Judul Jurnal : Manfaat Ekonomi Ekosistem Mangrove di Taman Wisata Perairan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua
Penulis : Marhayana S, Andi Niartiningsih, dan Rijal Idrus (2012) Pembahasan :
Pada penelitian yang dilakukan Marhayana, dkk (2012) maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove di TWP Padaido
Bedardasarkan tabel di atas maka dapat dilihat Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value/TEV) TWP Padaido dengan luas mangrove ± 12,868 ha yaitu Rp 23.027.022.043,4/tahun atau Rp 1.789.479.488,/ha/tahun dimana manfaat langsung memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp 11.273.488.186,/tahun.
Menurut saya analisis data dalam penelitian yang dilakukan oleh Marhayana S, dkk (2012) sudah bagus dan memberikan gambaran yang cukup jelas tentang nilai ekonomi pada ekosistem mangrove di taman wisata perairan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua.
Adapun penjabaran dari nilai ekonomi yang dimaksud pada tabel di atas adalah sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pendapatan bersih ratarata dari manfaat langsung ikan samandar/baronang (Siganus sp.) untuk Distrik Padaido pada saat ini adalah sebesar Rp 2.566.496.451,/tahun. Sedangkan pendapatan bersih ratarata untuk Distrik Aimando pada saat ini adalah sebesar Rp 1.918.806.765,/tahun. Jadi total manfaat langsung ikan samandar/baronang (Siganus sp.) di TWP Padaido adalah sebesar Rp 4.485.303.216, /tahun atau sebesar Rp 348.562.575,/Ha/tahun.
2) Manfaat Langsung Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Pendapatan bersih ratarata dari manfaat langsung kepiting bakau (Scylla serrata) untuk Distrik Padaido pada saat ini adalah sebesar Rp 19.600.000,/tahun. Sedangkan pendapatan bersih ratarata untuk Distrik Aimando pada saat ini adalah sebesar Rp 8.600.000,/tahun. Jadi total manfaat langsung kepiting bakau di TWP Padaido adalah sebesar Rp 28.200.000,/tahun. 3) Manfaat Langsung Kepiting Kenari (Bitrus latro)
Pemanfaatan kepiting kenari (Bitrus latro) di TWP Padaido lebih banyak diminati masyarakat dibanding kepiting bakau. Adapun total manfaat langsung kepiting kenari di TWP Padaido yaitu sebesar Rp 2.473.000.000,/tahun. Untuk Distrik Padaido pendapatan bersih ratarata sebesar Rp 1.473.000.000,/tahun dan Distrik Aimando sebesar Rp 1.000.000.000,/tahun.
4) Manfaat Langsung Bruguiera gymnorrhiza (aibon)
Masyarakat TWP Padaido memanfaatkan Bruguiera gymnorrhiza untuk dibuat tepung yang disebut tepung aibon. Biasanya pembuatan tepung ini dilakukan oleh ibu rumah tangga berusia 5070 tahun. Dari hasil perhitungan diketahui total pendapatan bersih dari manfaat langsung Bruguiera gymnorrhiza
(aibon) di TWP Padaido adalah sebesar Rp 6.900.030, /tahun yang berasal dari pendapatan bersih Distrik Padaido sebesar Rp 4.020.030,/tahun dan Distrik Aimando sebesar Rp 2.880.000,/tahun.
5) Manfaat Langsung Kerang (Anadara spp.)
Kebanyakan kerajinan cangkang kerang dijual di Pasar Bosnik. Semua ibu rumah tangga nelayan di TWP Padaido mencari kerang. Usia mereka berkisar antara 2065 tahun. Pendapatan bersih dari pemanfaatan kerang (daging dan cangkang kerang) yaitu sebesar Rp 3.248.344.940,/tahun. Adapun manfaat langsung daging kerang sebesar Rp 2.958.939.940,/tahun dan cangkang kerang sebesar Rp 289.405.000,/tahun.
6) Manfaat Langsung Kayu Mangrove
Bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat TWP Padaido dari keberadaan ekosistem mangrove yaitu mengambil kayu mangrove untuk dijadikan dermaga dan kandang babi. Pemanfaatan kayu mangrove sebagai dermaga dan kandang babi juga dilakukan oleh masyarakat dari pulau lain yang mengambil kayu mangrove dari pulau terdekat, seperti masyarakat Pulau Nusi mengambil kayu dari Pulau Pai atau Pulau Wundi dan masyarakat Pulau Mbromsi mengambil kayu dari Pulau Padaidori atau Pulau Pasi. Pendapatan bersih dari pemanfaatan kayu mangrove TWP Padaido yaitu sebesar Rp 769.000.000,/tahun. Adapun manfaat langsung dermaga sebesar Rp 516.000.000,/tahun dan manfaat langsung dermaga dan kandang babi sebesar Rp 253.000.000,/tahun.
7) Manfaat Langsung Penelitian
Hasil wawancara dengan pengelola kawasan TWP Padaido dan masyarakat setempat diketahui bahwa yang melakukan penelitian pada tahun 2011 di TWP Padaido sebanyak 29 orang yang terdiri dari dosen program (S2 & S3), mahasiswa (S1), dan LSM dengan ratarata berada di pulau selama 5 hari. Berdasarkan kunjungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya biayabiaya yang dikeluarkan selama penelitian antara lain biaya penginapan, biaya makan dan biaya lainnya, maka ratarata biaya per peneliti (minimal 1 kali kunjungan) sebesar Rp 9.060.000,. Dari hasil perhitungan diketahui total manfaat langsung penelitian pada TWP Padaido sebesar Rp 262.740.000,/tahun.
8) Nilai Ekonomi Total Manfaat Langsung
kandang babi (6,82%), manfaat langsung penelitian (2,33%), dan manfaat langsung kepiting bakau (Scylla serrata) (0,25%). Sedangkan manfaat langsung yang memberikan kontribusi terendah adalah manfaat langsung Bruguiera gymnorrhiza
(aibon) (0,06 %). Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat TWP Padaido sangat merasakan manfaat dari keberadaan ekosistem mangrove dan untuk mencukupi biaya hidup mereka bergantung pada hasil sebagai nelayan dan pemanfaatan ekosistem mangrove.
9) Manfaat Tidak Langsung
Nilai tak langsung mangrove tidak dapat diukur dengan nilai pasar (marketable) sehingga untuk mengukur nilai tersebut dilakukan dengan pendekatan biaya pembuatan penahan ombak. Dari perhitungan yang sangat sederhana dapat dihitung biaya yang dialokasikan untuk membangun penahan ombak yaitu sebesar Rp 4.298.200,/m
3
. Jika rata rata tinggi talud dibiak adalah 2 meter, maka besarnya biaya talud adalah Rp 8.596.400,. Panjang garis pantai pulau yang memiliki ekosistem mangrove di TWP Padaido adalah 11.657,99 meter. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar Rp 100.216.702.254,. Jika ratarata daya tahan talud di Kabupaten Biak Numfor adalah selama 10 tahun, maka besarnya manfaat tidak langsung mangrove TWP Padaido sebagai penahan ombak adalah sebesar Rp 10.021.670.225,40/tahun.
10) Manfaat Pilihan
Nilai manfaat pilihan didekati dengan menggunakan nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) dari keberadaan ekosistem mangrove. Berdasarkan laporan COREMAP (2011), kenyataan yang ada di TWP Padaido, kondisi mangrove sebagian sudah mengalami kerusakan seperti di pulau Padaidori mengalami kerusakan berat ketika terjadi tsunami pada tahun 1996. Jenis mangrove yang rusak/mati adalah Bruguiera gymnorrhiza yang telah berumur puluhan tahun. Berdasarkan pertimbangan tersebut untuk mendapatkan manfaat pilihan maka nilai keanekaragaman hayati mangrove TWP Padaido dikali dengan nilai rata rata sebesar US$ 1.500/km2/tahun atau US$ 15/ha/tahun (Ruitenbeek, 1991). Jadi
11) Manfaat Keberadaan
Nilai manfaat keberadaan (existence value) ekosistem mangrove di TWP Padaido diestimasi dengan menggunakan teknis contingent valuation method. Metode ini digunakan untuk menanyakan tentang nilai atau harga yang diberikan masyarakat akan keberadaan ekosistem mangrove agar tetap terpelihara. Jumlah responden TWP Padaido sebanyak 110 responden. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai keberadaan TWP Padaido bagi masyarakat yaitu sebesar Rp 602.688.461,/tahun.
12) Nilai Warisan
Ekosistem mangrove sebagai warisan yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Oleh karena itu diperkirakan bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung ekosistem mangrove. Dengan demikian maka, perkiraan nilai warisan mangrove TWP Padaido adalah sebesar 10 % x Rp 11.273.488.186, = Rp 1.127.348.816,/tahun.
13) Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value/TEV) Ekosistem Mangrove TWP Padaido
Dari hasil penilaian yang telah dilakukan, ekosistem mangrove TWP Padaido memiliki beberapa nilai yaitu manfaat langsung, manfaat tak langsung, manfaat pilihan, manfaat keberadaan dan manfaat warisan. Hasil perhitungan TEV