomi.
2.5. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah
Sjafrijal (2008), menyatakan ketimpangan pembangunan antar wilayah
merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah.
Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan
sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada
masing-masing wilayah. Akibat perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong
proses pembangunan ekonomi juga menjadi berbeda. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan bilamana pada suatu daerah biasanya terdapat wilayah maju dan
wilayah terbelakang. Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi
terhadap kesejahteraan masyarakat antarwilayah. Karena itu aspek ketimpangan
pembangunan antarwilayah ini juga mempunyai implikasi terhadap formulasi
2.6. Konsep Kualitas Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup rakyat. Secara
umum, pembangunan menuntut pendapatan per kapita yang lebih tinggi, namun
sebenarnya pembangunan mencakup jauh lebih banyak lagi dibanding sekedar
peningkatan itu. Dengan meningkatnya pendapatan per kapita, sejumlah aspek
kualitas hidup meningkat pula, namun tidak sama, dan tidak dapat dihindari.
Pembangunan mencakup pendidikan dan kesempatan kerja yang lebih besar,
kesetaraan jender yang lebih besar, kesehatan dan nutrisi yang lebih baik, lingkungan
alam yang lebih bersih dan lestari, sistem hukum yang lebih adil, kebebasan politik
dan sipil yang lebih luas, kehidupan kultural yang lebih kaya (World Bank, 2001).
Kualitas pertumbuhan ekonomi dapat juga dilihat dari semakin rendahnya
kesenjangan (disparitas) pendapatan. Bila pertumbuhan ekonomi mengalami
peningkatan yang diiringi dengan pemerataan pendapatan merupakan suatu prestasi
pembangunan yang tidak sekedar mementingkan kuantitas pertumbuhan, namun juga
kualitas pertumbuhan itu sendiri.
Menurut World Bank (2001) dalam bukunya yang berjudul “Quality of
Growth” penekanan terhadap kualitas merupakan hal esensial dalam tiga hal.
Pertama, kualitas secara langsung mempromosikan kesejahteraan dengan
mempengaruhi distribusi pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih merata serta
lingkungan yang lebih baik. Aspek-aspek pertumbuhan dan kualitas-yang terkait satu
sama lain dalam hubungan dua arah-memerlukan perhatian bersama. Kedua,
aspek-aspek kualitasnya dipertimbangkan. Dimana tingkat pertumbuhan sangat
bervariasi seiring berjalannya waktu, dampak-dampak negatifnya secara khusus akan
semakin terasa bagi kaum miskin. Ketiga, ekonomi-ekonomi yang berfokus pada
kualitas dapat menangani kesulitan trade-off dengan lebih baik. Salah satu trade-off
yang disebutkan adalah godaan untuk mensubsidi modal fisik atau mengeksploitasi
modal alam secara berlebihan dalam suatu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan.
2.7. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rindang (2008) dengan judul
“Ketimpangan dan Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pembangunan Ekonomi
Kawasan Barat Indonesia (KBI)”, penelitian ini menggunakan analisis Klassen
Typology dan analisis ketimpangan (Indeks Williamson). Hasil dari analisis Klassen
Typology mengklasifikasikan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa
Barat sebagai daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Sedangkan hasil dari analisis
Indeks Williamson menunjukkan bahwa nilai Indeks Williamson antar provinsi di
KBI dari tahun 1995-2007 cukup besar yaitu pada kisaran 0,59-0,73, hal tersebut
dapat diartikan bahwa antar provinsi di KBI terjadi ketimpangan yang cukup besar.
Penelitian Bery (2007) dengan judul “Analisis Ketimpangan Pembangunan di
Era Otonomi Daerah : Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dengan
Kesejahteraan Masyarakat” salah satu metode analisisnya menggunakan Indeks
Indonesia berada pada kisaran 0,8. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai indeks
ketimpangan Indonesia berkategori tinggi.
Martina (2005) dengan alat analisis korelasi rank Spearman menyimpulkan
bahwa terdapat korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi dengan indeks
pembangunan manusia.
Hendra (2004), dengan menggunakan metode Indeks Williamson dalam
penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi
Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Lampung”. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup besar di
Provinsi Lampung. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar dalam
perekonomian semua kabupaten yang ada di Provinsi Lampung kecuali Kota Metro
dan Kota Bandar Lampung. Berdasarkan analisis korelasi menunjukan bahwa terjadi
hubungan negatif antara persentase pertanian dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Ketimpangan pendapatan daerah di Lampung mengalami penurunan selama periode
analisis, walaupun penurunan tersebut tidak signifikan. Dari analisis korelasi, didapat
hubungan positif antara indeks ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi.
2.8. Kerangka Pemikiran
Perkembangan perekonomian umumnya difokuskan pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Paradigma baru pembangunan mengisyaratkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditentukan dari peningkatan kuantitas saja namun
Dari sisi kuantitas, pertumbuhan ekonomi ditandai dengan adanya
peningkatan laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita dari tahun ke tahun.
Sedangkan dari sisi kualitas, diantaranya ditandai dengan adanya pemerataan
distribusi pendapatan, serta adanya peningkatan kualitas hidup yang dapat dilihat dari
korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi dengan indeks pembangunan manusia.
Dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai selama ini baik dari
sisi kuantitas maupun kualitas, maka dapat dijadikan dasar perencanaan dan
kebijakan pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara untuk masa yang akan datang.
Secara diagramatis, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan laju PDRB dan PDRB per kapita
Kuantitas Kualitas
Dasar Bagi Perencanaan & Kebijakan Pembangunan Provinsi Maluku Utara
Pemerataan Distribusi Pendapatan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara, dan sumber-sumber lainnya yang terkait.
Adapun data yang digunakan adalah :
1) Data PDRB Provinsi Maluku Utara menurut lapangan usaha tahun 2000-2008,
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000.
2) Data PDRB kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara tahun 2000-2008 atas dasar
harga berlaku dan harga konstan.
3) Data jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara yang dirinci menurut
kabupaten/kota tahun 2000-2008.
4) Data PDRB per kapita Provinsi Maluku Utara yang dirinci menurut
kabupaten/kota
5) Data ekspor Provinsi Maluku Utara tahun 2005-2008.
6) Data indeks pembangunan manusia Provinsi Maluku Utara tahun 2004-2008.
3.2. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Maluku Utara dari sisi kuantitas
dan kualitas digunakan metode analisis deskriptif, Indeks Williamson, Analisis
3.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan perkembangan PDRB, serta
PDRB perkapita Maluku Utara dari tahun ke tahun.
Data yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi ini adalah
data PDRB atas dasar harga konstan 2000. PDRB riil ini digunakan karena data ini
sudah tidak mengandung faktor perubahan harga lagi. Sehingga pengukuran
pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun lebih tepat dengan menggunakan
PDRB atas dasar harga konstan karena lebih mencerminkan perubahan produksi.
Indikator ini sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja pembangunan yang telah
dilaksanakan, serta berguna untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang
akan datang.
Sedangkan struktur ekonomi Provinsi Maluku Utara dapat dilihat dari
kontribusi sektoral. Data yang digunakan dalam analisis struktur ini adalah PDRB
atas dasar harga berlaku, karena menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi
yang dihasilkan suatu daerah.
Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam persentase dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
git =
(PDRBADHK it – PDRBADHK i,t-1)
x 100% PDRBADHK i,t-1
dimana :
git = Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara
PDRBADHK it = PDRB riil Provinsi Maluku Utara tahun t
3.2.2. Indeks Williamson
Williamson dalam Sjafrizal (2008) meneliti hubungan antara disparitas
regional dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Penelitiannya menggunakan data
ekonomi negara yang sudah maju dan negara berkembang. Ternyata ditemukan
bahwa selama tahap awal pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu.
Indeks ketimpangan regional menggambarkan ketimpangan kabupatan/kota di
Provinsi Maluku Utara dapat dihitung formulasi sebagai berikut :
n = Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara
Indeks Williamson besarnya antara nol dan satu. Semakin kecil angka yang
dihasilkan menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau dapat dikatakan
makin merata. Tetapi jika angka yang didapat mendekati satu maka ketimpangan
semakin lebar. Matola (1985) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk
menentukan apakah ketimpangan ada pada taraf rendah, sedang atau tinggi. Untuk
a. ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan kurang dari 0,35
b. ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan 0,35-0,5
c. ketimpangan taraf tinggi, nila indeks ketimpangan lebih dari 0,5
3.2.3. Klassen Typology
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan klasifikasi tiap kabupaten/kota
di wilayah Provinsi Maluku Utara. Menurut Sjafrizal (1997) analisis ini didasarkan
pada dua indikator utama yaitu rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata
pendapatan perkapita di suatu daerah. Analisis ini membagi empat klasifikasi daerah
yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda yaitu :
a. Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh (high growth and high
income) merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi.
b. Kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan (low growth but high income)
merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah
tapi pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi.
c. Kuadran III yaitu daerah berkembang cepat (high growth but low income)
merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi
pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi.
d. Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal (low growth and low income)
merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan
Tabel 3.1. Klasifikasi Kabupaten/Kota Menurut Klassen Typology
Daerah maju dan tumbuh cepat
ij
R < Rj Kuadran IV
Daerah relatif tertinggal
Kuadran II
Daerah maju tapi tertekan
Keterangan :
ij
R = Laju pertumbuhan PDRB ADHK tiap kabupaten/kota
j
R = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Maluku Utara
ij
Y = Pendapatan perkapita tiap kabupaten/kota
j
Y = Rata-rata pendapatan perkapita Provinsi Maluku Utara
3.2.4. Rank Spearman
Koefisien Korelasi rank Spearman atau disebut rho merupakan ukuran
asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala
ordinal sehingga objek-objek yang dipelajari dapat di-ranking dalam dua rangkaian
berurut. Korelasi ini digunakan untuk melihat korelasi antara pertumbuhan ekonomi
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Rumus untuk menghitung koefisien korelasi Spearman (rs) adalah sebagai
di = perbedaan setiap pasang rank
n = Jumlah pasangan pengamatan
Hipotesis yang digunakan dalam analisis ini adalah :
Ho:ρ = 0 (kedua variabel tidak ada hubungan satu dengan yang lain)
Hi: ρ≠ 0 (kedua variabel ada hubungan yang signifikan satu dengan yang lain)
Uji signifikasi harga observasi r, tergantung pada besarnya sampel :
● untuk sampel kecil gunakan tabel rs
● untuk sampel besar (n ≥ 10) menggunakan tabel nilai t, dimana harga t
observasi dihitung dengan rumus : 2 1
Sampel besar : Ho ditolak bila t hitung lebih besar daripada nilai t tabel dan
sebaliknya.
3.3. Konsep dan Definisi
PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu (1)
pendekatan produksi, menurut pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (triwulanan, semesteran, atau tahunan). Secara garis besar dalam pendekatan
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi, meliputi
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan yang turut serta dalam
proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu; (3) pendekatan
pengeluaran, menurut pendekatan ini PDRB adalah jumlah seluruh komponen
permintaan akhir meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
yang tidak mencari keuntungan, pembentukan modal tetap domestik bruto dan
perubahan stok, pengeluaran konsumsi pemerintah serta ekspor neto (ekspor
dikurangi impor) dalam jangka waktu tertentu.
PDRB perkapita merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat
tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Jika data disajikan secara berkala akan
menunjukkan adanya perubahan kemakmuran. PDRB perkapita diperoleh dari
perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk.
Secara konseptual IPM adalah indeks komposit yang dihitung sebagai
rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan
rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. IPM merupakan alat ukur kinerja
pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah atau secara lebih spesifik merupakan
alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah negara, provinsi atau
kabupaten/kota (UNDP, 1990 ; BPS, 1997). Indeks pembangunan manusia dapat
dihitung dengan rumus berikut : IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3).
Dimana X1, X2, dan X3 adalah indeks harapan hidup, indeks pengetahuan dan indeks
kehidupan yang layak. IPM mencoba memeringkat semua provinsi dari skala o
pembangunan manusia yang paling tinggi). IPM memeringkat semua povinsi menjadi
tiga kelompok : tingkat pembangunan manusia yang rendah (< 50), tingkat
pembangunan manusia menengah (50 –80), dan tingkat pembangunan manusia tinggi
(>80). Konsep pembangunan manusia secara implisit tertuang dalam Tujuan
Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs), yang
mencakup 8 tujuan dan 18 target, mulai dari mengurangi kemiskinan, penuntasan
pendidikan dasar baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan, kesetaraan
gender, menurunkan angka kematian balita, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi
HIV/AIDS, memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta mengembangkan
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA
4.1. Keadaan Geografis
Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak antara 30 lintang utara – 30
lintang selatan dan 1240-1290 bujur timur. Maluku Utara merupakan provinsi
kepulauan yang dibatasi oleh:
- Samudra Pasifik disebelah Utara
- Laut Halmahera disebelah Timur
- Laut Maluku disebelah Barat
- Laut Seram disebelah Selatan
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan tercatat 140.366,32 km2,
yang terdiri dari luas daratan sebesar 33.413,53 km2 dan luas lautan sebesar
106.952,79 km2 . Ibukota definitif Provinsi Maluku Utara berada di Sofifi, namun
sementara ibukota berada di Ternate mengingat infrastruktur yang tersedia di Sofifi
belum memadai. Pada awal terbentuk, Provinsi Maluku Utara hanya terdiri dari 3
kabupaten/kota (2 kabupaten dan 1 kota) yaitu Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten
Halmahera Tengah, serta Kota Ternate. Seiring dengan adanya pemekaran wilayah,
saat ini Provinsi Maluku Utara terdiri dari 8 kabupaten/kota (6 kabupaten dan 2 kota),
yakni Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Kepulauan Sula, Halmahera
Utara, Halmahera Selatan, Halmahera Timur, Kota Ternate, serta Kota Tidore
Kepulauan. Dari 8 kabupaten/kota tersebut, kabupaten yang memiliki wilayah paling
wilayah terkecil adalah Kota Tidore Kepulauan. Wilayah administratif Maluku Utara
terbagi dalam 109 kecamatan dan 1.043 kelurahan yang tersebar di 8 kabupaten/kota.
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Desa di Maluku Utara
Kabupaten/Kota Luas (km2) Banyaknya Kecamatan
Banyaknya Desa/Kelurahan
Halmahera Barat 15.023,16 9 146
Halmahera Tengah 8.381,20 6 46
Kepulauan Sula 19.698,28 19 124
Halmahera Selatan 40.376,89 30 250 Halmahera Utara 24.778,62 22 260
Halmahera Timur 14.402,02 10 73
Kota Ternate 11.615,75 7 74
Kota Tidore Kepulauan 6.090,40 6 70 Provinsi Maluku Utara 140.366,32 109 1.043 Sumber : Kanwil BPN Provinsi Maluku Utara
4.2. Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu faktor yang dominan dalam proses
pembangunan, selain sebagai subyek sekaligus menjadi obyek dari pembangunan itu
sendiri. Terlebih lagi dalam era otonomi daerah sekarang ini, peran penduduk
semakin terasa pentingnya, sebab berbagai sektor sangat bergantung dari penduduk
beserta karakteristiknya. Namun jumlah peduduk yang besar tanpa dibarengi dengan
kualitas yang baik tentunya banyak masalah yang bisa ditimbulkan.
Jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2008 sebesar 959.598
jiwa. Kabupaten Halmahera Utara dengan jumlah penduduk sebesar 190.835 jiwa
merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Provinsi Maluku Utara
penduduk paling sedikit yakni 34.410 jiwa. Jumlah penduduk tiap kabupaten/kota
dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Maluku Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2005 – 2008
Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 Halmahera Barat 95.662 96.205 96.724 97.424
Halmahera Tengah 33.159 33.289 33.410 34.410 Kepulauan Sula 128.437 128.781 129.090 129.871 Halmahera Selatan 175.966 180.383 184.860 188.156 Halmahera Utara 179.221 183.277 187.375 190.835 Halmahera Timur 58.763 61.774 64.922 66.965 Kota Ternate 162.247 164.385 166.506 170.016 Kota Tidore Kepulauan 80.671 81.040 81.389 81.921 Maluku Utara 914.126 929.134 944.276 959.598 Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2009
Dari segi jumlah, penduduk di Maluku Utara terus mengalami penambahan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Maluku Utara sebanyak
914.126 jiwa sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 929.134 jiwa, dan 944.276 jiwa
pada tahun 2007, serta 959.598 pada tahun 2008. Selain kelahiran, migran masuk
juga cukup berpengaruh terhadap naiknya laju pertumbuhan penduduk di Maluku
Utara.
Persebaran penduduk antar kabupaten/kota di Maluku Utara tampak masih
belum merata, sehingga penduduk masih terpusat di beberapa kabupaten dan kota
saja. Persebaran penduduk di Maluku Utara dari tahun ke tahun masih terkonsentrasi
di Kota Ternate. Kota Ternate dengan luas daratan hanya 0,75 persen dari seluruh
luas wilayah daratan Maluku Utara, dihuni oleh sekitar 18 persen Penduduk Maluku
daratan cukup luas di bandingkan kabupaten/kota yang lain yaitu 19,47 persen, dihuni
hanya 6,98 persen dari total penduduk Maluku Utara. Masalah persebaran penduduk
yang kurang merata di setiap daerah perlu segera mendapat perhatian yang serius.
Semakin merata persebaran penduduk tentunya semakin meminimalkan
permasalahan kependudukan yang akan mungkin ditimbulkan seandainya penduduk
hanya terkonsentrasi pada satu daerah saja, seperti pengangguran, kemiskinan,
kriminalitas tinggi dan lain sebagainya.
4.3. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi Maluku Utara ditunjukkan melalui peran setiap sektor
terhadap total PDRB. Peran tersebut mencerminkan kemampuan setiap sektor dalam
menciptakan barang dan jasa dalam rangka pembentukan nilai tambah. Informasi ini
penting bagi perencana pembangunan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi mana
yang menjadi pemompa perekonomian Maluku Utara.
Tabel 4.3. Struktur Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2006-2008 (Persen)
Sektor Ekonomi
Tahun
2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4)
Pertanian 37,86 37,50 39,47
Pertambangan & Penggalian 4,59 4,87 5,04
Industri Pengolahan 13,77 13,40 12,11
Listrik & Air Bersih 0,65 0,65 0,63
Bangunan 2,10 2,16 2,31
Perdagangan, Hotel & Restoran 22,21 22,48 21,94
Pengangkutan & Komunikasi 8,25 8,50 8,38
Keuangan, Persewaan & Jasa Perushaan 3,20 3,27 3,41
Jasa-Jasa 7,38 7,18 6,72
Total 100,00 100,00 100,00
Dalam kurun waktu 2006-2008 struktur perekonomian Maluku Utara masih
didominasi tiga sektor besar yaitu Sektor Pertanian dengan kontribusi rata-rata
sebesar 38,28 persen pertahun, Sektor Perdagangan Hotel & Restoran rata-rata
sebesar 22,21 persen, dan Sektor Industri Pengolahan 13,09 persen. Dalam kurun
waktu tersebut kontribusi sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan,
sedangkan kontribusi sektor industri cenderung mengalami penurunan yang
disebabkan oleh tutupnya dua industri besar di Maluku Utara. Perkembangan peran
masing-masing sektor dari tahun 2006 hingga 2008 dapat diamati pada Tabel 4.3.
4.4. Perkembangan Ekspor Luar Negeri
Perkembangan ekspor Maluku Utara selama periode 2005-2007 relatif terus
membaik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ekspor setiap tahunnya. Selama
periode 2005-2007 terjadi peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 68,96
persen per tahun, nilai ekspor pada tahun 2005 mencapai US$ 152,14 juta atau naik
31,64 persen dari tahun 2004 (US$ 115,57 juta). Pada tahun 2006 total ekspor
mengalami kenaikan sebesar 29,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan
nilai ekspor mencapai US$ 197,40 juta, Peningkatan ini juga terjadi pada tahun 2007
dengan nilai ekspor mencapai US$ 484,63 juta. Namun pada tahun 2008, nilai ekspor
Maluku Utara mengalami penurunan sebesar 23,19 persen menjadi US$ 372,26 juta.
Penurunan ini disebabkan adanya krisis keuangan global yang memaksa
negara-negara tujuan ekspor Maluku Utara menurunkan permintaan terhadap
Tabel 4.4. Perkembangan Nilai Ekspor Maluku Utara Tahun 2005-2008 (US $)
Komoditi Tahun
2005 2006 2007 2008
Bahan Tambang 116.083.497 159.504.446 468.030.112 371.434.203
Hasil Perikanan 1.127.145 766.951 524.995 151.194
Hasil Kayu 34.316.130 36.024.755 11.886.152 -
Kimia Organik 96.566 - 4.184.635 -
Lain-lain 513.756 1.105.920 557 673.978
Jumlah 152.137.094 197.402.072 484.626.451 372.259.375
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2009
Bila melihat perkembangan ekspor menurut komoditi, ekspor Maluku Utara
didominasi oleh komoditi pertambangan. Komoditi ini dalam tiga tahun terakhir
(2005-2007) mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, pada tahun 2005 nilai
ekspor komoditi pertambangan mencapai US$ 116,08 juta. Kemudian tahun 2006
mengalami peningkatan sebesar 37,40 persen, begitu juga pada tahun 2007 nilai
ekspor komoditi pertambangan Maluku Utara melonjak tajam hingga mencapai US$
468,03 juta. Pertumbuhan yang cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir ini
dimungkinkan karena Maluku Utara memiliki wilayah-wilayah yang merupakan
penghasil tambang yang cukup potensial baik yang telah dieksploitasi maupun yang
baru dieksplorasi, sebut saja Halmahera Tengah dan Halmahera Timur sebagai daerah
penghasil Nikel, Halmahera Utara sebagai daerah penghasil emas serta beberapa
daerah lainnya. Besarnya produksi komoditi tambang di Maluku Utara membawa
imbas langsung pada besarnya nilai ekspor Maluku Utara. Namun di tahun 2008,
adanya krisis ekonomi global berdampak kepada penurunan nilai ekspor hasil
Komoditi ekspor andalan Maluku Utara selanjutnya adalah komoditi
perikanan. Dalam rentang tahun 2005 – 2008, perkembangan ekpor perikanan
Maluku Utara terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 nilai ekspor perikanan
Maluku Utara mencapai US$ 1,13 juta, kemudian pada tahun 2006 nilai ekspor
perikanan mengalami penurunan sebesar 31,96 persen dari US$ 1,13 juta pada tahun
2005 menjadi US$ 0,77 juta pada tahun 2006. Kondisi ini berlanjut pada tahun 2007
dan 2008, dimana nilai ekspor perikanan Maluku Utara hanya sebesar US$ 0,52 juta
pada tahun 2007 serta US$ 0,15 juta pada tahun 2008. Penurunan nilai ekspor
perikanan dalam beberapa tahun terakhir ini tentunya menjadi pertanyaan besar bagi
kita semua, apakah benar produksi perikanan Maluku Utara mengalami kemunduran,
atau ada hal-hal lain seperti ilegal fishing.
Komoditi selanjutnya yang menjadi ekspor andalan Maluku Utara, adalah
komoditi kayu. Dalam empat tahun terakhir (2005 – 2008) ekspor komoditi ini
mengalami pasang surut. Pada tahun 2005 ekspor komoditi kayu Maluku Utara
sebesar US$ 34,32 juta. Komoditi ini pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar
4,98 persen. Namun seiring dengan tutupnya beberapa perusahaan kayu serta adanya
pembatasan penebangan hasil hutan, ekspor komoditi kayu pada tahun 2007
mengalami penurunan sebesar 67 persen. Kondisi ini berlanjut di tahun 2008, dimana
pada tahun ini tidak ada ekspor komoditi kayu.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, maka selama empat tahun terakhir
(2005 – 2008) sebaran ekspor Maluku Utara ke negara-negara tujuan ekspor tidak
ekspor utama relatif tetap. Pada tahun 2008, Jepang (kontribusi 41,77 persen), China
(33,48 persen), serta Ukraina (16,36 persen) masih menjadi gantungan utama ekspor
Maluku Utara.
Tabel 4.5. Nilai Ekspor Maluku Utara Menurut Negara Tujuan Tahun 2005-2008 (US $)
Negara 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Jepang 89.590.332 97.063.264 158.760.879 155.487.433
China - 19.741.689 147.249.214 124.646.188
Ukraina 8.206.757 25.961.572 96.034.617 60.902.144
Yunani - 3.794.323 41.790.860 21.438.295
Australia 6.954.791 13.666.904 21.806.962 4.317.423
Amerika Serikat 220.828 18.577.419 3.329.602 -
Lainnya 47.164.386 18.596.901 15.654.317 5.467.892
Total 152.137.094 197.402.072 484.626.451 372.259.375
Sumber :BPS Provinsi Maluku Utara, 2009
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Perekonomian Provinsi Maluku Utara 5.1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada periode 2000-2008
menunjukkan tren positif yang ditandai dengan peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi setiap tahunnya. Pada periode 2000-2001, dimana pada masa tersebut
Provinsi Maluku Utara baru beberapa tahun terbentuk, laju pertumbuhan ekonominya
hanya 1,67 persen. Pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara
terus meningkat dimana pada tahun 2002 tumbuh sebesar 2,44 persen, namun di
tahun 2004 telah mencapai 4,70 persen. Sedangkan pada tahun 2005, meskipun
perekonomian mengalami guncangan akibat naiknya harga BBM sebanyak dua kali
yaitu pada bulan Maret dan Oktober sebesar 24 persen, namun dampaknya terhadap
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tidak begitu signifikan, hal tersebut disebabkan
karena pencabutan subsidi pemerintah terhadap BBM dialihkan terhadap kebutuhan
yang bersifat primer seperti disalurkan untuk dana pendidikan, kesehatan, program
raskin, BLT sehingga hal tersebut dapat menggantikan kebutuhan masyarakat yang
bersifat pokok. Pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mencapai 5,11
persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa terpaan atas kenaikan BBM tidak begitu
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Sepanjang periode 2000-2008, pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2007