CONTOH-CONTOH SISTEM
TENURIAL TANAH ADAT
R. Yando Zakaria
Logika Pengakuan Hukum Hak Masyarakat Adat Atas Tanah/Hutan
Hutan adat
bukan hutan
negara =
+++
Hutan adat
bagian dari
ulayat MHA
=
+++
Ulayat MHA
diakui jika
MHA ybs
ditetapkan
dalam Perda
=
Siapa masyarakat (hukum) adat itu?
•
Masyarakat Adat adalah sekelompok orang
perseorangan yang hidup secara turun temurun di
wilayah geografis tertentu dan diikat oleh identitas
budaya, hubungan yang kuat dengan tanah,
wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya,
serta sistem nilai yang menentukan pranata
ekonomi, politik, sosial, dan hukum, baik yang
diatur melalui suatu lembaga adat yang memiliki
otoritas untuk mengatur warganya maupun tidak,
sebagaimana yang dimaksud dalam
Tata hak cq. tenurial sistem (Riddell, 1987)
•
Sekumpulan atau serangkaian hak yang dipegang oleh
seseorang atau sekelompok orang yang dipedomani dalam
proses pemanfaatan sumberdaya agraria, berikut implikasinya
terhadap adanya sejumlah pembatasanbagi pihak yang
lainnya.
•
Masing-masing hak dapat dipisahkan dari ikatannya lalu
diletakkan tidak lagi dalam ikatan asalnya atau diletakkan
dalam konteks yang berbeda, sehingga menunjukkan adanya
suatu sistem.
•
Menurut Fauzi dan Bachriadi (1998), dalam sistem hak itu juga
terdapat sejumlah kewajiban yang menyeimbangkan berbagai
hak, hingga terciptakan suatu keteraturan sosial (
social order
)
berdasarkan hubungan saling pengaruh dari hak dan
Pertanyaan-pertanyaan pokok kajian tenurial sistem
•
Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek
hak?
à
Tata guna dalam pengertian yang luas
•
Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud?
à
subyek hak
à
sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan
dan pemanfaatan obyke hak dimaksud
•
Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor
dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,
pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas
objek-obyek hak tercakup?
à
Apa saja jenis atau macam
hak-hak itu?
à
Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang
Segitiga Sistem Hak
Subyek
hak
Jenis
hak
Sistem
tenurial
Tenurial sistem
Penguasaan dan pemanfaatan
sumber-sumber agraria dan SDA
tertentu
Mekanisme dan proses
Kerja Aktor:
person atau Lembaga
Nilai, Norma,
Aturan
Sistem tenurial sebagai Sistem Sosial yang Kompleks
Aspek struktur sosial Yang lebih luas
Aspek sosial-politik organisasi komunitas dan supra-komunitas
Mekanisme penyelesaian
sengketa
Pertanyaan-pertanyaan pokok dalam
melakukan kajian sistem tenurial
•
Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek
hak?
à
Tata guna dalam pengertian yang luas
•
Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud?
à
subyek hak
à
sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan
dan pemanfaatan obyke hak dimaksud
•
Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor
dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,
pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas
objek-obyek hak tercakup?
à
Apa saja jenis atau macam
hak-hak itu?
à
Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang
Etnosains dan Hak-hak Masyarakat Adat
•
Perilaku fisik, melalui mana orang/masy./komunitas secara langsung
menciptakan perubahan dalam lingkungan fisiknya pada dasarnya
adalah hasil dari mekanisme yang ada dalam suatu
sistem
pengetahuan masyarakat
yang bersangkutan (Ahimsa Putra, 1994).
Maka, perbicangan soal pengakuan dan perlindungan hak
masyarakat adat, termasuk dalam kaitannya dalam konteks subyek,
objek, dan jenis hak masyarakat dimaksud, pada hakekatnya adalah
bagian dari apa yang disebut sebagai sistem pengetahuan yang
berkenaan dengan suatu lingkungan di mana suatu masyarakat atau
komunitas tertentu itu berada.
•
Dalam konteks ini pendekatan etnosains (Netting, 1974; Ahimsa
Putra, 1994 & 1997) dapat membantu pengungkapan sistem
pengetahuan dimaksud, karena etnosains berasumsi bahwa
effective environment
itu bersifat kultural, karena lingkungan objektif
yang sama dapat dilihat, dipahami, atau dirasakan secara
berbeda-beda oleh masyarakat yang berberbeda-beda latar belakang kebudayaannya.
Dengan
demikian
effective environment
itu pada hakekatnya adalah
Kerangka Dasar Penggalian Data
Empat aspek
kajian untuk
pemahaman
sistem tenurial
Elemen-elemen utama yang menjadi pokok perhatian
Sistem hak
Subyek hak
Obyek hak
Jenis hak
Mekanisme
pengambilan
keputusan dan
penyelesaian
sengketa
Nilai, Norma, aturan
Aktor
Kelembagaan cq.
Mekanisme kerja
Aspek sosial-politik
organisasi
komunitas dan
supra-komunitas
Organisasi
Sistem
kepemimpinan
Sistem kontrol atas
kekuasaan
Struktur Sosial yang
lebih luas
sistem pelapisan sosial, sistem kepemimpinan dan pembagian
kekuasaan, perubahan sosial, lembaga sosial atau organisasi
sosial, pranata sosial, solidaritas sosial dan bentuk-bentuk
tindakan bersama, bentuk-bentuk mekanisme kontrol sosial,
sistem kekerabatan, bentuk-bentuksatuan-satuan hidup
Bentuk-bentuk unit sosial yang terkait dengan hak masyarakat adat (etik atau emik)
à
Lihat Zakaria & Arizona, dalam
Arizona, 2014 (disempurnakan). Lihat juga Koentjaraningrat, 1980: 46.
Sub-‘desa’, Gampong, nagari, gampong, huta, marga/sumsel, kasepuhan, pekraman, beo, nggolo, ngata, gelarang, kapala, binua, winua, ohoi, negeri, dll -> berpeluang ditetapkan sbg
‘desa adat’ versi uu 6/2014 Og Desa
Sub suku Dayak iban, kenyah, batak karo, caniago, koto, jambak, kaili moma, sistem marga/Batak & Minahasa, dll
Suku Jawa,
sunda,
melayu,
dayak,
kaili, bugis,
Tanah Adat Batak Toba (Simbolon, 1998, Kartini
Sjahrir-Pandjaitan,
et.al.
, 2017; Silalahi & Wicaksono, 2018)
Subyek hak
•
bius
,
•
partolian
•
golat
•
Huta,
dengan
•
Marga raja,
sebagai
pemangku haknya
,
dan
•
marga boru,
sebagai para
pihak yang mendapatkan
hak untuk turut
memanfaatkan dan/atau
dapat memilikinya.
Obyek hak
•
tano rimba
dan
harangan
, dan
hutan muda (
tombak
atau
rabi
)
•
parhutaan
•
saoa
atau
hauma
•
Jalangan
(padang rumput) dan
jampalan
(tempat
(pengembalaan)
•
Arena cadangan
(Hauma
harajaon, tombak ripe, dll)
•
Daerah suci (
parsombaonan
,
Jenis-Jenis Tanah Komunal di Nagari Anduring
Ulayat Suku/Kaum penghulu Ulayat Suku/Kaum Bebas (belum/tidak diolah)
Tanah Suku/Kaum Penghulu Surau Suku/Kaum
Pemakaman Suku/Kaum/Paruik Sawah Kagadangan Pangulu Dsb.
Tanah Milik Individu individu
- Tanah hibah -Tanah Dibeli
- Tanah Harta Pencaharian
Konstelasi sistem tenurial pada Masyarakat Minangkabau (Franz von Benca-Beckmann (2000);
K. von Benda-Beckmann (2000); Warman (2010)
Subyek Hak
Objek Hak:
Tanah dan SDA lainnya
Jenis hak/kewenangan & ‘pemegang kuasa-nya’
Individu
à
sainduak/
samandeh
à
paruik
à
jurai
(genealogis)
- Sakalian nego hutan tanah
(sekalian nega tanah dan hutan) - Mulai dari batu jo pasie nan
saincek (mulai dari dari batu dan pasir yang sebutir)
- Rumpuik nan sahalai (rumput yang sehelai)
- Jirek nan sabatang (pohon jarak yang sebatang)
- Ka atehnya taambun jantan (ke atasnya terembun jantan)
- Ka bawah sampai takasiak bulan
(ke bawahnya hingga pasir bulan)
- Pangkek panghulu punyo ulayat
(pangkat penghulu punya ulayat cq. kuasa) (Dt. Rajo Penghulu, 1997: 209)
Terkait dengan keuangan/
pendapatan Pemerintahan Nagari:
Bungo kayu, bungo pasie, bungo batu, bungo karangà Zaman Orba: retribusi kayu, damar, rotan, karet, cengkeh, kulit manis, dsb.
-
Panghulu andiko
-
Kewenangan untuk mewakili, mengatur
pengelolaan, mengumpulkan/memungut hasil,
dan pengelolaan hasil bagi kepentingan
bersama.
Kaum/buah
gadang
(genealogis)
-
Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu
andiko yang diangkat menjadi ketua panghulu
andiko yang ada pada kaum tertentu)
Hindu/Suku
dan teritorial)
-
‘Pemerintah nagari’
-
KAN (Perda No. 13 Tahun 1983
à
masa Ordebaru,
pasca UU 5/1979)
-
Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000)
à
Perda
kembali ke nagari
Subyek Hak
Individu à Paruik - Panghulu andiko à Kewenangan untuk mewakili, mengatur pengelolaan,
mengumpulkan/memungut hasil, dan pengelolaan hasil bagi kepentingan bersama
Kaum/Buah gadang - Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu andiko yang diangkat menjadi ketua panghulu andiko yang ada pada kaum tertentu)
Hindu/Suku pusako - Mamak Kapalo Warih Buek/Jorong - Kapalo buek/Kapalo jorong Nagari - ‘Pemerintah nagari’
- KAN (Perda No. 13 Tahun 1983 à masa Orde Baru, pasca UU 5/1979) - Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000) à Perda kembali ke nagari
- Kembali ke KAN menurut versi Perda Nagari No. 2 Tahun 2007 yang hakekatnya adalah ‘Perda kembali ke desa)
Obyek Hak
Klaim simbolik
- Sakalian nego hutan tanah (sekalian nega tanah dan hutan)
- Mulai dari batu jo pasie nan saincek (mulai dari dari batu dan pasir yang sebutir) - Rumpuik nan sahalai (rumput yang sehelai)
- Jirek nan sabatang (pohon jarak yang sebatang)
- Ka atehnya taambun jantan (ke atasnya terembun jantan)
- Ka bawah sampai takasiak bulan (ke bawahnya hingga pasir bulan)
- Pangkek panghulu punyo ulayat (pangkat penghulu punya ulayat cq. kuasa) Pengusahaan tingkat
lapangan
- Berkorong, berkampung; berbalai, bermesjid; bersawah, berladang; bersuku, bernagari; berlabuh, bertepian; bermedan yang berpanas (gelanggang); berpandam, berpekuburan.
Jenis Hak
‘Status objek dalam tatanan nilai-nilai adati’
- Pusako tinggi - Pusako randah - Arato pancarian
‘Status ekonomi-politik’ - Miliik
- Pakai, Pinjam, Ambil hasil
Status berdasarkan
mekanisme perolehan hak
- Warisan
- Gadai
Lembaga-lembaga Penanganan Sengketa di Minangkabau
(K. von Benda-Beckmann, 2000: 69)
Tataran
Kelembagaan
Nagari Kecamatan Kabupaten
Tipe sengekta/
Tataran
Kerusuhan Semua tipe sengketa
Nagari Kerapatan Adat Nagari (+ Ketua
KAN)
Buang gadang Panghulu
Kaum Mamak
Tipe
Empat macam sistem penguasaan tanah adat (pertanian) di Jawa
(Koentjaraningrat, 1980: 62 – 66)
Subyek Hak Obyek & Jenis Hak
Kewenangan & Pemegagang Kuasanya
Desa
Tanah
yasan
dan tanah
pekulen
;
Sistem milik umum cq.
tanah komunal dengan
pemakaian beralih-alih.
Pembagian tanah diatur oleh kepala desa, dan
tiap dua, tiga, atau 5 tahun, seorang petani
mendapat sebidang tanah lain untuk dikerjakan.
Dalam kasus ini tanah yang digarap
berbeda-beda setiap asanya (umumnya terjadi di daerah
perkebunan tebu)
Desa
Tanah
yasan
dan tanah
pekulen;
Sistem milik umum cq.
komunal dengan
pemakaian bergiliran
Tanah desa yang penggunaannya diatur oleh
kepala desa. Pada dasarnya tanah yang akan
digarap tetap jumlahnya. Penggarapnya saja
yang bergiliran.
Desa
Tanah
bengkok
; Sistem
milik umum cq. komunal
dengan pemakaian tetap
Tanah diberikan kepada sebagian aparat dan/
atau warga desa yang memiliki
kewajiban-kewajiban tertentu (misalnya membersihkan dan
memperbaiki saluran) kepada desa, yang disebut
kuli
atau
gogol
.
Desa adat dan tanah adat di Bali (1) (Windia, 2018)
•
Desa adat atau desa pakraman adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai
satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam
ikatan
Kahyangan Tiga
atau
Kahyangan Desa
yang
mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri
serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. (Pasal
1 nomor urut 4 Perda Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001,
tentang Desa Pakraman).
•
Unsur-unsur desa pakraman, yaitu:
a.
unsur
parahyangan
(tempat suci umat Hindu);
b.
unsur
pawongan
(umat Hindu);
Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (2) (Windia, 2018)
•
Tugas dan wewenang desa adat, antara lain:
- melaksanakan pembangunan terutama
dibidang keagamaan, kebudayaan;
- mengembangkan nilai-nilai budaya Bali
dalam rangka memperkaya, melestarikan,
kebudayaan nasonal. (Pasal 5 Perda Prov.
Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa
Pakraman).
•
Berdasarkan Data Bali Membangun, 2016, di
Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (3) (Windia, 2018)
•
Sebagai masyarakat hukum adat, desa adat atau
desa pakraman memiliki: wilayah (
wewengkon
),
organisasi (
prajuru
), tata kelola (
awig-awig
),
harta
kekayaan (duwé atau druwé desa),
dan
anggota yang terikat secara
skala
(berdasarkan
awig-awig
) dan
niskala
(keyakinan Hindu/Pura
Kayangan Tiga).
•
Salah satu harta kekayaan desa adat di Bali
berupa tanah desa, yang terdiri atas:
tanah
pekarangan desa (PKD)
, tanah ayahan desa
(AYDS), tanah
laba
(
laba
desa dan
laba
pura),
tanah lainnya, seperti: tanah lapang desa, pasar
desa,
setra
desa,
telajakan
desa,
telajakan
pura,
Hak adat atas tanah dan SDA lainnya di Masyarakat Tunjung Linggang, Kutai Barat (Lahajir, 2001)
Subyek Hak
Obyek Hak (dalam satu kesatuan
banua
)
Jenis Hak/Kewenangan &
Pemegagang Kuasanya
Person;
Keluarga inti;
Keluarga luas/
rumah tangga/
satu dapur/rumah
panjang
(likuuq-apuu;
betang
à
genealogis
jayukng)/luuq/
kampung; dan
Banua
à
Genealogis-teritorial dan
Teritorial
Luuq
(perkampungan)
à
Bentang
(rumah panjang)
à
Dapeeq
(rumah tunggal)
à
Dapeeq-umaaq/dangau umaa
(pondok ladang)
Mangku
(pemimpin banua)
Let-let mangku
(pemimpin
luuq)
Petinggi
(pemimpin
kampung)
Perintis
luuq
diberi gelar
Merhajaq
; seluruh kerabat
dan keturunannya disebut
hajiq
.
Punggawa
(pengawal
Merhajaq)
Mantiq tatau
(kepala urusan
kesejahteraan;
Pemanuk
(panglima perang);
Pemencaraq
(pengaturan
adat/pengadilan adat);
Kepala Padang
(pengurus
masalah perladangan);
Dll.
Umaaq-taotn
(perladangan)
à
RYZ:
diusahakan oleh keluarga inti, rumah
tangga/rumah panjang, atau oleh
luuq
?
Simpugng
(kawasan cadangan)
à
RYZ: milik
luuq
atau
banua
?
Talutn-luatn (tempat-tempat keramat)
à
RYZ: ‘milik’
luuq
atau
banua
?
Lubakng
(kuburan)
à
RYZ: milik
Sketsa Tata Ruang Wilayah Adat Kampung Matalibaq, Kutai Barat (Ahmad Wijaya, 2014)
1.
Tana Uma (perkampungan atau
permukiman,)
2.
Tana Lumaq (perladangan)
3.
Tana Patai/Bilah/Kale (kuburan)
4.
Tana Berahan/Belahan (usaha
masyarakat, terutama dalam hal
pengumpulan hasil hutan untuk
mencari nafkah)
5.
Tana Pekaq (persawahan)
6.
Tana Lepu’un (kebun buah dan
tanaman lainnya)
7.
Tana Kaso (kawasan untuk berburu)
8.
Tana Pukung (limbo)
9.
Tana Pera’/Peraaq (kawasan
berusaha di saat krisis atau sebagai
hutan cadangan)
10.
Tana Mawa (kawasan yang dilindungi
dan dikeramatkan untuk kepentingan
adat dan untuk mengambil
ramu-ramuan rumah)
Sistem Tenurial MHA di Kalimantan Tengah
(Draf Pergub Pedoman Pemetaan Wilayah Adat, 2014)
Subyek Hak Obyek Hak Jenis Hak
Individu/keluarga Lewu Hak individu: personal atau keluarga (batih)
Individu/keluarga Petak eka malan-manana satiar (daerah
bantara sungai di sekitar lewu)
Milik perorangan? Keluarga?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Rintis (tempat pemanenan hasil hutan non-kayu)
Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku Kecil?
Individu Tangiran (pohon madu) Hak individu (oleh penemu). Bagaimana dgn tanah
di sekitarnya?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Sepan (mata air) Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku besar? Suku kecil?
Individu Petak bahu (bekas ladang) Hak individu
Individu atau ‘warga llewu’? Kaleka (bekas pemukiman) Hak individu atau hak komunal?
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Pasahan raung dan pambak (komplek pemakaman)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Petak rutas (hutan larangan) Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Tajahan (tempat keramat) Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Pahewan (hutan angker) Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Tawun elai (hutan tempat pembuang sial) Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Sungei, anak sungei, saka (anak sungai yg lbh kecil lagi)
Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Tatas (kanal buatan) Hak komunal
Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Baruh atau talaga (danau alam kecil) & Tasik (danau alam lbh besar)
Hak komunal
Individu pembuka Handel (parit, kiri-kanannya jadi tempat usaha)
Pembagian Tanah Adat di Kabupaten Maluku Tenggara
(Matuankotta, 2018)
•
Petuanan kampung (Utan, Bilan,
Ohoinuhu)
•
Petuanan Marga/ Soa (rahan faam
atau buuk faam)
•
Tanah keluarga pati
•
Tanah pekarangan/
28
Di Provinsi Papua dan Papua Barat
Terdapat 257 suku bangsa (Kanwil BPN Papua Barat, 2018)
Seluruh suku bangsa tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) wilayah adat, sebagai
berikut :
Mamta : Papua Timur
Laut
3
2
5
Anim Ha : Papua
Selatan
1
4
Saereri : Papua Utara/Teluk
Cenderawasih
Bomberai : Papua
Barat
Domberai : Papua Barat
Laut
6
7
La Pago : Papua
Tengah
Sistem Tanah Adat di Sentani (Karuwai, 2004, disempurnakan)
Subyek Hak
•
Suku
•
Kampung
•
Ondofolo
•
Khoselo
•
“Fafa nei khani ondofolo khoso
nei khani” (anak-anak tidak
punya tanahyang punya
ondofolo dan khoselo)
•
“anak-anak’ hanya punya hak
untuk mengolah tanah
tersebut”
Obyek hak
•
Yo kla
atau
yo khani
(tanah milik kampung)
•
Khani khoselo
(tanah milik
32
Di Provinsi Papua Barat terdapat 2 (dua) wilayah adat
(Kanwil BPN Papua Barat 2018)
2. Wilayah Adat Bomberai
Fakfak
1. Wilayah Adat Domberai
Manokwari
Raja Ampat
KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI
TERDIRI DARI 7 (TUJUH) SUKU BESAR YANG TERSEBAR DI BEBERAPA DISTRIK
SUKU
Distrik Tomu
Distrik
Distrik Kury
SUKU
IRARUTU
Distrik Babo
Distrik Aroba
PETA KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM
ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI
SUKU MOSKONA
SUKU SOUGH
SUKU SEBIAR
SUKU WAMESA
SUKU KURY
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KHUSUS
PROVINSI PAPUA BARAT
TENTANG WILAYAH ADAT (VERSI 2016)
Subyek hak
•
Suku
•
Marga
•
Keret
Obyek hak
•
?
•
?
•
?
•
?
Sistem Tenure Masyarakat Hukum Adat Arfak
(Hammar, 2011)
Obyek Hak
•
Proses penataan ruang masyarakat,
pada masa dahulu dilakukan oleh
para leluhur melalui ritual guna
mendapat petunjuk dari sang
penguasa jagad dalam rangka
keseimbangan kosmis, pada saat
sekarang proses tersebut terjadi
melalui musyawarah adat
masyarakat hukum adat.
•
Prinsip-prinsip yang mendasari
penataan ruang masyarakat hukum
adat adalah prinsip keseimbangan
kosmis yang termanifestasi pada:
Meng Ofot Mesu, Igya ser Hanjop,
Rifmekani Tina Yutyoug Isusk, Mebi
bera Yutyoug Isusk, Ningada, Ikwas.
Subyek hak
•
kelembagaan yang
melaksanakan dan
mengawasi pemanfaatan
tata ruang masyarakat
hukum adat adalah
kelembagaan yang didasari
pada prinsip kepemimpinan
campuran antara pria
berwibawa dan pewarisan
yakni kelembagaan secara
berjenjang dari atas ke
‘Tipe-tipe sosial-budaya’ (Koentjaraningrat, 1970: 32 – 33)
No. Tipe Masyarakat Mata pencaharian pokok
Struktur
kemasyarakatan
Pembukaan isolasi Perkiraan kemunculan
1. Berburu dan Meramu
Kep. Mentawai; pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua.
Beruburu dan meramu; kombinasi kebun sederhana
Terisolasi, dengan deferensiasi dan stratifikasi yang tidak berarti
Pengaruh budaya padi, perunggu, Hindu dan Islam tidak
dialami. Isolasi dibuka missie atau zending
Sekitar 11.000 SM (110 Abad SM)
2. Petani
Pedalaman
Sumatera, Sulawesi, Kalimantan
Padi Ladang Deferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, bagian dari kebudayaan yg lebih besar
Pengaruh budaya Hindu dan Islam tidak dialami. Isolasi oibuka missie atau zending
Sebelum abad 14
3. Petani
Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Maluku Sulawesi, Kalimantan
Padi ladang/sawah non irigasi, Nelayan
Deferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, bagian dari kebudayaan yg lebih besar
Pengaruh Islam yang kuat.
Sebelum abad 14
4. Petani
Sumatera, Jawa, Sunda Kecil
Sulawesi, Kalimantan
Padi sawah irigasi Deferensiasi dan stratifikasi sosial yang kompleks, bagian dari kerajaan pertanian yg besar
Mengalami seluruh pengaruh kebudayaan perunggu, Hindu, dan juga Islam.
Sekitar abad 14, bersamaan dengan masukknya
pengaruh
kebudayaan Hindu
5. Kota Kepegawaian, Perdagangan dan Industi