• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TERHADAP PENDAPATAN BERSIH ANGGOTA KELOMPOK NELAYAN TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TERHADAP PENDAPATAN BERSIH ANGGOTA KELOMPOK NELAYAN TAHUN 2012"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM)

TERHADAP PENDAPATAN BERSIH

ANGGOTA KELOMPOK NELAYAN TAHUN 2012

Ni Km. Sri Marheni, I Ketut Kirya, Ni Nyoman Yulianthini

Jurusan Manajemen

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

henny_gegz@yahoo.co.id

,

ketutkirya@yahoo.co.id

,

yulianthini_nyoman@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) rata-rata jumlah dana bantuan langsung masyarakat yang diterima anggota kelompok nelayan, (2) rata-rata pendapatan bersih anggota Kelompok Nelayan penerima dana BLM, dan (3) pengaruh dari dana BLM terhadap pendapatan bersih anggota kelompok nelayan dan besar pengaruhnya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif kausal. Subjek penelitian adalah anggota kelompok nelayan yang memperoleh dana bantuan langsung masyarakat dan objeknya adalah dana BLM dan pendapatan bersih. Data yang dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dan dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan: (1) rata-rata jumlah BLM yang diterima oleh anggota kelompok nelayan sebesar Rp. 6.122.449,00; (2) rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh anggota kelompok nelayan sebesar Rp. 1.098.104,00 per bulan untuk tahun 2012; dan (3) Dana BLM berpengaruh positif terhadap pendapatan bersih dan besar pengaruhnya sebesar 61,9%.

Kata kunci: dana BLM dan pendapatan bersih

Abstract

This research aims to know: (1) the average amount of BLM received by each member of the group Fishermen, (2) the average of net income Fishermen Group members receiver BLM funds, and (3) the effect of BLM funds to net income members of the group Fishermen and the great influence. This research uses a causal quantitative research design. Subjects in this research was members of the group fishermen who obtain funds Direct Community Assistance and the research object were the BLM and the net income of fishermen group members recipients BLM. Data were collected using a recording technique used documents and analyzed with simple linear regression analysis. The results showed that (1) the average amount of BLM earned by member of the group fisherman is Rp. 6.122.449,00, (2) the average of net income for member of the group fisherman is Rp. 1.098.104,00 monthly for the 2012, and (3) BLM has positive influence on net income and the great influence is 61,9%

Keywords : fund BLM and net income

PENDAHULUAN

Komunitas masyarakat pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris. Karakteristik masyarakat nelayan

terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal maka nelayan harus

(2)

berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi menyebabkan masyarakat nelayan cenderung memiliki karakter khas yakni keras, tegas, dan terbuka. Posisi tingkat sosial masyarakat inilah yang cenderung menempatkan nelayan berada dalam lingkaran garis kemiskinan, baik secara struktural maupun kultural yang mengantarkannya menjadi komunitas masyarakat terpinggirkan dalam proses pembangunan masa lalu. Kemiskinan struktural disebabkan oleh kondisi struktur perekonomian yang timpang dalam masyarakat, baik karena kebijakan ekonomi pemerintah, penguasaan faktor-faktor produksi oleh segelintir orang, monopoli, dan lain-lainnya. Intinya kemiskinan struktural ini terjadi karena faktor-faktor buatan manusia. Adapun kemiskinan kultural muncul karena faktor budaya atau mental masyarakat yang mendorong orang hidup miskin, seperti perilaku malas bekerja, rendahnya kreativitas dan tidak ada keinginan hidup lebih maju. Akibatnya, nelayan cenderung dihadapkan pada sejumlah masalah yang tidak pernah tuntas, seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir dan harga ikan yang jauh lebih rendah dari harga pasar. Pada akhirnya, kemiskinan pada masyakat nelayan terus berlanjut.

Masalah penanggulangan kemiskinan merupakan isu yang tidak pernah henti-hentinya menjadi pembicaraan, baik oleh pemerintah maupun kelompok-kelompok masyarakat. Kemiskinan merupakan permasalahan global yang harus dipecahkan bersama oleh masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Mubyarto (l984: 4) menyatakan,

Kemiskinan merupakan suatu situasi serba kekurangan dari penduduk yang disebabkan karena terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar uang hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan. Ariansyach (2009) menyatakan bahwa sebagian besar nelayan dan petani ikan di Indonesia keuangannya sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena rendahnya akses masyarakat pesisir terhadap lembaga permodalan dan pasar.

Akibatnya masyarakat pesisir lebih memilih berhubungan dengan lembaga keuangan non formal seperti, tengkulak dan rentenir yang justru semakin menjerumuskan masyarakat pesisir kedalam keadaan tidak berdaya. Keberadaan lembaga keuangan non formal ini di satu sisi mampu memberikan solusi terhadap akses permodalan, karena lebih mudah untuk mengakses sejumlah uang untuk usahanya. Hal ini telah menyebabkan sebagian masyarakat pesisir terjerat oleh hutang, akibat dari bunga yang sangat tinggi. Kondisi ini tentunya telah menjadi lingkaran setan yang menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat pesisir.

Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Modal dalam suatu usaha berfungsi untuk meningkatkan kapasitas dalam mengadopsi teknologi. Para nelayan perlu modal untuk membeli alat-alat atau sarana penangkapan yang lebih modern. Bagi para nelayan membeli sarana penangkapan yang lebih modern dapat memunculkan masalah karena sebagian besar tidak sanggup membeli dengan dana sendiri. Modal seolah-olah menjadi faktor pembatas optimasi usaha mina yang dilakukan oleh nelayan.

Permasalahan modal yang dihadapi oleh para pelaku usaha mina, kini telah mendapat perhatian dari pemerintah. Dalam rangka mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha tangkap, sekaligus mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Program-program penanggulangan kemiskinan sangat diperlukan oleh masyarakat apalagi dengan adanya dampak krisis ekonomi yang menyebabkan berbagai bentuk kesenjangan dan kemiskinan. Salah satu kegiatan dari PNPM-Mandiri di Dinas Perikanan dan Kelautan berupa pemberian BLM PUMP (Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan).

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam

(3)

rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin. Disamping itu pemberian BLM berupaya untuk meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan.

Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bali yang menerima Program BLM sejak tahun 2011. Penerima Dana Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Kabupaten Buleleng Tahun 2011 diberikan pada 13 kelompok nelayan yang tersebar di sembilan Kecamatan, yaitu Kecamatan Gerokgak, Busungbiu, Seririt, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula. Kubutambahan merupakan salah satu kecamatan penerima dana BLM paling banyak, yang disalurkan kepada tiga kelompok nelayan. Dana BLM tahun 2011 tersebut direalisasikan pada tahun 2012.

Berkaitan dengan pemerataan atau peningkatan pendapatan, bahwa masih ada kelompok nelayan yang bermasalah terhadap pendapatannya setelah memperoleh BLM. Sesuai dengan survei awal yang dilakukan, bahwa dari 13 anggota Kelompok Nelayan yang diteliti ada 10 orang (77%) belum mengalami dampak dari pemberian dana BLM terhadap tingkat pendapatan, dan 3 orang (23%) bahkan cenderung mengalami penurunan meskipun sudah mendapatkan dana BLM dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, yaitu adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat tambahan modal dalam usaha produktifnya (Kasmir, 2011).

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu (1) berapa jumlah dana Bantuan Langsung Masyarakat yang diterima masing-masing anggota Kelompok Nelayan di Desa Kubutambahan?, (2) berapa pendapatan besih anggota Kelompok Nelayan penerima dana BLM?, (3) apakah ada pengaruh dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) terhadap pendapatan bersih anggota Kelompok Nelayan dan berapa pengaruhnya?

Manfaat secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang manajemen keuangan. Manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi perusahaan dalam mengidentifikasikan variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Menurut Sutrisno (2001: 43) “modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-hari”. Riyanto (2001: 20) mendefinisikan “modal kerja sebagai kekayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang atau untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari dan selalu berputar dalam periode tertentu”. W.B Taylor (dalam Wiagustini, 2010: 108-109) menyatakan,

“Jenis-jenis modal kerja terbagi menjadi dua, yaitu (1) modal kerja permanen (permanent working capital)

yang terdiri dari modal kerja primer dan modal kerja normal, (2) modal kerja variabel (variable working capital) yang terdiri dari modal kerja musiman, modal kerja siklis, dan modal kerja darurat”.

Berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan modal kerja, seluruh pelaku usaha harus mengembangkan aktiva lancarnya ketika perekonomian sedang bagus. Namun, apabila perekonomian mulai mengendur seluruh pelaku usaha mulai menjual persediaan dan mengurangi piutangnya. Pemilikan aktiva lancar yang terlalu besar mengakibatkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi menurun. Sebaliknya pemilikan aktiva lancar yang terlalu kecil dapat berakibat kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Oleh karena itu perusahaan harus menyediakan kas, piutang dan persediaan yang cukup sehingga perusahaan mampu melakukan ramalan dengan tepat.

(4)

Kebutuhan dana perusahaan meliputi investasi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar terdiri dari dua jenis, yaitu (1) aktiva lancar permanen, dan (2) aktiva lancar yang berfluktuasi. Bagi pelaku usaha sangat penting untuk menganalisis berapa besar kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen dan yang berfluktuasi, sehingga dapat memilih sumber dana untuk membiayai aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga alternatif kebijaksanaan modal kerja, yaitu (1) kebijaksanaan moderat, (2) kebijaksanaan konservatif, dan (3) kebijaksanaan agresif (Wiksuana, Wiagustini, dan Sedana, 2001). Menurut Kasmir (2008: 254-255) ada tiga faktor yang mempengaruhi modal kerja, yaitu (1) jenis perusahaan, (2) syarat kredit, dan (3) waktu produksi.

Sutisna (2011) menyatakan,

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin.

BLM Perikanan Tangkap bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan nelayan melalui pengembangan kegiatan usaha nelayan skala kecil di perdesaan sesuai dengan potensi sumberdaya ikan, menumbuhkan kewirausahaan nelayan di perdesaan, dan meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sasaran BLM perikanan tangkap adalah berkembangnya usaha 1.000 Kelompok Usaha Bersama perikanan tangkap dan meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB penerima BLM.

Proses penyaluran dana BLM dilakukan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara atau Kas Daerah ke rekening kolektif BLM yang dikelola oleh Unit Pengelola Keuangan. Apabila penyaluran dana BLM berasal dari pemerintah pusat maka harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan. Sedangkan apabila penyaluran dana BLM berasal dari pemerintah daerah,

dilakukan melalui mekanisme Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan.

Pendapatan digunakan untuk membiayai pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Pendapatan dapat diperoleh dengan jalan bekerja maupun dengan memanfaatkan harta benda yang dimiliki seperti tanah, mesin, rumah atau barang modal. Dalam memperoleh pendapatan identik dengan menjual jasa-jasa atau barang-barang. Simamora (2002: 41-43) mengatakan bahwa,

Pendapatan (revenues) adalah kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan selama periode tertentu yang berasal dari pengiriman barang, pengiriman jasa, atau kegiatan yang lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.

Samuelson dan Nordhaus (2002) menyatakan bahwa pendapatan adalah “penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan maupun natura”. Hendriksen (2000) menyatakan bahwa pendapatan merupakan “arus masuk aktiva atau aktiva bersih ke dalam perusahaan sebagai hasil penjualan barang atau jasa”. Selanjutnya Sukirno (2004) menyatakan pendapatan adalah “jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan”. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga baik berupa uang kontan maupun natura selama jangka waktu tertentu yang berasal dari kegiatan bisnis perusahaan dan umumnya diakibatkan oleh penyelesaian pertukaran ekonomi, manakala menjual produk atau menyerahkan jasa kepada pihak lain.

Menurut Bardaini (2006), jenis-jenis pendapatan ditinjau dari bentuknya adalah (1) pendapatan berupa uang, (2) pendapatan berupa barang, dan (3) pendapatan selain penerimaan uang dan barang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, yaitu (1) kesempatan kerja, (2) kecakapan dan keahlian, (3) motivasi atau dorongan mempengaruhi jumlah

(5)

penghasilan yang diperoleh, (4) keuletan bekerja, dan (5) banyak sedikitnya modal yang dipergunakan. Kusnadi (2003) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan, yaitu (1) modal, (2) tenaga kerja, (3) jarak tempuh nelayan, dan (4) pengalaman. Nelayan boleh diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, sedangkan masyarakat nelayan adalah kelompok atau sekelompok orang yang bekerja sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan pembudi daya ikan hias yang bertempat tinggal di sekitar kawasan nelayan.

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Sedangkan menurut Direktorat Jendral Perikanan (2000) menyebutkan bahwa nelayan merupakan orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa nelayan adalah pemilik atau buruh yang sebagian atau seluruh pendapatannya diperoleh melalui kegiatan penangkapan ikan di laut atau perairan umum, baik laki-laki maupun perempuan.

Dilihat dari status penguasaan kapital, nelayan dapat dibagi menjadi nelayan

pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan, seperti kapal/perahu, jaring, dan alat tangkap lainnya. Sementara nelayan buruh adalah orang yang menjual jasa tenaga kerja sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan ikan atau sering disebut anak buah kapal (Satria, 2002).

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif kausal. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota kelompok nelayan yang memperoleh dana bantuan langsung masyarakat dan objeknya adalah dana BLM dan pendapatan bersih. Data dikumpulkan menggunakan teknik pencatatan dokumen yang berupa besarnya dana BLM dan pendapatan bersih. Kemudian dianalisis dengan analisis regresi linear sederhana.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Rata-rata jumlah dana BLM dan pendapatan bersih yang diterima oleh anggota kelompok nelayan di Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 01 sebagai berikut.

Tabel 01.Rata-rata jumlah dana BLM dan pendapatan bersih yang diterima oleh anggota kelompok nelayan di Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan Tahun 2012

No Jenis Dana Jumlah Rata-rata

1 BLM Rp. 300.000.000,00 Rp. 6.122.449,00 2 Pendapatan Bersih Rp. 53.807.087,00 Rp. 1.098.104,00

Sumber: Data yang telah diolah peneliti

Tabel 02. Ringkasan Hasil Pengolahan Data Menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan Bantuan SPSS 16.00 for Windows

Parameter Koefisien p-value α = 0,05 Keputusan Simpulan

Ryx 0,787 0,000 0,05 Menolak Ho Ada hubungan pengaruh positif dari x

terhadap y

r2yx 0,619 0,000 0,05 Menolak Ho Ada pengaruh positif dari x terhadap y

α

18006,784 0,363 0,05 Tidak

Signifikan

Tidak dapat digunakan untuk memprediksi

β 0,018 0,000 0,05 Signifikan Dapat digunakan untuk memprediksi

(6)

Pada Tabel 01, terlihat bahwa rata-rata jumlah dana BLM yang diterima oleh 49 anggota kelompok nelayan sudah cukup tinggi. Ini mengindikasikan bahwa dana BLM yang diterima dapat digunakan sebagai modal usaha sehingga anggota kelompok nelayan dapat melakukan perluasan usaha secara produktif.

Hasil penelitian pada Tabel 01, menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh 49 anggota kelompok nelayan setelah memperoleh dana BLM masih berada di bawah UMR. Apabila dibandingkan dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di Kabupaten Buleleng untuk tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 1.200.000,00.

Hasil analisis regresi pada Tabel 02 menunjukkan bahwa dana BLM berpengaruh positif terhadap pendapatan bersih anggota kelompok nelayan tahun 2012 karena p-value < α. Hasil koefisien

determinasi sebesar 0,619 menyatakan bahwa variabel pendapatan bersih dipengaruhi oleh dana BLM sebesar 61,9% sedangkan 38,1% dipengaruhi oleh variabel diluar modal yang harus diteliti lebih lanjut lagi. Variabel lain yang mempengaruhi pendapatan yaitu kecakapan dan keahlian, motivasi, dan keuletan bekerja (Bardaini, 2006).

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 01 menunjukkan bahwa modal menjadi sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat nelayan karena dana BLM yang diberikan pemerintah dipergunakan oleh anggota kelompok nelayan sebagai modal usaha. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiksuana, Wiagustini, dan Sedana (2001: 95) yang menyatakan bahwa modal menjadi penting, karena dengan modal perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya, dan melakukan pengembangan atau perluasan usaha. Modal kerja yang efekif menjadi sangat penting untuk kelangsungan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 01 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan bersih yang diterima

anggota kelompok nelayan masih berada dibawah UMR. Oleh sebab itu perlu upaya lebih serius yang perlu dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) selaku pengelola kegiatan BLM, tidak hanya memberikan bantuan dana tetapi mengupayakan pelatihan keahlian dan keterampilan dalam berwirausaha dan bantuan akses pemasaran produk, sehingga pengetahuan masyarakat nelayan dalam berwirausaha dapat meningkat. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bardaini (2006) yang mengemukakan bahwa suatu usaha dengan modal yang cukup akan memberi peluang yang besar terhadap pendapatan yang akan diperoleh. Pendapatan seseorang tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh modal, pendapatan juga dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kesempatan kerja, kecakapan, keahlian, keuletan bekerja dan modal.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa Dana BLM berpengaruh positif terhadap pendapatan bersih anggota kelompok nelayan. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suwardjono (2005), yang mengungkapkan bahwa pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki. Jika modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa pendapatan dipengaruhi oleh modal yang dimiliki. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Yulinda (2011) yang mengatakan bahwa ada pengaruh positif dari pemberian penguatan modal usaha oleh KOPPEMP terhadap pendapatan nelayan. Dalam penelitian ini terlihat sangat jelas bahwa dana BLM berperan dalam upaya meningkatkan pendapatan bersih anggota kelompok nelayan di Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan tahun 2012.

(7)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap anggota Kelompok Nelayan di Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng tahun 2012, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. (1) Rata-rata jumlah dana BLM yang diterima oleh anggota kelompok nelayan sebesar Rp. 6.122.449,00. (2) Rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh anggota kelompok nelayan sebesar Rp. 1.098.104,00 per bulan untuk tahun 2012. (3) Ada pengaruh positif dari dana BLM terhadap pendapatan bersih anggota Kelompok Nelayan tahun 2012 dan besar pengaruhnya sebesar 61,9%.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah (1) bagi Kementrian Perikanan dan Kelautan hendaknya lebih mengoptimalkan penyaluran dana BLM kepada Kelompok Nelayan karena semakin banyak dana yang dapat disalurkan pada kelompok nelayan maka akan semakin banyak kelompok nelayan dapat meningkatkan pendapatannya. (2) bagi anggota kelompok nelayan penerima dana BLM diharapkan dapat menggunakan dana BLM dengan baik, sesuai dengan rencana usaha bersama serta diharapkan dapat mengolah hasil tangkapannya agar memperoleh nilai jual yang tinggi. (3) bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji lebih dalam mengenai penyaluran dana BLM, agar diperluas lokasi penelitiannya hingga mencapai seluruh desa yang ada di Kabupaten Buleleng dan menambah jumlah variabel lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap pendapatan bersih. DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 1985. Undang-Undang no 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan. Ariansyach, Ifan. 2009. Pengaruh Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Skripsi (tidak diterbitkan). Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Bardaini. 2006. Hubungan Kredit Usaha Baitul Maal Wattamwil (BMT) dengan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Tegal. Tersedia pada http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/s kripsi/archives/HASH0192/741e96f8. dir/doc.pdf (diakses tanggal 3 April 2013)

Direktorat Jenderal Perikanan. 2000. Buku Statistik Perikanan Indonesia.

Hendriksen, Eldon S. 2000. Teori Akuntansi Edisi Keempat.

Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. ---, 2011. Dasar-dasar Perbankan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan.

Yogyakarta: LKiS.

Mariah. 2008. Pengaruh Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat terhadap Pendapatan Nelayan di kabupaten penajam paser utara kalimantan timur. Skripsi (tidak diterbitkan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Mubyarto. 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Yayasan Agro Ekonomi. Jakarta: PT. Rajawali. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar

Pembelanjaan Perusahaan.

Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. 2002. Makro Ekonomi . Jakarta: Erlangga.

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta: UPP AMP YKPN. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi

Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutisna, Dedy Heryadi. 2011. Arsip PUMP. Tersedia pada

http://rustadi64-arsippump.blogspot.com/2011/03/pu mp_19.html (diakses tanggal 16 April 2013)

Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo.

(8)

Sutrisno, Edy. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: Kencana. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi

Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.

Denpasar: Udayana University Press.

Wiksuana, Wiagustini, dan Panji Sedana. 2001. Buku Ajar Manajemen Keuangan. Denpasar: UPT Penerbit Universitas Udayana.

Yulinda, Eni. 2011. Dampak Pemberian

Kredit Oleh Koperasi

Pengembangan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (Koppemp) Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Skripsi ( tidak diterbitkan). Riau : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

Gambar

Tabel  01.Rata-rata  jumlah  dana  BLM  dan  pendapatan  bersih  yang  diterima  oleh  anggota  kelompok nelayan di Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ini akan disampaikan hasil percobaan tentang pemotretan ruang yang hanya menggunakan sebuah lampu flash eksternal berintensitas kecil, yang bisa

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah laba perusahaan dengan metode penyusutan aktiva tetap garis lurus menurut standar akuntansi keuangan dengan undang- undang

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Tri juga mengapresiasi warga Pulau Sebira yang masih antusias memelihara pohon tua dengan usia ratusan tahun di depan rumah mereka, termasuk upaya menanam pohon mangrove di

Upacara penyempurnaan dilakukan bagi jenazah yang akan dikremasi. Pada dasarnya, upacara yang dilakukan antara jenazah yang dimakamkan atau yang dikremasi tidak

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh peserta Indonesia dalam mengikuti olimpiade internasional serta tingkat kesukaran soal yang dilombakan dalam olimpiade tersebut,

Rajah 2 menjelaskan dua impak terjemahan kata kerja berjurang leksikal yang dikemukakan oleh TPR dan QMMT terhadap mesej al-Quran, iaitu (1) terjemahan yang berjaya