• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ETIKA PROFESI Kasus WhistleBlo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ETIKA PROFESI Kasus WhistleBlo"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ETIKA PROFESI

- Kasus

WhistleBlower sebagai

Pengungkap Rahasia Perusahaan

-OLEH :

PUTRI AYU MAHARANI

D42112259

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji serta rasa Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala anugerah, rahmat dan karunia–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Etika Profesi yang berjudul “Kasus WhistleBlower sebagai Pengungkap Rahasia Perusahaan” ini sebagaimana mestinya dan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan Makalah Mata Kuliah Etika Profesi ini, Penulis mempelajari lebih dalam tentang materi yang akan dibahas di dalam makalah ini. Sumber utama Informasi yang digunakan penulis ialah sumber utama yang diberikan oleh Dosen Mata Kulia Etika Profesi yaitu, Bapak Elyas Palentei serta sumber lainnya yang penulis temukan dari internet.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan serta penulisan Makalah Mata Kuliah Etika Profesi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca maupun Bapak Dosen yang bersangkutan. Semoga Makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca umum makalah Mata Kuliah Etika Profesi ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai dan meridhoi langkah kita semua dalam meraih kesuksesan, Aamiin.

Makassar, 19 Desember 2015 Penulis,

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I - PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan... 2

BAB II - PEMBAHASAN...3

2.1. Whistle Blowing... 3

2.1.1 Whistleblowing System...3

2.1.2Ikhtisan Whistleblowing...4

2.1.3 Undang-Undang dan Peraturan Terkait...6

2.2. Kasus Whistle Blowing...6

2.2.1. Sang WhistleBlower Susno Duadji...7

2.2.2. Jual Rahasia ke Pepsi, Mantan Sekretaris Coca Cola Dibui...9

2.2.3. Fenomena Pengungkapan Rahasia Melalui Media Sosial...10

BAB III - PENUTUP...13

3.1. Kesimpulan... 13

3.2. Saran... 14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia pada umumnya. Prinsip-prinsip itu juga sangat erat kaitannya dengan system nilai yang dianut oleh masyarakat. Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat ini masih sangat banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalah gunaan profesi. Untuk itu penulis akan membahas pengertian dari kode etik profesi dan sanksi atas pelanggaran kode etik profesi.

Yang sering terjadi di beberapa instansi atau perusahaan atau organisasi ialah seringnya terjadi pembocoran informasi yang ada di instansi atau perusahaan atau organisasi yang bersangkutan tersebut yang di lakukan oleh whistleBlower (Pengungkap Aib).

Terkait dengan usaha penerapan Good Corporate Governance terutama penjabaran dari Bab 1 pasal 2 ayat 2 tentang kewajiban BUMN menerapkan GCG dan termasuk didalamnya pemberantasan korupsi, gratifikasi, dan praktek kecurangan lainnya, manajemen PTPN II sepakat bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah dan memerangi praktek yang bertentangan dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik adalah melalui mekanisme pelaporan pelanggaran (whistleblowing system).

(5)

menjadi acuan tentang bagaimana tatacara pelaporan yang santun dan beretika dan meningkatkan partisipasi karyawan dalam melaporkan pelanggaran.

Whistleblowing system (WBS) yang efektif akan mendorong partisipasi masyarakat dan karyawan perusahaan untuk lebih berani bertindak untuk mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkan kepihak yang berwenang menanganinya diperusahaan. Ini berarti whistleblowing system mengeliminasi budaya “diam” menuju kearah budaya “kejujuran dan keterbukaan “, disamping itu manajemen Perusahaan memiliki kesempatan untuk mengatasi permasalahan secara internal terlebih dahulu, sebelum permasalahan tersebut merebak ke publik yang dapat mempengaruhi reputasi perusahaan.

Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis akan dijelaskan mengenai kasus whistleblowing yang pernah terjadi baik di Indonesia maupun di Negara lain.

1.1. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi. Selain itu, tujuan lebih rincinya ialah sebagai berikut :

a. Mengetahui bagaimana pandangan terhadap kajian pembahasan WhistleBlowing terhadap kasus yang bersangkutan

(6)

BAB II

-PEMBAHASAN

2.1 WhistleBlowing

2.1.1 Whistleblowing System

Terkait dengan usaha penerapan Good Corporate Governance terutama penjabaran dari Bab 1 pasal 2 ayat 2 tentang kewajiban BUMN menerapkan GCG dan termasuk didalamnya pemberantasan korupsi, gratifikasi, dan praktek kecurangan lainnya, manajemen PTPN II sepakat bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah dan memerangi praktek yang bertentangan dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik adalah melalui mekanisme pelaporan pelanggaran (whistleblowing system).

Untuk itu manajemen perusahaan sepakat untuk menyusun suatu pedoman tentang tatacara /sistem pelaporan pelanggaran (whistleblowing sistem) yang akan menjadi acuan tentang bagaimana tatacara pelaporan yang santun dan beretika dan meningkatkan partisipasi karyawan dalam melaporkan pelanggaran.

(7)

pelapor memerlukan rasa aman dan jaminan keselamatan untuk mau berpartisipasi dalam mencegah kecurangan dan korupsi, tanpa jaminan keselamatan baik nyawa maupun harta benda dan rasa aman bagi pelapor serta keluarganya, maka whistleblowing system tidak akan berjalan efektif.

2.1.2 Ikhtisar Whistleblowing

2.1.2.1 Apakah “pelanggaran” itu?

Yang dimaksud “pelanggaran” dalam pedoman ini adalah perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan, peraturan/ standar industry terkait dan standar operasional perusahaan (SOP), serta dapat dilaporkan. Termasuk dalam aktivitas pelanggaran antara lain adalah :

1) Melanggar peraturan perundang-undangan, misalnya pemalsuan tanda tangan, korupsi, penggelapan, mark-up, penggunaan narkoba, perusakan barang.

2) Melanggar pedoman etika perusahaan, misalnya benturan kepentingan, pelecehan, terlibat dalam kegiatan masyarakat yang dilarang.

3)

Melanggar prinsip akuntansi yang berlaku umum.

4)

Melanggar kebijakan dan prosedur operasional perusahaan, atau kebijakan, prosedur, peraturan lain yang dianggap perlu oleh perusahaan.

5)

Tindakan kecurangan lainnya yang dapat menimbulkan kerugian financial ataupun non financial.

6)

Tindakan yang membahayakan keselamatan kerja.

2.1.2.2 Apakah “pelaporan pelanggaran” itu?

(8)

dapat merugikan perusahaan maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan perusahaan kepada perusahaan, atau instansi lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia (confidential).

Pengungkapan harus dilakukan dengan itikad baik dan bukan merupakan suatu keluhan pribadi atas suatu kebijakan perusahaan tertentu ataupun didasari kehendak buruk/ fitnah.

2.1.2.3 Siapakah yang disebut “pelapor pelanggaran” ?

Pelapor pelanggaran (whistleblower) adalah karyawan PTPN II (pihak internal) namun tidak tertutup adanya pelapor dari pihak eksternal (pelanggan, pemasok, masyarakat). Pelapor seyogyanya memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas atas terjadinya pelanggaran yang dilaporkan, beserta bukti-bukti yang akurat, sehingga dapat ditelusuri atau ditindaklanjuti. Tanpa informasi yang memadai laporan akan sulit untuk ditindak lanjuti.

2.1.2.4 Perlindungan pelapor?

Sistem Pelaporan Pelanggaran PTPN II memberikan fasilitas dan perlindungan (whistleblower protection) sebagai berikut :

(9)

2)

Perlindungan atas tindakan balasan dari terlapor atau organisasi. Perlindungan dari tekanan, dari penundaan kenaikan pangkat, pemecatan, gugatan hukum, hingga tindakan fisik. Perlindungan ini diberikan tidak hanya untuk pelapor tetapi juga dapat diperluas hingga anggota keluarganya.

3)

Informasi pelaksanaan tindak lanjut, berupa kapan dan bagaimana serta kepada institusi mana tindak lanjut diserahkan, informasi ini disampaikan secara rahasia kepada pelapor yang lengkap identitasnya.

Perlindungan diatas tidak diberikan kepada pelapor yang terbukti melakukan pelaporan palsu dan/ atau fitnah. Pelapor yang melakukan fitnah dapat dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, misalnya KUHP pasal 310 dan 311 atau peraturan internal perusahaan (Pedoman Etika Perusahaan, Perjanjian Kerja.

2.1.2.5 Perbedaan antara saksi dan pelapor

Saksi adalah seseorang yang melihat dan mendengar atau mengalami sendiri tindak pelanggaran yang dilakukan terlapor dan bersedia memberikan keterangannya didepan siding pengadilan.

Pelapor adalah orang yang melaporkan adanya tindakan pelanggaran, tetapi mungkin ia tidak melihat dan mendengar sendiri pelaksanaan tindak pelanggaran tersebut, tetapi mempunyai bukti-bukti surat atau alat bukti petunjuk (rekaman, gambar, dlsb) bahwa telah terjadi tindak pelanggaran.

2.1.3 Undang-Undang dan Peraturan Terkait

(10)

Walaupun belum terdapat peraturan perundangan yang secara komprehensif mengatur mengenai SPP/WBS, Indonesia memiliki beberapa peraturan perundangan yang secaraparsial menangani pelaporan pelanggaran dan perlindungan pelapor, antara lain:

1) UU No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; pasal 9 2) UU No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi pasal 31 danpasal 41 ayat (2) butir e.

2.2 Kasus Whistle Blowing

2.2.1 Sang WhistleBlower

Susno Duadji

Whistle blower bukanlah sesuatu yang baru melainkan sesuatu yang sudah lama ada. Whistle blower menjadi sangat polpuler di Indonesia karena akhir-akhir ini sangat marak pemberitaan yang menimpa Kepolisian Republik Indonesia dengan pihak whistle blower (Komjen Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri). Itu adalah salah satu contoh di Indonesia, contoh lain di luar Indonesia yang menjadi whistle blower. Skandal yang terjadi ditubuh Kepolisian adalah sekandal maklar kasus. Kita perlu ketahui bahwa skandal tersebut melanggar hukum dan dapat menimbulkan kerugian keuangan negara ancaman bagi kehidupan bermasyarakat.

(11)

Didalam dunia nyata yang mengalami pelanggran dalam hal hukum tidak hanya terjadi didalam perusahaan atau institusi pemerintahan yang dapat menimbulkan ancaman secara substansial bagi masyarakat akibat dari tindakan whistle blowing. Salah satu tipe dari whistle blower yang paling sering ditemukan adalah tipe internal whistle blower yaitu seorang pekerja atau karyawan didalam suatu perusahaan atau institusi yang melaporkan suatu tindakan pelanggaran hukum kepada karyawan lainnya atau atasannya yang juga ada didalam perusahaan tersebut.

Selain itu juga ada tipe external whistleblower adalah pihak pekerja atau karyawan didalam suatu perusahaan atau organisasi yang melaporkan suatu pelanggaran hukum kepada pihak diluar institusi, organisasi atau perusahaan tersebut. Biasanya tipe ini melaporkan segala tindakan melanggar hukum kepada media, penegak hukum, ataupun pengacara, bahkan agen-agen pengawas praktik korupsi ataupun institusi pemerintahan lainnya. Contohnya seperti Komjen Susno Duadji yang melaporkan praktek markus di tubuh Kepolisian, Kejaksaan dan Dirjen Pajak kepada Satgas Mafia Hukum, DPR RI. Secara umum seoarang masih lemah. Khususnya perlindungan bagi Whistle Blower. "UU 13/2006 masih memiliki banyak kelemahan. Perlindungan mengenai saksi pelapor justru ada dalam pasal 15 UU KPPU," ungkap Ketua PPATK, Yunus Hussein.

(12)

dari berbagai ancaman. Namun hal ini juga masih sulit dilaksanakan. "Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban sendiri masih belum kuat untuk berfungsi sebagaimana mestinya," ujar Yenti Garnasih, dosen FH Universitas Trisakti.

Secara lengkapnya seorang whistle blower telah menyimpang dari kepentingan perusahaan/institusi. Jika pengungkapan ternyata dilarang oleh hukum atau diminta atas perintah eksekutif untuk tetap dijaga kerahasiannya maka laporan seoarang whistle blower tidak dianggap berkhianat. Bagaimanapun juga di Amerika Serikat tidak ada kasus dimana seorang whistle Blower diadili karena dianggap berkhianat. Oleh karena itu sudah selaknya seorang Whistle blower wajib di lindungi dan bahkan di berikan penghargaan. Hal tersebut seperti dalam U.S Federal Whistleblower Statues, untuk dianggap sebagai seoarang whistle blower seorang pekerja/bawahan harus secara beralasan yakin bahwa seseorang atau institusi atau organisasi ataupun perusahaan telah melakukan tindakan pelanggaran hukum.

2.2.2

Jual Rahasia ke Pepsi, Mantan Sekretaris Coca Cola Dibui

(13)

perlindungan atas hak intelektual perusahaan di AS. Selain dipenjara, Williams dan Dimson diperintah hakim untuk membayar US$ 40,000 dollar kepada Coca Cola. Kasus jualan rahasia perusahaan ini bermula pada tahun 2006, ketika Williams keluar dari Coca Cola. Williams membawa sampel produk baru Coca Cola dan beberapa dokumen yang menurutnya akan membuat Pepsi tertarik. Williams kemudian menyerahkan sampel produk Coca Cola itu kepada Duhaney dan Dimson yang nantinya akan menjual produk itu kepada Pepsi. Pada bulan Mei 2006, Pepsi menerima surat dari Dimson yang mengaku sebagai petinggi di Coca Cola dan mengaku mempunyai dokumen-dokumen yang pasti buat Pepsi ngiler. Namun bukan duit yang Dimson terima, Pepsi malah menghubungi FBI untuk meneliti kasus ini. Agen FBI pun menyamar untuk memasang perangkap ketika Dimson mengirim 14 lembar faksimili yang bertuliskan dokumen rahasia Coca Cola. Agar masuk perangkap, Dimson dibayar dulu sebanyak US$ 5.000, kemudian agen itu menjanjikan akan memberikan US$ 30.000 dalam kotak kue kepada Dimson di Bandara Atlanta. Akhirnya Dimson ditangkap. Coca Cola pun tidak tinggal diam, mengetahui karyawannya membocorkan rahasia, manajemen memasang kamera pengawas yang menangkap basah Williams sedang memasukkan dokumen rahasia dalam tasnya saat dia akan pulang kerja.

2.2.3

Fenomena Pengungkapan Rahasia melalui Media Sosial

(14)
(15)
(16)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat penulis sampaikan berdasarkan pembahasan pada makalah ini ialah sebagai berikut :

a. Whistle blowing (Pengungkap Aib) merupakan istilah bagi karyawan, mantan karyawan atau pekerja, anggota dari suatu institusi atau organisasi yang melaporkan suatu tindakan yang dianggap melanggar ketentuan kepada pihak yang berwenang.

b. Pendapat umum terhadap whistleblower adalah bahwa hal itu merupakan ketidakloyalan dan bahwa seorang insinyur atau manager yang memiliki tugas untuk loyal pada perusahaan yang dapat membawa dampak negative dalam kolega dan prima yang tidak bersalah, bukan hanya pada mereka yang terlibat dalam praktik yang tidak etis dan ilegal. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang menjalankan aktifitas usahanya secara etis maka whistleblowing merupakan bagian dari sistem pengendalian. Namun bagi perusahaan yang tidak menjalankan aktifitas usahanya dengan tidak etis maka whistleblowing dapat menjadi ancaman.

c. Fenomena whistleblowing dapat dibenarkan adalah sebagai berikut:

1) Mengkonfirmasi bahwa hal tersebut memiliki risiko kepada publik atau rekan kerja sehingga diperlukan tindakan perbaikan atas hal tersebut.

2) Menguji motif whistleblower. Di sini rekan terpercaya mungkin dapat membantu dalam refleksi. Terdapat bahaya dari motif yang heroik, dengan citra whistle blower yang mengalahkan organisasi 'jahat', atau motif balas dendam.

(17)

4) Menyatakan dengan jelas keberatan terhadap praktik yang terlibat, bukan terhadap orang-orangnya. Di mana keberatan menjadi orang yang dipusatkan ada bahaya dari kehilangan keobjektifan.

5) Semua prosedur perusahaan harus diikuti oleh potensi whistle blower, dan jika tidak ada itikad baik secara internal perusahaan maka pengungkapan eksternal perlu dipertimbangkan.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan pembahasan pada makalah ini ialah sebagai berikut :

1. Lakukanlah profesi anda sebagai mana mestinya.

2. Dalam berusaha/menjalanakan usaha hendaknya agar tidak memberi dampak yang buruk baik bagi pekerja maupun masyarakat pada umumnya.

3. Untuk dapat merebut hati pihak yang menjadi sasaran maka diperlukan etika yang baik dan keprofessionalan dalam kegiatan melobi.

4. Beranilah melaporkan segala jenis tindakan yang dapat merugikan baik pekerja/karyawan dan masyarakat yang dilakukan oleh pihak-pihak di lembaga tertinggi suatu organisasi atau instansi terkait.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/rpp/sang-whistle-blower_54ffbaaca333113244511790 (diakses pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 22:11 WITA).

http://finance.detik.com/read/2007/05/24/121606/784559/4/jual-rahasia-ke-pepsi-mantan-sekretaris-coca-cola-dibui (diakses pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 22:11 WITA).

http://www.kompasiana.com/destarania/hati-hati-menceritakan-masalah-kantor-di-social-media-ada-batasan-hukumnya_550e04fca33311ab2dba7f1d

(diakses pada tanggal 18 Desember pukul 22:11 WITA).

http://ptpn2.com/Sistem%20Pelaporan%20Pelanggaran2.pdf (diakses pada tanggal 18 Desember pukul 22:11 WITA).

http://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/view/uu-nomor-30-tahun-2000

(diakses pada tanggal 18 Desember pukul 22:11 WITA).

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian pada kualitas air sebelum pengolahan, terdapat beberapa parameter tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pengolahan dengan kombinasi penyaringan

Menurut pandangan ini, terjadinya al-Mihnah bukan karena Mu'tazilah sebagai aliran teologi, melainkan kenyataan politik waktu itu yang membuat teologi Mu'tazilah

Data primer adalah data yang diperoleh langsung, seperti hasil dari1. wawancara dari subjek penelitian dengan mengenakan alat

Agar   setiap   orang   mengetahuinya,   memerintahkan pengundangan   Peraturan   Menteri  ini   dengan   penempatannya

Kelompok Ke{a X)OOX Unit Layanan Pengadaan (ULP) Ikbupaen Bengkulu Selatan berdasarkan Surat Keputusan Bupali Bengkulu Selatan Nomor 050/682 Tahun 2017 tanggal 09

Kooperasi dan konflik selalu berjalan beriringan. Kooperasi atau kerja sama yang terjadi pada pembelajaran kooperatif kadang diiringi dengan konflik antar anggota. Tidak adanya

Subak lodtunduh merupakan subak yang paling hulu dari sistem irigasi di sana, sehingga setelah air masuk ke pintu air, maka air tersebut akan langsung mengalir

Fasilitas di TPT KPP Pratama Semarang Gayamsari dilengkapi dengan fasilitas yang sesuai standar fasilitas berdasarkan Panduan Pelayanan Prima Direktorat Jenderal Pajak