• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. DNA Berperan Dalam Proses Transformasi Bakteri - BAB03 Struktur Genom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. DNA Berperan Dalam Proses Transformasi Bakteri - BAB03 Struktur Genom"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Beradasarkan keparalelan Hukum Mendel dengan perilaku kromosom dalam proses

meiosis disimpulkan bahwa gen terletak pada kromosom (Bab 1 dan Bab 2). Pertanyaan

selanjutnya bagaimanakah struktur kimia dari bahan genetik yang ada pada kromosom

tersebut. Kromosom tersusun atas dua komponen yaitu DNA (asam deoksiribonukleat) dan

protein. Pada awalnya para ilmuwan menduga komponen proteinlah yang merupakan bahan

genetik; dengan alasan bahwa enzim (protein katalisastor) berperan dalam menjalankan

reaksi kimia metabolisme. Namun kemudian sejumlah penelitian membuktikan bahwa

komponen DNA pada kromosom yang merupakan bahan genetik. Pada saat sekarang

diketahui bahwa ada sebagian virus yang bahan genetiknya tersusun atas RNA (asam

ribonukleat). Percobaan-percobaan tersebut menunjukan bahwa (i) DNA merupakan senyawa

khas kromosom, (ii) DNA berperan dalam proses transformasi genetik pada bakteri; dan (iii)

Asam Nukleat yang berperanan dalam pewarisan sifat dari satu generasi ke generasi

berikutnya. dan penentuan sifat virus.

A. DNA Berperan Dalam Proses Transformasi Bakteri

Bukti DNA sebagai bahan dasar genetik pertama kali ditunjukkan pada tahun 1943 oleh

Oswald T. Avery, Colin McLeod, dan McLyn McCarthy dari Rockefeller Institute, yang

telah membuktikan bahwa DNA yang terlibat dalam proses transformasi bakteri.

Transformasi bakteri itu sendiri sebelumnya telah dikemukakan oleh F. Griffith (1928),

melalui percobaan pada Streptococcus pneumoniae, yaitu bakteri yang dapat menimbulkan

penyakit pneumonia pada manusia, dan menyebabkan kematian pada tikus.

Transformasi bakteri didefinisikan sebagai proses perubahan sifat bakteri akibat pengambilan DNA asing oleh sel bakteri tersebut secara langsung dari lingkungannya. DNA

asing tersebut dapat berintegrasi dengan DNA kromosom bakteri yang mengambilnya,

sehingga dapat diwariskan pada generasi berikutnya.

3

BAB

STRUKTUR MOLEKULAR

BAHAN GENETIK

(2)

Griffith menunjukkan adanya proses transformasi ini melalui pencampuran satu galur

bakteri yang hidup dengan galur lainnya yang telah dimatikan. Diperoleh hasil bahwa galur

bakteri yang hidup itu dapat berubah sifat akibat masuknya bahan-bahan dari galur bakteri

yang telah dimatikan. Dalam percobaannya, Griffith telah menyuntikkan ke dalam tikus dua

galur S. pneumoniae yaitu yang berkulit halus (galur S) dan yang berkulit kasar (galur R).

Kulit halus pada galur S disebabkan oleh adanya mantel lendir polisakarida yang

menyelimuti bagian luar sel, sedangkan yang berkulit kasar tidak mempunyai lendir tersebut.

Adanya lendir itu menyebabkan galur S tahan terhadap antibodi yang dihasilkan oleh tikus,

sehingga bakteri tersebut tetap hidup dan dapat mematikan tikus. Galur R yang tidak

berlendir akan terbunuh oleh antibodi yang dihasilkan oleh tikus.

Skema percobaan Griffith ditunjukkan pada Gambar 3.1. Pada percobaan pertama tikus

disuntik dengan galur S atau galur R hidup, dan diperoleh hasil galur S mematikan, tetapi

galur R tidak mematikan. Dalam hati tikus yang mati terdapat sel bakteri galur R. Pada

Gambar 3.1. Rangkaian percobaan Griffith yang menunjukkan adanya transformasi bakteri, perubahan bakteri galur R menjadi seperti galur S akibat adanya bahan yang berasal dari galur S masuk ke sel galur R.

(3)

percobaan selanjutnya sebelum disuntikkan ke dalam tubuh tikus, galur R dan galur S bakteri

tersebut di atas dimatikan terlebih dahulu dengan cara pemanasan. Hasilnya seperti yang telah

diduga sebelumnya yaitu bahwa bakteri-bakteri tersebut tidak dapat mematikan tikus. Pada

percobaan ketiga dicampurkan galur R hidup dengan galur S yang telah dimatikan, dan

kemudian disuntikkan ke dalam tubuh tikus. Diperoleh bahwa tikus mati, dan ketika diperiksa

hatinya penuh dengan bakteri yang berlendir seperti galur S. Bakteri yang diambil dari tikus

yang mati itu ketika diinfeksikan kepada tikus lain ternyata juga mematikan.

Dari hasil rangkaian percobaan itu Griffith menarik kesimpulan bahwa telah terjadi

perubahan genetik dari sel galur R yang mulanya tidak mampu membentuk lendir menjadi

berkemampuan menghasilkan lendir seperti galur S. Kemampuan tersebut diperoleh karena

adanya kepingan bahan genetik dari galur S yang telah dimatikan yang masuk ke dalam sel

galur R. Proses masuknya bahan genetik dari pecahan galur S ke dalam sel galur R secara

langsung disebut transformasi genetik.

Pada tahun 1944, Avery, McLeod dan McCarthy berhasil membuktikan bahwa bahan

genetik yang terlibat dalam proses transformasi tersebut adalah DNA. Avery dkk melakukan

percobaan dengan cara mengisolasi berbagai molekul kimia dari pecahan sel galur S.

bahan yang berhasil diisolasi terdiri dari DNA, RNA, protein, polisakarida, dan lipid.

Bahan-Gambar 3.2. Hanya komponen DNA dari galur S yang dapat merubah galur R menjadi seperti galur S, berarti DNAlah yang merupakan bahan genetik yang terlibat dalam transformasi.

Galur S

Galur R

R R R R

S

R R R

DNA RNA Protein Lipid

(4)

bahan tersebut kemudian dicampurkan dengan sel galur R, ternyata hanya DNA yang dapat

merubah sel galur R menjadi sel yang bersifat seperti galur S (Gambar 3.2). Berarti DNAlah

yang bertanggung jawab dalam proses transformasi bakteri.

A. Asam Nukleat Merupakan Makromolekul

Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang terdapat di dalam sel.

Makromolekul ialah molekul besar (berat molekul lebih dari 1000) yang disusun oleh

molekul-molekul dasar atau subunit yang lebih kecil. Dikenal empat jenis makromolekul

penting untuk kehidupan, yaitu:

1. Polinukleotida: Makromolekul dengan nukleotida sebagai molekul dasarnya. Asam

nukleat merupakan senyawa polinukleotida; dan terdapat dua jenis asam nukleat yaitu

Asam Deoksiribonukleat (DNA), dan Asam Ribonukleat (RNA)

2. Polipeptida: Makromolekul yang merupakan rangkaian asam amino. Polipeptida

merupakan subunit dasar penyusun molekul protein.

Struktur Dan Sifat Kimia DNA

Gambar 3.3. Nukleotida adalah subunit penyusun rantai polinukleotida. Nukleotida disusun oleh Gula. Basa, dan fosfat. Terdapat lima jenis basa (Adenin, Guanin, Sitosin, Timin, Urasil) dan dua jenis gula (Ribosa dan Deoksiribosa)

Fosfat

Ribosa

Deoksiribosa

Urasil Sitosin

Guanin

(5)

3. Polisakarida: Makromolekul dengan sakarida sebagai bahan dasar penyuysun rantainya.

Polisakarida mencakup berbagai senyawa yang dilibatkan dalam reaksi metabolisme.

4. Lemak: merupakan rangkaian asam lemak.

Telah disebutkan bahwa nukleotida merupakan molekul dasar dari polinukleotida.

Nukleotida itu sendiri disusun oleh tiga komponen utama; gula, basa, dan fosfor (Gambar

3.3). Terdapat dua jenis gula, yaitu Ribosa dan Deoksiribosa; dan dua kelompok basa, yaitu

Purin dan Pirimidin. Kelompok purin terdiri dari Adenin (A) dan Guanin (G), sedangkan

pirimidin terdiri dari Sitosin (C), Timin (T), dan Urasil (U). DNA dan RNA dibedakan oleh

gula dan basa yang dikandungnya. Deoksiribosa dan Timin hanya dikandung oleh DNA;

sedangkan Ribosa dan Urasil dikandung oleh RNA.

Gula dengan basa membentuk ikatan antara Cl pada gula dengan N1 basa purin atau N6

basa pirimidin; dan senyawa yang dibentuknya disebut nukleosida. Selanjutnya fosfat

membentuk ester dengan nukleosida tersebut melalui pembentukan ikatan pada C5 gula.

Gambar 3.4. Rantai polinukliotida, merupakan rangkaian nukleotida; fosfat pada C5 satu nukleotida dihubungkan dengan C3 dari nukleotida lain sehingga akan terbentuk tulang punggung gula fosfat, dan basa sebagai cabang. Rantai nukleotida mempunyai ujung C5 fosfat dan C3-OH

Tulang punggung gula fosfat Ujung 5’P

(6)

Esterfosfat-5-nukleosida ini disebut nukleotida. Berdasarkan kandungan gulanya terdapat dua

jenis nukleotida, yaitu ribonukleat (dikandung oleh RNA) dan deoksiribonukleotida (yang

dikandung DNA). Dalam keadaan bebas nukleotida-nukleotida berada dalam bentuk

nukleotida-trifosfat. Juga dapat ditemukan dalam bentuk nukleotida difosfat serta

monofosfat.

Dalam rantai polinukleotida, nukleotida-nukleotida digabungkan satu dengan yang

lainnya melalui ikatan fosfodiester yaitu antara fosfat pada C5 dari suatu nukleotida dengan

C3 dari nukleotida yang lain (Gambar 3.4). Dengan aturan seperti ini, maka pada ujung rantai

polinukleotida akan ditemukan fosfat pada ujung 5 dan radikal OH pada ujung 3.

B. Model Heliks Ganda DNA

Walaupun secara kimia, DNA telah diketahui sejak beberapa dekade yang lalu, namun

strukturnya baru dapat dijelaskan pada tahun 1953 oleh James D. Watson seorang pakar

genetika dan biokimia Amerika, dan Francis Crick seorang pakar kedokteran Inggris. Erwin

Chargaff dari Columbia University yang mengadakan penelitian terhadap kandungan DNA

melaporkan pada tahun 1949 bahwa kuantitas kandungan Adenin (A) dalam DNA berbagai

organisme adalah sama dengan Timin (T), sedangkan Guanin (G) sama dengan Sitosin (S).

Perbedaan antara DNA dari spesies yang berlainan terletak pada kandungan A+T/G+C.

Untuk lebih jelasnya pada Tabel 3.1 disajikan data hasil penelitian pada berbagai organisme.

Tabel 3.1 Komposisi Basa DNA Berbagai Organisme

Organisme Komposisi Basa (%) Nisbah Basa

A T G C A/T G/C A+T/G+C

Manusia 30.9 29.4 19.9 19.8 1.05 1.00 1.52

Kambing 29.3 28.3 21.4 21.0 1.03 1.02 1.30

Kecambah-gandum 27.3 27.1 22.7 22.8 1.04 1.00 1.19

Khamir 31.3 32.9 18.7 17.1 0.95 1.09 1.79

Escherichia coli 24.7 23.6 26.0 25.7 1.04 1.01 0.93

Brucella abortus 21.0 21.1 29.0 28.9 1.00 1.00 0.72

Diringkas dari Lehninger, A.L. 1982. Principle of Biochemistry, Worth Publisher, New York

Data Chargaff ini membawa Watson dan Crick kepada kesimpulan bahwa DNA tersusun

atas dua utas poliknukleotida, dan terjadi perpasangan basa antara kedua rantai tersebut

dengan mengikuti aturan Chargaff, yaitu A berpasangan dengan T, dan G berpasangan

(7)

dengan Timin terdapat dua ikatan hidrogen, dan Sitosin dengan Guanin terdapat tiga ikatan

hidrogen. Ikatan hidrogen ini selain mengikat juga memelihara jarak antara kedua basa.

Beberapa persyaratan kimia yang dituntut oleh perpasangan basa ini ialah arah runtunan gula

kedua polinukleotida harus berlawanan, sehingga ujung 5'P dari satu utas nukleotida akan

berpasangan dengan ujung 3'OH dari utas pasangannya (Gambar 3.5). Perpasangan seperti ini

disebut perpasangan anti paralel

Data lain yang digunakan Watson untuk menjelaskan struktur DNA ialah hasil

studi kristalografi DNA yang dilakukan oleh Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins (1953).

Berdasarkan difraksi sinar-X ditemukan adanya kisi atau celah berukuran sekitar 3.4 A0, dan

selanjutnya terdapat struktur yang berulang setiap 34 A0 (Gambar 3.6). Watson dan Crick

(1953), menggabungkan data difraksi sinar-X ini dengan penemuan Chargaff, dan

menyimpulkan bahwa kedua pasangan rantai polinukleotida tersebut berputar membentuk

Gambar 3.5. Dalam satu molekul DNA terdapat dua utas polinukleotida dengan basanya

berpasangan sesuai aturan Chargaff yaitu A-T dan G-C. Pasangan A-T diikat oleh dua ikatan hidrogen, G-C oleh tiga ikatan hidrogen.

Timin Adenin

Sitosin Guanin

Sampel DNA

Film foto

Sinar terdifraksi. Lebar celah d=~1/θ

Sinar X

Gambar 3.6. Hasil difraksi sinar X oleh kristal DNA, dari Franklin dan Wilkins, yang membawa Watson dan Crick kepada Struktur heliks ganda DNA. Bagian luar merupakan hasil difraksi oleh kisi dengan celah 3.4 A0dan bagian dalam hasil difraksi oleh kisi berelah 34 A0.

Celah 3.4 A0

(8)

suatu pilinan mengelilingi satu sumbu dengan orientasi ke arah kanan. Ikatan hidrogen yang

terdapat pada pasangan basa akan membentuk garis tegak lurus terhadap sumbu tersebut di

atas (Gambar 3.7). Celah sebesar 3.4 A0 merupakan celah antara dua kisi yang terbentuk oleh

ikatan hidrogen dua pasang basa yang berdampingan. Pengulangan struktur yang sama setiap

34 A0 akan terjadi seandainya setiap runtunan sepuluh pasang basa terbentuk satu pilinan.

Jadi antara dua jari-jari pasangan basa yang berurutan terbentuk sudut sebesar 3600, dan

setelah sepuluh pasang basa akan terbentuk satu lingkaran (3600).

.Beberapa sifat kimia penting dari molekul DNA ialah (1) bahwa pasangan basa dari dua

utasan polinukleotida diikat oleh ikatan hidrogen. Ikatan ini memberikan kelenturan kepada

DNA, yaitu bahwa kedua rantai polenukleotida dapat berpisah dan bergabung kembali tanpa

mengalami kerusakan. Hal ini penting bagi DNA dalam proses replikasi (perbanyakan

molekul DNA) serta proses transkripsi (ekspresi gen). (2) Antara dua nukleotida dalam satu

rantai polinukleotida diikat dengan ikatan kovalen. Ikatan ini sangat kuat tetapi untuk

membentuknya diperlukan suatu reaksi kimia yang akan melibatkan energi. Sehingga

Gambar 3.7. Model heliks ganda DNA menurut Watson dan Crick. Pasangan dua utas polinukleotida akan berpilin mengitari sebuah sumbu dengan pilihan ke kanan. Dalam satu putaran penuh terdapat 10 pasang basa, antar pasangan basa terdapat jarak 3.4 A0 atau 34 A0 untuk sepuluh pasang basa.

A

Pasangan antiparalel Heliks ganda

3.4 A0

34 A0

20 A0

Relung mayor

(9)

kerusakan pada ikatan antara dua nukleotida dapat menyebabkan kerusakan fatal pada

molekul DNA. (3) Fosfat merupakan molekul yang hidrofil, sehingga akan berorientasi luar,

sedangkan basa-basa merupakan molekul hidrofob, sehingga akan berorientasi dalam.

Dengan posisi fosfat terletak di luar dan basa terletak di dalam heliks maka dapat dicegah

masuknya molekul air ke dalam DNA, sehingga dapat menghindarkan dari kerusakan akibat

reaksi kimia. Sifat ini cukup untuk memelihara kestabilan molekul DNA.

C. Implikasi Genetik dari Model Heliks Ganda

DNA sebagai bahan genetik, yang merupakan pusat pengendali sifat-sifat organisme,

harus mempunyai struktur yang stabil. Kestabilan ini meliputi pertama ketahanan terhadap

kerusakan akibat reaksi kimia, dan kedua kestabilan genetik yaitu tidak terjadinya perubahan

selama proses replikasi.

Secara kima di atas telah dijelaskan bahwa struktur heliks ganda dapat melindungi DNA

dari kerusakan akibat reaksi kimia yang terdapat dalam sel. Secara genetika menurut Watson

adanya utas ganda dalam suatu molekul DNA memberikan kemampuan kepada molekul

tersebut untuk membentuk dirinya sendiri. Hal ini penting dalam proses reproduksi atau

replikasi. Dalam kimia, sistem komplementasi berguna untuk mengontrol ketepatan

perpasangan dua molekul. Model antiparalel antara dua utasan polinukleotida merupakan

sistem komplementasi antara basa-basa dari dua rantai tersebut. Basa-basa inilah yang

menjadi kunci dalam proses perbanyakan diri DNA, yang memberikan kemampuan molekul

DNA untuk mencetak dirinya sendiri dan mengontrol ketepatan dari hasil cetakannya.

(10)

memung-Setiap utasan rantai polinukleotida akan dapat menjadi cetakan dalam pembentukan

molekul DNA baru, dan sistem komplementasi antar basa menjadi patokan dalam proses

pencetakan tersebut. Karena dalam setiap molekul ada dua rantai yang merupakan

komplemen satu terhadap yang lain, maka bila setiap utasan polinukleotida itu membentuk

komplemennya, akan diperoleh dua molekul yang strukturnya sama dengan molekul awal

(Gambar 3.8 Proses perbanyakan diri DNA seperti itu disebut proses replikasi

semikonservatif.

Genom ialah gugus atau himpunan gen yang lengkap dari suatu organisme yang dapat

mengendalikan jalannya keseluruhan metabolisme sehingga organisme tersebut dapat hidup

dengan sempurna. Banyaknya gen yang terdapat dalam suatu genom berbeda dari suatu

organisme ke organisme yang lain. Semakin rumit suatu organisme semakin banyak gen yang

dikandung di dalam genomnya.Pada Gambar 3.9 diperlihatkan perbandingan ukuran genom

berbagai organisme berdasarkan kandungan DNAnya. Virus mempunyai genom kecil yang

terdiri dari sepotong asam nukleat yang mengandung beberapa gen. Bakteri mempunyai

ukuran genom puluhan ribu kali lebih besar ketimbang virus. Eukaroit mempunyai genom

paling besar; dalam inti eukariot diploid yang disebut genom setara dengan satu gugus

kromosom haploid

A. Genom Virus

Kebanyakan virus genomnya terdiri dari satu kromosom, terdapat sejumlah virus dengan

genom lebih dari satu kromosm. Berdasarkan bahan dasar penyusunnya genom virus dapat

dibagi menjadi dua jenis yaitu Virus DNA dan Virus RNA. Sebagian besar virus yang

menyerang tumbuhan adalah virus RNA. DNA atau RNA penyusun genom virus terdapat

dalam bentuk utas tunggal (ut) atau utas ganda (ug). Jadi terdapat virus DNAug, DNAut,

RNAug, dan RNAut. Khusus untuk molekul berutas tunggal (DNAut atau RNAut) terdapat

dalam dua jenis utasan yaitu utas positif (+) atau utas negatif (-). Yang dimaksud dengan utas

(+) ialah utasan yang basa-basanya homolog dengan basa-basa mRNA, sedang utas (-)

merupakan komplemen atau antiparalel terhadap mRNA.

Berdasarkan jenis genom serta cara reproduksinya, Baltimore (1971), mengajukan

klasifikasi virus, yang dikenal sebagai klasifikasi Baltimore (Tabel 3.2). Keterangan

mengenai jenis genom virus telah disampaikan pada paragraf terdahulu. Reproduksi atau

perbanyakan diri virus kelas I sampai kelas V dilakukan melalui proses replikasi, yaitu proses

(11)

pembentukan molekul baru, baik DNA maupun RNA, dengan menggunakan molekul lama

sebagai model cetakannya. Virus kelas VI memperbanyak diri melalui proses transkripsi

balik, yaitu pembentukan DNA dengan menggunakan RNA sebagai model cetakannya, dan

selanjutnya DNA yang terbentuk digunakan untuk membentuk RNA virus baru.

Tabel 3.2. Genom virus menurut klasifikasi Baltimore

Kelas Jenis Genom Contoh

I DNA ug fT4, fl, Adenovirus, virus herpes, SV40

II DNA ut(+) fX174, M13, MVM

III RNA ug Reovirus

IV RNA ut(+) MS2, virus polio, virus penyakit kuku dan mulut

ternak

V RNA ut(-) virus rabies

VI RNA ut(-) leukemia, virus AIDS

B. Genom Bakteri

Genom bakteri terdiri dari DNA kromosom dan DNA ekstrakromosom atau plasmid.

Karena bakteri tidak mempunyai pemisahan antara inti dan sitoplasma, maka kromosom dan

plasmid kedua-duanya terdapat dalam satu ruang plasma sel yang sama. Pembeda utama yang

paling mudah dilihat antara keduanya adalah dari segi ukurannya; plasmid mempunyai

(12)

ukuran yang relatif sangat kecil dibandingkan dengan kromosom. Ukuran kromosom bakteri

masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan kromosom eukariot (lihat Gambar 3.10); dan

karena kecilnya kromosom ini tidak tampak di bawah mikroskop cahaya, tetapi sebaliknya

lebih mudah dipelajari secara molekular.

B1. Kromosom

Sebagian besar bakteri diketahui mempunyai satu kromosom yang disusun oleh satu

molekul DNA berbentuk sirkular. Pada akhir dekade delapanpuluhan abad duapuluh berbagai

hasil riset membuktikan adanya bakteri yang mempunyai kromosom linear, dan adanya

bakteri yang mempunyai dua kromosom.

Pembuktian pertama tentang bentuk kromosom bakteri dilakukan oleh Cairns (1960)

melalui percobaan pada Escherichia coli. Cairns berhasil mengembangkan teknik isolasi

DNA bakteri, dan memperoleh satu kromosom atau DNA yang utuh. Kemudian DNA

tersebut dipotret dengan teknik autoradiografi. Pada prinsipnya teknik autoradiografi terdiri

dari penandaan DNA dengan unsur radioisotop, dan kemudian DNA yang telah ditandai

tersebut diletakkan pada film negatif. Setelah dibiarkan dalam beberapa hari, radioisotop akan

menandai film tersebut. Dari jejak tanda yang terlihat dalam film dapat diketahui bahwa

kromosom bakteri E. coli mempunyai bentuk sirkular, dengan panjang sekitar 1360 mm.

E. coli mempunyai panjang sel sekitar 1 mm, sampai 2 mm sedangkan kromosomnya

mempunyai panjang sekitar 1360 mm, yang berarti panjang kromosomnya sekitar seribu kali

panjang selnya. Oleh karena itu untuk dapat berada di dalam sel molekul DNA tersebut harus

dibentuk dalam suatu kemasan yang lebih kompak. Dalam sel DNA, kromosom akan

berkondensasi membentuk struktur yang disebut nukleosid, yang menempati sekitar 10

persen dari volume sel bakteri. Proses kondensasi berlangsung dengan cara pelipatan dan

penggulungan.

B2. Plasmid

Plasmid merupakan DNA ekstrakromosom yang dikenal pada bakteri, merupakan DNA

berutas ganda dan berbentuk sirkular. Plasmid berukuran jauh lebih kecil dari kromosom

bakteri (BM 106 – 2 x 108), membawa sekitar 1-3 persen genom sel. Berbeda dari kromosom

keberadaan plasmid dalam sel tidak mutlak; dalam spesies yang sama suatu sel bakteri

mungkin mengandung satu jenis plasmid namun bakteri lain tidak memilikinya. dari segi

jumlahnya dalam suatu sel, plasmid dapat dibedakan menjadi plasmid dengan salinan yang

banyak (relaxed plasmid) atau dengan salinan terbatas (stringent plasmid)

Dari segi fungsinya plasmid dibagi menjadi plasmid konjugatif dan plasmid nirkonjugatif.

(13)

operon tra yang berperan dalam transfer plasmid ke sel bakteri lain. Sebagai contoh dari

plasmid konjugatif ialah plasmid F pada E. coli, yang berperan dalam pembentukan fili serta

replikasi tipe sigma. Dengan fili bakteri F+ akan dapat melakukan kontak dengan bakteri F-

dan menyalurkan DNA plasmid linear yang dihasilkan dari replikasi tipe sigma.

Plasmid menyandikan sejumlah sifat penting yang umumnya tidak disandikan oleh gen

pada kromosom bakteri. Sejumlah sifat yang diketahui disandikan oleh gen plasmid antara

lain resistensi terhadap antibiotik, produksi antibiotik, degradasi senyawa aromatik, produksi

haemolisin, fermentasi gula, produksi enterotoksin, resistensi terhadap logam berat, produksi

bakteriosin, merangsang tumor pada tumbuhan dan produksi hidrogen sulfida.

Agrobbacterium sp mempunyai kemampuan merangsang berkembangnya tumor pada

tumbuhan. Pada bakteri ini diketahui adanya satu plasmid, yaitu plasmid Ti yang berfungsi

dalam berhubungan dengan tumbuhan inang, yaitu dengan cara mentransfer satu fragmen

DNA (yaitu DNA-T) ke dalam sel inang, yang kemudian akan menyebabkan tumbuhnya

tumor pada inang. Kemampuan Agrobacterium mentransfer DNA T dan

mengintegrasikannya kedalam kromosom tanaman, sekarang telah dimanfaatkan dalam

rekayasa genetik. Juga plasmid secara umum banyak dimanfaatkan sebagai wahana atau

vektor dalam rekayasa genetik.

C. Genom Eukariot

Genom eukariot terbagi atas DNA-kromosom dan DNA-sitoplasma. Kromosom terdapat

di dalam inti sel dan DNA-sitoplasma terdapat di luar inti; oleh karena itu kedua jenis DNA

tersebut sering juga disebut sebagai DNA-inti dan DNA-sitoplasma. Pada sitoplasma, DNA

terdapat di dalam dua organel, yaitu mitokondria dan kloroplas.

C1. Kromosom Inti

Telah dijelaskan pada Bab 1 bahwa dalam inti eukariot terdapat sejumlah kromosom yang

terbagi ke dalam ploidi. Dalam satu ploidi terdapat satu set kromosom yang mencakum

seluruh jenis gen yang terdapat xdalam genom inti. Berdasrkan tingkat ploidinya satu sel

eukariot dapat merupak sel haploid, dipkoid dan poliploid. Pada sel diploid dan ploidi yang

lebih tinggi, setiap jenis kromosom terdapat dalam dua atau lebih salinan

Dalam setiap kromosom eukariot terdapat satu molekul DNA yang berukuran sangat

panjang, yang berasosiasi dengan protein yang disebut histon. Protein histon disusun oleh

lima jenis subunit protein, yaitu H1, H2A, H2B, H3, dan H4. Asosiasi DNA dengan histon

bertujuan untuk melindungi molekul DNA dari kerusakan, misal pada saat migrasi kromosom

(14)

menggulung secara teratur sehingga ukurannya menjadi pendek dan tebal. seperti yang

tampak di bawah mikroskop cahaya

Di bawah mikroskop elektron, kromatin sering terlihat seperti serat yang mempunyai

rangkaian manik-manik yang diikat dengan serat halus, dengan butiran manik-maniknya

berukuran sekitar 100 A0. Serat halus tersebut adalah DNA dan manik-maniknya adalah

protein histon yang dililiti DNA. Asosiasi antara satu butiran histon dengan satu segmen

DNA itu disebut nukleosom (Gambar 3.10). Setiap butiran nukleosom disusun oleh unsur inti

dan subunit H1. Unsur inti disusun oleh 146 pasang basa DNA yang berasosiasi dengan

delapan subunit (tetramer) dari empat jenis subunit H2A, H2B, H3, dan H4 yang

masing-masing terdapat dalam dua rangkap (Gambar 3.10)

Asosiasi terjadi melalui interaksi antara protein yang bermuatan positif, berkat

Gambar 3.10 Asosiasi DNA dengan histon dalam kromosom eukariot. Menjelang pembelahan sel akan terjadi penggulungan DNA menjadi tebal sampai membentuk struktur kromosom yang tampak di bawah mikroskop.

DNA

(15)

kandungan Lisin dan Arginin, dengan fosfodiester DNA yang bermuatan negatif. Kemudian

kepada unsur inti nukleosom tersebut berasosiasi protein H1 serta 20 pasang basa DNA, yaitu

10pb masing-masing dihulu dan hilir DNA unsur inti nukleosom. Jadi pada satu nukleosom

keseluruhannya berasosiasi 166 pb DNA, dengan 5 jenis protein histon. Antara satu

nukleosom dengan yang lainnya dihubungkan oleh DNA penghubung yang mempunyai

panjang sekitar 34 pb. Sehingga untuk setiap nukleosom berasosiasi 200 pb. Satu nukleosom

mempunyai diameter sebesar 100 A0, dan dengan pembentukan nukleosom ini terjadi

pemendekan ukuran utasan DNA sekitar 7 kali dari panjang heliks bebas.

Pada awal pembelahan sel baik secara mitosis atau meiosis, akan terjadi kondensasi DNA

yang berlangsung melalui penggulungan bentuk rantai-rantai tersebut di atas. Penggulungan

ini berlangsung berkat adanya H1 yang mempunyai daya tarik ionik sehingga

nukleosom-nukleosom tersebut akan menempel membentuk suatu silinder dengan H1 di bagian tengah.

Silinder ini disebut solenoid dengan diameter sebesar 350 A0 (Gambar 3.9) Dengan

penggulungan solenoid ini terjadi pemendekan serat sebesar enam kali dibandingkan dengan

panjang serat nukleosom, atau sekitar 40 kali panjang DNA dalam bentuk heliks bebas.

Dari bentuk solenoid masih terjadi proses penggulungan lebih lanjut, tetapi

mekanismenya masih belum sejelas pada penggulungan solenoid. Salah satu model

penggulungan diajukan pada Gambar 3.9 dimana sebelum mencapai bentuk akhir kromosom

masih terdapat dua kali penggulungan setelah tingkat solenoid. Mula-mula solenoid digulung

dan menghasilkan tabung berlubang dengan garis tengah sekitar 300 A0. Selanjutnya pada

metafase saat peralihan dari bentuk kromosom ke kromatid, terjadi lagi proses penggulungan,

membentuk gulungan dengan garis tengah sekitar 14000 A0, yaitu bentuk akhir kromosom.

C2. DNA Sitoplasma

Dalam sitoplasma terdapat dua organel yang mengandung DNA, yaitu mitokondria dan

kloroplas. Mitokondria merupakan organel tempat metabolisme oksidatif dan fosforilasi;

dalam rangka respirasi. Sedangkan kloroplas merupakan organel tempat berlangsungnya

reaksi fotosisntesis. Dlam kedua organel tersebut terdapat DNA yang mengandung gen yang

masing-masing berperan untuk mendukung rsepirasi dan fotosintesis.

DNA mitokondria terdapat wilayah nukleoid mitokondria, yang terusun atas beberapa salinan molekul DNA sirkular bebas histon (kromosom). Molekul DNA mitokondria

mengandung 15 - 75 kilo pasangan basa, yang dapat menyandikan 16 - 80 macam protein,

yang diasumsikan masing-masing mempunyai panjang rata-rata 300 asam amino. DNA

mitokondria berperan menyandikan sistem enzim yang berhubungan dengan siklus Kreb.

(16)

besar dari protein mitokondria disandikan oleh DNA inti. Ekspresi gen mitokendria bebas

dari gen inti.

DNA kloroplas terdiri dari atas molekul DNA utas ganda sirkular. DNA ini menyandikan rRNA, tRNA dan sejumlah protein termasuk sejumlah besar subunit rubisco

dan sejumlah protein membran (protein klorofil fotosistem I). Replikasi DNA kloroplas

berjalan secara semikonservatif dan melibatkan model replikasi lingkaran berputar (rolling

circle)

Rangkuman

Melalui kejadian transformasi genetik pada bakteri telah dibuktikan bahwa DNA merupakan unsur genetik atau penentu sifat makhluk hidup. DNA merupakan suatu makromolekul yang tersusun oleh nukleotida sebagai molekul dasarnya; sedangkan nukleotida itu sendiri disusun oleh tiga komponen yaitu gula (deoksiribonukleotida), fosfat, dan basa. Ada empat jenis basa pada DNA yaitu Sitosin, Guanin, Adenin, dan Timin. Di samping DNA ada asam nukleat lain yaitu RNA, yang dibedakan dari DNA oleh gula dan basanya. Pada RNA terdapat Ribosa sebagai pengganti Deoksiribosa, dan Urasil sebagai pengganti Timin pada DNA.

Nukleotida yang satu dirangkaikan dengan nukleotida lain oleh ikatan 3' - 5' fosfodiester membentuk suatu rantai polinukleotida. Dalam satu molekul DNA terdapat dua utas polinukleotida yang diikat oleh ikatan hidrogen yang terbentuk antara basa-basanya. Perpasangan A-T diikat oleh dua ikatan hidrogen dan perpasangan G-C oleh tiga ikatan hidrogen. Pasangan kedua utasan tersebut berpilin membentuk heliks ganda; pada satu pilinan terdapat 10 pasang basa dengan jarak antar nukleotida sebesar 3.4 A0 atau satu pilinan mempunyai panjang sekitar 34 A0. Pilinan heliks ganda mempunyai garis tengah 20 A0.

Struktur heliks ganda dengan gula fosfat yang terletak di bagian luar heliks dan basa di bagian dalam heliks, menjamin kestabilan struktur DNA. Kestabilan ini meliputi pertama ketahanan DNA terhadap kerusakan akibat keadaan lingkungannya, dan yang kedua kestabilan genetik yang berhubungan dengan ketepatan dalam proses replikasi. Struktur heliks-ganda memungkinkan adanya replikasi semikonservatif yang menjamin ketepatan proses replikasi. Untuk lebih menjaga kestabilan DNA, di dalam sel DNA berasosiasi dengan protein, seperti histon pada eukariot.

Besarnya DNA yang menyusun genom beragam dari satu organisme ke organisme lain. Genom virus berkisar dari 3 x 103 sampai 105 pasang basa, bakteri dari 5 x 105 sampai 107 pasang basa, eukariot dari 107 sampai 1011 pasang basa. Genom bakteri terdiri dari kromosom dan plasmid; dan sebagian besar bakteri mempunyai satu kromosom. Genom eukariot terdiri dari gen inti yang disusun oleh sejumlah kromosom, dan gen sitoplasma yang terdapat dalam bentuk DNA mitokondria dan DNA kloroplas.

Pilih A bila 1&2 benar, B bila 1&3 benar, C bila 2&3, D bila 1&2&3

1) Makromolekul adalah suatu molekul besar yang tersusun oleh molekul kecil sebagai penyusunnya. Molekul di bawah ini adalah contoh dari makro molekul....

1) Protein tersusun oleh banyak asam amino

(17)

2) Polisakarida tersusun oleh banyak gula

3) Nukleotida tersusun oleh gula, basa, dan fosfat A, B, C, D

2) Yang bukan penyusun DNA adalah.... 1) Urasil

2) Histon 3) Sitosin

A, B, C, D

3) Dengan adanya ikatan hidrogen antara pasangan basa DNA, maka....

1) Pasangan heliks ganda dapat diudar dan dipilin tanpa risiko kerusakan tinggi 2) Heliks ganda dapat diudar dalam proses replikasi dan translasi

3) Heliks ganda mudah rusak karena kekuatan ikatan hidrogennya sangat lemah A, B, C, D

4) Pada DNA-B berukuran panjang 510 A0 akan terdapat.... 1) 150 pasang basa

2) 10 simpul pilinan 3) 15 simpul pilinan

A, B, C, D

5) Perbedaan plasmid dan kromosom antara lain....

1) Keberadaan kromosom dalam sel adalah mutlak sedangkan plasmid tidak mutlak 2) Plasmid berukuran lebih kecil dari kromosom

3) Kromosom tidak dapat melakukan konjugasi, sedangkan semua plasmid dapat ditransfer melalui konjugasi

A, B, C, D 6) Pada eukaroit,

1) Semua DNA sitoplasma terdapat dalam mitokondria

2) Dalam satu mitokondria terdapat satu kromosom berbentuk sirkular 3) DNA mitokondria mempunyai ukuran sekitar ukuran kromosom bakteri

A, B, C, D

Adams RLP, Knowler JT, and Leader DP. 1986. The Biochemistry of Nucleic Acids. Tenth Edition. Chapman and Hall. London, New York.

Albert B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, and Watson JD. 1994. Molecular Biology of The Cell. Third Edition. Garland Publishing Inc. New York, London.

Chargaff E, Visher E, Doninger R, Green C, and Missani F. 1949. The Composition of the Deoxyribonucleic Acid of Thymus and Spleen. J. Biol Chem. 177: 405-416

Lehninger, A.L. 1982. Principle of Biochemistry, Worth Publisher, New York

Levine, L. (ed) 1971. Papers of Genetics. A book of readings. Mosby International Edition. The C.V. Mosby Cmpany Saint Lovis.

Singer M and Berg P. 1991. Genes and Genom. University Science Books, Mill Valley California. Blackwell Scientific Publications. Oxford, London, Edinburgh, Melbourne, London, Berlin, Vienna

(18)

Stryer L. 1995. Biochemistry. WH Freeman and Company. New York

Watson J.D. and Crick FHC. 1953. The Structure of DNA. Cold Spring Harbour Symposia Quant Biol XVIII :123-131

Watson JD and Crick FHC. 1953. Genetical Implication of The Structure of Deoxyribo-nucleic Acid. Nature 171:738-740

Zubay G and Marmur J. (Eds). 1973. Papers in Biochemical Genetics. Second Edition. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas, Montreal, Toronto, London.

Gambar

Gambar 3.1. Rangkaian percobaan Griffith yang menunjukkan adanya transformasi bakteri, perubahan bakteri galur R menjadi seperti galur S akibat adanya bahan yang berasal dari galur S masuk ke sel galur R
Gambar 3.2. Hanya komponen DNA dari galur S yang dapat merubah galur R menjadi seperti galur S, berarti DNAlah yang merupakan bahan genetik yang terlibat dalam transformasi
Gambar 3.3. Nukleotida adalah subunit penyusun rantai polinukleotida. Nukleotida disusun oleh Gula
Gambar 3.4. Rantai polinukliotida, merupakan rangkaian nukleotida; fosfat pada C5 satu nukleotida dihubungkan dengan C3 dari nukleotida lain sehingga akan terbentuk tulang punggung gula fosfat, dan basa sebagai cabang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, disebutkan bahwa tujuan penataan ruang adalah untuk

Dalam segi promosi masalah yang terjadi adalah promosi yang dilakukan oleh perusahaan dianggap kurang, karena masih sedikit sekali distributor dan retailer yang menjual produk

Pengelolaan sampah adalah rangkaian kegiatan pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan sampah ke tempat sampah sementara yang dilakukan oleh perusahaan RS

Menyajikan buku cerita bergambar dengan gambar menarik dengan visual yang diminati anak-anak sekarang dengan menonjolkan sifat-sifat dari karakter utama dalam cerita

1931 Para ahli memperkirakan bahwa banjir besar yang terjadi tahun 1931 merupakan banjir paling besar dengan luas genangan sekitar 9.300 ha di wilayah Cekungan Bandung 1977

materisebelum mengikuti praktikum laboratorium anatomi.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang kegiatan

Langkah 1: Tetapkan IRR untuk tiap proyek untuk mngeliminasi tiap project yang gagal memenuhi MARR.. Langkah 3: Bandingkan D1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penambahan asam amino triptofan dan glisin dalam pakan ikan rucah sebanyak 1,0% dari total biomass, dapat menekan tingkat kanibalisme