• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan merupakan bagian gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak mulut, terutama pada daerah kehilangan gigi. Basis gigitiruan mendapatkan dukungan dari mukosa rongga mulut pada daerah tidak bergigi. Basis berfungsi sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan.2

Pada awalnya, bahan-bahan seperti kayu, tulang, gading, keramik, logam, aloi, dan beberapa jenis polimer digunakan sebagai basis gigitiruan. Selanjutnya, digunakan bahan lain sebagai basis gigitiruan, antara lain vulkanit, nitroselulosa, dan fenol-formaldehid, tetapi bahan-bahan tersebut mempunyai banyak kelemahan, seperti vulkanit yang memiliki sifat tidak toksik, tidak mengiritasi, dan mempunyai sifat mekanis yang baik, namun bahan ini dapat menyerap saliva, susah dibersihkan, kurang estetis, dan mudah terjadi perubahan dimensi, selain itu fenol-formaldehid sulit dibuat dan terjadi perubahan warna di dalam rongga mulut.5,9

2.1.2 Persyaratan

Bahan basis gigitiruan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:5-10

a) Biokompatibel, tidak toksik, dan tidak mengiritasi b) Tidak berbau dan tidak berasa

c) Kekuatan impak dan transversal tinggi d) Tahan terhadap abrasi

(2)

f) Dimensi stabil dan akurat g) Estetis dan stabilitas warna baik h) Permukaan halus

i) Tidak menyerap cairan j) Ringan

k) Mudah direparasi apabila fraktur l) Mudah dibuat dan ekonomis

2.1.3 Bahan

Bahan yang digunakan sebagai basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam.24,25

2.1.3.1 Logam

Bahan logam biasanya keras, mempunyai kekuatan yang tinggi, berkilat, radiopak, padat, serta penghantar listrik dan panas yang baik.Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigitiruan, antara lain kobal kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel.5,9,25

Kelebihan logam sebagai bahan basis gigitiruan, antara lain:26

a) Bahan logam memiliki kekuatan yang tinggi sehingga basis gigitiruan dapat dibuat lebih tipis. Hal ini memungkinkan ruang gerak lidah relatif lebih luas.

b) Bahan logam tahan abrasi karena memiliki permukaan yang licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut sehingga deposit makanan dan kalkulus sulit melekat.

c) Bahan logam merupakan penghantar panas yang baik. Setiap perubahan suhu akan dihantarkan ke jaringan lunak di bawahnya sehingga akan memberikan rangsangan dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.

(3)

Di samping beberapa kelebihan yang dimilikinya, basis logam juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:26

a) Basis logam tidak mungkin dilapis atau direparasi kembali. b) Warna basis logam tidak estetis.

c) Relatif lebih berat.

d) Perluasan basis logam sampai ke lipatan bukal maupun pengembalian kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis logam.

e) Pembuatan basis gigitiruan dengan bahan logam lebih rumit dan mahal. Indikasi pemakaian basis logam:26

a) Penderita hipersensitif terhadap resin b) Penderita dengan gaya kunyah abnormal c) Ruang intermaksilar kecil

d) Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral

e) Pertimbangan khusus, misalnya atas permintaan pasien, pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi secara berlebihan atau kasus dengan tulang pendukung yang stabil.

2.1.3.2 Non-Logam

Berdasarkan sifat termalnya, bahan non-logam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu termoplastik dantermoset.8,10,24

1) Termoplastik

(4)

2) Termoset

Bahan termoset adalah bahan yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk berbeda dari bahan awalnya. Setelah proses pembuatan selesai, bahan termoset tidak dapat menjadi lunak oleh pemanasan. Polimer bahan ini mempunyai cross-linked kovalen di antara rantai polimer yang berdekatan. Pada saat peningkatan temperatur, ikatan ini mengikat rantai polimer untuk menahan gerakan vibrasi dan rotasi rantai sehingga menyebabkan bahan ini tidak melunak pada saat terjadi penurunan temperatur. Contoh bahan termoset adalah vulkanit, fenol-formaldehid, dan resin akrilik.8,10,24

2.2 Resin Akrilik

2.2.1 Pengertian

Resin akrilik merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan. Bahan ini mulai digunakan sejak diperkenalkan oleh Dr. Walter Wright pada tahun 1937 sebagai bahan basis gigitiruan.11,12 Resin akrilik dapat diaktivasi dengan panas, cahaya, atau secara kimiawi (swapolimerisasi) sehingga molekul-molekul monomer akan bergabung membentuk molekul yang lebih besar (polimer) yang dikenal dengan polimetil metakrilat. Konsistensi bahan resin akrilik tergantung pada suhu, bentuk dan ukuran partikel polimer, jumlah plasticizer dalam polimer, derajat polimerisasi, dan rasio polimer monomer selama proses pengadukan.24

2.2.2 Jenis

Resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas.5,8 Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari matriks uretan dimetakrilat, microfine silica, dan

(5)

polimerisasi sinar memiliki kekuatan yang lebih rendah dan permukaan yang lebih kasar.5,7,8,12

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna dan stabilitas dimensi kurang baik, jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.5,8,12,24

Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku.8 Resin akrilik polimerisasi panas digunakan untuk hampir semua basis gigitiruan. Bahan basis gigitiruan ini memerlukan energi panas untuk proses polimerisasi, yaitu dengan menggunakan waterbath.12

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.3.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas dan fungsinya, yaitu:8 a. Bubuk

- Polimetil metakrilat : polimer

- Benzoil peroksida : inisiator

- Titanium oksida : opacifier

- Dibutil pthalate: plasticizer

- Pigmen : pewarna

(6)

b. Cairan

- Metil metakrilat : monomer

- Hidroquinone : inhibitor untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan

- Etilen glikol dimetakrilat : ikatan silang

2.3.2 Manipulasi

Dilakukan penyiapan mold dalam kuvet.12 Selanjutnya lakukan pengadukan polimer dan monomer dengan perbandingan volume 3 : 1 atau perbandingan berat 2,5 : 1. Apabila jumlah polimer terlalu banyak, maka tidak semua polimer terbasahi oleh monomer sehingga mengakibatkan resin akrilik bergranul, sedangkan apabila jumlah polimer terlalu sedikit, maka dapat terjadi penyusutan yang besar.9

Adonan polimer dan monomer akan melalui empat tahapan, yaitu:9,12

1) Sandy stage, konsistensi seperti cairan berpasir. Hanya sedikit atau tidak terjadi interaksi tingkat molekuler.

2) Stringy stage, dikarakteristikkan dengan adonan berserat ketika disentuh atau ditarik. Polimer mulai larut dengan monomer.

3) Dough stage, adonan lembut dan tidak lengket pada dinding pot pengaduk resin akrilik. Merupakan tahapan yang tepat untuk memasukkannya ke dalam mold.

4) Rubbery / elastic stage, terjadi apabila adonan dibiarkan terlalu lama. Adonan menjadi terlalu kaku seperti karet dan tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam mold.

(7)

Resin akrilik yang berlebihan dibuang. Lakukan pengepresan kembali sampai tidak ada lagi resin akrilik yang berlebihan. Kemudian kuvet dimasukkan ke dalam oven ataupun waterbath pada suhu 70oC selama 90 menit dan ditingkatkan menjadi 100oC selama 30 menit. Suhu tidak boleh terlalu rendah karena dapat meningkatkan jumlah monomer sisa. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan terjadinya internal porositas.9,27

Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan, dilakukan penyelesaian akhir, dan pemolesan.9,27

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah:5,7-9 1. Tidak larut dalam cairan rongga mulut

2. Temperatur pelunakan lebih tinggi daripada suhu makanan dan minuman

3. Koefisien termal ekspansi tinggi

4. Ikatan yang baik antara basis dengan anasir gigitiruan resin akrilik 5. Tidak toksik

6. Tidak mengiritasi 7. Tidak berbau dan berasa 8. Estetis

9. Pembuatan dan pemolesan mudah

10. Murah dan mudah direparasi apabila terjadi fraktur

Kelemahan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah:8,9,26

1. Ketahanan terhadap fraktur rendah 2. Ketahanan terhadap abrasi rendah 3. Konduktivitas termal rendah

(8)

6. Dapat terjadi perubahan dimensi 7. Dapat terjadi distorsi

2.3.4 Sifat

2.3.4.1 Mekanis a) Kekuatan Impak

Bila dibandingkan dengan bahan logam, resin akrilik dapat digolongkan sebagai bahan basis gigitiruan yang lemah. Bahan resin akrilik mempunyai kekuatan impak yang rendah, yaitu sekitar 4,73 J/mm2.28 Nilai kekuatan impak ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan dengan serat karbon, yaitu 13,20 J/mm2 ataupun yang ditambahkan dengan serat polietilen, yaitu 19,92 J/mm2.29 Hal ini mengakibatkan apabila gigitiruan terjatuh pada permukaan yang keras, maka kemungkinan besar akan mengalami fraktur.

b) Kekuatan Transversal

Resin akrilik polimerisasi panas juga mempunyai kekuatan transversal yang rendah apabila dibandingkan dengan resin akrilik high impact yang mempunyai kekuatan transversal sebesar 132,8 MPa.30 Gigitiruan sering mengalami fraktur apabila menerima tekanan pengunyahan yang besar. Hal ini dapat disebabkan oleh desain gigitiruan yang tidak baik mengakibatkan gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan.3,27

2.3.4.2 Fisis

a) Konduktivitas Termal

(9)

b) Porositas

Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi porositas, baik pada bagian permukaan maupun di dalam resin akrilik, biasanya cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas dapat mengakibatkan kekuatan basis gigitiruan menjadi lebih rendah. Selain itu, pembersihan gigitiruan menjadi tidak efektif sehingga gigitiruan menjadi tidak bersih dan penampilan gigitiruan pun menjadi berkurang.5,9,12

c) Kekasaran Permukaan

Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Kekasaran permukaan terjadi dalam beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri.5,12,19

2.3.4.3 Biologis a) Biokompatibilitas

Syarat utama bagi seluruh bahan kedokteran gigi adalah tidak membahayakan pasien.3 Resin akrilik yang telah mengalami polimerisasi harus biokompatibel dengan jaringan di sekitar rongga mulut. Reaksi alergi terhadap resin akrilik dapat terjadi, akan tetapi dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya monomer sisa, yang berkisar 0,4% dari gigitiruan. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut ISO adalah 2,2%.24

b) Kolonisasi Bakteri

Kemampuan basis gigitiruan dalam menyerap cairan berhubungan dengan kemampuan mikroorganisme untuk mengkolonisasi permukaan gigitiruan, misalnya

(10)

2.3.4.4 Kemis a) Stabilitas Warna

Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon, serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.5

b) Penyerapan Air

Resin akrilik menyerap air secara perlahan melalu proses difusi dan mencapai titik keseimbangan sekitar 2% setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan gigitiruan. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan dapat menyebabkan diskolorasi dan perubahan dimensi pada basis gigitiruan.5,12

2.3.5 Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan merupakan ukuran ketidakteraturan permukaan yang telah dipoles dan diukur dengan satuan micrometer (µm).19 Permukaan yang kasar pada basis gigitiruan akrilik dapat mempermudah perlekatan kolonisasi bakteri dan mengakibatkan terbentuknya plak gigi. Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quirynen dkk. dan Bollen dkk. adalah mendekati 0,2 µm atau kurang. Untuk resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan.19

Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode tanpa sentuhan dan metode sentuhan. Metode tanpa sentuhan dapat diukur dengan menggunakan interferometry, confocal microscop, variasi fokus, cahaya terstruktur,

(11)

dari frekuensi panjang gelombang yang digunakan alat tersebut. Keterbatasan ini dapat menyulitkan untuk mengukur kekasaran dengan akurat bahkan pada benda yang umum, karena kekasaran benda yang diukur mungkin lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya. 32

Metode sentuhan dapat dilakukan pada pengukuran dua dan tiga dimensi. Pada pengukuran dua dimensi, stylus biasanya mengikuti suatu garis lurus di atas suatu permukaan yang rata atau suatu garis lengkung mengelilingi suatu permukaan silindris. Panjang perjalanan stylus disebut panjang pengukuran (measurement length), sedangkan pengukuran tiga dimensi, stylus diaplikasikan untuk meneliti (scan) suatu daerah dua dimensi di atas suatu permukaan. Dalam beberapa kasus, masalah utama pengukuran metode sentuhan adalah sifat fisis dari profile meter yang dapat mempengaruhi data hasil pengukuran. Stylus yang terlalu tumpul dapat menggores permukaan yang halus, membentuk lekukan yang dalam dan dapat membulatkan permukaan yang tajam. . 32

2.3.6 Penyerapan Air

Polimetil metakrilat dapat menyerap air, nilai penyerapannya adalah sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air dipengaruhi oleh polaritas molekul polimetil metakrilat dan mekanisme difusi. Koefisien difusi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,011 x 10-6 cm2/detik pada suhu 37oC. Molekul air berpenetrasi ke dalam resin akrilik dan menempati posisi di antara rantai polimer sehingga memisahkan ikatan rantainya. Hal ini mengakibatkan terjadinya ekspansi dan mengganggu ikatan rantai polimer yang berakibat pada penurunan kekuatan gigitiruan.Molekul air dapat berdifusi diantara makromolekul resin karena diameter molekul air kurang dari 0,28 nm, yang lebih kecil daripada jarak antara satu makromolekul dengan makromolekul lainnya.8,12,16 Penyerapan air lebih besar terjadi pada resin akrilik dengan permukaan yang lebih kasar.33

(12)

Berdasarkan hasil penelitian terbaru diperoleh nilai penyerapan air resin akrilik dari jenis yang berbeda berkisar 10-25 µg/mm3.23,34,50

Daya serap air pada basis gigitiruan dapat diukur dengan menggunakan timbangan digital. Prosedur standart ISO 1567 : 1999 untuk mengukur besarnya nilai penyerapan air, basis gigitiruan didesikasi dengan menggunakan alat desikator selama 24 jam. Desikasi adalah pengeringan suatu bahan atau benda dengan menggunakan alat desikator sehingga bahan atau benda yang didesikasi akan mengalami pengurangan berat dan diperoleh berat bahan atau benda yang sebenarnya. Kemudian basis gigitiruan ditimbang dengan timbangan digital diperoleh berat sebelum perendaman (M1), basis direndam dalam larutan akuades selama 7 hari dengan suhu 37°C dan ditimbang kembali sehingga diperoleh berat sesudah perendaman (M2). Basis yang sudah direndam dikeringkan lalu ditimbang (M3). Penyerapan air dihitung berdasarkan volumenya dengan menggunakan rumus ISO, yaitu: . 34

Water sorption =

Keterangan :

Water sorption : nilai penyerapan air (µg/mm3)

M2 : berat sampel sesudah perendaman (µg)

M3 : berat sampel sesudah perendaman dan sesudah dikeringkan dengan desiccator vacuum (µg)

V : volume (mm3), yaitu πr2 x t

2.4 Bahan Penguat

(13)

2.4.1 Logam

Penambahan logam dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Bahan penguat dapat berupa kawat kobal-kromium, kawat metal, filler perak, alumunium, maupun keramik. Penambahan bahan logam juga dapat meningkatkan konduktivitas termal dan mengurangi pengerutan saat kuring dan penyerapan air. Akan tetapi bahan ini memiliki estetik yang buruk, ikatan adhesi antara logam dan resin akrilik yang tidak baik, dan dapat terjadi korosi pada bahan logam.14,35-7

2.4.2 Kimia

Peningkatan kekuatan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat diperoleh dengan penambahan cross-linking agent ke dalam monomer resin akrilik. Penambahan cross-linking agent dapat menambahan ikatan kovalen sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas. Bahan kimia lainnnya yang dapat digunakan sebagai bahan penguat adalah butadiene styrene rubber yang dapat meningkatkan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.15

2.4.3 Serat

Bahan penguat serat digunakan untuk meningkatkan kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Kemampuan serat dalam menguatkan basis gigitiruan bergantung kepada sifat serat dan matriks resin, penyatuan serat dengan resin, adhesi serat terhadap matriks, jumlah serat, orientasi serat, dan lokasi serat pada gigitiruan.14

2.4.3.1 Serat Alami

(14)

berasal dari hewan adalah wol dan sutera. Contoh serat yang berasal dari mineral adalah asbes.15

2.4.3.2 Serat Buatan

Serat buatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu serat yang berasal dari alam, namun kemudian mengalami proses polimerisasi lanjutan seperti asetat, serat yang berasal dari proses polimerisasi seperti serat polietilen, rayon, dan nilon, dan serat buatan yang berbahan dasar anorganik seperti serat kaca dan karbon.15

Serat nilon merupakan serat poliamida. Keuntungan utama bahan serat nilon terletak pada ketahanannya terhadap shock dan stress. Akan tetapi, serat nilon memiliki sifat penyerapan air yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi sifat mekanis dan stabilitas dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.11,34

Serat karbon sebagai bahan penguat basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas diperkenalkan oleh Larson dkk (1991). Serat karbon dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal, tetapi serat karbon sudah jarang digunakan karena serat ini sukar dipoles, warna hitam yang tidak estetis, dan bersifat toksik.11,36

Serat kaca merupakan substansi anorganik yang telah dibekukan menjadi bentuk yang kaku tanpa melalui proses kristalisasi. Serat kaca memiliki modulus elastisitas yang sangat tinggi, sehingga kebanyakan stress dapat diterima tanpa menimbulkan deformasi, tetapi serat kaca memiliki warna putih yang kurang alami.11,36

(15)

2.5 Serat Polietilen

2.5.1 Pengertian

Serat polietilen pertama kali disintesa secara tidak disengaja oleh Hans von Pechmann pada saat memanaskan diazometana pada tahun 1898. Serat ini merupakan bahan termoplastik yang kuat dan memiliki gaya intramolekul yang kuat, kekuatan mekanis yang tinggi, temperatur lebur yang tinggi (280oC-320oC), tahan terhadap bahan kimia, dan penyerapan air yang rendah yang disebabkan oleh karena serat ini memiliki sifat hidrofobik yang akan meningkatkan penolakan air. Selain itu, bahan ini memiliki biokompatibilitas yang baik, dapat meningkatkan modulus elastisitas bahan resin akrilik polimerisasi panas, dan serat ini hampir tidak terlihat di dalam basis gigitiruan sehingga lebih estetis.11,14,38-43

Berdasarkan kepadatan, tipe percabangan, dan berat molekulnya, serat polietilen dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:41

1) Polietilen bermasa molekul sangat tinggi (UHMWPE / ultra high molecular weight polyethylene), dengan densitas lebih dari atau sama dengan 0,960 g/cm3.

2) Polietilen berdensitas tinggi (HDPE / high density polyethylene), dengan densitas 0,940-0,959 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki sedikit percabangan dalam struktur molekulnya.

3) Polietilen berdensitas rendah (LDPE / low density polyethylene), dengan densitas 0,926-0,940 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan pada struktur molekulnya dan memiliki kekuatan yang rendah.

(16)

5) Polietilen berdensitas sangat rendah (VLDPE / very low density Polyethylene), dengan densitas 0,880-0,890 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan dan memiliki kekuatan yang sangat rendah.

2.5.2 Komposisi

(17)

Gambar 1. Struktur kimia polietilen

2.5.3 Manipulasi

Ladizesky dkk. (1993) dalam penelitiannya menggunakan serat polietilan bentuk anyaman, yang kemudian dipotong menjadi bentuk potongan kecil berkuran 6 mm dengan menggunakan gunting keramik (Arston CS-15H, Ars Edge Co, Osaka,

Japan). Sebelum dipotong, serat polietilen bentuk anyaman tersebut dibungkus dengan aluminuim foil untuk memudahkan pemotongan serat sehingga dihasilkan potongan serat yang memilki ujung bebas.17

Krishnarao T. dkk. (2012) dalam penelitiannya menggunakan monomer dalam pemanipulasian serat polietilen bentuk potongan kecil berukuran 3 mm yang ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Serat polietilen tersebut dimasukkan ke dalam monomer selama 10 menit lalu dicampurkan ke dalam polimer resin akrilik polimerisasi panas. Hasilnya adalah terjadi peningkatan kekuatan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.14

2.5.4 Bentuk

2.5.4.1 Anyaman

(18)

meningkatkan kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.15,29

Gambar 2. Serat polietilen berbentuk anyaman 2.5.4.2 Potongan Kecil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gutteridge (cit. Karacaer O, 2003) dan Ferasima R. (2013), disimpulkan bahwa penambahan serat polietilen potongan kecil 1% dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pada penelitian tersebut, serat polietilen potongan kecil 1% dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal yang seimbang.15 Penambahan bahan serat penguat ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak boleh melebihi konsentrasi 2% karena akan menurunkan kemampuan pembasahan serat penguat sehingga mempengaruhi kekuatan yang dihasilkan (Krishnarao dkk. cit. Ferasima R., 2013).15 Alla, dkk. (2013) menyatakan bahwa resin akrilik yang ditambah dengan serat polietilen 1% dapat meningkatkan kekuatan impak, tetapi bila konsentrasinya lebih dari 3% mengakibatkan pencampuran resin akrilik dengan serat tidak dapat bekerja dengan baik. 36

(19)
(20)
(21)

Bahan Penguat 2.6 Landasan Teori

Basis Gigitiruan Komposisi Manipulasi Kelebihan Kelemahan Sifat

Mekanis Fisis Biologis

impak Porositas Biokompa-tibilitas Stabilitas warna

Serat Kimia

(22)

2.7 Kerangka Konsep

Kelemahan

Serat Penguat

Serat Polietilen 1% 3 mm Gaya intramolekul kuat

Kekuatan impak dan transversal tinggi Adhesi antara serat polietilen dengan matriks polimer

Derajat kristalisasi tinggi

Tidak ada ekstrusi serat polietilen pada permukaan bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas

RAPP tidak bertambah kasar Resin akrilik

polimerisasi panas

Sifat mekanis rendah

Penyerapan air Kekasaran permukaan

Serat polietilen memiliki sifat hidrofobik yang akan mengurangi

penyerapan air

Penyerapan air menurun

(23)
(24)

2.8 Hipotesis Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Gambar

Gambar 1. Struktur kimia polietilen
Gambar 2. Serat polietilen berbentuk anyaman

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar (66,7%) responden mendapatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan baik dan sebagian besar (80,0%) responden

[r]

Mengenal tata cara ibadah hají Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif Kegiatan Pembelajaran Indikator

[r]

[r]

Mengetahui Guru bidang studi FIQIH Kepala

ULP Polres Bangli Tahun Anggaran 2017, melaksanakan penjelasan dokumen pengadaan untuk pekerjaan Pemeliharaan Ranmor Roda 4 Polres Bangli TA. Pemberian Penjelasan secara

The aims of this research was to evaluate the highest isoflavone aglicone content of various tempe especially commercial tempe such as tempe Malang,