BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Penelitian sebelumnya akan memperlihatkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian setelahnya. Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Pemimpin terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT Aneka Warna Indah” akan dibandingkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan judul di atas. Berikut adalah hasil penelitian sebelumnya yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya (State of the Art) 1.
Judul Penelitian
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kedisiplinan terhadap Motivasi Kerja Guru di Perguruan Setia Bhakti Tangerang.
Peneliti Erni Murniati
Tahun 2012
Variabel yang Terkait
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas (X1) dan kedisiplinan sebagai variabel bebas (X2), motivasi kerja guru sebagai variabel terikat (Y)
Hasil/Temuan Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru di perguruan Setia Bhakti yang terlihat dari koefisien korelasi 0,737. Juga terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel kedisiplinan dan motivasi kerja guru di perguruan Setia Bhakti yang terlihat dari koefisien korelasi 0,628. Terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan kedisiplinan secara bersama-sama dengan motivasi kerja guru ditunjukkan oleh koefisien korelasi ganda
sebesar 0,764 yang berarti tergolong hubungan yang kuat. Jadi dapat dilihat bahwa motivasi kerja guru dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah dan kedisiplinan dalam hubungannya.
Persamaan Penelitian ini meneliti hubungan dari variabel yang diduga memiliki hubungan terhadap variabel motivasi. Teknik pengambilan sampel juga menggunakan sampel random. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada responden dan kuesioner disusun berdasarkan skala likert. Pada analisis data juga digunakan uji validitas
dengan menggunakan Pearson Product Moment, uji reabilitas
menggunakan Alpha Cronbach, dan uji normalitas menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov.
Perbedaan Penelitian ini menggunakan koefisien korelasi ganda dan analisis regresi berganda karena terdiri dari variabel X1 dan X2 serta variabel Y, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan koefisien korelasi dan analisis regresi linier sederhana karena hanya terdiri dari variabel X dan Y. Selain itu, penelitian ini menggunakan uji homogenitas dan penelitian yang akan dilakukan tidak menggunakan uji tersebut. Populasi penelitian ini adalah guru tetap di Perguruan Setia Bhakti yang berjumlah 108 orang dan sampel yang diambil sebanyak 40 orang. Sedangkan populasi pada penelitian yang akan dilakukan adalah karyawan PT Aneka Warna Indah yang berjumlah 116 orang dan sampel yang diambil sebanyak 90 orang.
2.
Judul Penelitian
Hubungan Kepuasan Komunikasi Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT Srikandi Plastik Sidoarjo.
Peneliti Fendi Tahjudin Nor
Tahun 2013
Variabel yang Terkait
Kepuasan komunikasi organisasi sebagai variabel bebas (X) dan motivasi kerja sebagai variabel terikat (Y)
Hasil/Temuan Terdapat hubungan antara kepuasan komunikasi organisasi dengan motivasi kerja karyawan pada PT. Srikandi Plastik, dengan nilai signifikansi kurang dari 0.05. Hubungan antara kepuasan komunikasi organisasi dengan motivasi kerja bernilai positif dan menunjukkan keterikatan yang sangat kuat didasari nilai koefisien korelasi sebesar 0.852, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kepuasan komunikasi organisasi dengan motivasi kerja. Nilai tersebut menunjukkan hubungan variabel kepuasan komunikasi organisasi dengan variabel motivasi kerja karyawan sangat kuat, apabila kepuasan komunikasi organisasi berjalan dengan baik maka motivasi kerja karyawan dapat maksimal, begitu pula sebaliknya bila kepuasaan komunikasi organisasi berjalan dengan buruk maka motivasi kerja karyawan akan menurun.
Persamaan Penelitian ini meneliti hubungan dari salah satu variabel yang diduga memiliki hubungan terhadap variabel motivasi. Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan kuesioner. Untuk melakukan analisis, teknik yang juga digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan uji korelasi.
Perbedaan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode eksplanasi-asosiatif dan pengumpulan data lainnya menggunakan wawancara, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan tidak menggunakan wawancara.
3.
Judul Penelitian
Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT Excel Utama Indonesia Karawang.
Peneliti Puji Isyanto, Sungkono, Cynthia Desriani
Tahun 2013
Variabel yang Terkait
Pengembangan karir sebagai variabel bebas (X) dan motivasi kerja sebagai variabel terikat (Y)
Hasil/Temuan Terdapat pengaruh kuat sebesar 0,694 antara pengembangan karir dan motivasi kerja karyawan PT Excel Utama Indonesia Karawang yang didapat dari analisis korelasi. Pada uji hipotestis, t hitung 8,068 > dari t tabel 1,667 yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengembangan karir dengan motivasi kerja karyawan PT Excel Utama Indonesia Karawang. Jadi pengembangan karir berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan PT Excel Utama Indonesia Karawang, dengan nilai koefisien determinasi sebesar 49%, yang artinya pengaruh pengembangan karier terhadap motivasi kerja karyawan adalah 49% sedangkan sisanya adalah 51% yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Persamaan Penelitian ini meneliti pengaruh dari salah satu variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel motivasi. Metode analisis yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah validitas, reabilitas, korelasi, koefisien determinasi. Teori motivasi yang digunakan menjadi indikator pada penelitian ini juga berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham H. Maslow.
Perbedaan Variabel X penelitian ini adalah pengembangan karir, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah komunikasi interpersonal. Pada uji reabilitas, rumus yang digunakan adalah Spearman Brown, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan Alpha Cronbach.
4.
Judul Penelitian
Impact of Employee Motivation on Performance (Productivity) In Private Organization.
Sumber: Seventh Sense Research Group (http://www.internationaljournalssrg.org/) Peneliti Nupur Chaudhary, Bharti Sharma
Tahun 2012
Variabel yang Terkait
Motivasi karyawan sebagai variabel bebas (X) dan kinerja (produktivitas) sebagai variabel terikat (Y)
Hasil/Temuan Hubungan karyawan dengan atasan menemukan hasil 48,15% yang diperoleh dari 26 responden. Laporan menunjukkan bahwa atasan memiliki hubungan yang sangat baik dengan karyawan, semua masalah terkait karyawan secara langsung meningkatkan manajemen puncak serta hubungan dengan karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan percaya dengan keputusan manajemen puncak. Komunikasi dengan atasan juga memperoleh hasil baik dengan 24 responden atau 44,44 % dan hanya 5 responden atau 9,26 % yang terdaftar buruk dalam komunikasi. Dukungan pengembangan karir dari manajemen tercatat sangat baik dengan 24 responden atau 44,45 %. Studi menunjukkan bahwa motivasi karyawan memiliki dampak langsung pada kinerja .
Persamaan Metode untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Untuk menguji keabsahan setiap item pertanyaan yang dalam kuesioner digunakan uji validitas dan reabilitas.
Perbedaan Penelitian ini tidak membahas komunikasi interpersonal secara mendalam. Motivasi karyawan sebagai variabel bebas (X) dan pada penelitian yang akan dilakukan motivasi kerja sebagai variabel terikat (Y).
5.
Judul Penelitian
The Effect of Interpersonal Communication, Organizational Culture, Job Satisfaction, and Achievement Motivation to Organizational Commitment of State High School Teacher in the District Humbang Hasundutan, North Sumatera, Indonesia.
Sumber: International Journal of Humanitities and Social Science (IJHSS) (http://www.ijhssnet.com/)
Peneliti Tiur Asi Siburian
Tahun 2013
Variabel yang Terkait
Komunikasi interpersonal sebagai variabel bebas (X1), budaya organisasi sebagai variabel bebas (X2), kepuasan kerja sebagai variabel bebas (X3), motivasi berprestasi sebagai variabel bebas (X4) dan komitmen organisasi sebagai variabel terikat (Y)
Hasil/Temuan Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh langsung dari komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru dengan koefisien path 0,747 , pengaruh langsung komunikasi interpersonal terhadap komitmen organisasi guru dengan koefisien path 0,259 , pengaruh langsung budaya organisasi terhadap motivasi prestasi dengan koefisien path 0,90. Maka , ada efek langsung budaya organisasi terhadap komitmen organisasi guru dengan koefisien path 0,233 , pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi guru dengan koefisien path 0,213 , dan pengaruh langsung motivasi prestasi pada komitmen organisasi guru dengan koefisien path 0,251. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan komunikasi interpersonal yang efektif, budaya organisasi, kepuasan kerja, dan motivasi prestasi yang tinggi, maka akan semakin tinggi komunikasi interpersonal guru SMA di Kabupaten Humbang Hasundutan. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan komitmen, harus meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal, budaya organisasi, kepuasan kerja, dan motivasi prestasi.
Persamaan Instrumen penelitiannya juga menggunakan kuesioner dengan skala likert. Pengembangan instrumen penelitian juga dilakukan dengan uji validitas dan realibilitas.
Perbedaan Penelitian ini menggunakan 4variabel X yaitu komunikasi interpersonal (X1), budaya organisasi (X2), kepuasan kerja (X3), dan motivasi berprestasi (X4), sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan 1 variabel X yaitu komunikasi interpersonal. Selain itu pada penelitian ini, variabel Y nya adalah komitmen organisasi dan pada penelitian yang akan dilakukan variabel Y nya adalah motivasi kerja. Penelitian ini menggunakan analisis koefisien path, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan tidak digunakan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komunikasi
2.2.1.1 Pengertian Komunikasi
Stuart dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi menyatakan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya communis adalah communico yang artinya berbagi (Vardiansyah, 2004: 3).
Dalam buku Pengantar Teori Komunikasi, Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut:
“Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha
berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti pada uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima
atau pemberi komunikasi memiliki pengertian
(pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006: 2).
Dari pengertian tersebut, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna suatu pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Apabila penerima pesan mengerti tentang sesuatu yang disampaikan pengirim pesan kepadanya, maka komunikasi berlangsung dan hubungan diantara keduanya bersifat komunikatif, tetapi sebaliknya jika pesan yang disampaikan tidak dimengerti oleh si penerima pesan, maka komunikasi tidak berlangsung dan hubungan tidak bersifat komunikatif.
Intinya definisi komunikasi menurut Schramm
cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan
komunikasi yang terjadi antar pelaku komunikasi. Menurutnya, komunikasi benar-benar efektif apabila penerima pesan, pengertian, dan lainnya persis sama dengan apa yang dikehendaki penyampai pesan.
Dan Brent D. Ruben mengemukakan komunikasi sebagai suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan
dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan
menggunakan informasi untuk mengkoordinasi
lingkungannya dengan orang lain (Muhammad, 2014: 3). Jadi definisi komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses yaitu aktivitas yang memiliki beberapa tahap yang terpisah satu sama lain tetapi berhubungan.
Dalam konteks ilmu komunikasi sering dijelaskan tentang dua bentuk komunikasi yang sering terjadi, yaitu: a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan (Muhammad, 2014: 95).
b. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, dan sentuhan (Muhammad, 2014: 130).
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi
Menurut Effendy (2007: 8) setiap proses
komunikasi yang dilakukan, pasti memiliki tujuan. Adapun tujuan – tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Perubahan sikap (to change the attitude)
2. Perubahan pendapat/opini/pandangan (to change the opinion)
3. Perubahan perilaku (to change behavior) 4. Perubahan sosial (to change the society) 2.2.1.3 Fungsi Komunikasi
William L. Gorden (Mulyana, 2007: 5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan. Jelas bahwa komunikasi dapat memupuk hubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendiri ataupun dalam kelompok. Komunikasi ini tidak bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Seperti perasaan sayang, rindu, gembira, sedih, perihatin, takut, marah, dan lain-lain. 3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai tujuan umum
yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong,
mengubah sikap, keyakinan, dan perilaku. Komunikasi yang berfungsi memberitahu atau menerangkan yang mengandung makna persuasif dalam arti pembicara
menginginkan pendengar mempercayai bahwa informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi berkaitan dengan hal-hal yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang.
2.2.2 Public Relations
2.2.2.1 Definisi Public Relations
Public Relations memiliki berbagai macam cara dalam mengkomunikasikan sebuah pesan. Public Relations berperan dalam kepentingan setiap organisasi, baik yang bersifat komersial maupun non-komersial. Sebenarnya, Public Relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi dengan publiknya baik dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut (Jefkins, 2007: 2).
Fungsi Public Relations terjadi antara organisasi dengan publiknya baik didalam maupun diluar lingkungan organisasi yang juga dikatakan oleh Broom yang menyatakan bahwa “Public relations is the discipline which looks after reputation, with the aim of earning understanding and support and influencing opinion and behavior. It is the planned and sustained effort to establish and maintain goodwill and mutual understanding between an organization and its public” (Broom, 2009: 25)
Maka dapat dikatakan bahwa Public Relations merupakan serangkaian kegiatan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal, yang dapat dilakukan didalam maupun diluar lingkungan organisasi. Berdasarkan penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa Public Relations juga turut berperan dalam segala komunikasi interpersonal yang terjadi
di dalam perusahaan, begitupun dalam membina hubungan positif yang terjadi antara pemimpin dengan karyawan.
2.2.2.2 Fungsi Public Relations
Public Relations memiliki berbagai fungsi dan berikut adalah fungsi Public Relations (Newson, 2007: 12):
1. Untuk mengontrol publik dengan mengarahkan apa yang orang pikirkan atau lakukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan dari sebuah institusi.
2. Untuk merespon reaksi publik terhadap perkembangan, masalah atau inisiatif orang lain.
3. Untuk mencapai hubungan saling benefivial antara semua publik yang dimiliki sebuah institusi, dengan meningkatkan perubahan harmonisasi dikalangan masyarakat lembaga tersebut (termasuk kelompok-kelompok seperti karyawan, konsumen, pemasok, dan produsen).
2.2.2.3 Peran Public Relations
Selain memiliki fungsi, Public Relations juga memiliki peran, dimana dalam peranannya menurut Hendrix, Public Relations membantu mencapai keputusan dan berfungsi lebih efektif dengan memberikan kontribusi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok dan lembaga.
Hendrix juga menambahkan bahwa Public Relation juga melayani berbagai macam lembaga dalam masyarakat seperti perusahaan, serikat pekerja, instansi pemerintah, asosiasi sukarela, yayasan, rumah sakit, dan lembaga pendidikan dan keagamaan. Untuk mencapai tujuan, lembaga-lembaga ini harus mengembangkan hubungan yang efektif dengan banyak publik yang berbeda seperti karyawan, anggota, pelanggan, komunitas lokal, pemegang saham, dan lembaga lainnya, dan dengan masyarakat luas. (Hendrix, 2007: 3).
Broom mendefinisikan “Public Relations takes many forms in different organizations and comes under many titles, including public informations, investor relations, public affairs, corporate communication, marketing or customer relations. To add to all the confusion, not all of these titles always relate accurately to public relations, but all of them cover at least part of what public relations is.
At it’s best, public reations not only tells an organization’s story to it’s publics, it also helps to shape the organization and the way it works.” (Broom, 2009: 25)
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Public Relations adalah membangun hubungan yang positif diantara karyawan, pimpinan perusahaan, pemegang saham, serta lingkungan eksternal perusahaan.
2.2.3 Komunikasi Interpersonal
2.2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang membutuhkan pelaku lebih dari satu orang. Komunikasi interpersonal menurut Kathleen S. Verderber merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna (Budyatna & Ganiem, 2013: 14). Lebih lanjut ia menjelaskan sebagai berikut:
1. Pertama, komunikasi interpersonal sebagai proses. Proses merupakan rangkaian sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi dari waktu ke waktu atau berulang kali.
2. Kedua, komunikasi interpersonal bergantung kepada makna yang diciptakan oleh pihak yang terlibat.
3. Ketiga, melalui komunikasi interpersonal kita menciptakan dan mengelola hubungan kita. Tanpa komunikasi hubungan tidak akan terjadi. Hubungan dimulai atau terjadi apabila anda pertama kali berinteraksi dengan seseorang.
Beberapa pengertian komunikasi interpersonal; menurut beberapa ahli lainya adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2008: 81)
2. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung di alam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004: 32)
Jadi komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih yang disertai dengan efek atau umpan balik.
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan sebagai
komunikasi yang paling efektif karena feedback yang cepat diberikan dan jika komunikasi berlangsung dengan tatap muka dapat melihat feedback berupa komunikasi non verbal. 2.2.3.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Adapun tujuan dari komunikasi interpersonal adalah (Purwanto, 2006):
a. Menyampaikan informasi kepada orang lain. b. Berbagi pengalaman kepada orang lain. c. Menumbuhkan simpati.
d. Melakukan kerja sama. e. Membangkitkan motivasi.
2.2.3.3 Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Richard L Weaver II menyebutkan karakteristik-karakteristik komunikasi interpersonal. Menurutnya
terdapat delapan karakteristik dalam komunikasi
interpersonal (Budyatna & Ganiem, 2013: 15), yaitu: a. Melibatkan paling sedikit dua orang.
b. Adanya umpan balik atau feedback. c. Tidak harus tatap muka.
d. Tidak harus bertujuan.
e. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect.
f. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata (komunikasi non verbal).
g. Dipengaruhi oleh konteks. Konteks meliputi: jasmaniah, sosial, historis, psikologis, keadaan kultural yang mengelilingi peristiwa komunikasi.
h. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan dapat bersifat eksternal , internal, atau semantik.
2.2.3.4 Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Devito (2011: 286-290) mengatakan bahwa
efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
a. Keterbukaan (Openess)
Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator
interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk
membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
anda lontarkan adalah milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. b. Empati (Empathy)
Henry Backrack mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Berempati
adalah merasakan sesuatu seperti orang yang
mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kekuatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap Mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif. (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
d. Sikap Positif (Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam
komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi interaksi.
e. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar ada
dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.
2.2.4 Motivasi Kerja
2.2.4.1 Pengertian Motivasi Kerja
Rivai (2005: 455) menyatakan bahwa “Motivasi
adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu”. Sikap dan nilai tersebut merupakan sesuatu yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan menurut Chung dan Meggison
“Motivation is defined as/goal-directed behavior. It concerns the level of effort one exerts in pursuing a goal … it’s closely performance” (Fahmi, 2013: 107). Jadi, motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar tujuan tertentu. Motivasi sendiri memiliki kaitan yang erat dengan kepuasan dan performansi pekerjaan.
Di sisi lain menurut Stokes, “Motivasi kerja adalah pendorong bagi seseorang untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, juga merupakan faktor yang membuat perbedaan antara sukses dan gagalnya dalam banyak hal dan merupakan tenaga emosional yang sangat penting untuk suatu pekerjaan baru” (Kadarisman, 2012: 278). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah keadaan yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan
pekerjaannya dengan giat dan lebih baik sesuai tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya.
2.2.4.2 Bentuk – Bentuk Motivasi
Setiap individu memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam memacu dan menumbuhkan semangat dalam bekerja. Spirit yang dimiliki seseorang dapat bersumber dari dirinya sendiri maupun dari luar, dimana kedua bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama ikut menjadi pendorong motivasi seseorang (Fahmi, 2013: 107).
Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu: 1. Motivasi ekstrinsik (dari luar), dan
2. Motivasi intrinsik (dari dalam diri
seseorang/kelompok)
Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang yang selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi pada dirinya untuk mengubah seluruh sikap yang dimiliki saat ini ke arah yang lebih baik. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul, tumbuh, dan berkembang
dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya
Gambar 2.1. Bentuk Dasar Motivasi
2.2.4.3 Teori Motivasi Hierarki Kebutuhan (Maslow)
Teori hierarki kebutuhan ini berdasarkan bahwa manusia merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas dan alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhan-kebutuhan lain yang berjenjang. Untuk itu, hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow dalam buku Teori Motivasi dan Aplikasinya (Siagian, 2012: 146) adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan fisiologis merupakan hierarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum, rumah, oksigen, tidur dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan ini meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya, dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
c. Kebutuhan sosial (social needs)
Meliputi kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama.
Apa yang anda lakukan? Motivasi Kekuatan Motivasi Apa yang mereka lakukan?
d. Kebutuhan penghargaan (esteem needs)
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas faktor kemampuan dan keahlian seseorang serta efektivitas kerja seseorang.
e. Kebutuhan aktualitas diri (self actualization needs) Aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan akan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.
Gambar 2.2. Hierarki Kebutuhan Menurut Teori Abraham H. Maslow
Sumber: Fahmi, 2013, hal. 113 2.2.4.4 Langkah – Langkah Memotivasi
Sunyoto (2013: 9) menyatakan bahwa dalam memotivasi karyawan, ada beberapa petunjuk atau langkah – langkah yang perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin, yaitu:
a. Pemimpin harus tahu apa yang harus dilakukan oleh bawahan.
b. Pemimpin harus berorientasi kepada kerangka acuan orang.
c. Tiap orang berbeda – beda di dalam memuaskan kebutuhan.
d. Setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi karyawan.
e. Pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam
berbagai bentuk.
f. Pemimpin harus berbuat dan berlaku realistis. 2.2.4.5 Tujuan Pemberian Motivasi Kerja
Tujuan pemberian motivasi kerja kepada karyawan antara lain (Sunyoto, 2013: 10) :
a. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan. b. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
c. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
d. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. f. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan. g. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
h. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan diamati dan dianalisa mengenai pola komunikasi interpersonal pemimpin pada PT Aneka Warna Indah. Melalui analisa pola komunikasi tersebut, dapat diketahui efektivitas komunikasi interpersonal pemimpin yang terjadi di dalam perusahaan PT Aneka Warna Indah. Selanjutnya melalui analisa tersebut juga dapat diambil kesimpulan dan dapat memberikan saran yang membangun agar pola komunikasi interpersonal pemimpin pada PT Aneka Warna Indah dapat semakin berperan untuk meningkatkan motivasi kerja para karyawannya. Dan berikut ini adalah konsep kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 2.3. Konsep Kerangka Pemikiran Variabel X Komunikasi Interpersonal • Keterbukaan (openness) • Empati (empathy) • Sikap Mendukung (supportiveness) • Sikap Positif (positiveness) • Kesetaraan (equality) Variabel Y Motivasi Kerja • Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
• Kebutuhan rasa aman
(safety needs)
• Kebutuhan sosial (social needs)
• Kebutuhan penghargaan
(esteem needs)
• Kebutuhan aktualitas diri (self actualization needs) Fenomena Pengaruh Komunikasi Interpersonal Pemimpin terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT Aneka Warna Indah
Metode Analisis Kuantitatif Digunakan untuk menganalisa hubungan
dan pengaruh antara komunikasi interpersonal pemimpin terhadap motivasi kerja
karyawan pada PT Aneka Warna Indah
Hipotesis Ho : r = 0 Ha : r 0 Hasil Penelitian Simpulan dan Saran (Devito, 2011: 286) (Siagian, 2012: 146)