• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENGARUH KEBIJAKAN EKONOMI pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI PENGARUH KEBIJAKAN EKONOMI pdf"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENGARUH KEBIJAKAN EKONOMI KREATIF

DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

(STUDI KASUS : MODERNISASI PRODUK KULINER TRADISIONAL)

Briantama Yanuar Ridwan 14/364964/GE/07754

briantama.yanuar.r@mail.ugm.ac.id

Abstract

Creative economy are tools used for developing product with human creativity, it

has impact that the product has high value. Developing of creative economy can increases

regional economy. The example of creative economic development are modernization of

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) traditional culinary product. The background of

developing creative economy in DIY are the diversity of culinary traditional product.

Tools for developing traditional culinary can be develops with modernization product or

develops the culinary packing. It has high prospect for the marketing. So, the product can

be vend to the other country. The develops of traditional culinary must be do with knowing

the creative economy policy. Creative economy policy must be develops with structured

institutional. The product market policy that vend traditional culinary product at the

specific place are used for develops the regional economy. So, the regional economy can

be increases. It can develops regional become progress.

(2)

IDENTIFIKASI PENGARUH KEBIJAKAN EKONOMI KREATIF

DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

(STUDI KASUS : MODERNISASI PRODUK KULINER TRADISIONAL)

Briantama Yanuar Ridwan 14/364964/GE/07754

briantama.yanuar.r@mail.ugm.ac.id

Intisari

Ekonomi kreatif merupakan sarana yang digunakan untuk mengembangkan produk dengan kreativitas seseorang, sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Pengembangan ekonomi kreatif diperlukan karena dapat meningkatkan perekonomian di suatu wilayah. Salah satu pengembangan ekonomi kreatif yang dapat dilakukan yakni dalam melakukan modernisasi produk olahan kuliner tradisional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini dapat dilakukan karena Provinsi DIY memiliki potensi kuliner tradisional yang cukup beragam, sehingga dapat

dikembangkan dengan baik. Pengembangan yang dilakukan dapat dengan melakukan modernisasi produk maupun pengemasan produk. Pengembangan yang dilakukan pada olahan makanan tradisional memiliki prospek yang cukup besar terhadap pemasarannya. Sehingga, produk yang dihasilkan dapat dipasarkan sampai ke luar negeri. Pengembangan olahan makanan tradisional tersebut juga harus melihat kebijakan ekonomi kreatif yang digunakan. Kebijakan ekonomi kreatif dapat digunakan dengan mempertimbangkan faktor kelembagaan dari kegiatan usaha kuliner tradisional. Selain itu, perlunya kebijakan untuk dapat memasarkan produk pada satu sentra dan peningkatan hubungan antar daerah dinilai diperlukan dalam menunjang kegiatan pemasaran olahan kuliner tradisional. Sehingga, peningkatan perekonomian daerah dapat semakin meningkat. Hal ini membuat perkembangan wilayah dapat terjadi dengan baik.

(3)

1. Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang

Ekonomi merupakan salah satu bidang utama yang memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas wilayah. Hal tersebut penting karena sektor ekonomi yang dikembangkan di tiap wilayah dapat berfungsi sebagai penghubung antar sektor yang berasosiasi. Faktor ekonomi yang ada di suatu wilayah juga dapat digunakan sebagai pengontrol kegiatan di wilayah tersebut. Sehingga, faktor ekonomi memberikan dampak terhadap perkembangan wilayah.

Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana individu dan masyarakat menentukan pilihan penggunaan sumber daya yang langka yang telah disediakan oleh alam dan generasi sebelumnya (Case, 2007:13). Studi ekonomi tersebut lebih menekankan pada proses pengalokasian berbagai kebutuhan sehingga konsumen dapat menentukan skala prioritas dalam menentukan kebutuhan. Ilmu ekonomi ini kemudian dapat dikembangkan dalam konteks pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.

Gambar 1

Hubungan antara SDA, SDM, dan Kreativitas

Pengembangan bidang ekonomi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas perkembangan wilayah salah satunya dilakukan dengan pengembangan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang menekankan pada kreativitas, skill, maupun potensi seseorang/kelompok yang kemudian menghasilkan gagasan, produk, ataupun jasa (Dreszeen, 2007). Ekonomi kreatif dinilai memberikan peluang besar bagi wilayah agar dapat mengembangkan potensi wilayahnya. Hal tersebut ditunjang oleh faktor yang saling terkait. Faktor keberadaan Sumber Daya Alam (SDA), kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan

SDA SDM

(4)

tingkat kreativitas seseorang dalam mengembangkan bidang usaha dinilai menjadi faktor penting untuk menggerakkan ekonomi kreatif.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi yang memiliki peluang cukup besar dalam pengembangan ekonomi kreatif. Hal tersebut terjadi mengingat DIY merupakan provinsi dengan tingkat keberagaman berbagai sektor yang cukup tinggi. Adanya berbagai keberagaman yang ada di Provinsi DIY dinilai dapat menopang sektor perkembangan wilayah di provinsi dengan corak budaya yang kental tersebut. Pengembangan berbagai sektor yang potensial tadi dapat meningkatkan kualitas ekonomi wilayah. Sehingga, perkembangan wilayah dapat terjadi dengan baik.

Saat ini Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi kiblat dalam pengembangan ekonomi kreatif di tingkat nasional. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya industri digital (Jogja Digital Valley) maupun industri kreatif lain. Berpotensinya pengembangan ekonomi kreatif ini dapat dilihat dari banyaknya potensi yang dapat dikembangkan. Kondisi ini membuat Provinsi DIY berpotensi besar dalam pengembangan bidang ekonomi kreatif.

Salah satu bidang yang dapat dikembangkan menjadi bagian dari ekonomi kreatif yakni industri di bidang kuliner. Hal tersebut memiliki peluang yang cukup besar karena kuliner khas Provinsi DIY memberikan kesan tersendiri bagi

masyarakat yang datang ke daerah tersebut. Selain itu, kuliner DIY yang memiliki kualitas yang cukup tinggi membuat pengembangan kuliner di DIY dinilai dapat memberikan proporsi tersendiri terhadap peningkatan ekonomi regional di Provinsi DIY.

(5)

Kebijakan pemerintah yang berlomba-lomba dalam mengembangkan wilayah agar tidak kalah saing dengan wilayah lain, membuat pemerintah mengembangkan berbagai peraturan yang dinilai dapat menguntungkan wilayah tersebut. Ini dimaksudkan agar perkembangan wilayah yang dikembangkan dapat meningkat. Selain itu, adanya pengembangan peraturan pemerintah sebagai akibat dari arus globalisasi, mengharuskan pemerintah untuk mengkaji berbagai peraturan yang telah diterapkan. Peraturan yang digunakan untuk menopang perkembangan wilayah juga harus dikaji dengan melihat batasan-batasan yang menopang perkembangan wilayah, salah satunya pada bidang ekonomi kreatif. Sehingga, perkembangan wilayah dapat sejalan dengan prinsip dasar yang diinginkan.

1. 2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan paper ini diantaranya: a. Menganalisis bagaimana peluang usaha kuliner tradisional terhadap tingkat

perkembangan wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). b. Menganalisis prediksi usaha kuliner tradisional terhadap tingkat

perkembangan wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). c. Mengkaji kebijakan pemerintah di bidang ekonomi kreatif terhadap

kegiatan ekonomi di bidang kuliner tradisional Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY).

1. 3 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat dalam penulisan paper ini diantaranya: a. Dapat menganalisis bagaimana peluang usaha kuliner tradisional terhadap

tingkat perkembangan wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

b. Dapat menganalisis prediksi usaha kuliner tradisional terhadap tingkat perkembangan wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). c. Dapat mengkaji kebijakan pemerintah di bidang ekonomi kreatif terhadap

(6)

2. Isi dan Pembahasan

Keberadaan ekonomi kreatif saat ini menjadi salah satu topik yang dikembangkan pemerintah. Hal tersebut karena ekonomi kreatif dinilai memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan ekonomi di suatu wilayah. Hal tersebut dapat dilihat pada “Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif tahun 2013” bahwa proporsi nilai PDB yang disumbang dari ekonomi kreatif di tahun 2013 mencapai Rp 641,82 triliun atau sekitar 7,05 %. Ini menjadikan industri kreatif memiliki peluang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian nasional.

Ekonomi kreatif yang akan dikembangkan tersebut juga harus melihat berbagai faktor ataupun indikator yang menopang kegiatan pengembangan industri kreatif tersebut. Hal tersebut harus diperhatikan mengingat indikator yang dikembangkan memberikan dampak terhadap proses ataupun hasil yang didapatkan di masa mendatang. Berbagai indikator yang dapat dikembangkan sebagai industri kreatif seperti yang dikutp dari “Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025” menyatakan bahwa terdapat 14 topik yang dapat dikembangkan sebagai ekonomi kreatif.

Topik yang dikembangkan tidak serta merta terfokus pada 14 topik yang ada. Hal tersebut karena masih terdapat banyak topik yang dinilai dapat dikembangkan

sebagai bagian dari ekonomi kreatif. Pengembangan yang dilakukan ini juga harus melihat bagaimana optimalisasi sumberdaya yang tersedia serta tingkat kreativitas seseorang dalam mengembangkan usaha di bidang ekonomi kreatif tersebut. Dampaknya, pengembangan yang dilakukan tadi dapat memberikan sumbangan peningkatan ekonomi di suatu wilayah.

(7)

Posisi bidang kuliner apabila dilihat dari 14 topik yang ditetapkan oleh pemerintah berada pada pertemuan dari berbagai indikator lain. Indikator di bidang kerajinan, seni pertunjukan, dan pasar barang seni dinilai memberikan pengaruh cukup besar terhadap usaha di bidang kuliner. Hal ini terjadi karena kuliner yang ada di suatu wilayah biasanya berasosiasi terhadap ketiga indikator lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh posisi konsumen dan kondisi pasar yang memiliki pengaruh terhadap usaha kuliner tersebut. Sehingga, usaha kuliner yang ada dapat berpengaruh pada ketiga indikator tadi.

Gambar 2

Hubungan antar indikator dan posisi kuliner terhadap indikator lain Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi

yang memiliki usaha di bidang kuliner cukup besar. Hal ini terjadi karena DIY memiliki berbagai destinasi pariwisata yang menjadi andalan wisatawan. Banyaknya destinasi wisata ini menyebabkan DIY memiliki usaha penunjang lain, salah satunya di bidang kuliner. Kuliner yang ada di DIY tersebut cukup beragam, diantaranya kuliner tradisional maupun kuliner modern. Ini menjadikan Provinsi DIY merupakan salah satu daerah potensial dalam pengembangan usaha di bidang kuliner.

Pengembangan usaha kuliner tradisional di DIY cenderung berkembang cukup pesat. Ini sebagai akibat banyaknya wisatawan yang mencari usaha kuliner tradisional tersebut. Namun, kuliner tradisional tadi cenderung memiliki masa kadaluarsa yang relatif cepat. Hal tersebut karena produk yang dihasilkan dari kuliner tradisional tadi bersifat siap untuk dikonsumsi. Selain itu, sifat dari produk kuliner tradisional yang tidak dilakukan proses pengawetan secara modern membuat kuliner

Kerajinan Seni Pertunjukan

Kuliner Pasar Seni

(8)

tradisional khas DIY tersebut cenderung tidak awet untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Gambar 3

Peta Pewilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata Sumber : Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 1 Tahun 2012

Salah satu contoh kuliner tradisional yang sering dijajakan oleh wisatawan yang datang ke DIY adalah gudeg. Gudeg merupakan olahan nangka muda yang dimasak dengan berbagai rempah. Penyajiannya yang dapat disajikan dalam bentuk kering dan basah membuat masyarakat sering mencari olahan tersebut. Namun, masa kadaluarsa gudeg ini relatif cepat. Hal ini karena sifat makanan yang mudah membusuk membuat jangka waktu konsumsi gudeg relatif singkat.

Selain itu, olahan kuliner tradisional yang merupakan salah satu kuliner khas dari DIY adalah gatot dan tiwul. Gatot dan tiwul merupakan salah satu olahan khas yang berasal dari fisiografi selatan Pulau Jawa, terutama di Kabupaten Gunungkidul. Olahan yang berbahan dasar singkong ini sering menjadi makanan favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke DIY. Namun, pengolahan gatot dan tiwul yang memiliki karakteristik untuk langsung disajikan membuat keawetan gatot dan tiwul tersebut cenderung singkat. Hal ini membuat wisatawan lebih mengonsumsi gatot dan tiwul di tempat tersebut dan jarang untuk membawanya sebagai bahan oleh-oleh, terutama ke daerah yang jauh dari DIY.

(9)

dilakukan agar produk makanan yang dihasilkan memiliki jangka waktu konsumsi yang cukup lama. Ini akan berdampak terhadap luasnya pasar dari penjualan makanan tersebut. Selain itu, modernisasi juga diperlukan mengingat pola perilaku masyarakat yang cenderung mencari makanan secara praktis dan efisien.

Peran ekonomi kreatif memiliki porsi cukup besar dalam pengembangan kedua olahan pangan tersebut. Hal ini diperlukan karena pengembangan jangka waktu keawetan konsumsi pangan yang ada memiliki hubungan dengan tingkat jangkauan pasar dari produk olahan tersebut. Peran pelaku usaha kuliner untuk dapat mengembangkan usahanya secara kreatif berdampak terhadap tingkat pendapatan pelaku usaha tersebut. Ini memiliki dampak terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi DIY yang memiliki pengaruh terhadap nilai PDRB Provinsi DIY.

Gambar 4

Hubungan antara tingkat keawetan makanan dengan jangkauan pasar Modernisasi produk olahan kuliner tradisional salah satunya dapat dilakukan dengan pengembangan kemasan yang lebih modern. Hal ini dilakukan agar tingkat keawetan makanan memiliki jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu, adanya pengemasan makanan tradisional yang lebih modern juga memiliki jaminan kebersihan kemasan yang baik. Hal ini memiliki pengaruh bagi masyarakat untuk dapat membeli olahan makanan tradisional dengan kemasan yang lebih modern.

Pengemasan olahan makanan tradional yang mulai dikemas secara modern salah satunya pada proses pengemasan gudeg. Gudeg yang biasanya dikemas dengan menggunakan kendil ataupun plastik, saat ini dapat dikemas dengan menggunakan kaleng. Model pengemasan yang dilakukan mengadopsi pada model pengemasan ikan sarden. Adanya model pengemasan yang lebih modern tersebut membuat

(10)

wisatawan dapat membawa kemasan dari gudeg tersebut yang kemudian dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Selain itu, pengemasan olahan makanan tradisional yang dikemas secara modern dilakukan pada pengemasan produk gatot dan tiwul. Pengemasan yang dilakukan pada makanan tersebut dilakukan dengan memproduksi olahan gatot dan tiwul dalam bentuk kering yang nantinya dapat dikonsumsi secara instan. Pengemasan modern yang digunakan pada makanan tersebut membuat pola pikir masyarakat lebih memilih kemasan makanan tradisional yang lebih modern. Dampaknya, banyak wisatawan yang memilih kemasan tersebut dan jangka waktu untuk konsumsi panganan tersebut cenderung panjang.

Model pengembangan olahan makanan yang dibuat dalam kemasan modern tadi merupakan salah satu implementasi ekonomi kreatif di bidang kuliner. Pengemasan yang modern membuka peluang pasar untuk dapat mengembangkan peluang pasar secara lebih luas. Hal tersebut dapat terjadi mengingat pasar yang disasar setelah adanya pengemasan makanan tradisional secara modern dapat berkembang sampai ke luar negeri. Ini membuat peluang dalam proses produksi makanan tradisional yang

dikemas secara modern tersebut dapat berkembang dengan baik.

Berbagai hal juga harus dilihat agar pengembangan makanan tradisional tadi dapat semakin berkembang. Peningkatan kualitas olahan yang harus dipantau

menjadi faktor teknis penting yang perlu diperhatikan. Kualitas olahan ini dapat dilihat dari produk olahan tersebut ataupun kemasan dari makanan yang diproduksi tadi. Sehingga, makanan tradisional yang diproduksi tadi dapat dikonsumsi dan tidak memiliki efek bagi konsumen.

(11)

dikembangkan. Sehingga, tingkat persaingan antar pelaku usaha kuliner dapat dilakukan diversifikasi dan produk yang dihasilkan cenderung beragam.

Jika merujuk pada “Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2016”, pengembangan ekonomi kreatif menekankan pada berbagai faktor. Faktor berupa tekanan bonus demografi, peningkatan media berbasis digital, peningkatan kreativitas, peningkatan jumlah penduduk pada kelas menengah, dan melimpahnya potensi SDA maupun SDM menjadi faktor terpenting ekonomi kreatif dikembangkan di era saat ini. Hal ini membuat masyarakat harus mulai mengembangkan berbagai usaha yang dinilai dapat mengembangkan perekonomian masyarakat tersebut.

Kasus pengolahan makanan tradisional menjadi modern di masa depan memerlukan berbagai faktor yang dominan. Kualitas SDM serta keberadaan SDA dinilai menjadi faktor kunci agar pengembangan makanan tradisional berbasis modern dapat berkembang dengan baik. Hal ini sejalan dengan pengembangan kebijakan mengenai ekonomi kreatif. Kemerosotan tingkat perekonomian di tahun 2015 perlu ditunjang dengan peningkatan berbagai bidang ekonomi yang dapat

mendongkrak tingkat ekonomi tersebut, salah satunya dengan pengembangan ekonomi kreatif.

Kebijakan ekonomi kreatif yang diterapkan memberikan peluang cukup besar

(12)

Kebijakan ekonomi kreatif yang dilakukan semestinya memberikan proporsi yang cukup besar pada indikator kelembagaan pelaku usaha kuliner. Hal ini mengingat kelembagaan merupakan salah satu indikator yang berperan cukup besar pada pelaku usaha kuliner. Perlunya sosialisasi pada bidang pemasaran maupun kelembagaan pada asosiasi pelaku usaha kuliner tradisional dinilai dapat memberikan pengaruh cukup besar terhadap peningkatan perekonomian yang disumbang dari pengembangan industri kreatif bidang kuliner. Kelembagaan yang terstruktur dapat memberikan pengaruh terhadap kegiatan usaha kuliner yang dikembangkan.

Kebijakan ekonomi kreatif yang dilakukan pemerintah memberikan media bagi pelaku usaha kuliner untuk mengembangkan usaha kulinernya. Pengembangan usaha kuliner tidak hanya dilakukan pada beberapa produk olahan saja, namun dapat dilakukan pada berbagai produk olahan lain. Hal ini karena keberagaman usaha kuliner di DIY memiliki prospek cukup besar. Pelaku usaha kuliner tadi harus memikirkan secara kreatif produk olahan yang diproduksi. Sehingga, tingkat pendapatan masyarakat dapat berkembang dengan baik. Dampaknya, terjadinya

peningkatan PDRB DIY.

Adanya kebijakan di bidang ekonomi kreatif mengharuskan pelaku usaha kuliner dapat mengembangkan usahanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan

dalam mengembangkan usahanya yakni dengan melakukan pemasaran yang terintegrasi dengan desa wisata. Perlu diketahui bahwa desa wisata merupakan salah satu destinasi wisata yang terus dikembangkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Sehingga, destinasi wisata tadi dapat berkembang sejalan dengan pemasaran dari produk kuliner yang dipasarkan. Produk kuliner yang dipasarkan di desa wisata dapat memberikan prospek bagi produk olahan dan desa wisata tersebut. Ini membuat daerah dapat semakin berkembang.

(13)

memberikan sumbangan cukup besar dalam pengembangan usaha kuliner tradisional. Pengembangan yang terpusat pada satu daerah dapat menjadikan daerah tersebut menjadi sentra usaha kuliner tradisional. Beberapa daerah sudah menerapkan sentra usaha kuliner. Namun, ini perlu ditunjang di daerah lain yang kemudian dapat dikembangkan dengan mengadopsi program ”Bela Beli Kulonprogo”.

Peran pemerintah untuk melakukan sosialisasi dalam pengembangan pemasaran tadi perlu dilakukan. Perlunya penambahan jaringan antar daerah ataupun promosi terhadap produk usaha kuliner tradisional dinilai dapat membantu kegiatan di bidang usaha kuliner agar dapat berkembang cukup pesat. Selain itu, perlunya insentif yang diberikan bagi pelaku usaha kuliner tradisional dinilai dapat membantu pelaku usaha tersebut. Insentif dapat digunakan untuk melakukan modernisasi produk makanan maupun untuk mengembangkan usaha yang dilakukan. Sehingga, kegiatan pemasaran dapat berkembang dengan baik.

3. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Usaha kuliner tradisional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki prospek yang cukup besar terhadap tingkat perkembangan wilayah.

Hal tersebut ditunjang oleh modernisasi produk yang membuat produk yang dihasilkan menjadi lebih baik.

2. Usaha kuliner tradisional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki prospek cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjang oleh pengembangan ekonomi kreatif maupun pemasaran yang dilakukan dengan teknologi digital.

(14)

Daftar Pustaka

Case, Karl dan R. Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Dreszeen, Craig. 2007. Partners in Creative Economy Planning Workbook. Massashusetts: University of Massachusetts Amhest

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kratif Tahun 2013

Laporan Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 dalam Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia (2009-2015)

Gambar

Gambar 1 Hubungan antara SDA, SDM, dan Kreativitas
Gambar 2
Gambar 3 Peta Pewilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata
Gambar 4 Hubungan antara tingkat keawetan makanan dengan jangkauan pasar

Referensi

Dokumen terkait

Adapun Bagaimana Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolase bagi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Makassar melalui model pembelajaran luar kelas, peneliti temukan

Berdasarkan pada permasalahan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Keberhasilan Program Percepatan dan Perluasan

Bidang Perdagangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijaksanaan, koordinasi dengan organisasi/asosiasi dunia usaha dan pendaftaran perusahaan dan

Sementara pengaruh polimer sangat besar pada kadar 4 % bagi aspal murni, akan tetapi dengan penurunan cukup besar akibat penambahan BGA, dapat dinilai pengaruh BGA lebih besar

Skripsi “Perbandingan Pemasaran Tradisional dan Pemasaran Digital Terhadap Kinerja Pemasaran (Studi Pada UMKM Kuliner di Kota Malang Yang Telah Menerapkan

(1999), sampai saat ini, pengendalian serangan rayap pada bangunan masih bertumpu pada penggunaan pestisida anti rayap (termitisida) yang diaplikasikan baik melalui perlakuan

Namun demikian, keuntungan model matematik adalah dengan syarat, yaitu keharusan untuk dapat menyelesaikan persamaan-persamaan dasar, yatiu persamaan Navier-Stokes (atau

(pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyusuaikan diri dan berintraksi dengan perubahan permulaan remaja, umur 14-17 thn. Remaja merasa