• Tidak ada hasil yang ditemukan

MACAM MACAM HADITS HASIL KRITIK SANAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MACAM MACAM HADITS HASIL KRITIK SANAD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MACAM-MACAM HADITS DITINJAU DARI KUALITASNYA

(HASIL KRITIK SANAD)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas,

Mata Kuliah : Studi Qur’an Hadits

Dosen Pengampu : Dr. Nurul Iman, Lc, M.H.I

Disusun Oleh :

Erry Fujo Dwilaksono (17160099)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

(2)

A. Latar Belakang

Membicarakan tentang pembagian hadits dari segi kualitasnya ini tidak dapat dipisahkan dari pembagian hadits menurut kuantitasnya. Hadits kuantitas dibedakan menjadi, hadits mutawatir dan hadits ahad. Untuk hadits mutawatir, memberikan pengertian bahwa hadits iru diterima secara yaqin bil qath’i, yakni ia harus diterima dan diamalkan dengan tanpa mengadakan penelitian, baik terhadap sanad maupun matan. Sedangkan hadits ahad hanya sekedar memberikan faidah dzanny (prasangka) dan karenanya harus diadakan penyelidikan lebih lanjut, baik yang berhubungan dengan sanad maupun matan hadits, sehingga status hadits tersebut menjadi jelas diterima sebagai hujjah atau sebaliknya.

Atas dasar di atas kami menulis makalah dengan pembahasan mengenai pembagian hadits berdasarkan kualitasnya yang merupakan hasil kriti sanad. Sehingga pembaca akan memahami tentang antara hadits yang dapat dijadikan hujjah dan yang tidak dapat dijadikan hujjah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud hadits shahih dan hadits hasan ? 2. Apa yang dimaksud hadits mardud dan hadits dhaif?

C. Tujuan

1. Memahami yang dimaksud dengan hadits shahih dan hadits hasan 2. Memahami yang dimaksud dengan hadits mardud dan hadits dhaif

(3)

PEMBAHASAN

A. Hadits Shahih dan Hadits Hasan

Kata shahih berasal dari kata shahha dan shihhah yang berarti sehat, tidak cacat, lawan kata dari sakit (saqim).1 Dalam hubungannya dengan kualitas hadits, ulama hadits menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil dan dhabit, serta terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan cacat (‘illat). Sifat adil berkaitan dengan kualitas pribadi, sedangkan sifat dhabit berkaitan dengan kapasitas intelektual.2 Sedangkan menurut Ibn As-Shalah hadits shahih adalah hadits musnad, yakni hadits yang sanadnya bersambung dengan proses periwayatan oleh orang yang adil, dan melalui orang yang adil dan dhabit hingga akhir sanad, tidak syadz dan tidak pula cacat.3

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik sebuah simpulan bahwa hadits dapat dinilai shahih jika memenuhi lima kriteria sebagai berikut:

a. Sanadnya bersambung (ittishal al-sanad)

b. Diriwayatkan oleh perawi yang bersifat adil (‘adalah al-ruwah) c. Para perawinya sangat kuat daya ingatnya (dlabith al-ruwah)

d. Tidak memiliki cacat dan cela (‘adam al-‘illah), baik sanad maupun matannya e. Tidak ada keganjilan (‘adam al-syudzudz), terutama dari segi matan

Sedangkan yang dimaksud hadits hasan secara harfiah kata hasan atau hasanah brarti bagus, baik (khair) atu terpuji (mahmud) yang berlawanan dengan kata sayyi’ah atau madzmumah. Selanjutnya, yang dimaksud dengan hadits hasan adalah hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil namun ke-dhabit-annya agak kurang sedikit, serta terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan cacat (‘illat). Perbedaan pokok antara hadits shahih dan hasan dalam hal ini dalah pada ke-dhabit-an periwayat. Pada hadits shahih, kualifikasi ke-ke-dhabit-an periwayat bertingkat sempurna, sedangkan hadits hasan ke-dhabit-an periwayat itu kurang sedikit, namn kekurangannya tidak sampai menjadikan hadits yang diriwayatkan berkualitas lemah. Ulama hadits hasan menjadi dua macam, yakni hasan lidzatihi (hasan dengan dirinya sendiri) dan hasan lighairihi (hasan karena dukungan dari lainnya).

Hasan menurut bahasa ialah “sesuatu yang baik dan cantik.” Sedangkan menurut terminologi, hadis hasan ialah hadis yang muttasil sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit,

1 M. Syakur Sf. 2009, ‘Ulum al-Hadits Kajian Mushthalah dan Sejarah. MASEIFA Jendela Ilmu: Kudus, h.190.

2 Syuhudi Ismail. 2007, Metode Penelitian Hadis Nabi. PT Bulan Bintang: Jakarta, h.35.

(4)

tidak pula terdapat illat (cacat).4

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa hadis hasan sama dengan hadis shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal ingatan perawi. Pada hadis shahih, ingatan atau daya hafalannya harus sempurna, sedangkan pada hadis hasan, ingatan atau daya hafalannya kurang sempurna. Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadis hasan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Sanadnya bersambung 2. Perawinya adil

3. Perawinya dhabit, tetapi kedhabitannya di bawah kedhabitan hadis shahih

4. Tidak terdapat syadz

5. Tidak ada illat.

Hadits hasan dapat dijadikan hujjah dan dapat dipraktikkan pesannya sebagaimana hadits shahih. Hanya kadarnya tidak sekuat kualitas hadits shahih. Menurut jumhur ulama, status kehujjahan hadits hasan seperti hadits shahih, namun ia berada di tengah-tengah antara hadits shahih dan hadits dhaif. Menurut ibn Taymiyah, hadits hasan di bawah hadits shahih. Jika keduanya terjadi perbedaan atau bahkan betentangan, maka harus didahulukan hadits shahih.5

B. Hadits Mardud dan Hadits Dhaif

Mardud menurut bahasa adalah “yang ditolak” atau “yang tidak diterima”. Sedangkan menurut istilah adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat hadits maqbul”.6 Kata dha’if berarti lemah, lawan kata dari kuat (quwwah). Adapun yang dimaksud dengan hadits dhaif atau lemah adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadits shahih dan hasan.7

Berbagai macam bentuk hadits dhaif muncul karena adanya faktor yang berbeda-beda. Dengan demikian jumlah hadits dhaif menjadi banyak. Alasan atau faktor terjadinya hadits dhaif adalah sebagai berikut:

1. Karena keterputusan sanad (Inqitha’ al-isnad)

Hadits yang sanadnya tidak bersambung (munqathi’), baik di tengah sanad maupu dengan Nabi Muhammad SAW, dinilai sebagai hadits lemah atau hadits dhaif. Di

4 Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 59. 5 M. Syakur Sf. Op. Cit., h. 198-199.

6 Munzier Suparta. 200, Ilmu Hadis. Raja Grafindo Persada: Jakarta, h. 125.

(5)

antara hadits-hadits dhaif yang diketahui karena terputus sanadnya adalah sebagai berikut:

a) Hadits Mursal

Secara harfiah kata mursal berarti terlepas, dilepaskan, terbebas atau dikirim. Hadits mursal adalah hadits yang disandarkan oleh Tabi’in kepada Rasulullah SAW tanpa menyebutkan nama shahabat yang membawa hadits. 8

b) Hadits Munqathi’

Munqathi’ adalah isim fa’il dari al-inqitha’ berarti lawannya bersambung (putus).9 Secara istilah hadits munqathi’ adalah hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih, atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya.10

c) Hadits Mu’allaq

Mu’allaq berarti digantungkan. Hadits mu’allaq adalah hadits yang seseorang atau lebih secara berurutan dalam sanad dinyatakan hilang. Status hadits ini adalah dhaif kecuali ditemukan dalam buku yang sudah jelas status keshahihannya

d) Hadits Mu’adhdhal

Hadits mu’adhdhal adalah hadits yang dua orang atau lebih dalam sanadnya tidak ada (majhul), karena hilang atau tidak disebutkan.11

e) Hadits Mudallas

Hadits mudallas adalah hadits yang terdapat perawi yang digugurkan oleh seorang perawi secara sengaja dengan maksud untuk menutupi aibnya. Adapun perawi yang melakukan penutupan aib perawi tersebut (gurunya) dinamakan mudallis, sedangkan perbuatannya dinamakan tadlis. 12

2. Karena tiadanya sifat adil a. Hadits Maudhu’

Secara bahasa al-maudhu’ adalah isim maf’ul dari wadha’a-yadha’u-wadh’an yang mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau menyimpan); al-iftira’ wa al-ikhtilaq (mengada-ada atau membuat-buat); dan at-tarku (ditinggal). Sedangkan secara istilah hadits maudhu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW

8 M. Syakur Sf. Op. Cit., h. 214

9 Mahmud Thahhan, pent. Zainul Muttaqin. 1997, Ulumul Hadits Titian Ilahi Press : Yogyakarta, h. 83.

10 Munzier Suparta. Op. Cit., h. 152.

11 M. Syakur Sf. Op. Cit., h. 215.

(6)

menetapkannya.13 b. Hadits Matruk

Hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh dusta terhadap hadits yang diriwayatkannya), atau nampak kefasikannya, baik pada perbuatan atau pada perkataannya, atau orang yang banyak lupa atau banyak ragu.14 c. Hadits Munkar

Ulama hadits mendefisinikan dengan macam-macam, yang paling terkenal adalah dua definisi, yaitu:

 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar hadits munkar adalah hadits

yang dalam riwayatnya terdapat rawi yang sangat jelek hafalannya atau banyak kesalahan atau nampak sifat fasiqnya.

 Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang dhaif menyelisihi rawi yang

terpercaya.15 3. Karena tiadanya dhabit

a) Hadits Mudraj

Adalah hadits yang menampilkan redaksi tambahan, padahal bukan bagian dari hadits. Macam-macam hadits idraj :

 Idraj fil matan yaitu tambahan dalam sanad, bisa di awal, tengah, atau akhir.  Idraj fis sanad, bisa terjadi seorang rawi memasukkan suatu sanad padahal bukan

termasuk sanad dari hadits tersebut, atau seorang rawi memasukkan matan hadits pada sanad yang bukan sanadnya.16

b) Hadits Maqlub

Adalah hadits yang lafadz matannya tertukar pada oleh salah seorang perawi, atau seseorang pada sanadnya. Kemudian didahulukan dalam penyebutannya, yang seharusnya disebut belakangan, atau mengakhirkan penyebutan, yang seharusnya didahulukan, atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.17

c) Hadits Mudhtharib

Adalah hadits yang diriwayatkan dengan bentuk yang bebeda-beda padahal dari satu perawi (ynga meriwayatkan) dua atau lebih, atau dari dua perawi atau lebih yang berdekatan. Kerancuan (idhthirab) ini bisa terjadi di sanad dan matan atau sanad dan matan secara bersama-sama.

13 Munzier Suparta. Op. Cit., h. 176.

14 Ibid., h. 160.

15 Mahmud Thahhan. Op. Cit., h. 103.

16 Munzier Suparta. Op. Cit., h. 161.

(7)

d) Hadits Mushahhaf dan Hadits Muharraf  Hadits mushahhaf yaitu:

ىنمعلاوا ظفللا يفرييغتلا هيف عقو ام

“Terjadinya perubahan redaksi hadits dan maknanya”.  Hadits muharraf

طخلا ةروص ءاقب عم ةملكلا يف لكشلا رييغتب هيف ةفلاخملا تعقاوم ام

“hadits yang perbedaannya terjadi disebabkan karena perubahan syakal kata dengan masih tetapnya bentuk tulisannya”18

4. Karena kejanggalan dan kecacatan a) Hadits Syadz

Adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul, akan tetapi bertentangan matannya dengan periwayatan dari orang yang kualitasnya lebih utama 19

b) Hadits Mu’allal

Adalah hadits yang diketahui ‘illatnya setelah dilakukan penelitian dan penyelidikan meskipun pada lahirnya nampak selamat dari cacat. 20

18 Ibid., h.163

19 Mahmud Thahhan. Op. Cit., h.127 .

(8)

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil dan dhabit, serta terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan cacat (‘illat). Sifat adil berkaitan dengan kualitas pribadi, sedangkan sifat dhabit berkaitan dengan kapasitas intelektual. Yang dimaksud dengan hadits hasan adalah hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil namun ke-dhabit-annya agak kurang sedikit, serta terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan cacat (‘illat).

2. Yang tergolong dalam hadits mardud yaitu, hadits dhaif. Adapun yang dimaksud dengan hadits dhaif atau lemah adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadits shahih dan hasan.

Alasan atau faktor terjadinya hadits dhaif adalah sebagai berikut: 1) Karena keterputusan sanad (Inqitha’ al-isnad)

a. Hadits Mursal

d. Hadits Mushahhaf dan Hadits Muharraf 4) Karena kejanggalan dan kecacatan

(9)

B. Saran

(10)

Al-Maliki, Muhammad Alawi.2006, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar.Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Ismail, Syuhudi. 2007, Metode Penelitian Hadis Nabi. PT Bulan Bintang: Jakarta.

Sf, M. Syakur. 2009, ‘Ulum al-Hadits Kajian Mushthalah dan Sejarah. MASEIFA Jendela Ilmu: Kudus.

Suparta, Munzier. 200, Ilmu Hadis. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penyusunan laporan studi praktek kerja berjudul “Evaluasi Pengendalian Internal Atas Aset Tetap Pada Spare Part Mesin Di Perusahaan Industri Makanan (Studi Praktek Kerja

Nurhasanah, Lina, 2010, Pengaruh Kas, Dana Pihak Ketiga, SWBI (SertifikatWadiah Bank Indonesia), Margin Keuntungan, dan NPF (Non PerfomingFinancing) Terhadap

Pada data (30) terdapat kata lapangan bola merupakan kosakata bahasa gaul GDODP WD\DQJDQ NRPHGL 3RQ79 ³.DPLO 2QWH´ GDUL JDEXQJDQ GXD EXDK NDWD \DQJ diserap dari

This conversation does not explicitly describes the static of Willy Loman, however it is understandable that from the way he deny Linda’s offering, shows that Willy does not like

identification Environmental requirements to RAS F41321 F41322 F41323 Requirements analysis Functional analysis input Functional analysis Environmental modeling Specialty

• Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, Kencana Prenada Media Grup,

Abstrak. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery lebih baik dari model pembelajaran