• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Skripsi. Oleh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Skripsi. Oleh."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Skripsi

Oleh Ekha Oktharia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017

(2)

Ekha Oktharia

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

EKHA OKTHARIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik, tanggapan guru, dan tanggapan siswa terhadap instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Metode penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah dengan melakukan analisis kebutuhan yang teridiri dari studi pustaka dan studi lapangan, pengembangan produk, uji coba lapangan awal, dan revisi hasil uji coba instrumen asesmen pengetahuan. Instrumen penelitian ini adalah pedoman

wawancara analisis kebutuhan, instrumen validasi ahli, angket tanggapan guru dan siswa. Karakteristik asesmen yang dikembangkan yaitu asesmen untuk mengukur ranah pengetahuan siswa berupa tes tertulis sebanyak 10 soal uraian. Asesmen yang dikembangkan tersebut dirancang khusus untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen asesmen ini dapat dijadikan acuan atau referensi bagi guru untuk melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran kimia, dengan persentase tanggapan

(3)

Ekha Oktharia

guru pada aspek keterbacaan, konstruksi, dan kesesuaian isi materi sebesar 100%, 90%, dan 100%, serta tanggapan siswa pada aspek keterbacaan sebesar 85,83%. Uji validitas instrumen asesmen memiliki nilai r hitung > r tabel product moment sehingga instrumen asesmen dikategorikan valid. Uji reliabilitas instrumen asesmen bernilai 0,773 sehingga dikategorikan tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah instrumen asesmen yang dikembangkan valid dan layak digunakan.

(4)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

EKHA OKTHARIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandarlampung pada tanggal 11 Oktober 1995 dan merupakan anak pertama Bapak Yudi Arperi (almarhum) dan Ibu Siti Maryamah. Pendidikan formal diawali pada tahun 2000 di TK Al-Azhar 6 Jatimulyo, kemudian

melanjutkan studi di SD Negeri 2 Jatimulyo pada tahun 2001, setelah itu

melanjutkan studi di SMP Negeri 19 Bandarlampung pada tahun 2007, dan pada tahun 2010 melanjutkan studi di SMA Negeri 9 Bandarlamung.

Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Tes SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah terdaftar di Himpunan Mahasiswa Pendidikan Esakta (Himasakta) FKIP UNILA. Tahun 2014 dan 2015 penulis mendapat Beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik. Tahun 2016 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata–Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di MAMa’arif Bangun Rejo, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah.

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya ucapkan atas ilmu, rahmat, dan hidayah dari Allah SWT yang telah diberikan sehingga skripsi ini bisa dipersembahkan teruntuk :

IBU dan AYAH TERSAYANG yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tiada hentinya kepada saya, yang selalu memanjatkan doa-doa indahnya demi kesuksesan saya, yang selalu memberikan nasihat-nasihat yang

bermanfaat untuk kebaikan saya

Adik-adik tersayang terimakasih karena selalu memberikan senyum, dukungan, canda tawa, dan kebahagiaan.

Keluarga tercinta, terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan.

Rekan dan sahabat yang selalu ada disaat senang maupun duka, terima kasih atas doa dan dukungan kepada saya

(10)

MOTTO

(11)

xi

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen Pengetahuan Berbasis Problem Solving Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit” sebagai salah satu syaratuntuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah untuk uswatun hasanah, nabiyallah, Muhammad SAW, seorang murabbi terbaik sepanjang masa yang semoga kita memperolehsyafa’atnya pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah SWT.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah mem-berikan motivasi, saran, kesediaannya, kesabarannya dalam memmem-berikan bimbingan, pengarahan, dan masukan selama proses penyusunan skripsi.

(12)

xii

5. Ibu Emmawaty Sofia, S.Si., M.Si., selaku pembimbing II yang telah

memberikan motivasi, saran, kesediaannya, kesabarannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan selama proses penyusunan skripsi. 6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku pembahas yang telah bersedia untuk

memberikan kritik, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi. 7. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Kimia Universitas Lampung, serta Kepala

Sekolah, Wakil Kurikulum, Guru Kimia, Staff TU, dan siswa SMA Negeri 13 Bandarlampung.

8. Ayahanda Yudi Arperi (almarhum), Ibunda Siti Maryamah, Dwi Eva

Anggraini dan Shela Atika Dewi selaku keluarga yang telah memberikan doa, semangat, dan inspirasi dalam menyelesaikan studi di Pendidikan Kimia. 9. Terima kasih kepada Putri Lestari atas segala bantuannya dalam

menyelesaikan studi di Pendidikan Kimia

10. Rekan se-Tim Fitri Febriyanti dan Elsie Tiara Pramesti, sahabat-sahabatku Nisa, Lezy, Novita, Shella, Rizqa dan Iqbal, serta rekan-rekan Pendidikan Kimia 2013 yang telah memberikan saran, dukungan, motivasi dan doanya selama proses penyusunan skripsi. Penulis memohon maaf atas segala khilaf yang menyakiti. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, 16 Juni 2017 Penulis,

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJUAUAN PUSTAKA A. Pengembangan ... 8

B. Pengertian Asesmen... 9

C. Tujuan Asesmen... 10

D. Fungsi Asesmen ... 12

E. Prinsip Asesmen... 13

F. Jenis dan Teknik Asesmen... 17

G. Langkah-Langkah Asesmen... 18

H. Model Pembelajaran Problem Solving... 20

(14)

xiv

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 24

B. Subjek dan Lokasi Penelitian... 24

C. Sumber Data Penelitian... 25

D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen pada studi pendahuluan... 25

2. Instrumen validitas ahli ... 26

3. Instrumen pada uji coba lapangan awal ... 27

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Studi pendahuluan... 27

2. Pengembangan produk ... 28

3. Uji coba produk... 29

4. Revisi produk ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data... 32

G. Teknik Analisis Data... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Kebutuhan ... 40

2. Hasil Pengembangan Instrumen Asesmen Pengetahuan Berbasis Problem Solving... 41

3. Hasil Validasi Ahli... 46

4. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 49

(15)

xv

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis KI-KD ... 65 2. Silabus ... 70 3. RPP 1... 72 4. RPP 2... 81 5. Analisis Konsep... 92

6. Hasil angket analisis kebutuhan responden guru ... 93

7. Deskripsi hasil wawancara analisis kebutuhan responden guru... 96

8. Hasil angket analisis kebutuhan responden siswa ... 99

9. Deskripsi hasil wawancara analisis kebutuhan responden siswa ... 101

10. Instrumen validasi aspek keterbacaan ... 103

11. Hasil validasi aspek keterbacaan ... 106

12. Persentase dan kriteria hasil validasi aspek keterbacaan ... 108

13. Instrumen validasi aspek konstruksi ... 110

14. Hasil validasi aspek konstruksi ... 112

15. Persentase dan kriteria hasil validasi aspek konstruksi ... 113

16. Instrumen validasi aspek kesesuaian isi materi ... 114

17. Hasil validasi aspek kesesuaian isi materi... 117

18. Persentase dan kriteria hasil validasi aspek kesesuaian isi materi ... 119

19. Instrumen tanggapan aspek keterbacaan pada guru ... 121

20. Hasil tanggapan aspek keterbacaan pada guru ... 124

21. Persentase dan kriteria hasil tanggapan aspek keterbacaan pada guru. 126 22. Instrumen tanggapan aspek konstruksi pada guru... 128

23. Hasil tanggapan aspek konstruksi pada guru ... 130

24. Persentase dan kriteria hasil tanggapan aspek konstruksi pada guru ... 131

25. Instrumen tanggapan aspek kesesuaian isi materi pada guru ... 132

26. Hasil tanggapan aspek kesesuaian isi materi pada guru... 135

27. Persentase dan kriteria hasil tanggapan aspek kesesuaian isi materi pada guru ... 137

28. Instrumen respon aspek keterbacaan pada siswa ... 139

29. Hasil respon aspek keterbacaan pada siswa ... 142

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penskoran pada angket berdasarkan skala Likert... 34

2. Tafsiran skor (persentase) angket... 36

3. Daftar r tabel product moment... 37

4. Tafsiran reliabilitas soal... 39

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Langkah-langkah proses penilaian... 19

2. Alur penelitian pengembangan asesmen... 31

3. Hasil validasi ahli... 47

4. Perbaikan cover depan asesmen... 48

5. Hasil uji coba lapangan awal pada guru... 50

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diketahui dengan cara melakukan evaluasi pembelajaran. Dimana dalam menilai keberhasilan dari suatu proses pembelajaran diperlukan suatu alat penilaian atau instrumen penilaian. Menurut Arifin (2009), penilaian atau asesmen merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan ber-dasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.

Asesmen memegang peran yang sangat penting, karena asesmen diharapkan dapat memberikan umpan balik mengenai materi yang telah dipelajari peserta didik, efektifitas dari proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Sudijono dalam Uno dan Koni (2012) mengatakan bahwa secara umum asesmen memiliki tiga fungsi, yaitu 1) mengukur kemajuan; 2) me-nunjang penyusunan rencana; dan 3) memperbaiki atau melakukan penyempurna-an.

Dalam upaya meningkatkan kualitas asesmen, perlu diketahui bahwa ada be-berapa hal yang menjadi prinsip dalam asesmen agar guru tidak salah dalam

(19)

2

pembuatan asesmen. Prinsip-prinsip dalam asesmen, yaitu (1) asesmen harus merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran; (2) asesmen harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah; (3) asesmen harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pe-ngalaman belajar; dan (4) asesmen harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (pengetahuan, sikap, dan keterampilan)

(Depdiknas, 2009).

Mengingat pentingnya instrumen asesmen dalam penilaian, maka seorang guru sebagai pengajar dituntut untuk dapat mengembangkan instrumen penilaian yang dapat mengukur kemampuan peserta didik secara komprehensif, terutama pada ranah ilmu IPA, khususnya mata pelajaran kimia (Baehaki, 2014). Kaidah ilmu kimia, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Sebagian besar pelajaran kimia harus diajarkan dengan menyajikan fakta berupa masalah dan cara penyelesaiannya seperti pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Materi ini dapat dihubungkan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti mudahnya tersengat arus listrik jika tubuh kita basah dan penggunaan aki pada kendaraan bermotor.

Hal tersebut sesuai dengan kondisi kurikulum sekarang ini (Kurikulum 2013) yang mengharapkan siswa memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, maka asesmen yang dibuat guru diharapkan mampu mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Langkah-langkah siswa dalam memcahkan masalah sampai mendapat suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori temuan ilmuwan

(20)

3

tersebutlah yang merupakan suatu kimia sebagai proses. Maka kegiatan evaluasi yang dilakukan pun tidak hanya mencakup pengukuran produk saja tanpa me-merhatikan prosesnya.

Salah satu model pembelajaran yang menjurus kepada penemuan konsep dan pemecahan masalah adalah problem solving. Menurut Sriyono (1992), model pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini me-nuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi masalah, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah.

Berdasarkan studi lapangan dengan 5 responden guru dari 3 SMA Negeri dan 2 SMA Swasta di Bandarlampung tentang proses pembelajaran dan penilaian pada materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit diperoleh informasi bahwa semua guru sudah membuat instrumen asesmen pengatahuan dengan menggunakan bentuk soal essay sebesar 40%, bentuk soal pilihan jamak sebesar 20%, dan kombinasi antara soal essay dan pilihan jamak sebesar 40%. Dalam pembuatan instrumen penilaiannya, seluruh soal tersebut sudah sesuai dengan indikator dan 40% guru telah membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu.

Dalam pengetahuan tentang model pembelajaran problem solving, sebesar 40% guru sudah mengetahuinya. Hal tersebut dikarenakan guru belum paham dengan langkah-langkah model pembelajaran problem solving dan masih belum bisa membedakan langkah-langkah model pembelajaran lainnya yang hampir mirip dengan problem solving. Dengan demikian, seluruh guru belum pernah membuat

(21)

4

soal-soal yang berbsasis problem solving sehingga guru perlu membuat soal-soal berbasis problem solving. Namun, soal-soal tersebut belum sesuai dengan lang-kah-langkah problem solving dan belum melewati proses validasi ahli sehingga seluruh guru menyatakan bahwa perlu dikembangkannya soal-soal berbasis problem solving.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden siswa diperoleh informasi bahwa sebesar 55% siswa sudah mengetahui model pembelajaran problem solving dan sebesar 44% guru sudah mengajar menggunakan model pembelajaran problem solving. Bagi guru yang telah mengunakan model pembelajaran problem solving, siswa mengatakan bahwa sebesar 63% masalah yang diberikan berasal dari guru. Bagi guru yang tidak mengunakan model pembelajaran problem solving, siswa mengatakan bahwa sebesar 53,58% guru menggunakan metode ceramah dalam mengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa guru yang menggunakan model pembelajaran problem solving dalam melakukan penilaiannya tidak menggunakan instrumen asesmen pengatahuan yang berbasis problem solving. Hal ini didukung dari hasil studi pendahuluan dengan responden guru yang menyatakan tidak pernah membuat soal-saol yang berbasis problem solving. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian yang berjudul“PengembanganInstrumen Asesmen Pengatahuan Berbasis Problem Solving Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit”.

(22)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah karakteristik instrumen asesmen pengatahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit?

2. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap instrumen asesmen pengatahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap instrumen asesmen pengatahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembang kan asesmen pengetahuan guna :

1. Mendeskripsikan karakteristik instrumen asesmen pengatahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

2. Mendeskripsikan tanggapan guru mengenai instrumen asesmen pengatahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. 3. Mendeskripsikan tanggapan siswa mengenai instrumen asesmen pengatahuan

(23)

6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

Pengembangan asesmen ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.

2. Bagi guru

Pengembangan asesmen ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru dalam menyusun dan mengembangkan asesmen yang lebih baik untuk penilaian pembelajaran kimia, terutama asesmen berbasis problem solving. 3. Bagi sekolah

Pengembangan asesmen ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah dan mata pembelajaran lain.

4. Bagi peneliti lain

Pengembangan asesmen ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi pembuatan asesmen bagi peneliti lain terutama pembuatan asesmen berbasis problem solving.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk me-ngembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011).

(24)

7

2. Instrumen asesmen pengatahuan yang dikembangkan adalah instrumen asesmen kategori tes tertulis dengan bentuk soal uraian.

3. Asesmen berbasis problem solving adalah suatu asesmen yang dirancang guna mengoptimalkan pengukuran kemampuan berpikir, kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.

4. Karakteristik instrumen asesmen yang dikembangkan meliputi validitas, reliabilitas, keterbacaan, konstruksi, dan kesesuaian isi materi.

5. Cakupan materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Pengembangan adalah penggunaan ilmu atau pengetahuan teknis dalam rangka memproduksi bahan baru atau peralatan, produk, dan jasa yang ditingkatkan secara substansial untuk proses atau sistem baru, sebelum dimulainya produksi komersial atau aplikasi komersial, atau untuk meningkatkan secara substansial apa yang sudah diproduksi atau digunakan (Drayson, 2007).

Menurut Borg dan Gall (Sugiyono, 2010) ada sepuluh langkah dalam pelaksana-an strategi penelitipelaksana-an dpelaksana-an pengembpelaksana-angpelaksana-an, yaitu 1) penelitipelaksana-an dpelaksana-an pengumpulpelaksana-an data (research and information collecting) yang meliputi pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan dari segi nilai; 2) perencanaan (planning) dengan menyusun rencana penelitian yang meliputi ke-mampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai, desain penelitian, dan kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas; 3) pengembangan draf produk (develop preliminary form of product) meliputi pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi; 4) uji coba lapangan awal (preliminary field testing), melakukan uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba (guru dan siswa) dan selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan

(26)

9

pengedaran angket; 5) merevisi hasil uji coba (main product revision) dengan memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba; 6) uji coba lapangan (main field testing) dengan melakukan uji coba secara lebih luas pada 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 orang subjek uji coba; 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision) yaitu menyempurnakan produk hasil uji lapangan; 8) uji pelaksanaan lapangan (operational field testing), pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi terhadap 10 sampai 30 sekolah melibatkan 40 sampai 200 subjek; 9) penyempurnaan produk akhir (final product revision) yaitu penyempurnaan yang didasarkan pada masukan dari uji pelaksanaan lapangan; 10) diseminasi dan implementasi

(dissemination and implementation) yaitu melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal.

B. Pengertian Asesmen

Istilah asesmen diartikan oleh Stinggins (1994) sebagai asesmen proses, ke-majuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Wiggins (1989) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam me-monitor siswa. Linn dan Gronlund (Kusaeri dan Suprananto, 2012) mengemuka-kan bahwa asesmen merupamengemuka-kan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar peserta didik (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar. Uno dan Koni (2012) mengatakan bahwa secara umum asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang

(27)

10

menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan sekolah.

Berdasarkan lampiran Permendikbud no 66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, penilaian (asesmen) pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peseta didik. Asesmen merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk men-jelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar-nya dan tidak sekedar memberi soal peserta didik kemudian selesai, tetapi guru harus menindaklanjutinya untuk kepentingan pembelajaran dan membantu peserta didik mencapai pengembangan belajarnya secara optimal (Arifin, 2009). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Asesmen sering disebut sebagai salah satu bentuk penilaian berupa hasil proses pembelajaran siswa, sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen dalam evaluasi pembelajaran.

C. Tujuan Asesmen

Sudjana (2005) mengatakan bahwa tujuan asesmen adalah :

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pela-jaran yang ditempuh.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

(28)

11

4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, penggunaan jenis asesmen yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam mem-peroleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.

Sunarti & Rahmawati (2014) menyebutkan secara umum, tujuan asesmen adalah memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program serta kegiatan pembelajaran. Secara rinci, tujuan penilaian untuk mem-berikan: (1) informasi tentang kemajuan belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan; (2) informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupun terhadap seluruh siswa dikelas; (3) informasi yang dapat digunakan guru dan siswa untuk mengetahui tingkat ke-mampuan siswa, tingkat kesulitan, kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remidi, pendalaman atau pengayaaan; (4) motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang kemajuan dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan dan perbaikanr; (5) bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai keterampilan, minat dan kemampuannya.

Pada Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang standar asesmen dijelaskan bahwa tujuan penilaian yaitu:

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai

(29)

12

D. Fungsi Asesmen

Menurut Samosir (2013), fungsi asesmen dalam pendidikan diklasifikasikan kedalam tiga golongan, yaitu fungsi pengajaran, fungsi administratif, dan fungsi bimbingan. Fungsi pengajaran meliputi peranan asesmen dalam meningkatkan mutu proses pengajaran, pengumpulan informasi tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan instruksional, memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang dilaksanakan, dan membangkitkan motivasi belajar siswa. Fungsi administratif meliputi peranan asesmen dalam pengambilan ke-putusan yang bersifat administratif seperti penentuan kualifikasi sekolah,

pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas atau kelompok belajar, seleksi siswa baru, laporan prestasi belajar siswa pada orang tua dan penentuan kenaikan kelas serta kelulusan. Fungsi bimbingan meliputi peranan peranan asesmen dalam memberikan bimbingan dan pengarahan agar siswa dapat mengembangkan bakatnya secara maksimal.

Sudijono dalam Uno dan Koni (2012) mengatakan bahwa secara umum penilaian sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga fungsi, yaitu 1) mengukur kemajuan; 2) menunjang penyusunan rencana; dan 3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan. Uno & Koni (2012) menjelaskan fungsi penilaian adalah sebagai berikut: fungsi penilaian bagi guru adalah: (1) me-ngetahui kemajuan belajar peserta didik; (2) meme-ngetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompoknya; (3) mengetahui kelemahan-kelemahan cara belajar-mengajar; (4) memperbaiki proses belajar-mengajar, dan (5) menentukan kelulusan murid. Sedangkan bagi siswa, fungsi penilaian adalah:

(30)

13

(1) mengetahui kemampuan dan hasil belajar; (2) memperbaiki cara belajar; dan (3) menumbuhkan motivasi belajar. Bagi sekolah, fungsi penilaian adalah: (1) mengukur mutu hasil pendidikan; (2) mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah; (3) membuat keputusan kepada peserta didi; dan (4) mengadakan per-baikan kurikulum.

E. Prinsip Asesmen

Purwanto (2013) mengemukakan bahwa prinsip asesmen adalah sebagai berikut : asesmen hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif; harus dibedakan antara penskoran (score) dan asesmen (grading); dalam proses pem-berian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam patokan, yaitu pempem-berian yang non-referenced dan yang criterion referenced; kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar; asesmen harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang menghasil-kan angka-angka itu dilaksanamenghasil-kan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memiliki nilai yang sama pula, dan sistem asesmen yang diperguna-kan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri.

Pada Permendikbud No. 23 tahun 2016c tentang standar asesmen dijelaskan bahwa prinsip penilaian hasil belajar yaitu :

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;

b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;

(31)

14

d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak ter-pisahkan dari kegiatan pembelajaran;

e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengam-bilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;

g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;

h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Menurut Jihad dan Haris (2012), sistem penilaian dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai berikut :

a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi, kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik menyangkut domain kognitif, afektif, serta psikomotorik, maupun menyangkut evaluasi proses dan hasil belajar.

b. Berkelanjutan, artinya direncanakan dan dilakukan terus menerus guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik dari proses pembelajaran.

c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar dan standar kompetensinya.

d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya penilaian yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran.

Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ke-trampilan yang terkait dengan penguasaan keke-trampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya dimulai sejak Tingkat Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pen-didikan Menengah (Tim Penyusun, 2016b).

(32)

15

Pada Permendikbud No. 20 tahun 2016a, setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lulusan SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut :

 Dimensi sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME; berkarakter, jujur, dan peduli; bertanggung jawab; pembelajar sejati sepanjang hayat; sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

 Dimensi pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan: ilmu ngetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora mampu mengaitkan pe-ngetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif pada dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Faktual: pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

b) Konseptual: terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori, model, dan struktur yang digunakan terkait dengan

(33)

16

pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

c) Prosedural: pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur yang sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan

internasional.

d) Metakognitif: pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks, konstektual dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan

internasional.  Dimensi keterampilan

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.

(34)

17

F. Jenis dan Teknik Asesmen

Menurut Stiggins (1994) jenis asesmen dibagi menjadi empat, yaitu : seleksi respon terpilih (selected response assessment), uraian atau esai (essay assessment), kinerja (performance assessment), dan wawancara/komunikasi personal (communication personal). Jenis target pencapaian hasil belajar menurut Stiggins (1994) meliputi tentang pengetahuan (knowledge), penalaran (reasoning), keterampilan (skills), hasil karya (product), dan afektif (affective).

Gabel (1993) mengkategorikan asesmen ke dalam dua kelompok besar, yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu, yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, asesmen praktek, asesmen proyek, kuisioner, inventori, daftar cek, asesmen oleh teman sebaya/sejawat, asesmen diri (self-assessment), porto-folio, observasi, diskusi, dan wawancara (interview). Teknik asesmen pendidikan ada bermacam-macam. Ada yang tergolong tes apabila menyangkut benar salah dan non-tes bila tidak menyangkut benar salah.

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan dengan teknik tes maupun teknik non tes, baik itu untuk mengakses proses belajar maupun hasil belajar siswa. Menurut Uno & Koni (2012) mengatakan bahwa teknik non tes meliputi (1) penilaian unjuk kerja (daftar cek, skala rentang); (2) penilaian produk; (3) penilaian proyek; (4) penilaian portofolio; dan (5) penilaian sikap (observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi).

(35)

18

Menurut Subali (2010) ada beberapa hal penting terkait teknik pembuatan instrumen asesmen, yaitu : (a) butir-butir soalnya tidak bermakna ganda

(ambiguity), (b) bahasannya benar dan disesuaikan dengan kondisi peserta ujian, (c) petunjuk pengerjaannya jelas termasuk cara koreksinya juga harus dikemuka-kan, (d) antar butir tidak tumpang tindih atau bergantung satu dengan yang lain, (e) diurutkan dari yang mudah ke yang sukar, (f) waktu untuk mengerjakan memadai, (g) tiap butir soal mengukur kemampuan yang diinginkan dan sudah sesuai dengan spesifikasi kemampuan yang akan diukur, dan (h) sudah disiapkan bagaimana teknik interpretasi hasil yang diperoleh nantinya, yakni menggunakan interpretasi acuan norma atau interpretasi acuan patokan.

Berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian, ada 3 teknik dan instrumen yang digunakan pendidik dalam menilai kompetensi pengetahuan peserta didik yaitu :

1. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas (Tim Penyusun, 2013).

G. Langkah-Langkah Asesmen

Subali (2010) mengemukakan agar dapat diperoleh alat asesmen atau alat ukur yang baik perlu dikembangkan suatu prosedur atau langkah-langkah yang benar,

(36)

19

yang meliputi perencanaan asesmen yang memuat maksud dan tujuan asesmen yaitu:

1. penyusunan kisi-kisi;

2. penyusunan instrumen/alat ukur;

3. penelaahan (review) untuk menilai kualitas alat ukur/instrumen secara kualitatif,yakni sebelum digunakan;

4. uji coba alat ukur, untuk menyelidiki kesahihan dan keandalan secara empiris;

5. pelaksanaan pengukuran;

6. asesmen yang merupakan interpretasi hasil pengukuran; 7. pemanfaatan hasil asesmen.

Firman (2000) mengemukakan tahapan pokok dalam proses asesmen meliputi tiga tahapan, yaitu 1) tahap persiapan; 2) tahap pengumpulan informasi; dan 3) tahap pertimbangan. Langkah-langkah dalam penilaian tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini :

Gambar 1. Langkah-langkah proses penilaian

Tahap pengumpulan informasi Tahap persiapan Tahap pertimbangan Mengidentifikasi keputusan yang akan dibuat

Menentukan informasi yang diperlukan

Memilih informasi yang telah tersedia

Menentukan kapan dan bagaimana informasi dikumpulkan Menyusun atau memilih alat pengumpul informasi Menganalisis informasi Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan Melakukan Pertimbangan Membuat Keputusan

(37)

20

H. Model Pembelajaran Problem Solving

Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.

Menurut Sriyono (1992), model pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi masalah, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah. Model problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, problem solving menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Pembelajaran problem solving ini akan lebih produktif bila dalam pelaksanaannya disatukan metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakan oleh (Djsastra, 1985) yaitu :

“Dalam praktek mengajar di kelas modelproblem solving ini sebaiknya dipergunakan bersama-sama dengan metode diskusi dan metode proyek, tetapi yang jelas model problem solving ini akan lebih produktif (lebih

(38)

21

Langkah-langkah dalam penggunaan model problem solving yaitu sebagai berikut:

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan kegiatan lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi (Djamarah dan Zain, 2010).

Kelebihan dan kekurangan pembelajran problem solving menurut (Djamarah dan Zain, 2010) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaran problem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaran problem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan pengajaran tidak akan tercapai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran

b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran problem solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktunya sedikit, karena bagaimanapun juga akan banyak langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana masing-masing langkah membu-tuhkan

(39)

22

kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik per-masalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain. Jika sumber-sumber ini tidak ada dan siswa hanya mempunyai satu buku/bahan saja maka topik permasalahan yang diberikan tidak akan bisa diselesaikan dengan baik.

I. Analisis Konsep

Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep tersebut. Untuk dapat mendefinisi-kan konsep, maka diperlumendefinisi-kan suatu analisis konsep yang dapat menghubungmendefinisi-kan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Oleh karena itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep dan menghubungkanya dengan konsep-konsep lain yang berhubungan. Herron dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label

konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variable, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Markle dan Tieman (1970) menyatakan bahwa tujuan dari analisis konsep adalah untuk memilih seperangkat contoh dan noncontoh

(40)

23

yang digunakan dalam pembelajaran dan penilaian pemahaman materi. Analisis konsep pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dilihat pada

(41)

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Berikut langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan, yaitu 1) penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting) yang meliputi studi literatur dan studi lapangan; 2) pengembangan draf produk (develop preliminary form of product) meliputi pengembangan bahan

pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi; 3) uji coba lapangan awal (preliminary field testing), melakukan uji coba di lapangan pada satu sekolah dengan 1 guru dan 20 siswa sebagai subjek uji coba dan selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket; 4) merevisi hasil uji coba (main product revision) dengan memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah instrumen asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dan lokasi penelitian berada di SMA Negeri 13 Bandarlampung.

(42)

25

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada tahap studi pendahuluan berasal dari tiga SMA Negeri di Bandarlampung yaitu SMAN 13, SMAN 15, dan SMAN 5, serta dua SMA Swasta di Bandarlampung yaitu SMA Gajah Mada dan SMA Yadika. Masing-masing responden pada tiap sekolah yaitu 1 guru mata pelajaran kimia dan 20 siswa kelas XI MIPA.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2008), instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mem-permudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpul-kan data. Instrumen yang digunamengumpul-kan dalam penelitian ini adalah instrumen pada studi pendahuluan, instrumen validitas ahli, dan instrumen uji coba lapangan awal. Adapun penjelasan instrumen-instrumen tersebut adalah:

1. Instrumen pada studi pendahuluan

Insturmen pada studi pendahuluan ini berupa pedoman wawancara dan angket analisis kebutuhan sehingga diperoleh data mengenai asesmen pembelajaran di beberapa sekolah. Instrumen ini juga digunakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penyusunan asesmen dan sebagai referensi dalam pengembangan instrumen asesemen berbasis problem solving.

(43)

26

2. Instrumen validitas ahli

Instrumen ini digunakan untuk menguji kelayakan dan mengidentifikasi adanya sintak problem solving dari asesmen yang dikembangkan. Instrumen ini terdiri atas instrumen uji kesesuaian isi, instrumen uji keterbacaan, dan instrumen uji konstruksi.

a. Angket validasi kesesuaian isi

Angket validasi kesesuaian isi disusun untuk mengetahui kesesuaian isi asesmen dengan kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, dan meng-identifikasi adanya sintak problem solving dari instrumen asesmen yang di-kembangkan pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil dari validasi aspek kesesuaian isi ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau revisi pada asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

b. Angket validasi aspek keterbacaan

Angket ini disusun untuk mengetahui apakah instrumen asesmen berbasis

problem solving dapat terbaca dengan baik dilihat dari segi ukuran huruf, pemili-han jenis huruf, warna huruf, besar spasi, tata letak, ukuran, warna, dan kualitas gambar. Hasil dari validasi aspek keterbacaan ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau revisi pada asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

c. Angket validasi aspek konstruksi

Angket ini digunakan untuk mengidentifikasi adanya penilaian yang digunakan untuk mengukur berfungsi atau tidaknya gambar dan tabel dalam soal, kesesuaian

(44)

27

rumusan pertanyaan dan jawaban dalam soal uraian, dan sintak problem solving dari instrumen asesmen yang dikembangkan pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil dari validasi aspek konstruksi ini akan dijadikan sebagai masukan dalam pengembangan atau revisi pada instrumen asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Instrumen pada uji coba lapangan awal

Instrumen pada uji coba lapangan awal ini menggunakan hasil revisi dari instrumen validasi ahli yang terdiri dari kesesuaian isi, aspek konstruksi, dan aspek keterbacaan.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Menurut Borg dalam Sukmadinata (2011), secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan terdiri atas tiga tahap, yaitu : 1) studi pendahuluan; 2) pe-ngembangan produk; dan 3) uji coba produk.

1. Studi Pendahuluan

Pada penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan ini bertujuan untuk mengumpulkan data pendukung yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi di lapangan dan sebagai acuan atau perbandingan dalam mengembangkan produk. Studi pendahuluan terdiri dari studi literatur dan studi pendahuluan.

Sukmadinata (2011) mengatakan bahwa studi literatur merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau

(45)

28

model yang akan dikembangkan. Dalam studi kepustakaan yang dilakukan, peneliti mengkaji kurikulum dan hasil penelitian terdahulu yang telah dipublika-sikan. Hasil dari kajian tersebut dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen asesmen pengatahuan berbasis problem solving pada materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.

Studi pendahuluan dilakukan di lima sekolah yang terdiri dari tiga SMA Negeri dan dua SMA Swasta di Bandarlampung yaitu SMAN 13 Bandarlampung, SMAN 15 Bandarlampung, SMAN 5 Bandarlampung, SMA Gajah Mada Bandarlampung dan SMA Yadika Bandarlampung. Pemilihan lima sekolah ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang asesmen yang digunakan, apakah ada perbedaan penggunaan asesmen antar sekolah dengan perbedaan tingkat kategori atau tidak. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah angket untuk siswa dan pedoman wawancara untuk guru. Masing-masing responden pada tiap sekolah yaitu 1 guru mata pelajaran kimia, dan 20 siswa kelas XI MIPA. Hal-hal yang ditanyakan saat wawancara berhubungan dengan asesmen yang digunakan kelima sekolah tersebut dan pengetahuan mengenai asesmen berbasis problem solving. Sementara, hal-hal yang ditanyakan pada angket siswa adalah mengenai asesmen yang diberikan guru dalam pembelajaran serta tanggapan siswa terhadap asesmen tersebut.

2. Pengembangan Produk

a. Penyusunan instrumen asesmen

Tahap-tahap penyusunan rancangan asesmen berbasis problem solving adalah: Pembuatan asesmen berbasis problem solving dilakukan setelah diketahui

(46)

29

kebutuhan siswa dan guru dari tahap studi pendahuluan. Pengembangan asesmen didasarkan pada beberapa aspek, seperti kriteria asesmen yang baik, penyesuaian asesmen dengan materi pembelajaran, dan cakupan isi dari materi yang diajarkan. Instrumen asesmen yang dikembangkan berupa soal-soal tes tertulis dengan bentuk soal uraian.

Setelah penyusunan asesmen selesai, maka dilanjutkan dengan proses validasi oleh ahli mengenai keterbacaan asesmen (desain produk). Menurut Sugiyono (2010), validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk secara rasional akan efektif atau tidak. Dikatakan demikian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah dirancang.

b. Penyusunan instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang disusun meliputi lembar penilaian guru dan angket tanggapan siswa. Sama halnya dengan instrumen asesmen, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pembimbing. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian antara instrumen penelitian dengan rumusan masalah penelitian.

3. Uji Coba Produk

Setelah rancangan instrumen asesmen divalidasi, maka dilakukan uji coba lapangan awal terhadap guru dan siswa. Uji coba produk ini dilakukan untuk

(47)

30

mengetahui tanggapan guru pada aspek keterbacaan, konstruksi dan kesesuaian isi instrumen asesmen pengatahuan dan dilakukan pada siswa SMA kelas X MIPA untuk mengetahui reabilitas dan validitas asesmen yang dikembangkan. Instrumen penilaian oleh guru berupa angket yang di dalamnya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat keterbacaan, konstruksi, dan kesesuaian isi instrumen asesmen.

4. Revisi Produk (Instrumen Asesmen)

Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap revisi produk setelah penilai-an oleh guru dpenilai-an siswa. Tahap revisi dilakukpenilai-an berdasarkpenilai-an pertimbpenilai-angpenilai-an hasil penilaian produk, yaitu reabilitas dan validitas asesmen serta hasil penilaian guru terhadap asesmen yang dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan produk dengan mengurangi hal-hal yang tidak perlu dan menambahkan hal-hal yang perlu berdasarkan hasil penilaian oleh guru dan siswa yang telah dilakukan sebelumnya. Samosir (2012) menggambarkan alur atau tahapan-tahapan peneliti-an dalam pengembpeneliti-angpeneliti-an asesmen dapat melalui diagram alir sebagai berikut.

(48)

31

Gambar 2. Alur penelitian pengembangan asesmen

Penilaian/Tanggapan Terhadap Produk Uji Coba Produk (Oleh

Guru dan Siswa)

Revisi Asesmen Hasil Uji Coba (Oleh Guru dan Siswa)

Revisis Hasil Asesmen Penyusunan rancangan asesmen

berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

Penyusunan Instrumen Penilaian terhadap produk

(Angket)

Validasi Ahli

Revisi asesmen hasil validasi

Rancangan asesmen berbasis

problem solving pada materi

larutan elektrolit dan non elektrolit Revisi Angket Validasi Angket Pengembangan Produk Angket Pengembangan Produk - Analisis KI dan KD - Pengembangan Silabus - Pembuatan Analisis Konsep - Pembuatan RPP

- Literatur Asesmen

- Kriteria Asesmen yang Baik

- Wawancara guru dan siswa di lima sekolah Negeri dan Swasta di Bandarlampung mengenai penggunaan asesmen dalam proses pembelajaran.

- Analisis asesmen yang digunakan oleh guru dan siswa.

Studi Pendahuluan Analisis Kebutuhan

(49)

32

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket (kuisioner) dan wawancara. Menurut Sugiyono (2008), kuisioner merupakan teknik pengumpul-an data dengpengumpul-an memberi seperpengumpul-angkat pertpengumpul-anyapengumpul-an tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada tahap studi pen-dahuluan dan pada tahap pengembangan. Pada studi penpen-dahuluan, wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran kimia kelas X MIPA dan penyebaran angket pada siswa di tiga SMA Negeri Bandarlampung yaitu SMAN 13, SMAN 15, dan SMAN 5, serta dua SMA Swasta di Bandarlampung yaitu SMA Gajah Mada dan SMA Yadika. Pada pengembangan produk, wawancara atau penyebar-an penyebar-angket dilakukpenyebar-an kepada guru dpenyebar-an siswa untuk mengetahui tpenyebar-anggappenyebar-an guru dan siswa terhadap instrumen asesmen yang telah dikembangkan.

G. Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis data hasil wawancara

Teknik analisis data hasil wawancara dilakukan dengan cara:

a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan wawancara.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan wawancara dan banyaknya sampel.

(50)

33

c. Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih sampel dalam setiap pertanyaan angket.

d. Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:

%

=

100%

(Sudjana,2005)

Keterangan :% = Persantase pilihan jawaban-i pada asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

∑ = Jumlah responden yang menjawab jawaban-i

= Jumlah seluruh responden

2. Teknik analisis data angket hasil penelitian

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket aspek keterbacaan, konstruksi dan kesesuaian isi asesmen berbasis problem solving dilakukan dengan cara yang sama yaitu :

a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak

(51)

34

diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam uji

keterbacaan, konstruksi, dan kesesuaian isi berdasarkan skala Likert.

Tabel 1. Penskoran pada angket uji kesesuaian untuk pernyataan positif

No. Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (ST) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak Setuju (TS) 2 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

d. Mengolah jumlah skor jawaban responden. Pengolahan jumlah skor (ΣS)

jawaban angket adalah sebagai berikut : 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)

Skor = 5 x jumlah resonden 2) Skor untuk pernyataan Setuju (S)

Skor = 4 x jumlah resonden

3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS) Skor = 3 x jumlah resonden

4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah resonden

(52)

35

5) Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah resonden

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%

=

100%

(Sudjana, 2005)

Keterangan :% = Persantase jawaban angket-i pada asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

∑ = Jumlah skor jawaban

= Skor maksimum yang diharapkan

f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaan asemen berbasis problem solving dengan rumus sebagai berikut:

% =

∑ % (Sudjana, 2005)

Keterangan :% = Rata-rata persentase angket-i pada asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

∑ % = Jumlah persentase angket-i asesmen berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non

elektrolit

(53)

36

g. Memvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).

h. Menafsirkan persentase jawaban angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran:

Tabel 2. Tafsiran skor (persentase) angket Persentase Kriteria

80,1% - 100% Sangat Setuju 60,1% - 80% Setuju

40,1% - 60% Cukup Setuju 20,1% - 40% Kurang Setuju

0,0% - 20% Sangat Kurang Setuju

3. Teknik analisis butir soal

Dalam teknik analisis butir soal ini langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menilai hasil jawaban soal tertulis yang diujikan berdasarkan skor yang ditetapkan.

b. Menganalisis pokok uji meliputi analisis validitas butir soal dan reliabilitas. 1) Uji validitas

Validitas butir soal dapat ditentukan dengan mencari korelasi product moment masing-masing soal berdasarkan skor item dengan skor total.

=

[ ∑ (∑ ) ][ ∑∑ ∑ ∑ (∑ ) ] (Arikunto, 2013)

(54)

37

Keterangan : = Koefisien validitas (r hitung) = jumlah peserta tes

∑ = jumlah skor item soal tes

∑ = skor total peserta

Hasil r hitung/ rxyyang didapat kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment yang disesuaikan dengan jumlah responden, dimana penggunaan r tabel dengan pilihan taraf signifikansi 5% seperti pada Tabel 4.

Tabel 3. Daftar r tabel product moment (dalam Sugiyono, 1999) N

(jumlah responden)

R tabel product moment (taraf signifikansi 5%) 10 0,632 20 0,444 22 0,432 24 0,404 26 0,388 28 0,374 30 0,361 36 0,329

Langkah selanjutnya menentukan taksiran validitas butir dengan kriteria butir

soal dikatakan valid, jika r hitung > r product moment (Triyono, 2013).

2) Reliabilitas

Reliabilitas tes bentuk uraian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu sebagai berikut :

(55)

38

=

1 −

∑ (Arikunto, 2013)

Keterangan : = reliabilitas yang dicari

∑ = jumlah varians skor tiap item = varians skor total

Jumlah varians skor tiap item dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

=

(∑ )

(Arikunto, 2013)

Varians total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

=

∑ (∑ ) (Arikunto, 2013)

Keterangan : = varians tiap total = varians total

= jawaban responden untuk setiap butir soal

∑ = total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan

= jumlah siswa

Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS Statistics 17.0.

(56)

39

c. Menafsirkan mutu reliabilitas soal menurut Rosidin (2013) seperti pada Tabel 5.

Tabel 4. Tafsiran reliabilitas soal

Reliabilitas soal tes Klasifikasi Tafsiran

0.000–0.400 Rendah Revisi

0.401–0.700 Sedang Revisi Kecil

(57)

59

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dipaparkan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan, yaitu asesmen terdiri dari 10 soal uraian. Asesmen ini telah sesuai dengan KI-KD, indikator pencapaian, dan telah dapat mengukur kemampuan problem solving pada siswa. Karakteristik ini didukung oleh:

a. Instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki nilai keterbacaan berdasar-kan hasil uji validasi ahli yaitu sebesar 98,33%, uji coba terhadap guru sebesar 100% dengan kategori sangat setuju, dan terhadap siswa sebesar 85,83% dengan kategori sangat setuju.

b. Instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki nilai konstruksi berdasarkan hasil uji validasi ahli yaitu sebesar 90% dan uji coba terhadap guru memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 90% dengan kategori sangat setuju.

(58)

60

c. Instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki nilai kesesuaian isi materi berdasarkan hasil uji validasi ahli yaitu sebesar 86,67% dan uji coba terhadap guru sebesar 100% yang termasuk dalam kategori sangat setuju. 2. Menurut tanggapan guru, instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem

solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dapat digunakan untuk melakukan penilaian secara menyeluruh pada proses pembelajaran dikarenakan penyusunan soal telah sesuai dengan KI-KD dan indikator pengetahuan, bahasa yang digunakan sudah baik, dan dapat mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

3. Menurut tanggapan siswa, instrumen asesmen pengetahuan berbasis problem solving pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit telah sesuai dalam penggunan bahasanya, yaitu tidak terdapat kalimat yang dapat ditafsirkan ganda (ambigu), menarik, serta penggunaan simbol, huruf dan spasi sudah tepat.

B. Saran

Adanya saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan penelitian adalah perlu ada-nya pelatihan terhadap guru terkait asesmen berbasis problem solving hingga guru tersebut mahir. Penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap revisi hasil uji coba lapangan awal sehingga perlu diadakannya pengembangan lebih lanjut mengenai asesmen pengetahuan berbasis problem solving sehingga asesmen ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran kimia kelas X MIPA SMA pada sekolah-sekolah di Bandarlampung.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Arikunto, S. 2008. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. _________. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi II. Bumi Aksara.

Jakarta.

Baehaki, Farhan, Nina Kadaritna, and Ila Rosilawati. 2014. "Pengembangan Instrumen Assessment Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Berbasis Keterampilan Proses Sains." Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia 3.1 : 1–14.

Borg, W.R. dan M.D. Gall. 2003. Educational Research: An Introduction. Person Education Inc. Boston.

Depdiknas. 2009. Pedoman Penilaian Di Kelas. Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas. Jakarta.

Djsastra, Y.D. 1985. Metode-Metode Mengajar 2. Bina Aksara. Bandung.

Drayson, Lord. 2007. Maximising Defence Capability Through R&D: A Review of Defence Research and Development. Ministry of Defence. UK.

Dzamarah, B.S. dan A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur

Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi ( Suatu Studi deskriptif-Cross Sectional). Disertasi Program doktor Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Firman, H. 2000. Evaluasi Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI. Bandung.

Gabel, D. L. 1993. Handbook of Research on Science Teaching and Learning. Maccmillan Company. New York.

(60)

Hidayati. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jogjakarta. Jakarta. Jihad, A. dan A. Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo.

Yogyakarta

Kusaeri dan Suprananto, 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Markle, S.M., and Tiemann, P.W. 1970. Really Understanding Concepts: Or in Frumious Pursuit of the Jabberwoch. Stipes.Champaign, Illionis.

Marzuki. 1997. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Matondang, Zulkifli. 2009. "Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen

Penelitian." Jurnal Tabularasa 6.1 : 87-97.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Rosidin, U. 2013. Dasar-dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran. FKIP Universitas Lampung. Bandarlampung.

Samosir, T., C. Diawati, N. Kadaritna. 2012.“Development Assesment Of Acid

Base Based On Science Process Skill.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia 1.2 : 1–14.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Stiggins, R. J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. Maccmillan

College Publishing Company. New York.

Subali, B. 2010. Penilaian, Evaluasi, dan Remedial Pembelajaran Biologi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Sudijono, A. 2007. Pengantar Evalusi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

_______. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

_______. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

(61)

_______. 2013.Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Alfabeta. Bandung.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung. Sukmadinata, N. S. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sunarti dan Rahmawati. 2014. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Syaifuddin, Ahmad, Noor Fadiawati, and Ila Rosilawati. 2014. "Pengembangan Instrumen Asesmen Berbasis Representasi Kimia Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit." Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia 3.2 : 1–14.

Tim Penyusun. 2013. Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2016a. Permendikbud No.20 Tahun 2016 tentang SKL Pendidikan Dasar_Menengah. Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2016b. Permendikbud No.21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar_Menengah. Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2016c. Permendikbud No.23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Kemendikbud. Jakarta.

Triyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ombak (IKAPI). Yogyakarta. Uno, H. B. dan Koni S. 2012. Assessment Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Wiggins, G. 1989. “A True Test: Toward MoreAuthentic and Equitable

Assessment”.Phi Delta Kappa International. 70(9): 703–713.

Yustika, Ana, Eko Budi Susatyo, and Murbangun Nuswowati. 2015. "Uji Kriteria Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kimia." Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 8.2 : 1330–1339.

Gambar

Gambar 1. Langkah-langkah proses penilaian
Gambar 2. Alur penelitian pengembangan asesmen
Tabel 1. Penskoran pada angket uji kesesuaian untuk pernyataan positif No. Pilihan Jawaban Skor
Tabel 2. Tafsiran skor (persentase) angket Persentase Kriteria
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mempromosikan produk bank jambi,marketing memberikan informasi kepada calon debitur, apa saja syarat untuk mengajukan pinjaman, seperti kelengkapan identitas, surat

Hasil penelitian dengan menggunakan metode Regresi Data Panel dengan pendekatan Fixed Effect Model menunjukkan bahwa variabel nilai tukar dan Corruption Perception Index

Kecamatan yang mengalami surplus beras tidak diperhitungkan distribusinya, karena kajian dilakukan berdasarkan asumsi ketersediaan beras di tiap kecamatan digunakan

Hasil perhitungan menunjukkan metode fuzzy re- gresi berganda dapat mengakomodasi jumlah prediksi kebutuhan beras masyarakat Sumatera Utara tahun

Harga Produksi padi secara jelas menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah pendapatan petani padi di Nagari Sarilamak dan Nagari Taram Kecamatan Harau, hal

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga tani padi adalah variabel harga benih dan luas lahan, sedangkan variabel lain seperti harga urea, harga

Dalam penelitian yang dilakukan luas lahan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi dikarenakan

Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukan sebuah fakta bahwa dalam kegiatan produksi garam di Kota Surabaya diharuskan menggunakan tenaga kerja non- lokal yang