• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Kajian Interaksi Individu dalam PGMB dari perspektif Martin Buber. 4.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Interaksi Individu dalam Persekutuan Gereja di Muara Badak dari Perspektif Martin Buber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV Kajian Interaksi Individu dalam PGMB dari perspektif Martin Buber. 4.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Interaksi Individu dalam Persekutuan Gereja di Muara Badak dari Perspektif Martin Buber"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

Kajian Interaksi Individu dalam PGMB dari perspektif Martin Buber.

4.1 Pendahuluan

Pembahasan dalam Bab IV merupakan sebuah kajian dari data lapangan yang telah

dideskripsikan dalam Bab III. Instrumen yang dipakai untuk menganalisis pokok-pokok yang

dikembangkan dalam Bab III adalah landasan teori yang telah tertera dalam Bab II.

Hasil penelitian menemukan dua hal yang mendasar. Pertama, interaksi individu dalam

PGMB menggambarkan interaksi dari perspektif Martin Buber. Hubungan I-It dan hubungan

I-Thou terlihat dalam interaksi individu PGMB. Temuan kedua adalah interaksi individu dalam

PGMB lebih menekankan hubungan I-It. Melakukan interaksi hanya karena kepentingan dan

keinginan sehingga tidak merealisasikan kehidupan yang mendorong manusia untuk

mengadakan perjumpaan dengan orang lain.

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah mengkaji interaksi individu dalam

PGMB dari perspektif Martin Buber. Karena itulah penulis akan memaparkan hasil kajian

dalam 5 sub pokok bahasan. Setiap pokok bahasan merupakan hasil kajian dari penelitian.

4.1 Pengenalan individu terhadap PGMB menjadi dasar untuk membangun interaksi

Keinginan untuk hidup bersama dengan orang lain dalam satu kelompok atau

masyarakat merupakan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini berarti individu

perlu untuk mengenal satu kelompok atau masayarakat tersebut. PGMB hadir sebagai

wadah oikumene yang dibentuk oleh PDUMKRIS VICO Indonesia.

Enam belas tahun PGMB hadir sebagai wadah kebersamaan gereja di Muara Badak

(2)

penelitian menyatakan pengenalan individu terhadap PGMB tidak merata. Hanya sebagian

orang yang berfungsi sebagai pengurus dan memiliki pendidikan sarjana mengetahui dengan

pasti tentang PGMB, mulai dari sejarah kehadirannya sampai jumlah gereja yang terdaftar

menjadi anggota PGMB.

Sejarah kehadiran PGMB tidak bisa dipisahkan dari Perusahaan VICO Indonesia yang

ada di Muara Badak. VICO Indonesia memiliki misi untuk mensejahterakan masyarakat, maka

salasatu program kegiatannya harus merangkul masyarakat yang ada di luar perusahaan agar

dapat berkembang bersama dengan perusahaan VICO, khususnya dalam bidang kerohanian.

PDUMKRIS sebagai wadah yang ada di lingkungan perusahaan membina kerohanian para

pekerja, PGMB wadah pembinaan yang ada di luar lingkungan perusahaan, karena itu

PDUMKRIS dan PGMB harus membangun interaksi yang baik guna mewujudkan

kesejahteraan dalam kehidupan bersama di Muara Badak.

Secara teoritis interaksi merupakan hubungan yang dilakukan oleh individu. Martin

Buber, manusia selalu berhubungan dengan tiga pihak dalam dunia ini, pertama berhubungan

dengan alam, termasuk benda-benda; kedua berhubungan dengan manusia; ketiga berhubungan dengan “Yang Absolut,” kaum beragama menyebut dengan “Tuhan.”1 Hubungan yang

dilakukan oleh manusia kepada ketiga pihak tersebut, berkaitan dengan realitas. Realitas menurut Buber adalah “ruang antara” (in between) yang terbuka ketika manusia berhubungan

alam, sesama dan Tuhan, dan dibangun atas dasar hubungan timbal balik. Buber menyebutnya sebagai “aktualitas,” suatu kehidupan sesungguhnya yang dibangun oleh individu. Hal ini

berarti individu di PGMB harus mengenal PGMB secara realitas guna membangun interaksi di

(3)

dalamnya. Jika hal ini tidak dilakukan maka interaksi individu di PGMB tidak bisa

mewujudkan misi dari kehadiran PGMB.

4.2 Pengenalan individu terhadap dirinya memberikan dampak terhadap interaksi

Individu dapat mengenal dirinya melalui interaksi intrapersonal. Individu sebagai

makhluk rohani tentu memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri sendiri, sehingga dapat

membuat pemisahan antara dirinya sebagai subjek atau sebagai objek.2 Pemisahan diri sebagai

subjek atau sebagai objek yang dilakukan individu tentu dalam interaksi dengan yang lain.

Individu sebagai pribadi sadar akan subjektivitasnya yang mempunyai keterbukaan

terhadap diri sendiri dan orang lain.3 Dalam kesadaran itulah individu membangun interaksi

antara dirinya dengan orang lain. Menurut Buber, individu senantiasa berada dalam proses “mempribadi” yang mengalami perjumpaan dengan yang lain. Karena itulah individu menjadi

sadar akan keberadaan dirinya, dunianya dan apa yang harus dilakukan untuk menjadikan

hidupku dengan yang lain menjadi bermakna.4

PGMB sebagai wadah komunitas umat Kristen, penulis melihat bahwa sesungguhnya

setiap individu tidak hanya melakukan kegiatan bersama dalam hal beribadah, mereka juga

belajar untuk berinteraksi dengan yang lain. Komunikasi merupakan kata kunci dalam setiap

jawaban yang diberikan oleh informan terhadap tindakan seseorang dalam berinteraksi. Hal ini

2 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 47. 3 Wahju S. Wibowo, Aku, Tuhan Dan Sesama: Butir-butir Pemikiran Martin Buber tentang Relasi Manusia dan Tuhan (Yogyakarta: Cv. Sunrise, 2017), 31.

(4)

memperlihatkan bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari keseharian dan aktivitas

manusia.5

Komunikasi yang baik dan benar adalah komunikasi yang terjadi dua arah, artinya ada

dialog. Menurut Buber, Penjelmaan dari dialog diantara individu dengan individu, memberikan

dampak adanya pergeseran komunikasi (communication) menjadi persekutuan (communion).6

PGMB merupakan wadah persekutuan umat Kristiani yang ada di Muara Badak. Penulis

berpendapat bahwa individu di dalam PGMB merasakan adanya manfaat dari PGMB. Mereka

dapat melaksanakan kegiatan bersama sekalipun mereka berbeda denominasi gereja atau suku,

dan bisa saling mengenal satu dengan yang lain.

Pengenalan antar individu dalam wadah PGMB membantu seseorang untuk dapat

memahami yang lain dalam berinteraksi. Hal inilah yang penulis temukan dalam penelitian.

Sekalipun ada juga yang menyatakan bahwa PGMB tidak membantu dirinya untuk dapat

memahami orang lain dalam berinteraksi. Penyebab utama individu tidak dapat memahami

orang lain dikarenakan individu hidup dalam dua kutub: ego dan pribadi. Ego menjadikan

dirinya sebagai pusat, melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya. Pribadi adalah kesadaran

individu akan subjektivitasnya, sehingga partisipasinya dengan orang lain terbangun dalam

sebuah interaksi.

Pengenalan diri yang dilakukan oleh individu memberikan kesadaran baginya untuk

berinteraksi dengan yang lain dan menjadikan yang lain sama dengan dirinya sebagai subjek.

5 Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan: Dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004), 1.

(5)

Penulis berpendapat, hal ini belum secara keseluruhan terlihat dalam individu yang ada di

PGMB.

4.3 Interaksi individu dengan individu yang berdampak di PGMB

Penulis melihat hasil penelitan dan berpendapat bahwa individu di dalam PGMB sadar

akan adanya sebuah interaksi yang harus dilakukan oleh semua orang, karena manusia tidak

bisa hidup sendiri. Itu sebabnya individu di dalam PGMB memahami kata interaksi tidak

sebatas pada hubungan yang terjadi diantara individu dengan individu, tetapi lebih memiliki

makna yang dalam. Interaksi adalah hubungan yang di dalamnya tercipta komunikasi yang

saling mengisi dan memperhatikan.

Komunikasi yang terjadi antara individu dengan individu, untuk saling mengisi dan memperhatikan, Buber mengistilahkannya dengan “perjumpaan”.7 Perjumpaan menjadi hal

yang penting dalam sebuah interaksi, sekalipun di era globalisasi telah menghasilkan alat

komunikasi yang membantu individu untuk tetap dapat berinteraksi dengan yang lain meskipun

jarak yang memisahkan dan kesibukan dari setiap individu. Namun bukan berarti mengabaikan

kemajuan teknologi, alat komunikasi tetap bisa digunakan, hanya sebatas untuk komunikasi

yang sifatnya penting (urgane).

Perjumpaan yang dilakukan oleh individu dalam sebuah interaksi, menurut Buber

merupakan realitas dan aktualitas. Lewat perjumpaan seseorang dapat saling mengenal dan

memahami, tidak hanya kepada yang lain tetapi juga kepada diri sendiri. Pengenalan individu

terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan cara merefleksikan perbuatan-perbuatan, bukan

dari segi efisiensi dan efektivitasnya, melainkan dari segi baik buruk dan moral.8

7 Wibowo, Aku, Tuhan dan Sesama,……….. 30.

(6)

Kemampuan individu untuk mengenal dirinya sendiri, dengan cara mendengar dan

mencermati hati nurani (conscientia), lalu berkomunikasi dengannya.9 Hati nurani bersifat

pribadi, karena khas dari seetiap individu. Hati nurani juga bersifat suprapersonal, itu sebabnya

dapat disebut juga dengan istilah suara hati, kata hati atau suara batin.10 Penulis melihat dan

menemukan dalam penelitian bahwa hati nurani mempengaruhi individu dalam berinteraksi

dengan yang lain, tetapi ada juga individu yang menyatakan bahwa suasana hati tidak

mempengaruhi interaksinya dengan yang lain, karena mereka bisa mengendalikan diri dan

beradaptasi.

Perbedaan sikap yang diperlihatkan oleh individu melalui interaksi yang dilakukan,

berhubungan dengan hati nurani. Hati nurani merupakan penghayatan prilaku konkret individu

atas baik-buruknya perbuatan yang akan dilakukan.11 Hal inilah yang penulis temukan di

lapangan. Relasi individu dengan seseorang memberikan pengaruh terhadap interaksinya

dengan yang lain, baik positif maupun negatif. Namun, ada juga yang menyatakan tidak

berpengaruh, karena orang yang percaya kepada Tuhan tidak memilih dan memihak kepada

siapapun.

Menurut Buber, individu yang menjalankan hubungan I-Thou dapat merasakan

kehadiran Tuhan sebagai Pribadi. Melalui hubungan I-Thou, individu berada dalam proses “mempribadi” atau menjadi pribadi yang sejati. Akan tetapi tidak semua individu menyadari

akan hal ini. Karena itulah dalam penelitian ditemukan penyebab rusaknya atau tidak berjalan

dengan baik interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu yang lain dan berdampak

dalam interaksi di PGMB. Interaksi individu dalam PGMB hanya terjadi ketika terlaksananya

9 Ibid.

10 Ibid,……59

(7)

ibadah bersama, yaitu natal dan paskah. Hal ini menandakan interaksi yang terjadi di PGMB

masih menggunakan hubungan I-It, bukan I-Thou.

4.4 Interaksi individu di PGMB hadir membawa manfaat.

Interaksi individu di PGMB tidak hanya terjadi antara individu dengan individu tetapi

juga terjadi antara individu dengan institusi atau individu dengan beberapa kelompok individu

(masyarakat). Karena itulah di dalam bab 3 ada pokok bahasan interaksi multipersonal. Dalam

kehidupan modern, institusi (institutions) terbentuk melalui interaksi dengan pola I–It, menurut

Buber.12 Individu melalui intitusi mengatur segala sesuatu, berkompotisi, mempengaruhi,

bernegosiasi, mengajar dan lain sebagainya. Hal ini memperlihatkan dunia It yang penuh

dengan objek.13

PGMB merupakan wadah oikumene, di dalamnya terdapat institusi gereja yang

berbeda-beda. Individu yang ada di dalam PGMB membangun interaksi dengan institusi: antar

denominasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa individu menyadari akan dirnya sebagai

bagian dari PGMB yang merupakan manusia ciptaan Tuhan yang diberikan tugas dan

tanggungjawab. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab di dalam dunia, individu

membutuhkan yang lain. Kesadaran ini terlihat dalam interaksi yang terjadi. Perbedaan

denominasi bukanlah menjadi penghalang untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawab,justru untuk saling melengkapi.

Penulis melihat dan merasakan adanya kesadaran dari individu yang berada di dalam

PGMB untuk membuka diri terhadap perbedaan agar tercipta komunikasi yang saling

menghormati dan menghargai. Hal ini memperlihatkan adanya interaksi yang terjadi antara

12 Wibowo, Aku, Tuhan dan Sesama,……… 37.

(8)

individu dengan institusi denominasi gereja yang berbeda, termasuk di dalamnya dengan

PDUMKRIS dan masyarakat yang ada di Muara Badak.

Individu yang berada di dalam PGMB merupakan bagian dari masyarakat Muara Badak

yang merupakan pendatang. Kehidupan masyarakat Muara Badak tidak terlepas dari masalah

sosial, hasil penelitian memperlihatkan adanya masalah sosial terhadap kehidupan remaja dan

rumah tangga. PGMB yang merupakan wadah oikumene, seharusnya tidak boleh berdiam diri

terhadap masalah sosial yang terjadi di Muara Badak.

Manusia modern kehilangan perjumpaan dengan sesama, dampaknya tidak peduli

terhadap masalah sosial yang terjadi. Buber melihat sejarah perkembangan manusia justru

menunjukkan peningkatan yang progresif dalam pola hubungan I–It.14 Penglihatan Buber

terhadap perkembangan manusia tidak penulis temukan dalam interaksi yang terjadi antara

individu dengan masyarakat atau pun dengan denominasi gereja. Hal ini terlihat dalam jawaban

yang diberikan, mereka bagian dari masyarakat, mereka tidak berbeda dengan denominasi yang

lain. Itu sebabnya, dalam membangun interaksi dengan masyarakat atau pun dengan

denominasi gereja yang berbeda, menggunakan pola hubungan I–Thou, memposisikan

sama-sama sebagai subjek.

Interaksi individu di dalam PGMB dengan PDUMRIS, penulis menemukan pola

hubungan I–It, sebagaimana yang Buber maksudkan yaitu hubungan sepihak dan bersifat

posesif. Pola hubungan I – It, menurut Bubertidak jahat selama manusia tidak memanipulasi, “memperkosa,” mengubah dan memperalat It.15 PGMB dan PDUMKRIS merupakan wadah

yang sama, yaitu membina kerohanian individu Kristiani. PGMB berada di luar lingkungan

14 Ibid,……….42.

(9)

perusahaan dan PDUMRIS di lingkungan perusahaan. Namun, individu yang ada di dalam

PGMB sering menganggap PDUMRIS berbeda dengan PGMB karena itulah relasi yang

terbangun dalam pola hubungan I–It.

Interkasi multipersonal yang dilakukan oleh individu di dalam PGMB, penulis

menemukan adanya penerapan pola yang berbeda dalam membangun interaksi. Interaksi

individu dengan denominasi gereja yang berbeda dan interaksi dengan masyarakat,

menggunakan pola I–Thou. Namun, interaksi individu dengan PDUMKRIS, pola yang

digunakan adalah I – It. Perbedaan pola interaksi yang digunakan oleh individu di dalam

PGMB, menurut pemikiran penulis disebabkan karena latar belakang dari terciptanya interaksi

dan kepentingan masing-masing pihak.

Interaksi yang dibangun atas dasar timbal balik terlihat dalam interaksi I-Thou dan

adanya komunikasi.16 Komunikasi merupakan tindakan konkret dalam interaksi individu di

PGMB.17 Komunikasi diawali dari gagasan seseorang yang diolah menjadi sebuah pesan dan

dikirimkan melalui media tertentu kepada yang lain sebagai penerima.18 Hal ini berarti

keberadaan individu mempengaruhi komunikasi dalam interaksi yang dibangun.

Individu di PGMB keberadaannya sangat beragam. Berbeda denominasi gereja berarti

beda ajaran. Berbeda suku berarti beda bahasa dan tentunya berbeda latar belakang budaya dan

pendidikan. Akan tetapi memiliki keyakinan iman yang sama yaitu percaya kepada Yesus

Kristus. Interaksi individu di PGMB tentu tidak terlepas dari konflik. Karena itulah interaksi

16 Martin Buber, “Subject-Object And I-Thou,” Subject And Object In Modern Theology: The Croall Lectures given in the University of Edinburgh, James Brown (London: SCM Press LTD, 1955), 110.

17 Hasil penelitian memperlihatkan komunikasi merupakan tindakan yang utama dalam interaksi. Interaksi tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi.

(10)

individu di PGMB harus dibangun dalam cinta kasih Allah sehingga gagasan kepedulian Allah

terhadap umat dikomunikasikan.19

Cinta yang terdapat dalam hubungan I-Thou menurut Buber merupakan bentuk

tanggung jawab I terhadap Thou yang tidak terdapat dalam pola hubungan I-It.20 Hasil

penelitian interaksi individu di PGMB terlihat adanya pola hubungan I-Thou dan I-It.

Hubungan I-Thou terlihat dalam interaksi intrapersonal dan interaksi interpersonal yang

adakalanya berubah menjadi hubungan I-It. Hal ini disebabkan karena adanya motivasi yang

berbeda dalam membangun interaksi dengan yang lain.

Motivasi individu di PGMB membangun interaksi dengan yang lain bertujuan untuk

mendapatkan pertolongan.21 Hal ini berarti individu di PGMB memiliki kompetensi

interpersonal sehingga memahami kekuatan dan kelemahan dirinya.22 Kesadaran individu akan

dirinya sebagai makhluk yang memiliki kekuatan dan kelemahan tentu saja akan memberikan

dampak yang positif dan negatif dalam interaksi. Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban

informan atas pertanyaan: adakah dampak dari interaksi baik untuk diri sendiri ataupun

terhadap relasi dengan yang lain?

PGMB sebagai komune memiliki identitas kolektif yaitu; percaya kepada Yesus

Kristus. Karena itulah seharusnya kehadiran PGMB bermanfaat tidak hanya untuk kepentingan

gereja tetapi masyarakat Muara Badak. Akan tetapi dalam kenyataannya PGMB kehadirannya

tidak dapat dirasakan oleh Gereja maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak adanya

19 Franz-Josef Eilers SVD, Berkomunikasi Dalam Pelayanan Dan Misi: Sebuah Pengantar Komunikasi Pastoral Dan Komunikasi Evangelisasi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 11.

20 Wibowo, Aku, Tuhan Dan Sesama,………. 47.

21 Hasil penelitian memperlihatkan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bantuan orang lain (16 orang dari 30 informan)

(11)

perjumpaan yang dilakukan oleh individu di PGMB, maka tidak terjadi dialog. Menurut Buber,

perjumpaan yang dilakukan oleh individu dalam hubungan timbal balik merupakan realitas dan

aktualitas. Lewat perjumpaan seseorang dapat saling mengenal dan memahami.

Perjumpaan individu untuk saling mengenal dan memahami tidak hanya kepada yang

lain tetapi juga kepada diri sendiri. Pengenalan terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan

cara merefleksikan perbuatan-perbuatan, bukan dari segi efisiensi dan efektivitasnya

melainkan dari segi baik buruk dan moral.23 Kesadaran inilah yang penulis temukan dalam

penelitian interaksi individu di PGMB. Dengan demikian individu di PGMB mengakui

kehadiran PGMB belum bisa bermanfaat bagi masyarakat maupun individu di PGMB. Hal ini

disebabkan karena interaksi yang dibangun tidak I-Thou.

4.5 Peran Subjek dalam Aspek Horizontal dan Vertikal

Tuhan adalah pribadi yang sempurna, Pribadi yang mutlak atau Absolut karena Ia tidak

dapat dibatasi. Buber menggunakan istilah Eternal Thou menunjuk pada pribadi Tuhan yang

Absolut.24 Karena itulah relasi individu dengan Tuhan memakai pola hubungan I-Thou.

Individu mempunyai tanggung jawab untuk berinteraksi dengan Tuhan. Menurut

Buber, cara berhubungan dengan Tuhan harus dilakukan melalui suatu perbuatan yang terus

menerus dipelihara oleh individu dalam perjumpaan antar manusia dan komunitasnya.25

Individu di dalam PGMB memahami bahwa relasi dengan Tuhan mempengaruhi interaksi

individu dengan sesama. Dalam perjumpaan diantara individu, mereka menemukan Tuhan.

Namun, interaksi yang terjadi antar individu tidak mempengaruhi relasi individu dengan

23 Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal,………..57.

24 Wibowo, Aku, Tuhan Dan Sesama,……..73

(12)

Tuhan. Penulis berpendapat, individu membangun interaksi dengan Tuhan dalam pola I –

Thou, sehingga apa pun yang terjadi dalam diri individu tidak mempengaruhi hubungannya

dengan Tuhan.

Buber memahami Tuhan sebagai Pribadi. Sebagai Pribadi, Tuhan berada dalam

hubungan dengan pribadi yang lain, yaitu manusia.26 Artinya, interaksi yang terjadi antara

individu dengan Tuhan dan individu dengan individu tidak ada perbedaan. Individu di dalam

PGMB membedakan interaksi transpersonal dengan interaksi interpersonal dan interaksi

multipersonal. Perbedaannya terlihat melalui jawaban yang diberikan atas pertanyaan: apakah

suasana hati mempengaruhi hubungan individu dengan Tuhan ataupun dengan sesama?

Hubungan individu dengan individu, cenderung dipengaruhi oleh suasana hati bahkan

dipengaruhi oleh interaksi dengan individu yang lain. Sebaliknya, interaksi individu dengan

Tuhan tidak dipengaruhi oleh interaksi dengan individu yang lain terlebih suasana hati dari

individu tersebut.

Pemikiran Buber harus dilihat sebagai pemikiran religius. Buber menjadi pribadi yang

religius dipengaruhi oleh ajaran Hasidisme, pengalaman-pengalaman dan penelaahan kitab

suci.27 Akhirnya, membawa Buber pada keyakinan mengenai keberadaan Tuhan dan hubungan

dengan Tuhan. Kepribadian Buber tidak hanya menghasilkan sebuah pemikiran yang religius

tetapi juga terlihat dalam sikapnya. Kepribadian individu menentukan kelancaran dan

keberhasilan dalam berinteraksi.28 Hal ini menandakan subjek berperan dalam relasi horizontal

dan vertikal. Penulis memahami hal inilah yang akhirnya mempengaruhi interaksi individu di

dalam PGMB.

26 Ibid,……….69

27 Ibid,……. 113

(13)

4.6 Rangkuman

Penulis berusaha untuk melihat interaksi individu di dalam PGMB dalam perspektif

Martin Buber dengan membaginya dalam 4 sub pembahasan yaitu: Pengenalan individu

terhadap dirinya memberi dampak terhadap interaksi; interaksi individu dengan individu yang

berdampak di PGMB; interaksi individu di PGMB membawa manfaat; peran subjek dalam

aspek horizontal dan vertikal.

Individu dalam PGMB sadar akan keberadaannya sebagai makhluk sosial yang

membutuhkan bantuan dari yang lain. Karena itu interaksi sangat dibutuhkan. Komunikasi

merupakan tindakan konkret yang harus terjadi dalam sebuah interaksi, tanpa komunikasi

interaksi tidak akan tercipta. Kesadaran individu akan pengenalan dirinya memberikan dampak

yang baik terhadap interaksi di PGMB.

Individu-individu di PGMB menyadari akan keberadaannya yang tidak bisa hidup

seorang diri, mereka membutuhkan teman. Interaksi individu dengan individu tidak hanya

melakukan kegiatan bersama tetapi dapat belajar bersama, karena itulah perjumpaan menjadi

hal yang penting dan dampaknya terlihat dalam wadah PGMB.

Individu tidak hanya berinteraksi dengan individu atau beberapa individu tetapi juga

berinteraksi dengan institusi dalam hal ini denominasi gereja yang ada di Muara Badak.

Individu tidak melihat denominasi gereja yang berbeda dengan dirinya sebagai sesuatu yang

asing melainkan sama dengan dirinya, sehingga kehadiran individu di PGMB membawa

manfaat untuk orang banyak.

Individu di dalam PGMB membangun hubungan dengan Tuhan melalui doa yang

membawa manfaat dalam interaksi. Individu di PGMB memahami bahwa relasi dengan Tuhan

(14)

mereka menemukan Tuhan. Namun, interaksi yang terjadi antar individu tidak mempengaruhi

relasi individu dengan Tuhan. Hal ini menandakan peran individu sebagai subjek memberikan

dampak dalam aspek horizontal dan vertikal.

Pemikiran Buber dalam mebangun relasi dengan pola hubungan I–Thou dan I–it, tidak

sepenuhnya terjadi dalam interaksi individu di PGMB. PGMB sebagai gerakan sosial

keagamaan seharusnya tercipta interaksi yang membangun spiritualitas individu yang nampak

dalam interaksi dengan yang lain, nyatanya tidak terwujud. Hal ini disebabkan karena adanya

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dilakukan penelitian ini untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik MA Uswatun Hasanah pada materi hidrolisis melalui

 Merancang  teknik  pemanenan   pakan  alami

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan isolat aktinomisetes dari sampel tanah asal Ternate yang memproduksi senyawa antimikroba, serta mengetahui hubungan kekerabatan

Lebih lanjut dalam permendagri No 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan bahwa Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat

Hasil penelitian tahun 2012 dan 2013 menunjukan bahwa Likuiditas, Solvabilitas dan rentabilitas Credit Union Harapan Kasih pada tahun 2012 dan 2013 dikategorikan

Perubahan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan kemarin masih didorong oleh aksi jual Surat Utang Negara oleh investor jelang

Penelitian ini akan membangun suatu aplikasi yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaaan hematologi di RSUD Curup Kabupaten Rejang

DHEA-sulfat dalam adrenal dihasilkan 400x dalam plasma yang membentuk testosteron dibandingkan testis, namun pada ovarium androstenedion membentuk testosteron