• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh contoh Sistem Tenurial Tanah Adat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh contoh Sistem Tenurial Tanah Adat"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

CONTOH-CONTOH SISTEM

TENURIAL TANAH ADAT

R. Yando Zakaria

(2)
(3)

Logika Pengakuan Hukum Hak Masyarakat Adat Atas Tanah/Hutan

Hutan adat

bukan hutan

negara =

+++

Hutan adat

bagian dari

ulayat MHA

=

+++

Ulayat MHA

diakui jika

MHA ybs

ditetapkan

dalam Perda

=

(4)

Siapa masyarakat (hukum) adat itu?

Masyarakat Adat adalah sekelompok orang

perseorangan yang hidup secara turun temurun di

wilayah geografis tertentu dan diikat oleh identitas

budaya, hubungan yang kuat dengan tanah,

wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya,

serta sistem nilai yang menentukan pranata

ekonomi, politik, sosial, dan hukum, baik yang

diatur melalui suatu lembaga adat yang memiliki

otoritas untuk mengatur warganya maupun tidak,

sebagaimana yang dimaksud dalam

(5)

Tata hak cq. tenurial sistem (Riddell, 1987)

Sekumpulan atau serangkaian hak yang dipegang oleh

seseorang atau sekelompok orang yang dipedomani dalam

proses pemanfaatan sumberdaya agraria, berikut implikasinya

terhadap adanya sejumlah pembatasanbagi pihak yang

lainnya.

Masing-masing hak dapat dipisahkan dari ikatannya lalu

diletakkan tidak lagi dalam ikatan asalnya atau diletakkan

dalam konteks yang berbeda, sehingga menunjukkan adanya

suatu sistem.

Menurut Fauzi dan Bachriadi (1998), dalam sistem hak itu juga

terdapat sejumlah kewajiban yang menyeimbangkan berbagai

hak, hingga terciptakan suatu keteraturan sosial (

social order

)

berdasarkan hubungan saling pengaruh dari hak dan

(6)

Pertanyaan-pertanyaan pokok kajian tenurial sistem

Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek

hak?

à

Tata guna dalam pengertian yang luas

Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud?

à

subyek hak

à

sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan

dan pemanfaatan obyke hak dimaksud

Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor

dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,

pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas

objek-obyek hak tercakup?

à

Apa saja jenis atau macam

hak-hak itu?

à

Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang

(7)

Segitiga Sistem Hak

Subyek

hak

Jenis

hak

Sistem

tenurial

(8)

Tenurial sistem

Penguasaan dan pemanfaatan

sumber-sumber agraria dan SDA

tertentu

Mekanisme dan proses

Kerja Aktor:

person atau Lembaga

Nilai, Norma,

Aturan

(9)

Sistem tenurial sebagai Sistem Sosial yang Kompleks

Aspek struktur sosial Yang lebih luas

Aspek sosial-politik organisasi komunitas dan supra-komunitas

Mekanisme penyelesaian

sengketa

(10)

Pertanyaan-pertanyaan pokok dalam

melakukan kajian sistem tenurial

Sumber agraria dan SDA apa saja yang menjadi objek

hak?

à

Tata guna dalam pengertian yang luas

Apa unit sosial dari hak-hak dimaksud?

à

subyek hak

à

sistem organisasi sosial yang terlibat dalam penguasaan

dan pemanfaatan obyke hak dimaksud

Bagaimana bentuk dan karakter hubungan antar aktor

dalam penguasaan dan proses-proses perolehan,

pengalihan, pengasingan, dan pewarisan atas

objek-obyek hak tercakup?

à

Apa saja jenis atau macam

hak-hak itu?

à

Termasuk soal siapa yang memiliki wewenang

(11)

Etnosains dan Hak-hak Masyarakat Adat

Perilaku fisik, melalui mana orang/masy./komunitas secara langsung

menciptakan perubahan dalam lingkungan fisiknya pada dasarnya

adalah hasil dari mekanisme yang ada dalam suatu

sistem

pengetahuan masyarakat

yang bersangkutan (Ahimsa Putra, 1994).

Maka, perbicangan soal pengakuan dan perlindungan hak

masyarakat adat, termasuk dalam kaitannya dalam konteks subyek,

objek, dan jenis hak masyarakat dimaksud, pada hakekatnya adalah

bagian dari apa yang disebut sebagai sistem pengetahuan yang

berkenaan dengan suatu lingkungan di mana suatu masyarakat atau

komunitas tertentu itu berada.

Dalam konteks ini pendekatan etnosains (Netting, 1974; Ahimsa

Putra, 1994 & 1997) dapat membantu pengungkapan sistem

pengetahuan dimaksud, karena etnosains berasumsi bahwa

effective environment

itu bersifat kultural, karena lingkungan objektif

yang sama dapat dilihat, dipahami, atau dirasakan secara

berbeda-beda oleh masyarakat yang berberbeda-beda latar belakang kebudayaannya.

Dengan

demikian

effective environment

itu pada hakekatnya adalah

(12)

Kerangka Dasar Penggalian Data

Empat aspek

kajian untuk

pemahaman

sistem tenurial

Elemen-elemen utama yang menjadi pokok perhatian

Sistem hak

Subyek hak

Obyek hak

Jenis hak

Mekanisme

pengambilan

keputusan dan

penyelesaian

sengketa

Nilai, Norma, aturan

Aktor

Kelembagaan cq.

Mekanisme kerja

Aspek sosial-politik

organisasi

komunitas dan

supra-komunitas

Organisasi

Sistem

kepemimpinan

Sistem kontrol atas

kekuasaan

Struktur Sosial yang

lebih luas

sistem pelapisan sosial, sistem kepemimpinan dan pembagian

kekuasaan, perubahan sosial, lembaga sosial atau organisasi

sosial, pranata sosial, solidaritas sosial dan bentuk-bentuk

tindakan bersama, bentuk-bentuk mekanisme kontrol sosial,

sistem kekerabatan, bentuk-bentuksatuan-satuan hidup

(13)

Bentuk-bentuk unit sosial yang terkait dengan hak masyarakat adat (etik atau emik)

à

Lihat Zakaria & Arizona, dalam

Arizona, 2014 (disempurnakan). Lihat juga Koentjaraningrat, 1980: 46.

Sub-‘desa’, Gampong, nagari, gampong, huta, marga/sumsel, kasepuhan, pekraman, beo, nggolo, ngata, gelarang, kapala, binua, winua, ohoi, negeri, dll -> berpeluang ditetapkan sbg

‘desa adat’ versi uu 6/2014 Og Desa

Sub suku Dayak iban, kenyah, batak karo, caniago, koto, jambak, kaili moma, sistem marga/Batak & Minahasa, dll

Suku Jawa,

sunda,

melayu,

dayak,

kaili, bugis,

(14)
(15)

Tanah Adat Batak Toba (Simbolon, 1998, Kartini

Sjahrir-Pandjaitan,

et.al.

, 2017; Silalahi & Wicaksono, 2018)

Subyek hak

bius

,

partolian

golat

Huta,

dengan

Marga raja,

sebagai

pemangku haknya

,

dan

marga boru,

sebagai para

pihak yang mendapatkan

hak untuk turut

memanfaatkan dan/atau

dapat memilikinya.

Obyek hak

tano rimba

dan

harangan

, dan

hutan muda (

tombak

atau

rabi

)

parhutaan

saoa

atau

hauma

Jalangan

(padang rumput) dan

jampalan

(tempat

(pengembalaan)

Arena cadangan

(Hauma

harajaon, tombak ripe, dll)

Daerah suci (

parsombaonan

,

(16)

Jenis-Jenis Tanah Komunal di Nagari Anduring

Ulayat Suku/Kaum penghulu Ulayat Suku/Kaum Bebas (belum/tidak diolah)

Tanah Suku/Kaum Penghulu Surau Suku/Kaum

Pemakaman Suku/Kaum/Paruik Sawah Kagadangan Pangulu Dsb.

Tanah Milik Individu individu

- Tanah hibah -Tanah Dibeli

- Tanah Harta Pencaharian

(17)

Konstelasi sistem tenurial pada Masyarakat Minangkabau (Franz von Benca-Beckmann (2000);

K. von Benda-Beckmann (2000); Warman (2010)

Subyek Hak

Objek Hak:

Tanah dan SDA lainnya

Jenis hak/kewenangan & ‘pemegang kuasa-nya’

Individu

à

sainduak/

samandeh

à

paruik

à

jurai

(genealogis)

- Sakalian nego hutan tanah

(sekalian nega tanah dan hutan) - Mulai dari batu jo pasie nan

saincek (mulai dari dari batu dan pasir yang sebutir)

- Rumpuik nan sahalai (rumput yang sehelai)

- Jirek nan sabatang (pohon jarak yang sebatang)

- Ka atehnya taambun jantan (ke atasnya terembun jantan)

- Ka bawah sampai takasiak bulan

(ke bawahnya hingga pasir bulan)

- Pangkek panghulu punyo ulayat

(pangkat penghulu punya ulayat cq. kuasa) (Dt. Rajo Penghulu, 1997: 209)

Terkait dengan keuangan/

pendapatan Pemerintahan Nagari:

Bungo kayu, bungo pasie, bungo batu, bungo karangà Zaman Orba: retribusi kayu, damar, rotan, karet, cengkeh, kulit manis, dsb.

-

Panghulu andiko

-

Kewenangan untuk mewakili, mengatur

pengelolaan, mengumpulkan/memungut hasil,

dan pengelolaan hasil bagi kepentingan

bersama.

Kaum/buah

gadang

(genealogis)

-

Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu

andiko yang diangkat menjadi ketua panghulu

andiko yang ada pada kaum tertentu)

Hindu/Suku

dan teritorial)

-

‘Pemerintah nagari’

-

KAN (Perda No. 13 Tahun 1983

à

masa Ordebaru,

pasca UU 5/1979)

-

Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000)

à

Perda

kembali ke nagari

(18)

Subyek Hak

Individu à Paruik -  Panghulu andiko à Kewenangan untuk mewakili, mengatur pengelolaan,

mengumpulkan/memungut hasil, dan pengelolaan hasil bagi kepentingan bersama

Kaum/Buah gadang - Mamak Kapalo Warih (yang adalah panghulu andiko yang diangkat menjadi ketua panghulu andiko yang ada pada kaum tertentu)

Hindu/Suku pusako -  Mamak Kapalo Warih Buek/Jorong - Kapalo buek/Kapalo jorong Nagari -  ‘Pemerintah nagari’

-  KAN (Perda No. 13 Tahun 1983 à masa Orde Baru, pasca UU 5/1979) -  Wali Nagari (Perda Nagari Tahun 2000) à Perda kembali ke nagari

-  Kembali ke KAN menurut versi Perda Nagari No. 2 Tahun 2007 yang hakekatnya adalah ‘Perda kembali ke desa)

Obyek Hak

Klaim simbolik

-  Sakalian nego hutan tanah (sekalian nega tanah dan hutan)

-  Mulai dari batu jo pasie nan saincek (mulai dari dari batu dan pasir yang sebutir) -  Rumpuik nan sahalai (rumput yang sehelai)

-  Jirek nan sabatang (pohon jarak yang sebatang)

-  Ka atehnya taambun jantan (ke atasnya terembun jantan)

-  Ka bawah sampai takasiak bulan (ke bawahnya hingga pasir bulan)

-  Pangkek panghulu punyo ulayat (pangkat penghulu punya ulayat cq. kuasa) Pengusahaan tingkat

lapangan

-  Berkorong, berkampung; berbalai, bermesjid; bersawah, berladang; bersuku, bernagari; berlabuh, bertepian; bermedan yang berpanas (gelanggang); berpandam, berpekuburan.

Jenis Hak

‘Status objek dalam tatanan nilai-nilai adati’

-  Pusako tinggi -  Pusako randah - Arato pancarian

‘Status ekonomi-politik’ - Miliik

- Pakai, Pinjam, Ambil hasil

Status berdasarkan

mekanisme perolehan hak

- Warisan

- Gadai

(19)

Lembaga-lembaga Penanganan Sengketa di Minangkabau

(K. von Benda-Beckmann, 2000: 69)

Tataran

Kelembagaan

Nagari Kecamatan Kabupaten

Tipe sengekta/

Tataran

Kerusuhan Semua tipe sengketa

Nagari Kerapatan Adat Nagari (+ Ketua

KAN)

Buang gadang Panghulu

Kaum Mamak

Tipe

(20)

Empat macam sistem penguasaan tanah adat (pertanian) di Jawa

(Koentjaraningrat, 1980: 62 – 66)

Subyek Hak Obyek & Jenis Hak

Kewenangan & Pemegagang Kuasanya

Desa

Tanah

yasan

dan tanah

pekulen

;

Sistem milik umum cq.

tanah komunal dengan

pemakaian beralih-alih.

Pembagian tanah diatur oleh kepala desa, dan

tiap dua, tiga, atau 5 tahun, seorang petani

mendapat sebidang tanah lain untuk dikerjakan.

Dalam kasus ini tanah yang digarap

berbeda-beda setiap asanya (umumnya terjadi di daerah

perkebunan tebu)

Desa

Tanah

yasan

dan tanah

pekulen;

Sistem milik umum cq.

komunal dengan

pemakaian bergiliran

Tanah desa yang penggunaannya diatur oleh

kepala desa. Pada dasarnya tanah yang akan

digarap tetap jumlahnya. Penggarapnya saja

yang bergiliran.

Desa

Tanah

bengkok

; Sistem

milik umum cq. komunal

dengan pemakaian tetap

Tanah diberikan kepada sebagian aparat dan/

atau warga desa yang memiliki

kewajiban-kewajiban tertentu (misalnya membersihkan dan

memperbaiki saluran) kepada desa, yang disebut

kuli

atau

gogol

.

(21)

Desa adat dan tanah adat di Bali (1) (Windia, 2018)

Desa adat atau desa pakraman adalah kesatuan

masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai

satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup

masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam

ikatan

Kahyangan Tiga

atau

Kahyangan Desa

yang

mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri

serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. (Pasal

1 nomor urut 4 Perda Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001,

tentang Desa Pakraman).

Unsur-unsur desa pakraman, yaitu:

a.

unsur

parahyangan

(tempat suci umat Hindu);

b.

unsur

pawongan

(umat Hindu);

(22)

Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (2) (Windia, 2018)

Tugas dan wewenang desa adat, antara lain:

- melaksanakan pembangunan terutama

dibidang keagamaan, kebudayaan;

- mengembangkan nilai-nilai budaya Bali

dalam rangka memperkaya, melestarikan,

kebudayaan nasonal. (Pasal 5 Perda Prov.

Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa

Pakraman).

Berdasarkan Data Bali Membangun, 2016, di

(23)

Desa Adat dan Tanah Adat di Bali (3) (Windia, 2018)

Sebagai masyarakat hukum adat, desa adat atau

desa pakraman memiliki: wilayah (

wewengkon

),

organisasi (

prajuru

), tata kelola (

awig-awig

),

harta

kekayaan (duwé atau druwé desa),

dan

anggota yang terikat secara

skala

(berdasarkan

awig-awig

) dan

niskala

(keyakinan Hindu/Pura

Kayangan Tiga).

Salah satu harta kekayaan desa adat di Bali

berupa tanah desa, yang terdiri atas:

tanah

pekarangan desa (PKD)

, tanah ayahan desa

(AYDS), tanah

laba

(

laba

desa dan

laba

pura),

tanah lainnya, seperti: tanah lapang desa, pasar

desa,

setra

desa,

telajakan

desa,

telajakan

pura,

(24)

Hak adat atas tanah dan SDA lainnya di Masyarakat Tunjung Linggang, Kutai Barat (Lahajir, 2001)

Subyek Hak

Obyek Hak (dalam satu kesatuan

banua

)

Jenis Hak/Kewenangan &

Pemegagang Kuasanya

Person;

Keluarga inti;

Keluarga luas/

rumah tangga/

satu dapur/rumah

panjang

(likuuq-apuu;

betang

à

genealogis

jayukng)/luuq/

kampung; dan

Banua

à

Genealogis-teritorial dan

Teritorial

Luuq

(perkampungan)

à

Bentang

(rumah panjang)

à

Dapeeq

(rumah tunggal)

à

Dapeeq-umaaq/dangau umaa

(pondok ladang)

Mangku

(pemimpin banua)

Let-let mangku

(pemimpin

luuq)

Petinggi

(pemimpin

kampung)

Perintis

luuq

diberi gelar

Merhajaq

; seluruh kerabat

dan keturunannya disebut

hajiq

.

Punggawa

(pengawal

Merhajaq)

Mantiq tatau

(kepala urusan

kesejahteraan;

Pemanuk

(panglima perang);

Pemencaraq

(pengaturan

adat/pengadilan adat);

Kepala Padang

(pengurus

masalah perladangan);

Dll.

Umaaq-taotn

(perladangan)

à

RYZ:

diusahakan oleh keluarga inti, rumah

tangga/rumah panjang, atau oleh

luuq

?

Simpugng

(kawasan cadangan)

à

RYZ: milik

luuq

atau

banua

?

Talutn-luatn (tempat-tempat keramat)

à

RYZ: ‘milik’

luuq

atau

banua

?

Lubakng

(kuburan)

à

RYZ: milik

(25)

Sketsa Tata Ruang Wilayah Adat Kampung Matalibaq, Kutai Barat (Ahmad Wijaya, 2014)

1.

Tana Uma (perkampungan atau

permukiman,)

2.

Tana Lumaq (perladangan)

3.

Tana Patai/Bilah/Kale (kuburan)

4.

Tana Berahan/Belahan (usaha

masyarakat, terutama dalam hal

pengumpulan hasil hutan untuk

mencari nafkah)

5.

Tana Pekaq (persawahan)

6.

Tana Lepu’un (kebun buah dan

tanaman lainnya)

7.

Tana Kaso (kawasan untuk berburu)

8.

Tana Pukung (limbo)

9.

Tana Pera’/Peraaq (kawasan

berusaha di saat krisis atau sebagai

hutan cadangan)

10.

Tana Mawa (kawasan yang dilindungi

dan dikeramatkan untuk kepentingan

adat dan untuk mengambil

ramu-ramuan rumah)

(26)

Sistem Tenurial MHA di Kalimantan Tengah

(Draf Pergub Pedoman Pemetaan Wilayah Adat, 2014)

Subyek Hak Obyek Hak Jenis Hak

Individu/keluarga Lewu Hak individu: personal atau keluarga (batih)

Individu/keluarga Petak eka malan-manana satiar (daerah

bantara sungai di sekitar lewu)

Milik perorangan? Keluarga?

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Rintis (tempat pemanenan hasil hutan non-kayu)

Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku Kecil?

Individu Tangiran (pohon madu) Hak individu (oleh penemu). Bagaimana dgn tanah

di sekitarnya?

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Sepan (mata air) Hak komunal lewu? Antar lewu? Suku besar? Suku kecil?

Individu Petak bahu (bekas ladang) Hak individu

Individu atau ‘warga llewu’? Kaleka (bekas pemukiman) Hak individu atau hak komunal?

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Pasahan raung dan pambak (komplek pemakaman)

Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Petak rutas (hutan larangan) Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Tajahan (tempat keramat) Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Pahewan (hutan angker) Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Tawun elai (hutan tempat pembuang sial) Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Sungei, anak sungei, saka (anak sungai yg lbh kecil lagi)

Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Tatas (kanal buatan) Hak komunal

Lewu? Antar lewu? Suku Besar? Suku kecil? Baruh atau talaga (danau alam kecil) & Tasik (danau alam lbh besar)

Hak komunal

Individu pembuka Handel (parit, kiri-kanannya jadi tempat usaha)

(27)

Pembagian Tanah Adat di Kabupaten Maluku Tenggara

(Matuankotta, 2018)

Petuanan kampung (Utan, Bilan,

Ohoinuhu)

Petuanan Marga/ Soa (rahan faam

atau buuk faam)

Tanah keluarga pati

Tanah pekarangan/

(28)

28

Di Provinsi Papua dan Papua Barat

Terdapat 257 suku bangsa (Kanwil BPN Papua Barat, 2018)

Seluruh suku bangsa tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) wilayah adat, sebagai

berikut :

Mamta : Papua Timur

Laut

3

2

5

Anim Ha : Papua

Selatan

1

4

Saereri : Papua Utara/Teluk

Cenderawasih

Bomberai : Papua

Barat

Domberai : Papua Barat

Laut

6

7

La Pago : Papua

Tengah

(29)

Sistem Tanah Adat di Sentani (Karuwai, 2004, disempurnakan)

Subyek Hak

Suku

Kampung

Ondofolo

Khoselo

“Fafa nei khani ondofolo khoso

nei khani” (anak-anak tidak

punya tanahyang punya

ondofolo dan khoselo)

“anak-anak’ hanya punya hak

untuk mengolah tanah

tersebut”

Obyek hak

Yo kla

atau

yo khani

(tanah milik kampung)

Khani khoselo

(tanah milik

(30)
(31)
(32)

32

Di Provinsi Papua Barat terdapat 2 (dua) wilayah adat

(Kanwil BPN Papua Barat 2018)

2. Wilayah Adat Bomberai

Fakfak

1. Wilayah Adat Domberai

Manokwari

Raja Ampat

(33)

KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI

TERDIRI DARI 7 (TUJUH) SUKU BESAR YANG TERSEBAR DI BEBERAPA DISTRIK

SUKU

Distrik Tomu

Distrik

Distrik Kury

SUKU

IRARUTU

Distrik Babo

Distrik Aroba

(34)

PETA KEPEMILIKAN HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM

ADAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI

SUKU MOSKONA

SUKU SOUGH

SUKU SEBIAR

SUKU WAMESA

SUKU KURY

(35)

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KHUSUS

PROVINSI PAPUA BARAT

TENTANG WILAYAH ADAT (VERSI 2016)

Subyek hak

Suku

Marga

Keret

Obyek hak

?

?

?

?

(36)

Sistem Tenure Masyarakat Hukum Adat Arfak

(Hammar, 2011)

Obyek Hak

Proses penataan ruang masyarakat,

pada masa dahulu dilakukan oleh

para leluhur melalui ritual guna

mendapat petunjuk dari sang

penguasa jagad dalam rangka

keseimbangan kosmis, pada saat

sekarang proses tersebut terjadi

melalui musyawarah adat

masyarakat hukum adat.

Prinsip-prinsip yang mendasari

penataan ruang masyarakat hukum

adat adalah prinsip keseimbangan

kosmis yang termanifestasi pada:

Meng Ofot Mesu, Igya ser Hanjop,

Rifmekani Tina Yutyoug Isusk, Mebi

bera Yutyoug Isusk, Ningada, Ikwas.

Subyek hak

kelembagaan yang

melaksanakan dan

mengawasi pemanfaatan

tata ruang masyarakat

hukum adat adalah

kelembagaan yang didasari

pada prinsip kepemimpinan

campuran antara pria

berwibawa dan pewarisan

yakni kelembagaan secara

berjenjang dari atas ke

(37)
(38)

‘Tipe-tipe sosial-budaya’ (Koentjaraningrat, 1970: 32 – 33)

No. Tipe Masyarakat Mata pencaharian pokok

Struktur

kemasyarakatan

Pembukaan isolasi Perkiraan kemunculan

1. Berburu dan Meramu

Kep. Mentawai; pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua.

Beruburu dan meramu; kombinasi kebun sederhana

Terisolasi, dengan deferensiasi dan stratifikasi yang tidak berarti

Pengaruh budaya padi, perunggu, Hindu dan Islam tidak

dialami. Isolasi dibuka missie atau zending

Sekitar 11.000 SM (110 Abad SM)

2. Petani

Pedalaman

Sumatera, Sulawesi, Kalimantan

Padi Ladang Deferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, bagian dari kebudayaan yg lebih besar

Pengaruh budaya Hindu dan Islam tidak dialami. Isolasi oibuka missie atau zending

Sebelum abad 14

3. Petani

Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Maluku Sulawesi, Kalimantan

Padi ladang/sawah non irigasi, Nelayan

Deferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, bagian dari kebudayaan yg lebih besar

Pengaruh Islam yang kuat.

Sebelum abad 14

4. Petani

Sumatera, Jawa, Sunda Kecil

Sulawesi, Kalimantan

Padi sawah irigasi Deferensiasi dan stratifikasi sosial yang kompleks, bagian dari kerajaan pertanian yg besar

Mengalami seluruh pengaruh kebudayaan perunggu, Hindu, dan juga Islam.

Sekitar abad 14, bersamaan dengan masukknya

pengaruh

kebudayaan Hindu

5. Kota Kepegawaian, Perdagangan dan Industi

Referensi

Dokumen terkait

a. Gunakan ukuran-ukuran, kebijakan-kebijakandan praktek-praktek berdasarkan pengakuan secara utuh dan menghormati hak-hak masyarakat adat, termasuk masyarakat adat

ketiga peraturan perundang-undangan ini, untuk mengakui hak masyarakat adat atas suatu persil tanah atau kawasan hutan, masyarakat adat yang bersangkutan harus ditetapkan dengan

(1) Hak Ulayat dan serupa itu dari masyarakat hukum adat, (untuk selanjutnya disebut hak ulayat), adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum

Hak-hak Adat Masyarakat Dayak dalam Pengelolaan Hutan Di Desa Bahu Palawa.. No Hak Adat Masyarakat dayak

Di Kecamatan Abuki dalam kepemilikan tanah dikenal adanya hak-hak atas tanah menurut Hukum Adat, dimana hak-hak Atas Tanah yang diatur dalam Hukum Adat Tolaki

Pada konteks ini, Negara tidak serta merta memenuhi tuntutan hak konstitusional masyarakat adat, seperti hak atas wilayah adat (hak ulayat) misalnya, namun menyalurkan sentimen

MENETAPKAN KEBIJAKAN MENGENAI TATA CARA PENGAKUAN KEBERADAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT, KEARIFAN LOKAL, DAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT YANG TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN DAN

Hak ulayat dan yang serupa itu dari masyarakat hukum adat (untuk selanjutnya disebut hak ulayat) adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat