• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG KELAS CLASSROOM SEBAGAI SISTEM SOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RUANG KELAS CLASSROOM SEBAGAI SISTEM SOS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

RUANG KELAS (CLASSROOM) SEBAGAI SISTEM SOSIAL

Ainul Zulqoifah Asmawati 07022681620003

Abstrak

Kelas merupakan bagian dari mikrososiologi yang menelaah kehidupan kelompok sosial di sekolah dengan keseluruhan dinamika yang terjadi di dalamnya. Dalam ruang kelas terdapat individu yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan maupun relasi antara individu dengan individu lainnya didalam kelompok tersebut yang membentuk suatu totalitas, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa ruang kelas merupakan sistem sosial. Makalah ini akan membahas pemahaman ruang kelas sebagai sistem sosial secara menyeluruh. Sistem merupakan suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara interdependen atau saling ketergantungan dan konstan sehingga sistem sosial dapat dipahami sebagai saling keterkaitan yang teratur antar individu sehingga membentuk totalitas. Dalam ruang kelas juga terjadi hubungan dan interaksi antara guru dan murid dengan status dan peran mereka masing-masing sehingga membentuk suatu jaringan hubungan yang berpola. Pola jaringan hubungan antara guru dan murid akan memberikan dampak terhadap perilaku, kompetensi, kapital sosial budaya, dan keberhasilan peserta didik dimasa yang akan datang. Pola hubungan yang terjadi antara guru dan murid dalam ruang kelas dapat dipahami dalam ruang kelas sebagai sistem interaksi. suatu pola hubungan guru-murid yang telah terbentuk menjadi milik bersama, dan menjadi rujukan dalam perilaku dan tindakan masing-masing individu, baik guru maupun murid.

Kata kunci: ruang kelas, sistem, sistem sosial.

A. Latar Belakang

(2)

Menurut Philip Robinsons (Zaitun, 2015) Kelas merupakan bagian dari mikrososiologi yang menelaah kehidupan kelompok sosial di sekolah dengan keseluruhan dinamika yang terjadi di dalamnya. Dalam ruang kelas terdapat gabungan individu-individu yang membentuk suatu kelompok sosial yang teratur dan memiliki fungsi dan peran yang kompleks dalam kacamata pendidikan.

Horton dan Hunt (Karsidi, 2005) menjelaskan bahwa ruang kelas memenuhi standar definisi kelompok sosial karena terdapat sekumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Hakikat keberadaan kelompok sosial bukan tergantung dari dekatnya jarak fisik, melainkan pada kesadaran untuk berinteraksi, sehingga kelas bersifat permanen dan tidak hanya suatu agregasi atau kolektivitas semata, sehingga peran dan fungsi yang diembannya dalam struktur pendidikan menjadi lebih terjamin.

Berdasarkan penjabaran mengenai ruang kelas diatas maka dapat diketahui bahwa didalam ruang kelas terdapat individu yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan maupun relasi antara individu dengan individu lainnya didalam kelompok tersebut yang membentuk suatu totalitas. Oleh karena itu maka tidak dapat dipungkiri bahwa ruang kelas merupakan sistem sosial. Untuk memahami ruang kelas sebagai sistem sosial secara menyeluruh maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian sistem sosial, dan pemahaman ruang kelas sebagai sistem sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah sistem sosial?

2. Bagaimanakah pemahaman mengenai kelas sebagai sebagai sistem sosial?

C. Pembahasan

1. Pengertian sistem sosial

Secara etimologis kata sistem merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema, systematos, yang berasal dari kata synistani. Adapun kata

synistani terdiri dari dua suku kata yaitu syn yang bermakna bersama, dan hystanat

(3)

hubungan yang berlangsung diantara satuan atau komponen secara teratur. Jadi Damsar (2011) menyimpulkan bahwa sistem merupakan sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.

Winardi dalam bukunya Pengantar Tentang Teori Sistem Dan Analisis Sistem

memberikan pengertian sistem sebagai berikut:

“sistem merupakan suatu kelompok elemen yang interdependen yang antar-berhubungan atau saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem merupakan suatu konglomerat hal-hal tertentu yang secara keseluruhan membentuk suatu keseluruhan yang menyatu” (Damsar,2011).

Berdasarkan pengertian mengenai sistem diata maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara interdependen atau saling ketergantungan dan konstan.

Selanjutnya pemahaman mengenai konsep sosial dan sistem sosial, kata sosial secara etimologis berakar dari kata latin yaitu socius, yang berarti bersama-sama, bersatu, terikat, sekutu, berteman; atau kata socio yang bermakna menukutukan, menjadikan teman, mengikat atau mempertemukan. Adapun apabila ditelusuri kamus besar bahasa indonesia ditemukan bahwa sosial memiliki dua arti yaitu: satu, berkenaan dengan masyarakat. Dua, suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong dan menderma) dalam bentuk ragam cakapan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata sosial dimengerti sebagai sesuatu yang dihubungkan atau dikaitkan dengan teman, pertemanan, atau masyarakat (Damsar, 2011).

menurut Robert M.Z. Lawang (Damsar, 2011) pengertian kata sosial memiliki arti subjektif yang memperhitungkan perilaku orang lain yag terlibbat dalam suatu tindakan. Arti subjektif menunjuk pada arti yang diberikan oleh orang yang bertindak untuk tindakannya sendiri.

Apabila kedua makna kata sistem dan sosial disatukan untuk dipahami makna atau artinya secara keseluruhan, maka sistem sosial dapat dipahami sebagai saling keterkaitan yang teratur antar individu sehingga membentuk totalitas. Robert M. Z. Lawang memberikan pengertian sistem sosial sebagai berikut :

(4)

Menurut Talcott Parson (Damsar, 2011) sistem sosial merupakan suatu sinergi antara sub sistem sosial yang saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan. Suatu sistem hanya bisa fungsional jika semua syarat fungsional yang dibutuhkan oleh sistem terpenuhi. Terdapat empat persyaratan fungsional yang dibutuhkan sistem, yaitu : Adaptation / Adaptasi (A), Goal attainment / pencapaian tujuan (G),

Intergration / intergrasi (I), dan Latent Pattern Maintenance / Pola pemeliharaan laten (L).

2. Kelas Sebagai Sistem Sosial

Kelas dalam beberapa hal dapat disamakan dengan sekumpulan orang yang terdiri dari individu. Dalam sekumpulan tersebut terdapat individu-individu yang saling berinteraksi baik antara siswa dengan siswa, guru dengan guru maupun guru dengan siswa dalam setiap harinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelas merupakan sebuah mikrososiologi karena didalamnya selalu terdapat proses interaksi meskipun dalam lingkup yang sempit (Zaitun, 2015).

Kelas dapat disebut kelompok atau sistem sosial karena didalam sekelompok orang tersebut memiliki kesadaran bersama akan keanggotaanya dan saling berinteraksi, dan Hakikat keberadaan kelompok sosial bukan hanya tergantung dari dekatnya jarak fisik, melainkan pada kesadaran para individu dalam kelompok tersebut untuk berinteraksi, sehingga kelas bersifat permanen dan tidak hanya suatu kolektivitas atau kesatuan semata. Pada akhirnya, peran dan fungsi yang diembannya sebagai peserta didik dalam struktur pendidikan lebih terjamin (Karsidi, 2005).

Ruang kelas merupakan sebuah gambaran kecil dari kelompok yang lebih besar, yaitu masyarakat karena di didalam sebuah ruang kelas berkumpul individu-individu yang memiliki latar belakang status sosial, ekonomi, agama, maupun budaya yang berbeda-beda, meskipun memiliki kedudukan dan peran yang sama yaitu sebagai peserta didik. Beberapa ciri khas struktur kelas yang memiliki kesamaan dengan masyarakat adalah sebagai berikut (Zaitun, 2015) :

a. Komposisi Anggota

(5)

jenis kelamin kecuali di sekolah khusus yang memberikan ketentuan hanya memerima salah satu jenis kelamin tertentu saja, keberagaman agama, sampai pada karakteristik individu yang saling berbeda secara fisik maupun psikis. Keberagaman dalam lingkup ruang kelas merupakan sebuah hal yang biasa, seperti halnya dalam masyarakat karena pendidikan berlaku universal yang memberi kebebasan bagi siapa saja yang memenuhi syarat untuk mendapatkanya dan hal ini merupakan hak individu yang harus dipenuhi. b. Struktur kelas berupa peran dan fungsi

Dalam lingkup ruang kelas kita menemukan adanya peraturan atau tata tertib sekolah yang harus dipatuhi oleh semua siswa yang terdapat dalam ruang kelas, selain hal tersebut kita juga menjumpai adanya struktur kepengurusan kelas dimana peserta didik yang menempati sebuah jabatan tertentu haruslah melalakukan tugas dan peraturan yang telah disepakati bersama oleh anggota kelas baik itu sebagai ketua kelas, sekertaris, bendahara, maupun siswa yang tergabung dalam bidang tertentu. Adanya pola seperti ini tersusun karena diperlukannya sistem penegakan tata tertib yang ada disekolah serta pengendalian sosial yang ketat terhadap peserta didik dalam berinteraksi dalam kelas maupun di sekolah mengingat fungsi dunia pendidikan yang sedemikian nyata, dan salah satu bentuk untuk mencapai peran dan fungsi pendidikan tersebut yaitu adalah penetapan status jabatan kelas yang menggambarkan peserta didik sebagai wujud dari masyarakat kecil.

(6)

Dalam ruang kelas juga terjadi hubungan dan interaksi antara guru dan murid dengan status dengan peran mereka masing-masing membentuk suatu jaringan hubungan yang berpola. Pola jaringan hubungan antara guru dan murid akan memberikan dampak terhadap perilaku, kompetensi, kapital sosial budaya, dan keberhasilan peserta didik dimasa yang akan datang. Dalam teori ruang kelas dengan pendekatan interaksi, guru dan murid dituntun oleh harapan peran yang melekat pada posisi dan status mereka. Harapan peran dipahami melalui proses sosialisasi yang mereka alami, baik sosialisasi primer maupun sosialisasi sekunder (Damsar, 2011).

Pola hubungan yang terjadi antara guru dan murid dalam ruang kelas dapat dipahami dalam ruang kelas sebagai sistem interaksi. Sebagaimana konsep sistem yang dipahami sebagai sekumpulan dari bagian atau komponen yang saling ketergantungan satu sama lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Adapun konsep dari interaksi sosial diartikan sebagai suatu tindakan timbal balik antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi dalam ketergantungan satu sama lain. Menurut Damsar (2011) dengan melihat definisi tersebut maka ruang kelas dapat disebut sebagai masyarakat, disamping itu hubungan antara guru dan murid dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial karena adanya hubungan timbal balik dan saling bergantungan antara satu sama lain (terikat).

Hubungan antara guru murid terdiri dari dua pihak yang terikat pada suatu ikatan moral dan etika profesi pendidikan. Sebelum mereka membentuk hubungan guru-murid, sebagai individu masing-asing mereka memiliki motif, keinginan, kepentingan, kebutuhan, dan orientasi sendiri tentang berbagai macam hal berkaitan tentang pendidikan da kependidikan. Pada masa awal pendidikan, hubungan mereka sebagai guru-murid sedang mengalami penjajakan pembentukan pola, masing-masing individu baik guru maupun murid memberikan sinyal, tanda, persepsi, sikap, dan tindakan tentang sesuatu yang berkaitan dengan keberadaan hubungan mereka. Setelah masa penjajakan berakhir, secara perlahan muncul pola hubungan antara guru dan murid.

(7)

oleh guru dan masing-masing murid tercakup dalam pola ini. Namun ketika suatu pola hubungan guru-murid telah terbentuk maka ia menjadi milik bersama, dan menjadi rujukan dalam perilaku dan tindakan masing-masing individu, baik guru dan murid. Dalam pola hubungan ini berisi berbagai ”kesepakatan”, seperti tentang disiplin, kebersihan, kerapihan, pekerjaan rumah, kuis, ulangan. Dalam “kesepakatan” ini terkandung prinsip bahwa mereka memiliki ketergantungan satu sama lain, anatara guru dan semua murid, dalam melakksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Pola hubungan menjadi pengontrol perilaku masing masing. Sehingga pola hubungan ini dapat dilihat sebagai suatu sistem interaksi (sosial).

D. Kesimpulan

Kelas merupakan bagian dari mikrososiologi yang didalam terdapat individu yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan maupun relasi antara individu dengan individu lainnya didalam kelompok tersebut yang membentuk suatu totalitas, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa ruang kelas merupakan sistem sosial.

Sistem merupakan suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara interdependen atau saling ketergantungan dan konstan, sehingga sistem sosial dapat dipahami sebagai saling keterkaitan yang teratur antar individu sehingga membentuk totalitas. Dalam ruang kelas juga terjadi hubungan dan interaksi antara guru dan murid dengan status dan peran mereka masing-masing sehingga membentuk suatu jaringan hubungan yang berpola. Pola jaringan hubungan antara guru dan murid akan memberikan dampak terhadap perilaku, kompetensi, kapital sosial budaya, dan keberhasilan peserta didik dimasa yang akan datang.

(8)
(9)

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan.Surakarta: UNS Press dan LPP UNS

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan berdasarkan indikator perhatian, responden juga mempunyai perhatian dalam kategori tinggi untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengguna sistem informasi akuntansi merupakan perasaaan puas yang dirasakan oleh pengguna

Pada metode ini,bagian level atas level bawah dihubungkan dengan raise,dan penambangan dimulai dengan memotong bagian atas dari raise sehingga terbentuk jenjang pada cebakan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kapasitas lentur maksimum terbesar terjadi pada balok yang direndam dalam air dan kapasitas lentur maksimum terkecil terjadi pada balok

Setelah dilakukan perhitungan mengenai pengaruh kualitas pelayanan karyawan front office terhadap kepuasan tamu mengginap di Hotel The Axana Padang yang dikumpulkan melalui

Keberadaan sekte atau aliran dalam agama adalah salah satu realitas yang perlu disikapi dengan bijak apabila masyarakat menganggap bahwa eksistensi komunitas adalah hal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan petani padi sawah disebabkan oleh sikap mental petani itu sendiri, minimnya sarana produksi pertanian dan kurangnya sistem

Resistensi penggunaan insektisida pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) dalam penanggulangan penyakit pes dibahas oleh Dyah mahendra Sukendra dan artikel terakhir adalah