KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUMAH SAKIT JIWA DI BANYUMAS
DENGAN PENDEKATAN KONSEP
HEALING ENVIRONMENT
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
ANDRYAS SUKARNO PRATAMA
I 0205033
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
PROGRAM STUDI JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
RUMAH SAKIT JIWA DI BANYUMAS
Dengan Konsep Healing Environment
Oleh :
ANDRYAS SUKARNO PRATAMA
NIM. I 02 05 033
Surakarta, Juni 2010
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Tugas Akhir
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik (FT)-UNS FT-UNS
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Ir. MDE Purnomo, MT NIP. 19511111 198003 1 002
Purwanto Setyo Nugroho, ST, MT NIP. 19720324200003 1 001
Ir. Nugroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Rumah Sakit Jiwa Di Banyumas Dengan Pendekatan Konsep Healing Environment.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tugas Akhir disusun Penulis setelah melaksanakan Studio tugas Akhir selama kurang lebih 3 bulan dan di sidangkan pada 7 Juni 2010.
Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir Arsitektur ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya.
2. Rasulullah Muhammad SAW, yang mengajarkan suri tauladan serta akhlak yang baik. 3. Ir. Hardiyati, MT ; selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.
4. Ir. Made Swastika , MT, MM ; selaku pembimbing akademik.
5. Ir. MDE Purnomo , MT; selaku pembimbing I selama menjalani mata kuliah Seminar hingga Tugas Akhir.
6. Purwanto Setyo Nugroho, ST, MT; selaku pembimbing II selama menjalani mata kuliah Seminar hingga Tugas Akhir.
7. Ir. Dwi Hedi Heriyanto, MT dan Ir. Agus Sanyoto, MT selaku penguji Tugas Akhir 8. Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur, yang telah membimbing hingga Tugas Akhir 9. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Arsitektur
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan serta dukungannya dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran tentang Tugas Akhir ini akan Penulis terima dengan terbuka.
Surakarta, Juni 2010
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
Daftar Skema ... viii
Terimakasih... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Pemahaman Judul ...1
B. Latar Belakang ...1
C. Rumusan Masalah ...5
D. Tujuan dan Sasaran ...6
E. Lingkup Dan Batasan ...6
F. Metoda Pembahasan ...7
G. Sistematika Pembahasan ...9
BAB II TINJAUANPUSTAKA A. Tinjauan Gangguan Jiwa...10
1. Pengertian Gangguan Jiwa ...10
2. Klasifikasi Gangguan Jiwa ...10
3. Penyebab Umum Gangguan Jiwa ...11
4. Macam Macam Gangguan Jiwa Secara Umum ...13
5. Prinsip Terapi / Pengobatan ...16
B. Tinjauan Rumah Sakit Jiwa ...18
1. Pengertian Rumah Sakit Jiwa ...18
2. Landasan Hukum Pendirian Rumah Sakit Jiwa ...19
3. Fungsi Dan Peranan Rumah Sakit Jiwa ...19
4. Sistem Manajemen dan Prosedur Oprasional Rumah Sakit Jiwa ...20
5. Persyaratan Rumah Sakit Jiwa ...22
C. Tinjauan Konsep Healing Environment...25
1. Pengertian Konsep Healing Environment ...25
2. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan ...26
3. Elemen Desain Healing Environment ...28
D. Tinjauan Preseden ...38
1. RSJD Surakarta ...38
2. RSUD Banyumas ...40
BAB III TINJAUAN KOTA BANYUMAS A. Kondisi Dan Potensi Fisik Kabupaten Banyumas ...42
1. Kondisi Umum Kabupaten Banyumas...42
2. Pembagian Wilayah Kabupaten Banyumas ...42
v
B. Kondisi dan Potensi Non Fisik Kabupaten Banyumas ...43
1. Jumlah Penduduk ...43
2. LajuPertumbuhan Gangguan Jiwa Di Kabupaten Banyumas ...44
C. Kelayakan Dumah Sakit Jiwa di Kabupaten Banyumas ...45
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN A. Pendekatan Konsep Perencanaan ...47
1. Analisis Pengelompokan Kegiatan ...47
2. Analisis Peruangan...51
3. Analisis Pendekatan Lokasi Dan Site ...70
B. Pendekatan KonsepPerancangan ...75
1. Analisis Pengolahan Site...75
2. Pendekatan Konsep Healing Environment Terhadap Desain ...79
3. Analisis Konsep Struktur ...90
4. Analisis Konsep Utilitas ...92
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Perencanaan ...99
1. Konsep Pengelompokan Kegiatan ...99
2. Konsep Peruangan ...102
3. Konsep Pendekatan Lokasi Dan Site ...113
B. Analisis Perancangan ...115
1. Konsep Pengolahan Site ...115
2. Konsep Healing Environment Terhadap Desain ...117
3. Konsep Struktur ...123
4. Konsep Utilitas...124
DAFTAR PUSTAKA ... xii
vi
Gambar 4.10. Analisis Kebisingan Lingkungan ...79
Gambar 4.11. Ruang Dalam Arsitektur ...80
Gambar 4.12. Ruang dalam dan Ruang Luar ...81
Gambar 4.13. Pola Sirkulasi Linier...87
Gambar 4.14. Pola Sirkulasi Radial ...87
Gambar 4.15. Pola Sirkulasi Terpusat ...88
Gambar 4.16. Pola Sirkulasi Grid ...88
Gambar 4.17. Pola Sirkulasi Cluster ...88
Gambar 4.17. Denah Bangsal ...88
Gambar 4.18. Foot Plat ...91
Gambar 4.19. Struktur Rangka ...92
Gambar 5.1. Lokasi Terpilih ...113
Gambar 5.7. Analisis Kebisingan Lingkungan ...116
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Fasilitas Kesehatan Jiwa Di RSUD Banyumas ...3
Tabel 1.2. Prevalensi Pasien Di RSUD Banyumas ...3
Tabel 1.3. Jumlah fasilitas peribadatan sampai tahun 2000 ...19
Tabel 2.1. Macam Macam Jarak Personal ...29
Tabel 2.2. Bentuk ...33
Tabel 2.3. Tekstur ...34
Tabel 2.4. Warna ... 37
Tabel 3.1. Fasilitas Kesehatan Di Kab.Banyumas ...43
Tabel 3.2. Permasalahan Sosial Di Kab.Banyumas ...44
Tabel 3.3. Prevalensi Pasien Jiwa Di RSUD Banyumas ...45
Tabel 3.4. Fasilitas Kesehatan Jiwa Di RSUD Banyumas ...45
Tabel 4.1. Analisis Besaran Ruang Unit Rawat Jalan ...52
Tabel 4.7. Analisis Besaran Ruang Unit Intensive Psikiatri ... 58
Tabel 4.8. Analisis Besaran Ruang nit UGD ...58
Tabel 4.9. Analisis Besaran Ruang Unit Rawat Intensif ...60
Tabel 4.10. Analisis Besaran Ruang Unit Rehabilitasi ...61
Tabel 4.11. Analisis Besaran Ruang Unit Lab+Rad ...61
Tabel 4.12. Analisis Besaran Ruang Unit Farmasi ...63
Tabel 4.13. Analisis Besaran Ruang Unit Mortuary ...63
Tabel 4.14. Analisis Besaran Ruang Unit Kantin ...64
Tabel 4.15. Analisis Besaran Ruang Unit Serbaguna ...64
Tabel 4.16. Analisis Besaran Ruang Unit Pengelola ...64
Tabel 4.17. Analisis Besaran Ruang Unit RM ...65
Tabel 4.18. Analisis Besaran Ruang Unit Laundry ...66
Tabel 4.19. Analisis Besaran Ruang Unit Dapur ... 66
Tabel 4.20. Analisis Besaran Ruang Unit CSSD ...67
Tabel 4.21. Analisis Besaran Ruang Unit Utilitas ...67
Tabel 4.23. Analisis Besaran Ruang Unit Masjid ...68
Tabel 4.24. Analisis Besaran Ruang Unit Parkir ...68
Tabel 4.25. Rekapitulasi Besaran Ruang ...69
Tabel 4.26. Kriteria Pemilihan Lokasi ...70
Tabel 4.27. Kriteria Pembobotan Lokasi ...73
viii
Tabel 5.7. Analisis Besaran Ruang Unit Intensive Psikiatri ... 105
Tabel 5.8. Analisis Besaran Ruang nit UGD ...106
Tabel 5.9. Analisis Besaran Ruang Unit Rawat Intensif ...106
Tabel 5.10. Analisis Besaran Ruang Unit Rehabilitasi ...107
Tabel 5.11. Analisis Besaran Ruang Unit Lab+Rad ...107
Tabel 5.12. Analisis Besaran Ruang Unit Farmasi ...108
Tabel 5.13. Analisis Besaran Ruang Unit Mortuary ...108
Tabel 5.14. Analisis Besaran Ruang Unit Kantin ...108
Tabel 5.15. Analisis Besaran Ruang Unit Serbaguna ...109
Tabel 5.16. Analisis Besaran Ruang Unit Pengelola ...109
Tabel 5.17. Analisis Besaran Ruang Unit RM ...109
Tabel 5.18. Analisis Besaran Ruang Unit Laundry ...110
Tabel 5.19. Analisis Besaran Ruang Unit Dapur ... 110
Tabel 5.20. Analisis Besaran Ruang Unit CSSD ...111
Tabel 5.21. Analisis Besaran Ruang Unit Utilitas ...111
Tabel 5.22. Analisis Besaran Ruang Unit Masjid ...112
Tabel 5.23. Analisis Besaran Ruang Unit Parkir ...112
Tabel 5.24. Rekapitulasi Besaran Ruang ...112
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Hubungan Antara Manusia Dengan Lingkungan...28Skema 4.1. Analisis Pola Kegiatan Emergency ...49
Skema 4.2. Analisis Pola Kegiatan Rawat Jalan...49
Skema 4.3. Analisis Pola Kegiatan Rawat Inap ...49
Skema 4.4. Analisis Pola Kegiatan Pengelola ...50
Skema 4.5. Analisis Pola Kegiatan Pengunjung ...50
Skema 4.6. Analisis Sistem Air Bersih ...92
Skema 4.7 Analisis Jaringan Listrik ...93
Skema 4.8. Analisis Jaringan Listrik Tenaga Genset ...93
Skema 4.9. Analisis Sistem IPAL ...96
Skema 5.4. Pola Kegiatan Pengelola ...102
Skema 5.5. Pola Kegiatan Pengunjung ...102
Skema 5.6. Analisis Sistem Air Bersih ...124
Skema 5.7 Analisis Jaringan Listrik ...124
Skema 5.8. Analisis Jaringan Listrik Tenaga Genset ...125
Skema 5.9. Analisis Sistem IPAL ...126
Skema 5.10. Analisis Sistem Air Kotor ... 126
ix
TERIMAKASIH
ALLAH SWT
Tuhan Seru Sekalian Alam, Penunjuk jalan, Maha Pengasih dan Penyayang yangmembuat semuanya menjadi terlaksana.. Alhamdulillah, atas nikmat-Mu yang tak terhingga..
Alhamdulillah…
KELUARGA BESAR
: Mah.. Pah.. nyong bingung arep ngomong apa kie koh, sing jelas maturnuwun sing nganggo banget nggo sekabehane lah pokoken sekalian karo njaluk ngapurane nek nyong sering nggawe ora kepenak ati. Nggo Ndari, matur nuwun dongane ya ndar.. mamas wis dadi sarjana lho kie..hehe.. Mbah Putri, Mbah Kakung, Bude, Pakde, Om, Tante sekalian..Maturnuwun support karo dongane ya nganti nyong lulus dadi sarjana..!
PEMBIMBING :
Pak Ipung & Pak Pur Terimakasih banyak pak udah ngebimbing saya dengan amatsangat sabar, maaf kalau selama ini saya dodol ndableg susah dibilangin dan suka bikin kesel bapak bapak sekalian..! Pak Made Pembimbing akademik yang asik..hehe, saya ngak tau mesti ngomong apa ni pak.. speechless..yang pasti saya berterimakasih untuk segala sesuatunya dari semester 1 sampai saya lulus.
RSJD SURAKARTA :
Alm. Bapak Direktur Terimakasih pak atas kepercayaan dan kemudahanyang diberikan kepada saya untuk survey di RS bapak, maaf belum sempet memenuhi janji saya ke bapak..Terimakasih sekali lagi, Semoga bapak mendapatkan tempat yang paling mulia di sisi Tuhan YME Bu Karmini Bu..terimakasih untuk waktunya buat jalan jalan setiap kali saya soan ke RS..hehe, maap ngrepotin ya bu dr.Etta makasih dok buat share nya, oh iya…selamat atas kelahirannya ya dok..Untuk seluruh staff RSJD Surakarta yang nggak sempet disebutkan satu persatu saya ucapkan banyak terimakasih untuk bantuannya.
SOULMATTES :
Ria Ri..aku ra ngerti nek ora nana koe aku arep dadi apa, hmph...aku ra perlungomong akeh-akeh mbok, cukup dewek sing ngerti lah ya..You know i love you and i do believe that you love me too. So many thanks to you my beloved girl! Indra Indra my man...!!!nek ora nana koe TA ku ra bakal dadi ketone ndra..tengkyu ya nggo wektune nggo ngancani aku muter muter survey, nggo smsan curhat2 colongan, nggo sharing2e...tengkyu juga nggo rekomendasi film2 e.. Pokoken tengkyu ya ndra.., Iva Honestly i don`t like your boyfriend honey..tapi kepriwe maning anu koe wis seneng dadine ya aku ora bisa ngapa ngapa maning..padahal mbok dewe wis janjian bakal merit pas umur 29??kepriwe sih..?!hehe.. tapi tengkyu ya Honey atas doa dan dukungannya?! Miss you.., Wisnu Bandot loyo kaya entut!sombong banget siki mentang mentang wis ndue bojo dadi kelalen karo aku+indra! aku kangen lho Nu karo koe, yuh traktir aku maing nang ayam goreng tantene.., Mesa My another girl..sorry banget mes...akhir2 ini aku jarang pulang, jarang sms, jarang telpon,aku sibuk+ stress banget kie koh..enteni baen, dela maning nyong bali koh!, Bim-bim+ Dian Huh...pada baen kaya bandot loyo koe lah..sombong mentang mentang pada wis ndue bojo..huh?! aku tulih kesepian ora nana koe T.T...Overall, intine aku matur tengkyu lah karo koe koe pada soulmatte2 ku kit jaman SMP tekan siki..miss you all!
RENCANG-RENCANG
: Yang pasti buat anak-anak 2005 Anz, Gugun, Bayu, Agung, Yogi,x
HyeoYon..??? Agnis+Hida Tengkyu buat semangate pas studio, tengkyu juga maemane pas
pendadaran yo..
Bendita Py ben? Aku mbok kon ngomong opo iki...??hahaha..Hmph, bakalan kangen iki aku mbek koe..tengkyu banget ya nggo sekabehane..muach muach..Juga buat Temen2 `05 yang belum sempet ketulis, makasih ya udah jadi temen yang baik banget slama aku kuliah...Bang Ari Bang..aku bingung meh gomong opo iki...pokoke tengkyu ya udah jadi abang yang baik yang 24hours on call nglayani aku ngobrol mbuang stress n panic..tengkyu buat ilmune tengkyu buat kabeh deh bang..ra kamot yen tak list siji siji, Bang HEri+Mbak Dadah ...bang..mbak..aku kangen..?!you know, its hard to be apart and im alone without you all.. aku Cuma bisa say thanks buat dukungan, bantuan dan doanya nya...love you, Bang Dho Cuma dirimu bang yang masih bisa dijangkau, untung koe ra lungo adoh adoh dadi aku isih iso ngrepoti koe...hehe..tengkyu ya bang..tengkyu naget lah pokoke nggo kabehan...maap ki yen kadang aku ngak tau diri (kadang..???) hehehehe...i`ll miss you ki yen aku wis gak nang Solo, Bang Don koe nang ndi to bang??kok ngilang??tengkyu lho wejangane pas wengi wengi malam sebelum pendadaran ketemu nanggone deden`s 24hour caffe hehe, Bang Aris+ Sekar Nah lo...ni aku kudu ngomong apa ni..??pokoknya makasih aja buat suportnya...ayo Sekar semangat pendadaranya!katanya mau wisuda bareng aku??
Studio 118`ers Faw2, Erin, Hakim, Desta, Elok, Dita, Mbak Ita, Mbak Septi, Mbak Rinda, Mbak Novia, Mas rojif, Mas Tomy, Mas Darmawan Hoho...buat temen temen seperjuangan di 118..saya ucapkan terimakasih buat kerjasamanya.. wish you all the best deh.. i`ll miss you all..
Mbak Jati temen virtual yang sampai sekarang belum sempet kopi darat..tapi jasa jasanya udah banyak banget niy..makasih ya mbak, tunggu aku di Jakarta tak ngambil oleholeh dari Bangkok!
Bintang Begitu banyak pembicaraan yang mengalir diantara kita Bin, i know you and you know me...hmph, makasih ya bin..ndang dirampungke nduk..ndang susul aku dadi sarjana!
Julia Ijul takijulkijul...huhuy, jul..aku kangen jalan sama kamu lagi ni hmph...betewe, thanks ya buat bantuannya...eh, tengkyu juga buat pudding coklatnya!mau lagi dong..
Endah Ndah...dyas ucapin banyak banyak terimakasih atas semua bantuannya ya..terimakasih udah ditemenin survey, terimakasih untuk bukun dan diktatnya terimakasih udah banyak dibawelin terimakasih untuk jumpernya pas dyas keujanan di Baturaden dan yang paling penting, terimakasih buat semangatnya... Terimakasih... maaf ya buat semua kesalahan yang udah dyas lakuin ke ndah, just teach me how to fixed it up Ndah.. betewe, sukses buat coass nya.. cepetan jadi dokter!
…I Love You All,
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PEMAHAMAN JUDUL
1. JUDUL
`Rumah sakit jiwa di Banyumas dengan pendekatan konsep Healing Environment.`
2. DEFINISI
Rumah sakit jiwa : Rumah gila atau rumah / tempat merawat orang gila. 1
Banyumas : Kota di Jawa tengah sebagai lokasi pendirian.
Healing Environment : Sebuah konsep lingkungan yang dapat mengurangi stress
dan dampak buruk dari stress tersebut2 serta memberikan
sebuah atmosfir atau keadaan yang dapat merelaksasi tubuh,
fikiran dan jiwa yang dapat mempercepat penyembuhan
secara fisik maupun secara psikologis3
3. PEMAHAMAN
Rumah sakit jiwa di Banyumas dengan pendekatan Healing Environment
adalah rumah sakit khusus yang melaksanakan pelayanan dan perawatan jiwa,
baik yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif (pencegahan) dengan
lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam membantu pasien menjalani
masa penyembuhan.
B. LATAR BELAKANG
1. Gangguan jiwa di Indonesia
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total
penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT)
pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan
Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah
1
KBBI . 1990 . Depdikbud . Jakarta : Balai Pustaka 2
www.hfmmagazine.com. 3
2
tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang
ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk
Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental.4
Disisi lain sumber-sumber tenaga, fasilitas maupun kebijakan tempat tidur
untuk pasien gangguan mental hanya tersedia 0,4 : 10.000 penduduk, begitu
juga dengan tenaga profesional. Psikiater, misalnya, hanya 1 : 500.000 penduduk,
tenaga profesional juga jauh dari mencukupi kesehatan mental yang memadai.5
2. Rumah Sakit Jiwa di Banyumas
Wilayah Kabupaten Banyumas merupakan wilayah administrasi Kabupaten
di Provinsi Jateng yang terletak pada posisi yang strategis, yaitu berada pada
persimpangan perhubungan lintas daerah yaitu dari jawa barat pada lintas selatan
menuju Jogja, Cilacap dan daerah Pegunungan Dieng atau sebaliknya seta dari
Jawa Barat dari lintas utara lewat Kabupaten Tegal menuju Cilacap, daerah
Pegunungan Dieng dan Jogja atau sebaliknya, memiliki fasilitas kesehatan sebagai
berikut6 :
15 (lima belas) Rumah Sakit Umum
3 (tiga) Rumah Sakit Bersalin
14 (empat belas) Rumah Bersalin
39 (tiga puluh sembilan) Puskesmas
57 (lima puluh tujuh) Poliklinik
Dari lima belas Rumah Sakit Umum hanya 2 (dua) rumah sakit yang
mempunyai fasilitas kesehatan jiwa berupa Poli Jiwa, yaitu RSUD Banyumas dan
RSU Dr.Margono. Dan hanya RSUD Banyumas yang juga merupakan rumah sakit
satu satunya di wilayah Jawa Tengah bagian selatan yang melayani pasien psikotik.
Fasillitas kesehatan jiwa yang terdapat di RSUD Banyumas adalah sebagai berikut:
4www.henlia.com
kamis ,10 april 2007
5
www.warmasif.co.id
6
3
Sedangkan prevalensi pasien selalu lebih dari 100% setiap tahunnya dan
mempunyai kecenderungan untuk selalu naik secara signifikan, bahkan pada tahun
2008 prosentase overload mencapai angka 220%. 7 Hal ini ditunjukan melalui
data prevalensi pasien RSUD Banyumas tahun 2008 berikut :
Dari data statistik di atas menunjukan bahwa Banyumas memerlukan
adanya Rumah Sakit Jiwa untuk menampung pasien gangguan jiwa yang tidak
dapat diakomodasi oleh instansi kesehatan di wilayah Kabupaten Banyumas.
3. Rumah sakit jiwa dengan penekanan pendekatan Healing Environment
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan
juga, secara somato-psiko-sosial (raga-jiwa-lingkungan sosial). Dalam mencari
penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan.
7
hasil wawancara, Bpk Tulus Setiawan; bidang perencanaan dan pengembangan RSUD Banyumas. 13 April 2009
Tabel I.I. Fasilitas Kesehatan Jiwa Di RSUD Banyumas sumber :RSUD Banyumas
4
Dalam masalah gangguan jiwa yang menonjol ialah gejala-gejala patologik
dari unsur psiko. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali
lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya,
jiwanya atau lingkungannya.
Dalam ilmu kedokteran, proses pengobatan pada umumnya meliputi8 :
1. Somatoterapi ; yaitu dengan cara pembedahan, farmakoterapi maupun
fisioterapi.
2. Psikoterapi ; sebagai psikoterapi supportif dan psikoterapi genetik-dinamik
(psikoterapi wawasan / pengertian)
3. Manipulasi lingkungan (environmental manipulation) dan sosioterapi.
Hal ini terkait dengan pandangan holistik manusia dalam pengobatan yang
berarti bahwa ke-3 unsur di atas harus diperhatikan dan di pergunakan dengan
tujuan terapetik. Dan rumah sakit jiwa yang direncanakan di Banyumas diharapkan
mampu mewadahi ke-3 unsur di atas, khususnya manipulasi lingkungan yang
biasanya dikesampingkan karena pengobatan dianggap cukup dengan obat-obatan
dan terapi psikologis.
Faktor psikologis dapat membantu pemulihan kesehatan penderita yang
sedang dalam masa perawatan di rumah sakit. Faktor tersebut dapat dibentuk
melalui suasana ruang pada fisik bangunan rumah sakit yang bersangkutan.
Kehadiran sebuah suasana tertentu diharapkan dapat mereduksi faktor stress atau
tekanan mental yang dialami oleh penderita yang sedang menjalani proses
pemulihan kesehatan. Suasana tertentu dalam lingkungan fisik rumah sakit dapat
menambah faktor stress penderita, sehingga dapat menghambat atau menggagalkan
proses pemulihan kesehatannya.
Adapun kelebihan manusia dari makhluk lain adalah mereka mampu
mengubah kemanfaatan dari stimulus sehingga lebih bermanfaat untuk memenuhi
keperluanya sendiri. Kemampuan itu bertolak dari persepsi yang notabene-nya
adalah dasar dari setiap pengalaman. Persepsi itu sendiri secara umum dan
konvensional dianggap sebagai pengindraan (sensation). Dan salah satu hal yang
dipersepsi manusia adalah ruang, pengertian ruang itu termasuk jarak jauh-dekat,
luas-sempit, longgar-sesak, kurang nyaman-nyaman yang berkaitan dengan konsep
8
5
tentang personal space, privacy, territoriality, crowding dan density atau sering
disebut dengan atribut lingkungan (Kenyamanan, Sosialitas, Privasi, Aksesibilitas,
Adaptabilitas dll).
We shape our buildings, and afterwards our buildings shape us9, kutipan
yang menggambarkan bagaimana lingkungan mampu mempengaruhi perilaku
manusia. Dan keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas
yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis (inner mind)
manusia. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk
mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang
menyehatkan, nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan
dukungan positif bagi proses penyembuhan.
C. RUMUSAN MASALAH
1. PERMASALAHAN
Bagaimana merencanakan dan merancang sebuah Rumah Sakit Jiwa di Banyumas
yang tidak hanya mampu mewadahi proses penyembuhan pasien gangguan jiwa, namun
juga mampu mendukung proses penyembuhan melalui stimulan- stimulan lingkungan
rumah sakit.
2. PERSOALAN
Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas maka perlu pemecahan beberapa
persoalan berikut:
Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai dengan konsep Healing Environment?
Bagaimana menentukan peruangan dalam Rumah Sakit Jiwa Banyumas terutama
bangsal rawat inap yang diharapkan mampu menstimulasi pasien dalam
mempercepat penyembuhan melalui penerapan konsep Healing Environment ?
Bagaimana membentuk ruang luar (eksterior) dan ruang dalam (interior) yang
sesuai dengan konsep Healing Environment?
9
6
D. TUJUAN DAN SASARAN
1. TUJUAN
Merencanakan dan merancang sebuah Rumah Sakit Jiwa di Banyumas sebagai
wadah berlangsungnya proses penyembuhan yang juga berfungsi sebagai salah satu faktor
pendukung proses penyembuhan melalui stimulan stimulan lingkungan Rumah Sakit.
2. SASARAN
Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Jiwa Banyumas
dengan pendekatan konsep Healing Environment yang meliputi,
Penentuan site yang mampu mengakomodir konsep Healing Environment.
Peruangan, khususnya bangsal rawat inap yang mampu memberikan
stimulan sehingga dapat membantu proses penyembuhan.
Pengolahan site
Bentuk dan tata masa yang dinamis yang mampu mencitrakan konsep
Healing Environment.
E. LINGKUP DAN BATASAN
1. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dalam konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Jiwa di
Banyumas ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur dan konsep Healing Environment
yang mengacu pada fakta dan informasi substansial dari sumber yang absah.
2. Batasan
Batasan berdasar pada konsepsi Rumah Sakit Jiwa sehubungan dengan tujuan
proses rehabilitasi dan bertolak belakang pada kajian mengenai arsitektur yang bisa
menjadi stimulus yang mendukung rehabiltasi pasien psikotik. Tujuannya adalah untuk
menerapkan konsepsi Rumah Sakit Jiwa yang berorientasi kepada konsep Healing
Environment melalui stimulus stimulus yang diharapkan mampu mendukung proses
7
F. METODA PEMBAHASAN
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
antara lain sebagai berikut,
1. Penelusuran dan Perumusan masalah
Dengan melihat kondisi riel yang terjadi di Banyumas ditemukan beberapa
fonemena yang menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kejiwaan tidak sebanding
dengan jumlah penderita gangguan jiwa. Setelah ditelusuri lebih lanjut, fasilitas
fasilitas yang ada pun hanya berupa sebuah wadah yang kurang mampu
memfasilitasi dan mendukung proses penyembuhan pasien gangguan jiwa. Sehingga
dengan menjawab permasalahan tersebut diharapkan dapat menyelesaikan persoalan
yang ada.
2. Pengumpulan data
a. Survei
1)Survey mengenai prevalensi pasienn gangguan jiwa dan fasilitas kejiwaan
yang ada di Kab.Banyumas.
2)Observasi dan Survey fasilitas rehabilitasi gangguan jiwa di RSJD
Surakarta dan RSUD Banyumas
b. Studi literatur
Disisi lain kebutuhan akan data yang sifatnya teoritik, referensi, dan preseden
diperoleh melalui studi literatur sebagai rujukan. Literatur yang digunakan
selama proses penyusunan konsep perencanaan dan perancangan meliputi,
Buku-buku mengenai arsikektur yang bersifat teoritik
Buku-buku dan Jurnal yang membahas masalah psikologi secara umum dan
psikologi lingkungan
Buku-buku yang mendukung tinjauan mengenai Konsep Healing Environment.
Karya ilimiah tentang RSJ dan Konsep Healing Environment.
Website-website
3. Pengolahan data
Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai dengan
tema. Kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap penting dan
digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan konsep perancangan.
8
data/informai baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data
sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.
4. Pendekatan Konsep(Analisa)
a. Konsep Perencanaan
Konsep perencanaan merupakan konsep perumusan yang bersifat konseptual
(nonfisik) sebagai gagasan awal untuk diterjemahkan kedalam konsep
perancangan.
b. Konsep Perancangan
Konsep perancangan merupakan perumusan konsep fisik (mengarah pada
keputusan penyelesaian desain).
Metode yang di gunakan dalam pendekatan konsep :
1) Analisis
Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data dan informasi
yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan dan
perancangan.
2) Sintesis
Hasil analisis tersebut diolah dan diintegrasikan dengan
persyaratan/ketentuan konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, yang kemudian seluruh hasil
integrasi dikembangkan menjadi sebuah konsep rancangan dimana siap
ditransformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki.
5. Pendekatan Rancangan Desain
Merupakan kesimpulan dari proses sintesis, dimana kesimpulan ini nantinya
diterjemahkan kedalam gambar rancangan desain, yang sebelumnya melalui
9
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN
Tahap pendahuluan membahas beberapa hal terkait tentang latar belakang,
konsepsi dasar Rumah Sakit Jiwa dan konsep Healing Environment,
permasalahan dan persoalan, lingkup pembahasan dan batasan, metoda dan
sistematika pembahasan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tahap tinjauan pustaka membahas berbagai substansi yang menjadi terkait
Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing Environment Di Banyumas.
Subtansi yang akan ditinjau antara lain tentang gangguan jiwa, kajian
rumah sakit jiwa secara umum, konsep healing environment, preseden serta
gambaran umum Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing Environment
yang akan direncanakan.
III. TINJAUAN KOTA BANYUMAS
Tahap tinjauan kota memaparkan kondisi kota Banyumas secara umum
berupa data data yang terkait dengan Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep
Healing Environment Di Banyumas.
IV. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP
PERANCANGAN
Tahap pendekatan konsep perencanaan dan perancangan mengemukakan
Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing Environment Di Banyumas
secara konseptual melalui analis yang berdasarkan pertimbangan, standar
penilaian, dan pembobotan untuk menentukan pilihan yang tepat
V. KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN RUMAH
SAKIT JIWA DI BANYUMAS
Tahap penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Jiwa
Dengan Konsep Healing Environment Di Banyumas berdasarkan hasil
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas berbagai substansi yang menjadi terkait Rumah SAkit Jiwa Dengan
Konsep Healing Environment Di Banyumas. Subtansi yang akan ditinjau antara lain
tentang gangguan jiwa, kajian rumah sakit jiwa secara umum, konsep healing
environment, preseden serta gambaran umum Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing
Environment yang akan direncanakan.
A. GANGGUAN JIWA
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang
secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi
dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata
terletak di dalam hubungan antara orang dengan masyarakat (Rusdi Maslim, 1998)
2. Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari
abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi
bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari
normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan
Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat
mental. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan
sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi
kemudian dalam kehidupan.
1) Penyakit mental, secara prinsip dibagi dalam :
a) Psikotik : Semua kondisi yang memberi indikasi terdapatnya hendaya
berat dalam kemampuan daya nilai realitas, sehingga terjadi salah
menilai persepsi dan pikirannya, dan salah dalam menyimpulkan dunia
luar, kemudian diikuti dengan adanya waham, halusinasi, atau perilaku
yang kacau. Gangguan jiwa psikotik dapat dibedakan menjadi 2; yaitu:
11
Psikotik non-organik (Gangguan anxietas / kecemasan,
gangguan somatoform, ganguan psikosomatis, ganguan
kepribadian, gangguan psikoseksual dll.)
b) Non-psikotik / Neurotik : Gangguan jiwa non psikotik yang kronis dan
rekuren, yang ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami atau
dipersepsikan secara langsung, atau diubah melalui mekanisme
pertahanan/pembelaan menjadi sebuah gejala, seperti : obsesi,
kompulsi, fobia, disfungsi seksual, dll.
2) Cacat mental : Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit
intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Misalnya :
Retardasi mental.
3. Penyebab Umum Gangguan Jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan
juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka
ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol
ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa
unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah
manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi,
umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan
dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar
amanusia, dan sebagainya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di
lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun di psike (psikogenik). Biasanya tidak
terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai
unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi,
karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga
mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat
kecelakaan. Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan
12
mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak
sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang
mengalami gangguan otak (karena kelahiran, keradangan dan sebagainya)
kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya,
terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan
mereka saling mempengaruhi.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga
unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
a. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
1) Neroanatomi
2) Nerofisiologi
3) Nerokimia
4) Tingkat kematangan dan perkembangan organik
5) Faktor-faktor pre dan peri - natal
b. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :
1) Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau
abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus
(perasaan tak percaya dan kebimbangan)
2) Peranan ayah
3) Persaingan antara saudara kandung
4) Inteligensi
5) hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
6) Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau
rasa salah
7) Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
8) Keterampilan, bakat dan kreativitas
9) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
10) Tingkat perkembangan emosi
c. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
1) Kestabilan keluarga
2) Pola mengasuh anak
13
4) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
5) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
6) Pengaruh rasial dan keagamaan
7) Nilai-nilai
4. Macam Macam Gangguan Jiwa Secara Umum
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa
(Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia,
gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan
neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan
gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa
dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku
dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan
suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.
Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya
sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit
ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak
diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et
al.,1995). Dan kasus ini paling banyak pula dijumpai di rumah sakit jiwa.
b. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa
dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang
ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
14
perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan
yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho,
2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari
situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa
ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan
menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang
menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak
stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa
penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang
mulai pulih (Atkinson, 2000).
c. Anxietas / Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa
khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik
(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai
tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan
kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan
kecemasan panik.
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang
dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung
pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
15
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian
histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,
kepribadian inadequat, Maslim (1998).
e. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan
otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak
atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka
gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit
yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang
terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan
penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik
lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu
daripada pembagian akut dan menahun.
f. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial
(Maslim,1998).
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).
Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan
pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
16
Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum
dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti
trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan
kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering
lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian
gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
5. Prinsip Terapi / Pengobatan
Gangguaan jiwa merupakan salah satu penyakit yang cenderung berlanjut
(kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada gangguan jiwa memerlukan waktu
yang relative lama, hal ini dimaksudkan untukj menekan sekecil mungkin
kekambuhan (relapse). Perkembangan di dalam metode terapi penderita sudah
demikian maju, sehingga penderita tidak lagi mengalami pemasungan atau
perawatan di Rumah Sakit Jiwa selama bertahun tahun. Terapi komprehensif dan
holistic sekarang ini sudah dikembangkan sehingga penderita gangguan jiwa tidak
lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksudkan meliputi:
a. Psikofarmaka
Dari sudut organobiologis sudah diketahui bahwa pada gangguan jiwa
terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal sinyal penghantar syaraf
(neurotransmitter) sel sel susunan syaraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat
dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam berfikir, alam
perasaan dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan
ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter tadi sehingga gejala gejala klinis
tadi dapat dihilangkan.
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan ataui psikoteapi pada penderita gangguan jiwa baru dapat
diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas sudah mencapai
tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah
kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik
Psikoterapi ini bayak macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan
latar belakang penderita sebelum sakit (Pramorbid), misalnya :
17
Psikoterapi yang dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan
motivasi.
2) Psikoterapi Re-edukatif
Psikoterappi yang dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki pendidikan diwaktu lalu dan untuk mengubah pola
pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap
dunia luar.
3) Psikoterapi Re-konstruksi
Psikoterapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang
telah mengalami keretakan menjadi utuh seperti semula.
4) Psikoterapi Kognitif
Psikoterapi yang ditujukan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai nilai moral etika (discriminative
judgement).
5) Psikoterapi Perilaku
Psikoterapi yang dimaksudkan untuk memulihkan gangguan maladaptif
menjadi perilaku yang adaptif.
c. Psikososial / Rehabilitasi
Salah satu dampak dari gangguan jiwa adalah terganggunya fungsi social
penderita yang terjadi dalam berbagai bidang fungsi rutin kehidupan sehari-hari.
Dengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu hidup mandiri.
Sebagai persiapan penempatan kembali ke masyarakat, para penderita tidak hanya
diberikan terapi farmaka tetapi jua diintegrasikan dengan jenis-jenis terapi lainya
termasuk terapi ketrampilan / terapi okupasi. Program persiapan kembali ke
masyarakat meliputi :
1) Terapi kelompok
2) Peribadatan
3) Kegiatan kesenian
4) Terapi fisik / olah raga
5) Ketrampilan
18
B. RUMAH SAKIT JIWA
1. Pengertian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia rumah sakit jiwa berarti rumah gila
atau rumah / tempat merawat orang gila. Sedangkan fungsi fungsi pelayanan yang
tersedia meliputi : fungsi pelayanan medis, fungsi pendidikan/diklat, fungsi
penelitian, fungsi kegiatan informasi serta penunjang kegiatan lainya yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyrakat bagi penderita gangguan
jiwa, sehingga mereka dapat menjadi sumber daya manusia yang berdaya guna,
individu yang mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Landasan Hukum Pendirian RSJ
Ada beberapa peraturan perundangan di Indonesia yang dapat di jadikan
landasan hukum pendirian rumah sakit jiwa, yaitu :
a. UUD 1945 Pasal 27 ayat (2), tentang hak warga Negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
b. UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan;
1)Pasal 4, hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
2)Pasal 5, kewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya.
3)Pasal 7, tentang tugas Pemerintah menyelenggarakan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
4)Pasal 8, tentang tugas Pemerintah menggerakkan peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan.
5)Pasal 9, tanggung jawab Pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
6)Pasal 24, tentang lingkup kesehatan jiwa.
7)Pasal 25, tentang peran pemerintah dalam pengobatan, perawatan,
pemulihan, dan penyaluran bekas penderita gangguan jiwa. 8) Pasal 26,
tentang pengobatan & perawatan penderita gangguan jiwa.
c. PP 39/ 1995, tentang penelitian dan pengembangan kesehatan jiwa.
Adanya peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia di atas, dijadikan
landasan hukum diperlukannya sebuah fasilitas atau wadah bagi penderita gangguan
kejiwaan. Fasilitas atau wadah tersebut harus sesuai dengan karakteristik penderita
19
pendidikan, pembinaan moral dan perilaku, spiritual, interaksi sosial, etika, rekreasi,
bermain, dan pengembangan diri melalui pemberian keterampilan kerla/ vokasional,
sangat diperlukan oleh mereka menjadi sumber daya manusia yang berdaya guns,
individu yang mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidupnya, seluruh fungsi
tersebut diwadahi dalam satu wadah Rumah Sakit Jiwa bagi penderita gangguan
kejiwaan.
3. Fungsi Dan Peranan RSJ
Rumah Sakit Jiwa berperan memberikan pelayanan kesehatan jiwa, baik di
dalam Rumah Sakit Jiwa maupun di luar Rumah Sakit Jiwa untuk niendekatkan
pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat.
Adapun Fungsi dari Rumah Sakit Jiwa adalah sebagai berikut :
a. Kunjungan Rumah 4 Dilakukan untuk , nemantau keadaan pasien yang
telah keluar dari Rumah Sakit Jiwa.
b. Penyuluhan Kesehatan Jiwa Masyarakat, 3 Penyuluhan diperuntukkan
kepada masyarakat luas, antara lain melalui:
1) Organisasi Sosial : Dharma Wanita, PKK, GOW, Organisasi Pemuda,
dll.
2) Instansi pemerintah / swasta, sekolah, dsb.
3) Media massa seperti. radio, surat kabar, selebaran, brosur, .d1l.
c. Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu, berupa:
1)Integrasi dengan Rumah Sakit Umum Kabupaten dan sekitarnya.
2)Integrasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa lanjutan.
d. Pelayanan Kesehatan Jiwa Inter Sektoral 4 Pelayanan Kesehatan
Jiwa Inter Sektoral dalain wadah BPKJM [Badan Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat] guna menangani masalah kesehatan jiwa masyaakat,
antara lain:
1)Korban Pasung .
2)Gelandangan Psikotik
3)Penyalahgunaan NAPZA
20
4. System Manajenen Dan Prosedur Oprasional RSJ
a. Sistem Manajemen
Dengan diterapkannya otonomi daerah, maka status kepemilikan Rumah
Sakit Jiwa adalah milik pemerintah daerah dibawah pengelolaan Departemen
Kesehatan. Pengelolaan manajemen RSJ dibentuk dengan selalu memperhatikan nilai
nilai keefektifan pengelolaan dalam rangka menuju fasilitas pelayanan kesehatan
jiwa terpadu yang bermutu. Oleh karena itu pengelolaan organisasi RSJ berpegang
pads prinsip-prinsip total quality management, continuous improvement, dan quality
assurance. Ketiga prinsip manajemen-- ini akan mengantarkan RSJ menjadi fasilitas
pelayanan kesehatan jiwa terpadu yang efektif dan bermutu baik dalarn aspek
pengelolaan dan pelayanan maupun dalarn penyelenggaraan kegiatan medis sampai
pasca medic, yang semuanya diharapkan bermuara kepada pembentukan mereka
menjadi sumber daya manusia yang berdaya guna, individu yang mandiri dan mampu
meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 65 dan 66 tentang Pembiayaan
Kesehatan sum be r pembiayaan Rumah Sakit Jiwa Terpadu berasal dari bantuan
pemerintah pusat dan daerah, yang dibantu oleh lembaga/pihak-pihak lain sebagai
sumber penyandang dananya (donator) dan bersifat sosial, pembayaran dari pasien
yang mempunyai keluarga dan mampu.
b. Prosedur Pelayanan Rawat Jalan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, khususnyaa pelayanan unit fungsional,
telah. disusun prosedur pelayanan baku standar pelayanan yang telah dikembangkan
sesuai pedornan sebagaimana yang dianjurkan oleh Kanwil Departemen Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah, yaitu :
1) Standar Pelayanan Rawat Jalan
a) Tujuan : pelayanan rawat jalan
b) Prosedur : Keluarga pasien mendaftarkan di loket untuk
menyelesaikari administrasi dan menyiapkan status rekarn
medik.:Kernudian pasien dibawa ke polildinik untuk ditangani
psikiatdr/ dokter. Pasien dalam keadaan gawat darurat dapat
langsung dibawa ke UGD dibantu tenaga Satpam. Setelah diperiksa
21
Dipulangkan setelah diterapi dan membayar resep.
Dimasukkan ke bangsal rawest' nap.
Dirujuk ke unit UPF lain di lingkungan Rumah Sakit Jiwa
Pemeriksaan penunjang di Lab
2) Standar Pelayanan Farmasi
a) Prosedur : Penanggung jawab pemesanan apoteker mengisi
formulir pemesanan obat. Obat yang telah diterima dicatat dan
didistribusikan ke apotek instalasi farmasi RSJ. Pengeluaran obat
berdasarkan resep dokter untuk pasien.
3) Standar Pelayanan Laboratorium
a) Tujuan : Memberi petunjuk proses pelayanan laboratorium.
b) Prosedur : Petugas unit perawatan mengantar pasien ke
laboratorium dengan membawa surat dokter, selanjutnya
petugas lab mencatat data pasien dan dilakukan pengambilan
sampel sesuai permintaan dokter dandicatat hasilnya untuk arsip
dan diserahkan ke dokter pemeriksa.
4) Standar Perawatan Gawat Darurat
a) Tujuan : member pelayanan secra cepta dan tepat pada pasien yang
dating di UGD
b) Prosedur : Pasien datang dan diperiksa keadaan umurnnya,
meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, serta dilakukan
amnese terhadap keluarga/ pasien untuk mendapatkan tindakan
selanjutnya. Pasien akut harus ditunggui keluarganya hingga tenang
den dipindahkan dari bangsal perawatan akut ke bangsal rawat inap.
5) Standar Pelayanan ECT
a) Tujuan : memperlancar pelayanan ECT
b) Prosedur : Pasien diantar & ditunggu petugas bangsal yang ikut
dalam tim pelaksanaan ECT. Bila terjadi keadaan darurat, ketua
tim merujuk pasien ke UGD. Setelah selesai pasien dikembalikan ke
bangsal.
6) Standar Pelayanan Terapi Okupasi
a) Tujuan : pelayanan tepat sesuai prosedur dan memuaskan
22
b) Prosedur : Pasien dikirim ke unit rehabilitasi disertai surat
dokter. Kemudian petugas rehabilitasi melakukan seleksi pasien
rehabilitasi, yaitu 4-10 orang per kelompok. Setelah proses terapi
kelompok selesai, petugas membuat penilaian dan pasien dikembalikan
ke bangsal.
7) Standar Pelayanan Psikologi
a) Tujuan : pelayanan psikologis yang memuaskan pelanggan
b) Prosedur : Pasien yang dinyatakan boleh pulang diantar ke
layanan psikologik. Psikolog rnenulis status penyelesaian
administrasi. Pada saat pasien diberi pelayanan psikologi, keluarga
menyelesaikan administrasi. Setelah keluarga selesai mengurus
administrasi, dilakukan konsultasi keluarga, kemudian pasien &
keluarga boleh pulang.
5. Persyaratan Rumah Sakit Jiwa
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 920/Menkes/Per/XII/ 1986, tentang upaya pelayanan kesehatan di
bidang medic bab IV pasal 18 menyatakan bahwa Rumah Sakit Jiwa
diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau yayasan dengan persyaratan
sebagai berikut:
a. Dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis atau Dokter Umum yang
bekerja penuh dan telah memiliki surat izin dokter.
b. Harus mempunyai gedung yang terdiri dari :
Ruang rawat jalan
Merupakan ruan konultasi atau peneriksaan dalam rangka pertemuan
diagnose dini dari penyakit yang diderita.
a) Syarat fisik :
Terletak di bagian muka kompleks; agar mudah dicapai umum,
dekat dengan apotek, laboratorium, UGD, kantin.Syarat Non
Fisik
b) Syarat non fisik :
Berhubungan dengan laboratorium dan administrasi eksternal.
UGD
23
a) Syarat fisik :
Mudah dicapai, R. Jenazah tidak terlihat langsung oleh pasien.
b) Syarat non fisik :
Berhubungan dengan apotek, administrasi intern, dan servis.
Berhubungan dengan laboratorium, administrasi„intern..
Bangunan instalasi penunjang medic (laboratorium, radiologi, dll)
a) Syarat fisik :
Dekat dengan poliklinik, emergency, rehabilitasi. Laboratorium klinik
pada sentral kesehatan. Laboratorium tidak harus 1 zone
b) Syarat non fisik :
Kondisi ruang konstan, menggunakan penghawaan buatan. Ruang
mudah dibersihkan.
Ruang rawat inap
Tempat opname/ perawatan pasien yang hendak atau sudah
menjalani pemeriksaan dan atau perawatan intensif.
a) Syarat fisik :
Berhubungan langsung dengan bagian diagnostic dan
rehabilitasi
b) Syarat non fisik :
Tenang , jauh dari sirkulasi padat, Berhubungan erat dengan
rehabilitasi medic, administrasi intern dan lab.,memiliki
minimal 50 tempat tidur.
Bangunan Intesive Care
Perawatan intensif, pasien yang dirawat adalah pasien
gangguan kejiwaa yang dalam keadaan emergency/ gaduh yang
perlu perawatan intensif.
a) Syarat fisik :
terpisah dengan unit perawatan lainnya. Masih berhubungan dengan
bagian pelayanan.
b) Syarat non fisik :
Private, dengan kebisingan rendah. Merupakan ruang steril.
Bangunan administrasi
24
Pelayanan Administrasi intern terpisah dari kegiatan medik.
b) Syarat non fisik :
Kenyamanan ruang.
Instalasi non medik
Terpisah dari bagian perawatan, tetapi masih berhubungan.
c. Mempunyai tenaga media paramedis perawatan paramedis non
perawatan tenaga -non medic, dan tenaga medic spesialis sesuai dengan
kekhususannya, yang berpedoman pada.standarisasi ketenagaan rumah
sakit pernerintah.
d. Mempunyai peralatan medis, penunjang media, non media, dan
obat-obatan yang berpedoman pada standarisasi rumah sakit.
e. Mempunyai susunan organisasi kerja yang berpedoman standarisasi RS.
f. Standarisasi diatas ditetapkan Direktorat Jenderal Pelayanan Medic.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1993/Kdj/U/ 1970
Tentang Perawatan Penderita Penyakit Jiwa Bab II Pasal 4 menvatakan bahwa
syarat-syarat untuk Rumah sakit jiwa adalah :
1) Letak perawatan harus di dalam kota
2) Kapasitas tempat perawatan dapat menampung minimum 20 orang
penderita, maksimum untuk 500 orang.
3) Bangunan tempat perawatan harus tampak jelas dari luar. (tidak boleh
berpagar tembok yang tinggi).
4) Ruangan dan tempat :
a) Ruangan dan tempat untuk suatu perawatan terdiri dari :
i. Ruangan-ruangan tidur penderita dengan fasilitas untuk terapi
dan resosialisasi.
ii. Ruangan untuk administrasi.
iii. Ruangan untuk laboratorium.
iv. Ruangan apotek.
v. Ruangan pemeriksaan dokter.
vi. Ruangan untuk pemeriksaan berobat jalan [outpatient clinic]. Tempat
untuk memasak.
25
viii. Tempat untuk rekreasi dan terapi dalam ikatan kelompok [group
therapy].
ix. Tempat untuk memberikan pendidikan [khusus].
b) Penderita-penderita yang akut dan yang kronis hares dipisah [tid ak
boleh dicampur].
c) Tempat perawatan dapat memiliki bagian yang tertutup untuk
penderita observasi dan berbahaya.
d) Ruangan-ruangann untuk penderita hendaknya menmberikan
kemungkinan bergerak dengan betas sebagaimana halnya dengan
penderita-di Rumah Sakit Umum, supava tidak memberikan kesan
penderita dan masyarakat, bahwa tempat perawatan itu adalah
tempat, untuk menutup atau mengurung penderita.
Pada pasal 6 juga disebutkan bahwa 'Tempat perawatan rnerawat dan
inengobati penderita dalarn segala corak dan bentuk, serta dapat
mertyelenggarakan bimbingan, dan jika dipandang perlu, ternpat perawatan dapat
dil-angkapi dengan alat.-alai dan cara-cara pemeriksaan, pengobatan, dan
bimbingan yang khusus "RSJ harus sesuai dengan jenis pasien, sistem
pengawasan, perlindungan dari kecenderungan menghancurkan diri sendin dan
tindakan merusak, bahkan hingga membunuh. Dengan beragainya latar belakang
penyebab gangguan kejiwaan pasien, maka dalam menentukan tampilan fisik
maupun sistem sirkulasi, psikologis pasien merupakan dasar pertimbangan utama.
RSJ hendaknya menghindari ukuran ruang yang besar. Pasien sebaiknya
dikelompokkan dalam beberapa unit bumlah maksimal tiap unit 30 pasien, fasilitas
dalam ukuran kecil dapat memberi dukungan pengembangan semangat bermasyarakat.
C. Healing Environment
1. Pengertian
Dari segi bahasa Healing Environment berarti lingkungan yang
menyembuhkan, dalam artian yang lebih luas Healing Environment merupakan
sebuah konsep seting lingkungan yang mendukung pasien untuk menjadi lebih baik
dan membawa mereka kedalam kondisi kesehatan yang baik dengan mengeliminasi
faktor environmental stressors.1
1
26
Keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas yang
terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis (inner mind) manusia.
Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk mendukung
kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang menyehatkan, nyaman,
dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses
penyembuhan. Desain interior dalam rumah sakit merupakan lingkungan binaan yang
keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-elemen desain
seperti warna, dapat diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang dapat
mendukung proses penyembuhan. lingkungan yang baik membuat kita merasa lebih
baik, dan merasa lebih baik adalah kunci untuk menjadi lebih baik.
2. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan
Dalam beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia
dengan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial
maupun para profesional dibidang arsitektur, perencanaan kota, regional dan lanskap.
Kata `perilaku` menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua
aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun
dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan menghasilkan suatu
bentuk fisik yang bisa dilihat dan diraba. Karena itu, hasil desain arsitektur dapat
menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi
penghalang terjadinya perilaku.
Menurut Kaplan Sadock (synopsis psikiatri), kecenderungan untuk selalu
mengerti lingkunganya adalah salah satu ciri utama manusia sebagai makhluk berakal
sehat. Manusia selalu mempersepsikan lingkunganya tidak secara terbagi bagi dalam
elemen elemen, melainkan sekaligus dalam bentuk totalitas yang terorganisir secara
tertentu. Dengan kata lain, manusia mempersepsikan lingkunganya secara gestalt
(bentuk keseluruhan).
Berkaitan dengan gangguan jiwa, adalah gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dari
berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun
dengan mental. Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting