• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model model dan pengambilan keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model model dan pengambilan keputusan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Kompleksitas kehidupan membuat manusia kesulitan untuk memahami semua aspek kehidupan dan segala kaitannya secara utuh dan komprehensif

Dengan segala kemajuan yang telah diperoleh dalam berbagai disiplin ilmu tentang manusia, seperti sosiologi, antropologi, kedokteran, dan psikologi, masih saja belum diperoleh pemahaman final tentang proses berfikir yang terjadi pada otak manusia. Kenyataan ini antara lain berakibat pada belum mungkin dipahaminya kegiatan mental yang membantu manusia tiba pada suatu keputusan apabila ia menghadapi suatu situasi problematis.

Terkadang terdapat situasi problematis yang sederhana, yang tidak menuntut terlalu banyak alternative dan informasi yang perlu diperhitugkan. Akan tetapi ada juga situasi problematis yang dihadapi rumit, di mana berbagai alternative perlu dikaji berdasarkan aneka ragam data dan informasi, timbullah kesukaran dalam memahami bagaimana sesungguhnya otak manusia itu berfungsi. Karena kenyataan inilah para ahli terus berusaha untuk mempelajari berbagai pendekatan dan cara atau model yang digunakan oleh para pengambil keputusan sebagai bentuk penyederhanaan agar kehidupan yang komleks ini dapat dipahami dengan lebih baik. Model dibuat dengan berdasarkan unsur-unsur yang relevan dan dominan sehingga tetap dapat mewakili kehidupan nyata yang hendak dibahas.

(2)

membantu untuk memperkirakan atau membayangkan kmungkinan-kemungkinan yang disertai asumsi-asumsi sehingga dapat dilihat dengan lebih jelas situasi dan kondisi serta arah kemungkinan yang akan terjadi

Sehingga dengan adanya model dalam pengambilan keputusan tentunya sangat membantu dalam memilih alternative terbaik dari segala alternative yang ada ,dimana alternaif keputusan meliputi keputusan ada kepastian, keputusan beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam konflik. Dengan adanya model pengambilan keputusan tentunya akan sangat membantu menentukan serta mencapai tujuan yang ada .

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan model pengambilan keputusan? 2. Apa saja yang termasuk model pengambilan keputusan?

3. Bagaimana cara memilih model dalam pengambilan keputusan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian model pengambilan keputusan 2. Mengetahui model pengambilan keputusan

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pengambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.

2. Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.

3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika. 4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.

(4)

unsur dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.

Kast, memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.

Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.

Dengan demikian pada hakikatnya model itu merupakan pengganti hal yang nyata, mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri dibuat dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di samping itu, model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu sendiri.

2.2 Model-Model Pengambilan Keputusan

Para ahli terus berusaha untuk mempelajari berbagai pendekatan dan cara yang digunakan oleh para pengambil keputusan, baik yang berhasil maupun yang tidak, khususnya dalam menghadapai situasi problematis yang kompleks.

(5)

dijatuhkan pada alternatif yang tidak paling tepat dan bahkan kesalahan dalam menempatkan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai.

Dengan kata lain, mempelajari mengapa pengambilan keputusan adakalanya membuat keputusan yang tidak baik untuk dikaji. Dengan ini dapat mengetahui sifat-sifat berbagai model dan teknik pengambilan keputusan sehingga apabila diterapkan mendatangkan hasil yang diharapkan.

Pada dasarnya terdapat dua cara untuk melakukan penilaian keputusan: 1. Menggunakan pendekatan yang sifatnya pragmatis

yaitu melihat hasil yang dicapai. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan harapan dan keinginan, keputusan yang diambil dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik, dan sebaliknya. Secara pragmatis, beberapa tolok ukur tambahan yang dapat dan biasa digunakan dalam menilai tepat tidaknya suatu keputusan antara lain:

a. Mutu keputusan yang diambil dalam arti penggabungan yang tepat antara rasionalitas dan kreativitas oleh pengambil keputusan.

b. Dipertimbangkannya berbagai alternatif yang wajar dan relevan untuk dipertimbangkan.

c. Tersedianya informasi yang relevan, mutakhir, dapat dipercaya dan lengkap serta digunakan sebgai dasar untuk melakukan analisis yang diperlukan.

d. Pemanfaatan yang ekonomis dari berbagai sumber daya, dana, dan tenaga dalam proses pengambilan keputusan.

e. Akseptabilitas keputusan yang diambil oleh mereka yang diharapkan akan menjalankan keputusan tersebut dan oleh mereka yang akan terkena oleh keputusan yang diambil.

2.Menggunakan pendekatan yang sifatnya prosedural.

(6)

pengambil keputusan telah mengidentifikasikan dan mempertimbangkan semua alternatif yang secara sadar dibatasi, dan telah melalui semua langkah dalam proses pengambilan keputusan, serta menerima konsekuensi tindakan yang diambil, proses pengambilan keputusan demikian dapat dipandang sebagai proses yang tuntas.

Model pengambilan keputusan: 1. Model Rasional

Model rasional atau yang disebut juga metode rasional memusatkan perhatiannya pada pengembangan suatu pola pengambilan keputusan yang ideal secara universal, yaitu setiap keputusan harus dibuat setepat – tepatnya. Model ini menitiberatkan perhatiannya pada hubungna antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari pengambil keputusan . Artinya keputusan itu dibuat utuk memenuhi maksud dari pengambil keputusan .

Model rasional juga didasarkan atas teori ekonomi atau konsep manusia ekonomi , yang memandang bahwa semua individu tau tentang berbagai macam alternative yang tersedia pada suatu situasi tertentu dan juga tentang konsekuensi yang ada seiap alternative tersebut .

Pengambilan keputusan secara rasional, merupakan sebuah keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan rasional atau melakukan rasionalisasi dengan menggunakan logika atau pemikiran yang terpola. Pengambilan keputusan secara rasional adalah memperhatikan konsistensi dan memaksimalkan hasil yang seringkali terjadi dalam batasan-batasan yang spesifik dengan melakukan analisa situasi dan analisa keputusan.

(7)

kemudian kita bisa melakukan pengembangan alternatif solusi atau keputusan apa yang akan diambil. Masing-masing alternatif tersebut tentu perlu dievaluasi secara seksama untuk kemudian dapat dipilih alternatif terbaik yang dapat memberikan hasil yang paling maksimal dan optimal.

Sehubungan dengan itu maka setiap orang akan berprilaku secara rasional yaitu bahwa mereka akan membuat pilihan-pilihan sedemikian rupa sehingga mencpai nilai yang tinggi

2. Model Inkremental

Menurut Simon ( 1984) bahwa, tidak benar semua orang selalu berprilaku secara rasional sebagaimana dinyatakannya dalam konsep manusia- ekonnomi, karena itu yang valid adalah konsep manusia-administrasi.

konsep manusia-administrasi menjelaskan bahwa, pemimpin pada umunya tidak memeroleh informasi yang lengkap dan oleh karenanya sangat jarang memeroleh pilihan pilihan yang bernilai tinggi. Manusia – administrasi cukup memuaskan diri ( satisfices) dengan memilih satu alternative yang “cukup baik “. Oleh karna itu, manusia – administrasi menggunakan strategi “Disjointed incrementalism” sebagai model pembuatan keputusan yang baik.

Model incremental mencerminkan suatu model pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan oleh karena itu model ini digunakan pada umumnya oleh pejabat pemerintah dalamm mengambil keputusan sehari hari. Model incremental ini adalah merupakan kritik dan perbaikan terhadap model rasional komprehensif

3. Model Agregatif

Model agregatif juga disebut metode agregatif seringkali model ini dimanfaatkan konsulatan dan tim stafyang merumuskan kebijakan kebijakan politik.

4. Model Keranjang Sampah

(8)

dalam pengambilan keputusan, pada isu yang bermacam – macam dari para partisipan dalam pengambilan keputusan dan pada masalah yang timbul pada saat itu.

5. Model Pengamatan terpadu ( mixed Scanning )

Model pengamatan terpadu ini dalam penggunaanya merupakan usaha untuk menghindari tingkat rasionalitas tinggi yang dituntut oleh model model optimasi . Model mixed scanning berarti bahwa setiap kali seorang pengambil keputusan mengahadapi dilemma dalam memilih suatu langkah tertentu, satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang akan dilaksakan.

Para ahli berpendapat bahwa, dalam penggunaan model ini keputusan-keputusan yang fundamental dibuat setelah terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap berbagai alternatif yang paling relevan, yang kemudian dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi.

Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif pengambilan keputusa tersebut

6. Model Optimasi

(9)

7. Model satisficing

Salah satu perkembangan baru dalam teori pengambilan keputusan ialah berkembangnya pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan hasil dengan menggunakan berbagai kriteria yang telah dibahas diawal.

Tidak dapat disangkal bahwa aksentuasi pada pendekatan kuantitatif mempunyai tempat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tidak dapat didekati semata-mata dengan prosedur yang sepenuhnya didasarkan pada rasionalitas dan logika.

Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative solusi pertama yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk mengejar seluruh alternative untuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk memaksimalkan pengembalian ekonomi

8. Model Heuritis

Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor-faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan lebih mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep yang dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang situasi problematic yang dihadapi.

Dalam praktek model ini digunakan apabila para pengambil keputusan tidak tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan yang matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia kesempatan untuk memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk melakukan pengkajian yang sifatnya kuantitatif.

9. Model pengambilan berdasarkan perilaku

(10)

10. Model pengambilan keputusan Carnegie

Model ini lebih mengakui akan kepuasan, keterbatasan rasionalitas, dan koalisi organisasi. menggambarkan pengambilan keputusan yang berlangsung di lingkungan yang tidak pasti, dimana informasi sulit didapat, tidak utuh, dan sering kali memiliki sifat ganda. Model ini juga menggambarkan proses pengambilan keputusan secara real-life, dimana manajer dihadapkan pada keterbatasan proses pengolahan informasi oleh karena factor rasionalitas yang dibatasi.Perbedaan antara pengambilan keputusan rasional dengan Carnegie adalah sebagai berikut :

Model rasional Model Carnegie Keputusan diambil dengan

suara bulat

Keputusan dengan kompromi, persetujuan, dan akomodasi atar koalisi organisasi

Keputusan dipilih yang terbaik bagi organisasi

Keputusan yang dipilih adalah yang memuaskan organisasi

11. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang

Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :

banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.

(11)

wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

12. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta (data)

Artinya bahwa pengambilan kebutusan didasarkan pada fakta atau data-data. Keputusan yang diambil dengan berdasarkan fakta data atau informasi relevan yang memadai sering kali merupakan keputusan yang sehat dan baik. Namun, juga merupakan fakta bahwa untuk mendapatkan data informasi yang valid merupakan sesuatu yang sulit terlebih bila tidak memiliki sistem informasi yang baik.

Fakta juga sekalipun telah memiliki sistem informasi yang baik sekalipun, kadang kala masih mengalami kesulitan dalam hal penyediaan data informasi yang relevan dan terpercaya untuk kepentingan pengambilan keputusan.

13. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman

Sebagaimana kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru yang baik. Demikian halnya dalam pengambilan keputusan, seseorang bisa saja mengambil keputusan berdasarkan pengalamannya mengahadapi masalah yang serupa. Berkaca dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengalaman dapat menjadi pedoman dalam menyelesaikan masalah.

Pengalaman menjadi sangat bermanfaat sebagai pengetahuan praktis dalam pengambilan keputusan. Pengalaman akan berhubungan dengan kemampuan memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan. Ini sangat membantu dan memuahkan dalam pengambilan keputusan.Melalui pengalaman, seseorang bisa saja memiliki kemampuan menduga permasalahan walau hanya dengan melihat secara sepintas dan sudah dapt menduga penyelesaian apa yang sekiranya dianggap baik.

(12)

lalu, tidak serta merta solusi yang sama yang pernah dilakukan di masa lalu akan menghasilkan dampak yang sama pula.

Hal demikian karena adanya perbedaan karakteristik situasi dan kondisi yang melingkupi. Pengalaman sering membuat orang mengabaikan perbedaan situasi dan kondisi yang melingkupi permasalahan antara masa lalu dan masa kini.

Klasifikasi model pengambilan keputusan menurut Quade: 1. Model kuantitatif

Serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer.

Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.

2. Model kualitatif

Didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.

(13)

Umumnya model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability and expected value). Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring).

Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut.

Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan masyarakat, lain sebagainya.

2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)

Dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang.

Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.

3. Model Matriks

Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and excpected value), ada juga model lainnya. Model lainnya adalah model matriks (the payoff matrix model). Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.

(14)

1. Model Matematika

Menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai simulator.

2. Model Simulasi Komputer

Merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya.

3. Model Permainan Operasional

Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.

4. Model verbal

Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang nonkuantitatif.

Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri,sebagai berikut.

(15)

secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif substansial.

2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya. 3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada

prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut.

4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.

Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.

5. Model fisik

Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada policy maker.

(16)

1.Model Preskiptif

Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan dengan cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan yang membantu kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu juga sebagai model normatif.

Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :

1. Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi. 2. Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang perlu diambil.

3. Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut.

4. Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang telah dievaluasi.

5. Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.

2.Model Deskriptif

Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan. Model ini juga menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah

2.3 Jenis-jenis Pengambilan keputusan a. Jenis pengambilan keputusan terprogram

(17)

dipecahkan bersifat teknis , yaitu berupa prosedur dan langkah langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman .meskipun sifatnya repetitive dan rutin , tidak berarti bahwa pengambilan keputusan terprogram dilaksanakan semata mata berdasarkan metode metode yang bersifat tradisional

2.Jenis Keputusan tidak terprogram

Keputusan tidak terprogram ialah keputusan yang diambil untuk menghadapi situasi rumit dan atau baru dan belum pernah dialami sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan yang tidak terprogram menuntut daya nalar yang tinggi digabungkan dengan tindakan yang sifatnya adaktif dan beroirentasi pada efektifitas pemcahan masalah. Dalam pengambilan keputusan ini biasanya tidak teknis sifatnya. Maka dari itu, pengambilan keputusan ini umumnya dibebankan di atas pundak para pemimpin puncak.

Menurut Siagian ( 1988 ), teknik teknik yang umumnya digunakan dalam pengambilan keputusan strategic adalah :

1. Teknik Sumbang Saran 2. Synetics

3. Konsensus 4. Delphi 5. Fish-Bowling 6. Interaksi Didaktik

7. Tawar Menawar Kolektif 8. Pemecahan Masalah

2.4 Pemilihan model dalam pengambilan keputusan

(18)

Pengambilan keputusan biasanya dibutuhkan sebuah model yang dapat membantu dalam prosesnya. perlu diperhatikan bahwa tidak ada satu model pun yang cocok digunakan untuk mengatasi semua jenis situasi problematik yang dihadpi oleh organisasi. Karena itu kemahiran yang perlu dikembangkan oleh para pengambil keputusan ialah memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa model, dan menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi.

Biasanya dalam mengambil keputusan digunakan model yang sederhana .Alasan mengapa para pengambil keputusan cenderung memilih model pengambilan keputusan yang sederhana dan rasional ialah karena mereka tidak bisa tidak harus mempertimbangkan berbagai faktor intern, terutama nilai-nilai organisasional yang dianut dan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi kedudukannya

Sehingga dengan pemilihan model yang tepat pengambiln keputusan dapat dilakukan guna mencapai tujuan yang ada. Adapun langkah langkah dalam mengambil keputusan yang tepat yaitu yang sesuai dengan :

1. Konsep dasar dalam pengambilan keputusan 2. Tujuan dan factor dalam pengambilan keputusan 3. Langkah-langkah pengambilan keputusan

4. Model-model pengambilan keputusan

5. Dan mempertimbangkan dampak dan akibatnya

(19)

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Pengambilan keputusan merupakam proses interaksi antara input-input sebagai bahan dasar pembentukan suatu model keputusan, yang terdiri atas tujuan organisasi, kendala-kendala intern,kriteria pelaksanaan dan berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam mengambil sebuah keputusan dibutuhkan model untuk membantu proses pengambilan keputusan . Model adalah percontohan yang mengandung unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Ada berbagai macam model berdasarkan klasifikasinya . Model pengambilan keputusan sangat membantu dalam menetapkan dan mencapai tujuan yang ada .

3.2 Saran

Model pengambilan keputusan memang beraneka ragam, namun perlu diperhatikan bahwa tidak ada satu model pun yang cocok digunakan untuk mengatasi semua jenis situasi problematik yang dihadpi oleh organisasi. Karena itu kemahiran yang perlu dikembangkan oleh para pengambil keputusan ialah memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa model, dan menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi. Sehingga kita harus pandai pandai memilih model pengambilan keputusan. Model pengambilan keputusan terbaik adalah model pengambilan keputusan yang sederhana dan merupakan alternative terbaik dari segala alternative yang ada

(20)

Basyaib, Fachmi,. 2006. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Grasindo Kahar, Fakhri,2015. Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Richard. 2003. Management (Manajemen). Jakarta: Salemba Empat.

Siagian, Sondang. 1990. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji Masagung.

Supranto, J. 2009. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta : Rineka Cipta

Referensi dari Internet:

http://lalanurmala-lalanurmala.blogspot.co.id/2015/09/teori-pengambilan-keputusan-model.html, diakses tanggal 24 Maret 2018 pukul 19.80 WITA. https://bukunnq.wordpress.com/makalah-pengambilan-keputusan-secara-objektif-dan-konstruktif/ diakses tanggal 24 Maret 2018 pukul 19.80 WITA.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari rancangan sistem informasi ini diharapkan dapat memudahkan pelanggan dalam melakukan pemesanan serta memberikan informasi kepada pelanggan mengenai detail

Fakta dan keadaan yang ingin digambarkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah profil penggunaan obat pada penyakit pasien Hipertensi di puskesmas marawola.. Waktu

TESIS AKUMULASI LOGAM BERAT Pb, Cd, DAN Zn PADA BEBERAPA ORGAN IKAN TONGKOL LISONG Auxis rochei DI WILAYAH MUNCAR, BANYUWANGI yang dipersiapkan dan disusun oleh Fitroh Dwi

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TENTANG

Mengoperasikan pesawat uap, perlengkapan dan sarana penunjangnya sesuai dengan peraturan keselamatn kerja/ standard operasi.. Berada di tempat pelayanan sewkatu pesawat

[r]

Berdasarkan observasi, angket, tes dan wawancara yang telah dilakukan selama proses pembelajaran metode Jigsaw berbantuan handout dapat meningkatkan aktivitas dan

Membagun TNI Profesional merupakan implementasi dalam kehidupan pertahanan keamanan.Selain itu kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan