• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek menurut UU No.8 Th. 1995 adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. (idx.co.id, diakses tanggal 14 Februari 2015)

Perusahaan rokok merupakan salah satu perusahaan yang termasuk dalam kategori sektor Barang Konsumsi. Dalam sektor barang konsumsi (consumer goods) terdapat 5 subsektor yaitu Food and Baverages (Makanan dan Minuman),

Tobacco Manufactures (Rokok), Pharmaceuticals (Kimia), Cosmeticand Household (Kosmetik), dan Houseware (Perlengkapan Rumah Tangga). Adapun perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2013 sebanyak 4 perusahaan. Yaitu :

Tabel 1.1

Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2013

No Kode

Perusahaan Nama Perusahaan IPO

1 GGRM Gudang Garam Tbk. 27 Agustus 1990

2 HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 15 Agustus 1990 3 RMBA Bentoel International Investama Tbk 5 Maret 1990

4 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 18 Desember 2012

(2)

2

a) PT. Gudang Garam Tbk.

Gambar 1.1

Logo Perusahaan PT. Gudang Garam Tbk.

Sumber : www.gudanggaramtbk.com diakses pada 14 Februari 2015

Perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). (www.gudanggaramtbk.com, diakses tanggal 14 Februari 2015)

b) PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

Gambar 1.2

Logo Perusahaan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

Sumber : www.sampoerna.com diakses pada 14 Februari 2015

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Atau sampoerna merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek, A Mild, serta raja kretek yang legendaris Dji Sam Soe. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. adalah afiliasi dari PT Philip Morris Indonesia. Afiliasi berarti memiliki hubungan kerjasama dengan perusahaan lain, atau tergabung dengan perusahaan atau beberapa perusahaan lain karena kepentingan atau pemilikan atau pengurus yang

(3)

3

sama. PT Hanjaya Mandala Sampoerna adalah bagian dari Philip Morris International, produsen rokok terkemuka di dunia. Keluarga Putera Sampoerna dan sejumlah pemegang saham lain menjual sahamnya sebanyak 40% di PT HM Sampoerna kepada Philip Morris International Inc. Pada tanggal 18 Maret 2005 persentase kepemilikan saham Philip Morris di HM Sampoerna menjadi 98,18 persen. (www.sampoerna.com, diakses tanggal 14 Februari 2015)

c) PT. Bentoel International Investama Tbk.

Gambar 1.3

Logo Perusahaan PT. Bentoel International Investama Tbk

Sumber www.bentoelgroup.com diakses pada 14 Februari 2015

Pada akhir tahun 1960-an, Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia untuk memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokoknya dengan plastik. Inovasi-inovasi ini kemudian menjadi standar pada industri tembakau nasional. Pada tahun 1990 perusahaan Bentoel menjadi perusahaan publik terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Rajawali Group mengambil alih pengelolaan dari perusahaan Bentoel pada tahun 1991. Kemudian pada tahun 2000, perusahaan Bentoel mengubah nama perusahaan menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Pada tahun 2009 British American Tobacco plc. mengakuisisi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. PT Bentoel Internasional Investama Tbk kemudian bergabung dengan PT BAT Indonesia Tbk pada tahun 2010, dengan tetap mempertahankan nama Bentoel. Bentoel mempekerjakan lebih dari 8.000 orang yang tersebar di bagian produksi, pemasaran dan distribusi rokok. Bentoel Group mengarahkan dirinya untuk menjadi perusahaan tembakau dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. (www.bentoelgroup.com, diakses tanggal 14 Februari 2015)

(4)

4

d) PT. Wismilak Inti Makmur Tbk.

Gambar 1.4

Logo Perusahaan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

Sumber www.wismilak.com diakses pada 14 Februari 2015

Wismilak merupakan industri rokok terkemuka Indonesia yang menghasilkan sekitar tiga milyar batang sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin dan cerutu. Didirikan pada tahun 1962, saat ini Wismilak memiliki 18 kantor cabang, 4 stock points dan 26 agents yang tersebar di seluruh pulau besar Indonesia. Wismilak meraih sukses dengan ekuitas premium, manajemen berpengalaman lebih dari 30 tahun, kapabilitas keuangan yang solid dan tumbuh pesat, serta pasar rokok Indonesia yang menjanjikan (www.wismilak.com, diakses tanggal 14 Februari 2015)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Rokok memiliki sifat produk yang dilematis, disatu sisi cukai dari industri rokok sebagai salah satu sumber penerimaaan terbesar bagi negara tetapi disisi lain rokok merupakan ancaman kesehatan. Sebagai salah satu sumber pemerimaan negara, cukai mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Nota Keuangan Anggaran Belanja Negara (NKAPBN) 2014 pendapatan cukai sebagai penyumbang terbesar ketiga dengan kontribusi rata-rata 9,4 persen penerimaan negara yang masuk kedalam pendapatan pajak dalam negeri, atau sebesar 104,7 triliun. Pendapatan cukai di indonesia, didominasi oleh pendapatan cukai hasil tembakau yang memberikan kontribusi rata-rata 96,2 persen. Sementara itu, kontribusi pendapatan cukai lainya hanya kurang dari 4 persen. Data ini menunjukan bahwa industri rokok di Indonesia masih memiliki peranan penting dalam penerimaan negara.

(5)

5

Menurut Yasasan Lembaga Konsumen Konsumen Indonesia (YLKI) Para perokok menghabiskan 12,4 persen dari pendapatan mereka untuk membeli rokok. Sedangkan konsumsi beras mereka menghabiskan 19% dari penghasilan mereka. Hal ini menjadikan kebutuhan merokok prioritas kedua setelah kebutuhan akan mengonsumsi beras. Berdasarkan data tersebut rokok merupakan produk yang sangat diminati di indonesia. (us.finance.detik.com, artikel September 2011 diambil 15 Februari 2015)

Berikut adalah perkembangan produksi rokok, jumlah perusahaan dan Cukai industri rokok.

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah Perusahaan, Produksi dan Cukai Industri Rokok (2007-2011)

Sumber Ditjen Bea Cukai di Gambaran Umum Industri Rokok diakses pada 15 Februari 2015

Tabel 1.3 menunjukan bahwa industri rokok di Indonesia sepanjang tahun 2007-2011 berkembang cukup baik, tahun 2007 sampai 2011 produksi rokok terus meningkat. Meskipun produksi rokok mengalami peningkatan tetapi fenomena menunjukkan bahwa jumlah perusahaan rokok semakin turun. Hal ini dikarenakan cukai yang semakin memberatkan para pengusaha di industri rokok Indonesia.Tahun 2015 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan berencana untuk menaikkan tarif cukai rokok sebesar 10% (Duniaindustri.com artikel Oktober 2014 diambil 16 Februari 2015).

Disisi lain Pemerintah juga telah mulai menerapkan pembatasan iklan, berpromosi, dan sponsor kegiatan, kepada perusahaan di antaranya tentang keharusan mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar maupun tulisan pada produk rokok (duniaindustri.com artikel Oktober 2014 diambil 16

(6)

6

Februari 2015). Menurut Pengamat Pasar Modal dari Trust Securities, Reza Priyambada, “Sebenarnya dari demand (permintaan) rokok di dalam negeri masih cukup tinggi walaupun pasarnya yang menurun tetapi demand-nya masih ada. Hanya saja frekuensi konsumsi sudah mulai berkurang karena masalah kesehatan dan lingkungan. Kalau dibilang industri rokok sedang masuki masa sulit”. (detikfinance.com Mei 2014 diambil tanggal 17 Februari 2015).

Pasar modal telah menjadi bagian penting dari berkembangnya perekonomian di Indonesia. Dalam dunia pasar modal perusahaan memandang pasar modal sebagai alternatif pendanaan selain dari sektor perbankan. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wadah untuk menginvestasikan dana yang dimilikinya.

Salah satu produk investasi yang sering digunakan oleh investor di pasar modal adalah saham. Menurut Hidayat (2011:93), saham adalah instrumen investasi yang paling populer di pasar modal. Tujuan utama yang diinginkan oleh investor atau pemegang saham adalah ketika mereka setuju untuk menginvestasikan dana yang dimilikinya dan mereka mendapatkan keuntungan yang maksimal dari hasil investasinya tersebut. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal seorang investor seharusnya menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Mengukur kinerja keuangan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh para calon pemegang saham. Calon pemegang saham akan melihat harga saham perusahaan tersebut. Harga saham tersebut mencerminkan kondisi keuangan perusahaan. Para pemegang saham cenderung menjual sahamnya jika kinerja keuangan perusahaan tersebut buruk, sebaliknya jika kinerja perusahaan tersebut baik, maka pemengang saham akan mempertahankanya.

(7)

7 Gambar 1.5

Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Rokok 2009-2013

Sumber: finance.yahoo.com, diakses pada 20 februari 2015

Pergerakan harga saham perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di BEI sendiri mengalami fluktiatif dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Dalam perusahaan Gudang Garam Tbk, harga saham penutupan dari tahun 2009 ke 2011 mengalami peningkatan. Tahun 2009 harga saham Gudang Garam Rp.21.550/lembar mengalami peningkatan sampai akhir tahun 2011 yaitu Rp. 62.050/lembar. Tetapi pada tahun 2012 sampai ke 2013 saham dari Gudang Garam Tbk. Mengalami penurunan. Harga saham Gudang Garam Tbk. Tahun 2013 sebesar Rp.42.000/lembar.

Berbeda dengan Gudang Garam Tbk. Pergerakan harga saham perusahaan Handjaya Mandala Sampoerna terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Pada akhir tahun 2009 harga saham perusahan Rp.10.400/lembar mengalami kenaikan tiap tahunya dan ditahun 2013 saham perusahaan Handjaya Mandala Sampoerna Rp. 62.400/lembar. Harga saham dari perusahaan bentoel tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan. Tahun 2009 harga saham sebesat Rp. 650/lembar naik menjadi Rp.800/lembar di akhir tahun 2010. Tetapi dari tahun 2011 ke 2013 harga saham penutupan perusahaan ini terus mengalami penurunan dari Rp.790/lembar di tahun 2009 menjadi Rp.570 di tahun 2013. 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 GGRM HMSP RMBA

(8)

8

Banyak hal yang mempengaruhi penilaian terhadap suatu saham, namun pada umumnya kinerja perusahaan cukup berpengaruh terhadap kenaikan ataupun penurunan harga saham. Kinerja manajemen yang baik maka saham perusahaan tersebut akan diminati investor, sehingga harga saham akan meningkat dan nilai perusahaan akan meningkat. (Nurswendo:2013).

Kinerja perusahaan dapat dinilai dengan melakukan analisis pada laporan keuangan. Menurut Lanaomi (2012), kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis keuangan, salah satunya yaitu laporan keuangan, dengan menggunakan pendekatan beberapa rasio keuangan misalnya rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio laverage dan lain-lain. Tetapi dalam penerapannya, analisis kinerja perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan hanya digunakan data nilai keuangan historisnya dan tanpa dipertimbangkan nilai pasar dari aset yang dimilikinya. Pengukuran kinerja yang mengabaikan biaya seluruh modal, tidak dapat mengungkapkan bagaimana perusahaan yang sukses menciptakan nilai bagi pemiliknya. (Warsono dalam Bergita et al : 2014). Hal ini secara tidak langsung akan mengabaikan kepentingan investor yang telah menanggung resiko dengan menanamkan modalnya, untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dikembangkan konsep Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)”.

Menurut Uegene F Brigham dam Joel F Houston (2001:50), nilai Tambah Pasar (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan modal ekuitas yang di investasikan investor. Dengan kata lain kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor.

Menurut Husnan (2012:66), sementara MVA menilai tambahan kemakmuran para pemilik perusahaan, EVA menilai efektivitas manajerial EVA untuk suatu tahun tertentu. EVA menunjukan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan kata lain apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka mereka akan mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.

(9)

9

Menurut Horne (2007: 141), nilai Tambah Ekonomi (EVA) adalah laba ekonomi yang dihasilkan perusahaan setelah semua biaya modal dikurangkan. Secara lebih spesifik, EVA adalah laba operasional bersih setelah pajak dikurangi beban nilai biaya modal untuk modal yang digunakan. Menurut Dona (2010), penggunaan metode EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai perusahaan. Pengertian nilai diartikan sebagai nilai daya guna maupun benefit yang dinikmati oleh stakeholder (karyawan, investor, pemilik).

Penelitian-penelitian sejenis yang dilakukan mengenai ada tidaknya pengaruh

Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham beraneka ragam. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyanto (2013) menunjukan bahwa EVA dan MVA berpengaruh terhadap harga saham secara simultan, namun secara parsial EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ismanegara (2013) EVA dan MVA berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Dan secara parsial EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Bergita et al. (2014) memiliki hasil yang berbeda, EVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian dari Lanaomi (2012) juga menunjukan hasil yang berbeda secara parsial MVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian dari Rosy (2009) juga menunjukan hasil yang berbeda hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tidak terdapat pengaruh antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham. sedangkan Market Value Added (MVA) dengan harga saham terdapat pengaruh secara parsial.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Economic Value Added (EVA)

dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan

Barang Konsumsi Sub Sektor Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013”

(10)

10

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana trend pergerakan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Harga Saham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013?

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan Economic Value Added (EVA) dan

Market Value Added (MVA) secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013?

3. Apakah terdapat pengaruh signifikan Economic Value Added (EVA) terhadap hargasaham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013?

4. Apakah terdapat pengaruh signifikan Market Value Added (MVA) terhadap hargasaham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui trend pergerakan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan harga saham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013? 3. Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga

saham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013?

4. Untuk mengetahui pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013?

(11)

11 1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini ditinjau dari aspek teoritis adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama mengenai penilaian kinerja perusahaan yang diukur berdasarkan pendekatan dengan metode Economic Value Added dan Market Value Added terhadap harga saham.

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi untuk pendalaman penelitian selanjutnya sehingga berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Kegunaan penelitian ditinjau dari aspek praktis adalah:

1. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak perusahaan dalam menilai kinerja berdasarkan Economic Value Added dan Market Value Added.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Penyusunan sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan.

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi tentang gambaran objek penelitian, latar belakang, masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian kegunaan penelitian dan sistematika dari penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab II berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini, literatur yang digunakan, kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi mengenai tahapan penelitian, jenis penelitian, oprasional variabel, skala pengukuran, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik sampling dan analisis data yang digunakan dalam penelitian.

(12)

12

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi mengenai hasil dan pembahasan dari berbagai aspek, analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan pada perusahaan dan saran bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian korelasional. Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui

Lebih dari itu berkenaan dengan pembicaraan tentang berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, harus memiliki sikap yang baik dalam menghadapi masalah dan mampu

Proses kerja uji untai reaktor riset merupakan miniatur untuk mempelajari proses pendinginan primer dan sekunder sebuah reaktor , sehingga sistem pemipaan yang digunakan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak bunga kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap pengendalian penyakit MAS ( Motile

* Surat Izin Mengemudi Internasional yang mengadakan perjanjian ikatan dengan negara Genova * Surat Izin Mengemudi orang asing (SIM dari negara Jerman, Swis, Perancis, Belgia,

Penulisan ilmiah ini berisi tentang Website Wisata Kuliner Kota Bogor yang menampilkan informasi berisi sejarah, pendiri, tempat dan macam-macam makanan yang sudah dikenal dan

Customer value adalah penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dana apa yang diberikan, Promosi

ىتح اهبيلاسأو اهطامنأو ةيبرعلا ةيوحنلا دعاوقلا قيبطت ميلعت يف زكرتي ءاشنلإا وأ ةباتكلا ميلعت رثكأ نأ فورعلمابو دعاوقلا ةدام يف ةبلطلا ملعتي امم اراركت ميلعتلا