• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep perencanaan dan perancangan rumah sakit jiwa di Banyumas dengan pendekatan konsep healing environment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep perencanaan dan perancangan rumah sakit jiwa di Banyumas dengan pendekatan konsep healing environment"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH SAKIT JIWA DI BANYUMAS

DENGAN PENDEKATAN KONSEP

HEALING ENVIRONMENT

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

ANDRYAS SUKARNO PRATAMA

I 0205033

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

PROGRAM STUDI JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

RUMAH SAKIT JIWA DI BANYUMAS

Dengan Konsep Healing Environment

Oleh :

ANDRYAS SUKARNO PRATAMA

NIM. I 02 05 033

Surakarta, Juni 2010

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik (FT)-UNS FT-UNS

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Ir. MDE Purnomo, MT NIP. 19511111 198003 1 002

Purwanto Setyo Nugroho, ST, MT NIP. 19720324200003 1 001

Ir. Nugroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Rumah Sakit Jiwa Di Banyumas Dengan Pendekatan Konsep Healing Environment.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tugas Akhir disusun Penulis setelah melaksanakan Studio tugas Akhir selama kurang lebih 3 bulan dan di sidangkan pada 7 Juni 2010.

Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir Arsitektur ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya.

2. Rasulullah Muhammad SAW, yang mengajarkan suri tauladan serta akhlak yang baik. 3. Ir. Hardiyati, MT ; selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.

4. Ir. Made Swastika , MT, MM ; selaku pembimbing akademik.

5. Ir. MDE Purnomo , MT; selaku pembimbing I selama menjalani mata kuliah Seminar hingga Tugas Akhir.

6. Purwanto Setyo Nugroho, ST, MT; selaku pembimbing II selama menjalani mata kuliah Seminar hingga Tugas Akhir.

7. Ir. Dwi Hedi Heriyanto, MT dan Ir. Agus Sanyoto, MT selaku penguji Tugas Akhir 8. Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur, yang telah membimbing hingga Tugas Akhir 9. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Arsitektur

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan serta dukungannya dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran tentang Tugas Akhir ini akan Penulis terima dengan terbuka.

Surakarta, Juni 2010

(4)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Terimakasih... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Pemahaman Judul ...1

B. Latar Belakang ...1

C. Rumusan Masalah ...5

D. Tujuan dan Sasaran ...6

E. Lingkup Dan Batasan ...6

F. Metoda Pembahasan ...7

G. Sistematika Pembahasan ...9

BAB II TINJAUANPUSTAKA A. Tinjauan Gangguan Jiwa...10

1. Pengertian Gangguan Jiwa ...10

2. Klasifikasi Gangguan Jiwa ...10

3. Penyebab Umum Gangguan Jiwa ...11

4. Macam Macam Gangguan Jiwa Secara Umum ...13

5. Prinsip Terapi / Pengobatan ...16

B. Tinjauan Rumah Sakit Jiwa ...18

1. Pengertian Rumah Sakit Jiwa ...18

2. Landasan Hukum Pendirian Rumah Sakit Jiwa ...19

3. Fungsi Dan Peranan Rumah Sakit Jiwa ...19

4. Sistem Manajemen dan Prosedur Oprasional Rumah Sakit Jiwa ...20

5. Persyaratan Rumah Sakit Jiwa ...22

C. Tinjauan Konsep Healing Environment...25

1. Pengertian Konsep Healing Environment ...25

2. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan ...26

3. Elemen Desain Healing Environment ...28

D. Tinjauan Preseden ...38

1. RSJD Surakarta ...38

2. RSUD Banyumas ...40

BAB III TINJAUAN KOTA BANYUMAS A. Kondisi Dan Potensi Fisik Kabupaten Banyumas ...42

1. Kondisi Umum Kabupaten Banyumas...42

2. Pembagian Wilayah Kabupaten Banyumas ...42

(5)

v

B. Kondisi dan Potensi Non Fisik Kabupaten Banyumas ...43

1. Jumlah Penduduk ...43

2. LajuPertumbuhan Gangguan Jiwa Di Kabupaten Banyumas ...44

C. Kelayakan Dumah Sakit Jiwa di Kabupaten Banyumas ...45

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN A. Pendekatan Konsep Perencanaan ...47

1. Analisis Pengelompokan Kegiatan ...47

2. Analisis Peruangan...51

3. Analisis Pendekatan Lokasi Dan Site ...70

B. Pendekatan KonsepPerancangan ...75

1. Analisis Pengolahan Site...75

2. Pendekatan Konsep Healing Environment Terhadap Desain ...79

3. Analisis Konsep Struktur ...90

4. Analisis Konsep Utilitas ...92

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Perencanaan ...99

1. Konsep Pengelompokan Kegiatan ...99

2. Konsep Peruangan ...102

3. Konsep Pendekatan Lokasi Dan Site ...113

B. Analisis Perancangan ...115

1. Konsep Pengolahan Site ...115

2. Konsep Healing Environment Terhadap Desain ...117

3. Konsep Struktur ...123

4. Konsep Utilitas...124

DAFTAR PUSTAKA ... xii

(6)

vi

Gambar 4.10. Analisis Kebisingan Lingkungan ...79

Gambar 4.11. Ruang Dalam Arsitektur ...80

Gambar 4.12. Ruang dalam dan Ruang Luar ...81

Gambar 4.13. Pola Sirkulasi Linier...87

Gambar 4.14. Pola Sirkulasi Radial ...87

Gambar 4.15. Pola Sirkulasi Terpusat ...88

Gambar 4.16. Pola Sirkulasi Grid ...88

Gambar 4.17. Pola Sirkulasi Cluster ...88

Gambar 4.17. Denah Bangsal ...88

Gambar 4.18. Foot Plat ...91

Gambar 4.19. Struktur Rangka ...92

Gambar 5.1. Lokasi Terpilih ...113

Gambar 5.7. Analisis Kebisingan Lingkungan ...116

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Fasilitas Kesehatan Jiwa Di RSUD Banyumas ...3

Tabel 1.2. Prevalensi Pasien Di RSUD Banyumas ...3

Tabel 1.3. Jumlah fasilitas peribadatan sampai tahun 2000 ...19

Tabel 2.1. Macam Macam Jarak Personal ...29

Tabel 2.2. Bentuk ...33

Tabel 2.3. Tekstur ...34

Tabel 2.4. Warna ... 37

Tabel 3.1. Fasilitas Kesehatan Di Kab.Banyumas ...43

Tabel 3.2. Permasalahan Sosial Di Kab.Banyumas ...44

Tabel 3.3. Prevalensi Pasien Jiwa Di RSUD Banyumas ...45

Tabel 3.4. Fasilitas Kesehatan Jiwa Di RSUD Banyumas ...45

Tabel 4.1. Analisis Besaran Ruang Unit Rawat Jalan ...52

Tabel 4.7. Analisis Besaran Ruang Unit Intensive Psikiatri ... 58

Tabel 4.8. Analisis Besaran Ruang nit UGD ...58

Tabel 4.9. Analisis Besaran Ruang Unit Rawat Intensif ...60

Tabel 4.10. Analisis Besaran Ruang Unit Rehabilitasi ...61

Tabel 4.11. Analisis Besaran Ruang Unit Lab+Rad ...61

Tabel 4.12. Analisis Besaran Ruang Unit Farmasi ...63

Tabel 4.13. Analisis Besaran Ruang Unit Mortuary ...63

Tabel 4.14. Analisis Besaran Ruang Unit Kantin ...64

Tabel 4.15. Analisis Besaran Ruang Unit Serbaguna ...64

Tabel 4.16. Analisis Besaran Ruang Unit Pengelola ...64

Tabel 4.17. Analisis Besaran Ruang Unit RM ...65

Tabel 4.18. Analisis Besaran Ruang Unit Laundry ...66

Tabel 4.19. Analisis Besaran Ruang Unit Dapur ... 66

Tabel 4.20. Analisis Besaran Ruang Unit CSSD ...67

Tabel 4.21. Analisis Besaran Ruang Unit Utilitas ...67

Tabel 4.23. Analisis Besaran Ruang Unit Masjid ...68

Tabel 4.24. Analisis Besaran Ruang Unit Parkir ...68

Tabel 4.25. Rekapitulasi Besaran Ruang ...69

Tabel 4.26. Kriteria Pemilihan Lokasi ...70

Tabel 4.27. Kriteria Pembobotan Lokasi ...73

(8)

viii

Tabel 5.7. Analisis Besaran Ruang Unit Intensive Psikiatri ... 105

Tabel 5.8. Analisis Besaran Ruang nit UGD ...106

Tabel 5.9. Analisis Besaran Ruang Unit Rawat Intensif ...106

Tabel 5.10. Analisis Besaran Ruang Unit Rehabilitasi ...107

Tabel 5.11. Analisis Besaran Ruang Unit Lab+Rad ...107

Tabel 5.12. Analisis Besaran Ruang Unit Farmasi ...108

Tabel 5.13. Analisis Besaran Ruang Unit Mortuary ...108

Tabel 5.14. Analisis Besaran Ruang Unit Kantin ...108

Tabel 5.15. Analisis Besaran Ruang Unit Serbaguna ...109

Tabel 5.16. Analisis Besaran Ruang Unit Pengelola ...109

Tabel 5.17. Analisis Besaran Ruang Unit RM ...109

Tabel 5.18. Analisis Besaran Ruang Unit Laundry ...110

Tabel 5.19. Analisis Besaran Ruang Unit Dapur ... 110

Tabel 5.20. Analisis Besaran Ruang Unit CSSD ...111

Tabel 5.21. Analisis Besaran Ruang Unit Utilitas ...111

Tabel 5.22. Analisis Besaran Ruang Unit Masjid ...112

Tabel 5.23. Analisis Besaran Ruang Unit Parkir ...112

Tabel 5.24. Rekapitulasi Besaran Ruang ...112

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Hubungan Antara Manusia Dengan Lingkungan...28

Skema 4.1. Analisis Pola Kegiatan Emergency ...49

Skema 4.2. Analisis Pola Kegiatan Rawat Jalan...49

Skema 4.3. Analisis Pola Kegiatan Rawat Inap ...49

Skema 4.4. Analisis Pola Kegiatan Pengelola ...50

Skema 4.5. Analisis Pola Kegiatan Pengunjung ...50

Skema 4.6. Analisis Sistem Air Bersih ...92

Skema 4.7 Analisis Jaringan Listrik ...93

Skema 4.8. Analisis Jaringan Listrik Tenaga Genset ...93

Skema 4.9. Analisis Sistem IPAL ...96

Skema 5.4. Pola Kegiatan Pengelola ...102

Skema 5.5. Pola Kegiatan Pengunjung ...102

Skema 5.6. Analisis Sistem Air Bersih ...124

Skema 5.7 Analisis Jaringan Listrik ...124

Skema 5.8. Analisis Jaringan Listrik Tenaga Genset ...125

Skema 5.9. Analisis Sistem IPAL ...126

Skema 5.10. Analisis Sistem Air Kotor ... 126

(9)

ix

TERIMAKASIH

ALLAH SWT

Tuhan Seru Sekalian Alam, Penunjuk jalan, Maha Pengasih dan Penyayang yang

membuat semuanya menjadi terlaksana.. Alhamdulillah, atas nikmat-Mu yang tak terhingga..

Alhamdulillah…

KELUARGA BESAR

: Mah.. Pah.. nyong bingung arep ngomong apa kie koh, sing jelas matur

nuwun sing nganggo banget nggo sekabehane lah pokoken sekalian karo njaluk ngapurane nek nyong sering nggawe ora kepenak ati. Nggo Ndari, matur nuwun dongane ya ndar.. mamas wis dadi sarjana lho kie..hehe.. Mbah Putri, Mbah Kakung, Bude, Pakde, Om, Tante sekalian..Maturnuwun support karo dongane ya nganti nyong lulus dadi sarjana..!

PEMBIMBING :

Pak Ipung & Pak Pur Terimakasih banyak pak udah ngebimbing saya dengan amat

sangat sabar, maaf kalau selama ini saya dodol ndableg susah dibilangin dan suka bikin kesel bapak bapak sekalian..! Pak Made Pembimbing akademik yang asik..hehe, saya ngak tau mesti ngomong apa ni pak.. speechless..yang pasti saya berterimakasih untuk segala sesuatunya dari semester 1 sampai saya lulus.

RSJD SURAKARTA :

Alm. Bapak Direktur Terimakasih pak atas kepercayaan dan kemudahan

yang diberikan kepada saya untuk survey di RS bapak, maaf belum sempet memenuhi janji saya ke bapak..Terimakasih sekali lagi, Semoga bapak mendapatkan tempat yang paling mulia di sisi Tuhan YME Bu Karmini Bu..terimakasih untuk waktunya buat jalan jalan setiap kali saya soan ke RS..hehe, maap ngrepotin ya bu dr.Etta makasih dok buat share nya, oh iya…selamat atas kelahirannya ya dok..Untuk seluruh staff RSJD Surakarta yang nggak sempet disebutkan satu persatu saya ucapkan banyak terimakasih untuk bantuannya.

SOULMATTES :

Ria Ri..aku ra ngerti nek ora nana koe aku arep dadi apa, hmph...aku ra perlu

ngomong akeh-akeh mbok, cukup dewek sing ngerti lah ya..You know i love you and i do believe that you love me too. So many thanks to you my beloved girl! Indra Indra my man...!!!nek ora nana koe TA ku ra bakal dadi ketone ndra..tengkyu ya nggo wektune nggo ngancani aku muter muter survey, nggo smsan curhat2 colongan, nggo sharing2e...tengkyu juga nggo rekomendasi film2 e.. Pokoken tengkyu ya ndra.., Iva Honestly i don`t like your boyfriend honey..tapi kepriwe maning anu koe wis seneng dadine ya aku ora bisa ngapa ngapa maning..padahal mbok dewe wis janjian bakal merit pas umur 29??kepriwe sih..?!hehe.. tapi tengkyu ya Honey atas doa dan dukungannya?! Miss you.., Wisnu Bandot loyo kaya entut!sombong banget siki mentang mentang wis ndue bojo dadi kelalen karo aku+indra! aku kangen lho Nu karo koe, yuh traktir aku maing nang ayam goreng tantene.., Mesa My another girl..sorry banget mes...akhir2 ini aku jarang pulang, jarang sms, jarang telpon,aku sibuk+ stress banget kie koh..enteni baen, dela maning nyong bali koh!, Bim-bim+ Dian Huh...pada baen kaya bandot loyo koe lah..sombong mentang mentang pada wis ndue bojo..huh?! aku tulih kesepian ora nana koe T.T...Overall, intine aku matur tengkyu lah karo koe koe pada soulmatte2 ku kit jaman SMP tekan siki..miss you all!

RENCANG-RENCANG

: Yang pasti buat anak-anak 2005 Anz, Gugun, Bayu, Agung, Yogi,

(10)

x

HyeoYon..??? Agnis+Hida Tengkyu buat semangate pas studio, tengkyu juga maemane pas

pendadaran yo..

Bendita Py ben? Aku mbok kon ngomong opo iki...??hahaha..Hmph, bakalan kangen iki aku mbek koe..tengkyu banget ya nggo sekabehane..muach muach..Juga buat Temen2 `05 yang belum sempet ketulis, makasih ya udah jadi temen yang baik banget slama aku kuliah...Bang Ari Bang..aku bingung meh gomong opo iki...pokoke tengkyu ya udah jadi abang yang baik yang 24hours on call nglayani aku ngobrol mbuang stress n panic..tengkyu buat ilmune tengkyu buat kabeh deh bang..ra kamot yen tak list siji siji, Bang HEri+Mbak Dadah ...bang..mbak..aku kangen..?!you know, its hard to be apart and im alone without you all.. aku Cuma bisa say thanks buat dukungan, bantuan dan doanya nya...love you, Bang Dho Cuma dirimu bang yang masih bisa dijangkau, untung koe ra lungo adoh adoh dadi aku isih iso ngrepoti koe...hehe..tengkyu ya bang..tengkyu naget lah pokoke nggo kabehan...maap ki yen kadang aku ngak tau diri (kadang..???) hehehehe...i`ll miss you ki yen aku wis gak nang Solo, Bang Don koe nang ndi to bang??kok ngilang??tengkyu lho wejangane pas wengi wengi malam sebelum pendadaran ketemu nanggone deden`s 24hour caffe hehe, Bang Aris+ Sekar Nah lo...ni aku kudu ngomong apa ni..??pokoknya makasih aja buat suportnya...ayo Sekar semangat pendadaranya!katanya mau wisuda bareng aku??

Studio 118`ers Faw2, Erin, Hakim, Desta, Elok, Dita, Mbak Ita, Mbak Septi, Mbak Rinda, Mbak Novia, Mas rojif, Mas Tomy, Mas Darmawan Hoho...buat temen temen seperjuangan di 118..saya ucapkan terimakasih buat kerjasamanya.. wish you all the best deh.. i`ll miss you all..

Mbak Jati temen virtual yang sampai sekarang belum sempet kopi darat..tapi jasa jasanya udah banyak banget niy..makasih ya mbak, tunggu aku di Jakarta tak ngambil oleholeh dari Bangkok!

Bintang Begitu banyak pembicaraan yang mengalir diantara kita Bin, i know you and you know me...hmph, makasih ya bin..ndang dirampungke nduk..ndang susul aku dadi sarjana!

Julia Ijul takijulkijul...huhuy, jul..aku kangen jalan sama kamu lagi ni hmph...betewe, thanks ya buat bantuannya...eh, tengkyu juga buat pudding coklatnya!mau lagi dong..

Endah Ndah...dyas ucapin banyak banyak terimakasih atas semua bantuannya ya..terimakasih udah ditemenin survey, terimakasih untuk bukun dan diktatnya terimakasih udah banyak dibawelin terimakasih untuk jumpernya pas dyas keujanan di Baturaden dan yang paling penting, terimakasih buat semangatnya... Terimakasih... maaf ya buat semua kesalahan yang udah dyas lakuin ke ndah, just teach me how to fixed it up Ndah.. betewe, sukses buat coass nya.. cepetan jadi dokter!

…I Love You All,

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. PEMAHAMAN JUDUL

1. JUDUL

`Rumah sakit jiwa di Banyumas dengan pendekatan konsep Healing Environment.`

2. DEFINISI

Rumah sakit jiwa : Rumah gila atau rumah / tempat merawat orang gila. 1

Banyumas : Kota di Jawa tengah sebagai lokasi pendirian.

Healing Environment : Sebuah konsep lingkungan yang dapat mengurangi stress

dan dampak buruk dari stress tersebut2 serta memberikan

sebuah atmosfir atau keadaan yang dapat merelaksasi tubuh,

fikiran dan jiwa yang dapat mempercepat penyembuhan

secara fisik maupun secara psikologis3

3. PEMAHAMAN

Rumah sakit jiwa di Banyumas dengan pendekatan Healing Environment

adalah rumah sakit khusus yang melaksanakan pelayanan dan perawatan jiwa,

baik yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif (pencegahan) dengan

lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam membantu pasien menjalani

masa penyembuhan.

B. LATAR BELAKANG

1. Gangguan jiwa di Indonesia

Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup

memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total

penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT)

pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan

Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah

1

KBBI . 1990 . Depdikbud . Jakarta : Balai Pustaka 2

www.hfmmagazine.com. 3

(12)

2

tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang

ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk

Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental.4

Disisi lain sumber-sumber tenaga, fasilitas maupun kebijakan tempat tidur

untuk pasien gangguan mental hanya tersedia 0,4 : 10.000 penduduk, begitu

juga dengan tenaga profesional. Psikiater, misalnya, hanya 1 : 500.000 penduduk,

tenaga profesional juga jauh dari mencukupi kesehatan mental yang memadai.5

2. Rumah Sakit Jiwa di Banyumas

Wilayah Kabupaten Banyumas merupakan wilayah administrasi Kabupaten

di Provinsi Jateng yang terletak pada posisi yang strategis, yaitu berada pada

persimpangan perhubungan lintas daerah yaitu dari jawa barat pada lintas selatan

menuju Jogja, Cilacap dan daerah Pegunungan Dieng atau sebaliknya seta dari

Jawa Barat dari lintas utara lewat Kabupaten Tegal menuju Cilacap, daerah

Pegunungan Dieng dan Jogja atau sebaliknya, memiliki fasilitas kesehatan sebagai

berikut6 :

15 (lima belas) Rumah Sakit Umum

3 (tiga) Rumah Sakit Bersalin

14 (empat belas) Rumah Bersalin

39 (tiga puluh sembilan) Puskesmas

57 (lima puluh tujuh) Poliklinik

Dari lima belas Rumah Sakit Umum hanya 2 (dua) rumah sakit yang

mempunyai fasilitas kesehatan jiwa berupa Poli Jiwa, yaitu RSUD Banyumas dan

RSU Dr.Margono. Dan hanya RSUD Banyumas yang juga merupakan rumah sakit

satu satunya di wilayah Jawa Tengah bagian selatan yang melayani pasien psikotik.

Fasillitas kesehatan jiwa yang terdapat di RSUD Banyumas adalah sebagai berikut:

4www.henlia.com

kamis ,10 april 2007

5

www.warmasif.co.id

6

(13)

3

Sedangkan prevalensi pasien selalu lebih dari 100% setiap tahunnya dan

mempunyai kecenderungan untuk selalu naik secara signifikan, bahkan pada tahun

2008 prosentase overload mencapai angka 220%. 7 Hal ini ditunjukan melalui

data prevalensi pasien RSUD Banyumas tahun 2008 berikut :

Dari data statistik di atas menunjukan bahwa Banyumas memerlukan

adanya Rumah Sakit Jiwa untuk menampung pasien gangguan jiwa yang tidak

dapat diakomodasi oleh instansi kesehatan di wilayah Kabupaten Banyumas.

3. Rumah sakit jiwa dengan penekanan pendekatan Healing Environment

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan

juga, secara somato-psiko-sosial (raga-jiwa-lingkungan sosial). Dalam mencari

penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan.

7

hasil wawancara, Bpk Tulus Setiawan; bidang perencanaan dan pengembangan RSUD Banyumas. 13 April 2009

Tabel I.I. Fasilitas Kesehatan Jiwa Di RSUD Banyumas sumber :RSUD Banyumas

(14)

4

Dalam masalah gangguan jiwa yang menonjol ialah gejala-gejala patologik

dari unsur psiko. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali

lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya,

jiwanya atau lingkungannya.

Dalam ilmu kedokteran, proses pengobatan pada umumnya meliputi8 :

1. Somatoterapi ; yaitu dengan cara pembedahan, farmakoterapi maupun

fisioterapi.

2. Psikoterapi ; sebagai psikoterapi supportif dan psikoterapi genetik-dinamik

(psikoterapi wawasan / pengertian)

3. Manipulasi lingkungan (environmental manipulation) dan sosioterapi.

Hal ini terkait dengan pandangan holistik manusia dalam pengobatan yang

berarti bahwa ke-3 unsur di atas harus diperhatikan dan di pergunakan dengan

tujuan terapetik. Dan rumah sakit jiwa yang direncanakan di Banyumas diharapkan

mampu mewadahi ke-3 unsur di atas, khususnya manipulasi lingkungan yang

biasanya dikesampingkan karena pengobatan dianggap cukup dengan obat-obatan

dan terapi psikologis.

Faktor psikologis dapat membantu pemulihan kesehatan penderita yang

sedang dalam masa perawatan di rumah sakit. Faktor tersebut dapat dibentuk

melalui suasana ruang pada fisik bangunan rumah sakit yang bersangkutan.

Kehadiran sebuah suasana tertentu diharapkan dapat mereduksi faktor stress atau

tekanan mental yang dialami oleh penderita yang sedang menjalani proses

pemulihan kesehatan. Suasana tertentu dalam lingkungan fisik rumah sakit dapat

menambah faktor stress penderita, sehingga dapat menghambat atau menggagalkan

proses pemulihan kesehatannya.

Adapun kelebihan manusia dari makhluk lain adalah mereka mampu

mengubah kemanfaatan dari stimulus sehingga lebih bermanfaat untuk memenuhi

keperluanya sendiri. Kemampuan itu bertolak dari persepsi yang notabene-nya

adalah dasar dari setiap pengalaman. Persepsi itu sendiri secara umum dan

konvensional dianggap sebagai pengindraan (sensation). Dan salah satu hal yang

dipersepsi manusia adalah ruang, pengertian ruang itu termasuk jarak jauh-dekat,

luas-sempit, longgar-sesak, kurang nyaman-nyaman yang berkaitan dengan konsep

8

(15)

5

tentang personal space, privacy, territoriality, crowding dan density atau sering

disebut dengan atribut lingkungan (Kenyamanan, Sosialitas, Privasi, Aksesibilitas,

Adaptabilitas dll).

We shape our buildings, and afterwards our buildings shape us9, kutipan

yang menggambarkan bagaimana lingkungan mampu mempengaruhi perilaku

manusia. Dan keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas

yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis (inner mind)

manusia. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk

mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang

menyehatkan, nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan

dukungan positif bagi proses penyembuhan.

C. RUMUSAN MASALAH

1. PERMASALAHAN

Bagaimana merencanakan dan merancang sebuah Rumah Sakit Jiwa di Banyumas

yang tidak hanya mampu mewadahi proses penyembuhan pasien gangguan jiwa, namun

juga mampu mendukung proses penyembuhan melalui stimulan- stimulan lingkungan

rumah sakit.

2. PERSOALAN

Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas maka perlu pemecahan beberapa

persoalan berikut:

Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai dengan konsep Healing Environment?

Bagaimana menentukan peruangan dalam Rumah Sakit Jiwa Banyumas terutama

bangsal rawat inap yang diharapkan mampu menstimulasi pasien dalam

mempercepat penyembuhan melalui penerapan konsep Healing Environment ?

Bagaimana membentuk ruang luar (eksterior) dan ruang dalam (interior) yang

sesuai dengan konsep Healing Environment?

9

(16)

6

D. TUJUAN DAN SASARAN

1. TUJUAN

Merencanakan dan merancang sebuah Rumah Sakit Jiwa di Banyumas sebagai

wadah berlangsungnya proses penyembuhan yang juga berfungsi sebagai salah satu faktor

pendukung proses penyembuhan melalui stimulan stimulan lingkungan Rumah Sakit.

2. SASARAN

Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Jiwa Banyumas

dengan pendekatan konsep Healing Environment yang meliputi,

Penentuan site yang mampu mengakomodir konsep Healing Environment.

Peruangan, khususnya bangsal rawat inap yang mampu memberikan

stimulan sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

Pengolahan site

Bentuk dan tata masa yang dinamis yang mampu mencitrakan konsep

Healing Environment.

E. LINGKUP DAN BATASAN

1. Lingkup Pembahasan

Pembahasan dalam konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Jiwa di

Banyumas ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur dan konsep Healing Environment

yang mengacu pada fakta dan informasi substansial dari sumber yang absah.

2. Batasan

Batasan berdasar pada konsepsi Rumah Sakit Jiwa sehubungan dengan tujuan

proses rehabilitasi dan bertolak belakang pada kajian mengenai arsitektur yang bisa

menjadi stimulus yang mendukung rehabiltasi pasien psikotik. Tujuannya adalah untuk

menerapkan konsepsi Rumah Sakit Jiwa yang berorientasi kepada konsep Healing

Environment melalui stimulus stimulus yang diharapkan mampu mendukung proses

(17)

7

F. METODA PEMBAHASAN

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

antara lain sebagai berikut,

1. Penelusuran dan Perumusan masalah

Dengan melihat kondisi riel yang terjadi di Banyumas ditemukan beberapa

fonemena yang menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kejiwaan tidak sebanding

dengan jumlah penderita gangguan jiwa. Setelah ditelusuri lebih lanjut, fasilitas

fasilitas yang ada pun hanya berupa sebuah wadah yang kurang mampu

memfasilitasi dan mendukung proses penyembuhan pasien gangguan jiwa. Sehingga

dengan menjawab permasalahan tersebut diharapkan dapat menyelesaikan persoalan

yang ada.

2. Pengumpulan data

a. Survei

1)Survey mengenai prevalensi pasienn gangguan jiwa dan fasilitas kejiwaan

yang ada di Kab.Banyumas.

2)Observasi dan Survey fasilitas rehabilitasi gangguan jiwa di RSJD

Surakarta dan RSUD Banyumas

b. Studi literatur

Disisi lain kebutuhan akan data yang sifatnya teoritik, referensi, dan preseden

diperoleh melalui studi literatur sebagai rujukan. Literatur yang digunakan

selama proses penyusunan konsep perencanaan dan perancangan meliputi,

 Buku-buku mengenai arsikektur yang bersifat teoritik

 Buku-buku dan Jurnal yang membahas masalah psikologi secara umum dan

psikologi lingkungan

 Buku-buku yang mendukung tinjauan mengenai Konsep Healing Environment.

 Karya ilimiah tentang RSJ dan Konsep Healing Environment.

 Website-website

3. Pengolahan data

Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai dengan

tema. Kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap penting dan

digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan konsep perancangan.

(18)

8

data/informai baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data

sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.

4. Pendekatan Konsep(Analisa)

a. Konsep Perencanaan

Konsep perencanaan merupakan konsep perumusan yang bersifat konseptual

(nonfisik) sebagai gagasan awal untuk diterjemahkan kedalam konsep

perancangan.

b. Konsep Perancangan

Konsep perancangan merupakan perumusan konsep fisik (mengarah pada

keputusan penyelesaian desain).

Metode yang di gunakan dalam pendekatan konsep :

1) Analisis

Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data dan informasi

yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan dan

perancangan.

2) Sintesis

Hasil analisis tersebut diolah dan diintegrasikan dengan

persyaratan/ketentuan konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan

tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, yang kemudian seluruh hasil

integrasi dikembangkan menjadi sebuah konsep rancangan dimana siap

ditransformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki.

5. Pendekatan Rancangan Desain

Merupakan kesimpulan dari proses sintesis, dimana kesimpulan ini nantinya

diterjemahkan kedalam gambar rancangan desain, yang sebelumnya melalui

(19)

9

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN

Tahap pendahuluan membahas beberapa hal terkait tentang latar belakang,

konsepsi dasar Rumah Sakit Jiwa dan konsep Healing Environment,

permasalahan dan persoalan, lingkup pembahasan dan batasan, metoda dan

sistematika pembahasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tahap tinjauan pustaka membahas berbagai substansi yang menjadi terkait

Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing Environment Di Banyumas.

Subtansi yang akan ditinjau antara lain tentang gangguan jiwa, kajian

rumah sakit jiwa secara umum, konsep healing environment, preseden serta

gambaran umum Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing Environment

yang akan direncanakan.

III. TINJAUAN KOTA BANYUMAS

Tahap tinjauan kota memaparkan kondisi kota Banyumas secara umum

berupa data data yang terkait dengan Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep

Healing Environment Di Banyumas.

IV. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP

PERANCANGAN

Tahap pendekatan konsep perencanaan dan perancangan mengemukakan

Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing Environment Di Banyumas

secara konseptual melalui analis yang berdasarkan pertimbangan, standar

penilaian, dan pembobotan untuk menentukan pilihan yang tepat

V. KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN RUMAH

SAKIT JIWA DI BANYUMAS

Tahap penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Jiwa

Dengan Konsep Healing Environment Di Banyumas berdasarkan hasil

(20)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas berbagai substansi yang menjadi terkait Rumah SAkit Jiwa Dengan

Konsep Healing Environment Di Banyumas. Subtansi yang akan ditinjau antara lain

tentang gangguan jiwa, kajian rumah sakit jiwa secara umum, konsep healing

environment, preseden serta gambaran umum Rumah Sakit Jiwa Dengan Konsep Healing

Environment yang akan direncanakan.

A. GANGGUAN JIWA

1. Pengertian Gangguan Jiwa

Merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang

secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala

penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari

manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi

dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata

terletak di dalam hubungan antara orang dengan masyarakat (Rusdi Maslim, 1998)

2. Klasifikasi Gangguan Jiwa

Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari

abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi

bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari

normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan

Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat

mental. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan

sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi

kemudian dalam kehidupan.

1) Penyakit mental, secara prinsip dibagi dalam :

a) Psikotik : Semua kondisi yang memberi indikasi terdapatnya hendaya

berat dalam kemampuan daya nilai realitas, sehingga terjadi salah

menilai persepsi dan pikirannya, dan salah dalam menyimpulkan dunia

luar, kemudian diikuti dengan adanya waham, halusinasi, atau perilaku

yang kacau. Gangguan jiwa psikotik dapat dibedakan menjadi 2; yaitu:

(21)

11

Psikotik non-organik (Gangguan anxietas / kecemasan,

gangguan somatoform, ganguan psikosomatis, ganguan

kepribadian, gangguan psikoseksual dll.)

b) Non-psikotik / Neurotik : Gangguan jiwa non psikotik yang kronis dan

rekuren, yang ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami atau

dipersepsikan secara langsung, atau diubah melalui mekanisme

pertahanan/pembelaan menjadi sebuah gejala, seperti : obsesi,

kompulsi, fobia, disfungsi seksual, dll.

2) Cacat mental : Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit

intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Misalnya :

Retardasi mental.

3. Penyebab Umum Gangguan Jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan

juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka

ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol

ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa

unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah

manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi,

umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,

kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan

dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar

amanusia, dan sebagainya.

Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur

kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di

lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun di psike (psikogenik). Biasanya tidak

terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai

unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu

timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi,

karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga

mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat

kecelakaan. Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan

(22)

12

mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak

sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang

mengalami gangguan otak (karena kelahiran, keradangan dan sebagainya)

kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya,

terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan

mereka saling mempengaruhi.

Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga

unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :

a. Faktor-faktor somatik (somatogenik)

1) Neroanatomi

2) Nerofisiologi

3) Nerokimia

4) Tingkat kematangan dan perkembangan organik

5) Faktor-faktor pre dan peri - natal

b. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :

1) Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau

abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus

(perasaan tak percaya dan kebimbangan)

2) Peranan ayah

3) Persaingan antara saudara kandung

4) Inteligensi

5) hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

6) Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau

rasa salah

7) Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak

menentu

8) Keterampilan, bakat dan kreativitas

9) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya

10) Tingkat perkembangan emosi

c. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)

1) Kestabilan keluarga

2) Pola mengasuh anak

(23)

13

4) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

5) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai

6) Pengaruh rasial dan keagamaan

7) Nilai-nilai

4. Macam Macam Gangguan Jiwa Secara Umum

Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang

psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa

(Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia,

gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan

neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan

gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa

dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku

dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.

a. Skizofrenia.

Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan

menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan

suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.

Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya

sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak

dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit

ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul

serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak

diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et

al.,1995). Dan kasus ini paling banyak pula dijumpai di rumah sakit jiwa.

b. Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan

pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa

dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat

diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang

ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak

(24)

14

perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan

yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho,

2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik

berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup

menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah,

harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai

kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari

situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa

ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan

menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang

menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat

dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan

berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak

stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa

penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang

mulai pulih (Atkinson, 2000).

c. Anxietas / Kecemasan

Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah

dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah

yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa

khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik

(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak

dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai

tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan

kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan

kecemasan panik.

d. Gangguan Kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian

(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang

dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan

kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung

pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:

(25)

15

kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian

histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,

kepribadian inadequat, Maslim (1998).

e. Gangguan Mental Organik

Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan

oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan

otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak

atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka

gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit

yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang

terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan

penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik

lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu

daripada pembagian akut dan menahun.

f. Gangguan Psikosomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah

(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan

sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang

dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan

dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi

faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

g. Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau

tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama

masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara

menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial

(Maslim,1998).

h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.

Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai

dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).

Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan

pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari

(26)

16

Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum

dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti

trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan

kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering

lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian

gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

5. Prinsip Terapi / Pengobatan

Gangguaan jiwa merupakan salah satu penyakit yang cenderung berlanjut

(kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada gangguan jiwa memerlukan waktu

yang relative lama, hal ini dimaksudkan untukj menekan sekecil mungkin

kekambuhan (relapse). Perkembangan di dalam metode terapi penderita sudah

demikian maju, sehingga penderita tidak lagi mengalami pemasungan atau

perawatan di Rumah Sakit Jiwa selama bertahun tahun. Terapi komprehensif dan

holistic sekarang ini sudah dikembangkan sehingga penderita gangguan jiwa tidak

lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa

sebelumnya. Terapi yang dimaksudkan meliputi:

a. Psikofarmaka

Dari sudut organobiologis sudah diketahui bahwa pada gangguan jiwa

terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal sinyal penghantar syaraf

(neurotransmitter) sel sel susunan syaraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat

dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam berfikir, alam

perasaan dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan

ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter tadi sehingga gejala gejala klinis

tadi dapat dihilangkan.

b. Psikoterapi

Terapi kejiwaan ataui psikoteapi pada penderita gangguan jiwa baru dapat

diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas sudah mencapai

tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah

kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik

Psikoterapi ini bayak macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan

latar belakang penderita sebelum sakit (Pramorbid), misalnya :

(27)

17

Psikoterapi yang dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan

motivasi.

2) Psikoterapi Re-edukatif

Psikoterappi yang dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang

maksudnya memperbaiki pendidikan diwaktu lalu dan untuk mengubah pola

pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap

dunia luar.

3) Psikoterapi Re-konstruksi

Psikoterapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang

telah mengalami keretakan menjadi utuh seperti semula.

4) Psikoterapi Kognitif

Psikoterapi yang ditujukan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional

sehingga penderita mampu membedakan nilai nilai moral etika (discriminative

judgement).

5) Psikoterapi Perilaku

Psikoterapi yang dimaksudkan untuk memulihkan gangguan maladaptif

menjadi perilaku yang adaptif.

c. Psikososial / Rehabilitasi

Salah satu dampak dari gangguan jiwa adalah terganggunya fungsi social

penderita yang terjadi dalam berbagai bidang fungsi rutin kehidupan sehari-hari.

Dengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali

beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu hidup mandiri.

Sebagai persiapan penempatan kembali ke masyarakat, para penderita tidak hanya

diberikan terapi farmaka tetapi jua diintegrasikan dengan jenis-jenis terapi lainya

termasuk terapi ketrampilan / terapi okupasi. Program persiapan kembali ke

masyarakat meliputi :

1) Terapi kelompok

2) Peribadatan

3) Kegiatan kesenian

4) Terapi fisik / olah raga

5) Ketrampilan

(28)

18

B. RUMAH SAKIT JIWA

1. Pengertian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia rumah sakit jiwa berarti rumah gila

atau rumah / tempat merawat orang gila. Sedangkan fungsi fungsi pelayanan yang

tersedia meliputi : fungsi pelayanan medis, fungsi pendidikan/diklat, fungsi

penelitian, fungsi kegiatan informasi serta penunjang kegiatan lainya yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyrakat bagi penderita gangguan

jiwa, sehingga mereka dapat menjadi sumber daya manusia yang berdaya guna,

individu yang mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Landasan Hukum Pendirian RSJ

Ada beberapa peraturan perundangan di Indonesia yang dapat di jadikan

landasan hukum pendirian rumah sakit jiwa, yaitu :

a. UUD 1945 Pasal 27 ayat (2), tentang hak warga Negara atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak.

b. UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan;

1)Pasal 4, hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

2)Pasal 5, kewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya.

3)Pasal 7, tentang tugas Pemerintah menyelenggarakan upaya kesehatan

yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

4)Pasal 8, tentang tugas Pemerintah menggerakkan peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan.

5)Pasal 9, tanggung jawab Pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

6)Pasal 24, tentang lingkup kesehatan jiwa.

7)Pasal 25, tentang peran pemerintah dalam pengobatan, perawatan,

pemulihan, dan penyaluran bekas penderita gangguan jiwa. 8) Pasal 26,

tentang pengobatan & perawatan penderita gangguan jiwa.

c. PP 39/ 1995, tentang penelitian dan pengembangan kesehatan jiwa.

Adanya peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia di atas, dijadikan

landasan hukum diperlukannya sebuah fasilitas atau wadah bagi penderita gangguan

kejiwaan. Fasilitas atau wadah tersebut harus sesuai dengan karakteristik penderita

(29)

19

pendidikan, pembinaan moral dan perilaku, spiritual, interaksi sosial, etika, rekreasi,

bermain, dan pengembangan diri melalui pemberian keterampilan kerla/ vokasional,

sangat diperlukan oleh mereka menjadi sumber daya manusia yang berdaya guns,

individu yang mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidupnya, seluruh fungsi

tersebut diwadahi dalam satu wadah Rumah Sakit Jiwa bagi penderita gangguan

kejiwaan.

3. Fungsi Dan Peranan RSJ

Rumah Sakit Jiwa berperan memberikan pelayanan kesehatan jiwa, baik di

dalam Rumah Sakit Jiwa maupun di luar Rumah Sakit Jiwa untuk niendekatkan

pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat.

Adapun Fungsi dari Rumah Sakit Jiwa adalah sebagai berikut :

a. Kunjungan Rumah 4 Dilakukan untuk , nemantau keadaan pasien yang

telah keluar dari Rumah Sakit Jiwa.

b. Penyuluhan Kesehatan Jiwa Masyarakat, 3 Penyuluhan diperuntukkan

kepada masyarakat luas, antara lain melalui:

1) Organisasi Sosial : Dharma Wanita, PKK, GOW, Organisasi Pemuda,

dll.

2) Instansi pemerintah / swasta, sekolah, dsb.

3) Media massa seperti. radio, surat kabar, selebaran, brosur, .d1l.

c. Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu, berupa:

1)Integrasi dengan Rumah Sakit Umum Kabupaten dan sekitarnya.

2)Integrasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa lanjutan.

d. Pelayanan Kesehatan Jiwa Inter Sektoral 4 Pelayanan Kesehatan

Jiwa Inter Sektoral dalain wadah BPKJM [Badan Pelaksana Kesehatan

Jiwa Masyarakat] guna menangani masalah kesehatan jiwa masyaakat,

antara lain:

1)Korban Pasung .

2)Gelandangan Psikotik

3)Penyalahgunaan NAPZA

(30)

20

4. System Manajenen Dan Prosedur Oprasional RSJ

a. Sistem Manajemen

Dengan diterapkannya otonomi daerah, maka status kepemilikan Rumah

Sakit Jiwa adalah milik pemerintah daerah dibawah pengelolaan Departemen

Kesehatan. Pengelolaan manajemen RSJ dibentuk dengan selalu memperhatikan nilai

nilai keefektifan pengelolaan dalam rangka menuju fasilitas pelayanan kesehatan

jiwa terpadu yang bermutu. Oleh karena itu pengelolaan organisasi RSJ berpegang

pads prinsip-prinsip total quality management, continuous improvement, dan quality

assurance. Ketiga prinsip manajemen-- ini akan mengantarkan RSJ menjadi fasilitas

pelayanan kesehatan jiwa terpadu yang efektif dan bermutu baik dalarn aspek

pengelolaan dan pelayanan maupun dalarn penyelenggaraan kegiatan medis sampai

pasca medic, yang semuanya diharapkan bermuara kepada pembentukan mereka

menjadi sumber daya manusia yang berdaya guna, individu yang mandiri dan mampu

meningkatkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 65 dan 66 tentang Pembiayaan

Kesehatan sum be r pembiayaan Rumah Sakit Jiwa Terpadu berasal dari bantuan

pemerintah pusat dan daerah, yang dibantu oleh lembaga/pihak-pihak lain sebagai

sumber penyandang dananya (donator) dan bersifat sosial, pembayaran dari pasien

yang mempunyai keluarga dan mampu.

b. Prosedur Pelayanan Rawat Jalan

Untuk meningkatkan mutu pelayanan, khususnyaa pelayanan unit fungsional,

telah. disusun prosedur pelayanan baku standar pelayanan yang telah dikembangkan

sesuai pedornan sebagaimana yang dianjurkan oleh Kanwil Departemen Kesehatan

Propinsi Jawa Tengah, yaitu :

1) Standar Pelayanan Rawat Jalan

a) Tujuan : pelayanan rawat jalan

b) Prosedur : Keluarga pasien mendaftarkan di loket untuk

menyelesaikari administrasi dan menyiapkan status rekarn

medik.:Kernudian pasien dibawa ke polildinik untuk ditangani

psikiatdr/ dokter. Pasien dalam keadaan gawat darurat dapat

langsung dibawa ke UGD dibantu tenaga Satpam. Setelah diperiksa

(31)

21

Dipulangkan setelah diterapi dan membayar resep.

Dimasukkan ke bangsal rawest' nap.

Dirujuk ke unit UPF lain di lingkungan Rumah Sakit Jiwa

Pemeriksaan penunjang di Lab

2) Standar Pelayanan Farmasi

a) Prosedur : Penanggung jawab pemesanan apoteker mengisi

formulir pemesanan obat. Obat yang telah diterima dicatat dan

didistribusikan ke apotek instalasi farmasi RSJ. Pengeluaran obat

berdasarkan resep dokter untuk pasien.

3) Standar Pelayanan Laboratorium

a) Tujuan : Memberi petunjuk proses pelayanan laboratorium.

b) Prosedur : Petugas unit perawatan mengantar pasien ke

laboratorium dengan membawa surat dokter, selanjutnya

petugas lab mencatat data pasien dan dilakukan pengambilan

sampel sesuai permintaan dokter dandicatat hasilnya untuk arsip

dan diserahkan ke dokter pemeriksa.

4) Standar Perawatan Gawat Darurat

a) Tujuan : member pelayanan secra cepta dan tepat pada pasien yang

dating di UGD

b) Prosedur : Pasien datang dan diperiksa keadaan umurnnya,

meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, serta dilakukan

amnese terhadap keluarga/ pasien untuk mendapatkan tindakan

selanjutnya. Pasien akut harus ditunggui keluarganya hingga tenang

den dipindahkan dari bangsal perawatan akut ke bangsal rawat inap.

5) Standar Pelayanan ECT

a) Tujuan : memperlancar pelayanan ECT

b) Prosedur : Pasien diantar & ditunggu petugas bangsal yang ikut

dalam tim pelaksanaan ECT. Bila terjadi keadaan darurat, ketua

tim merujuk pasien ke UGD. Setelah selesai pasien dikembalikan ke

bangsal.

6) Standar Pelayanan Terapi Okupasi

a) Tujuan : pelayanan tepat sesuai prosedur dan memuaskan

(32)

22

b) Prosedur : Pasien dikirim ke unit rehabilitasi disertai surat

dokter. Kemudian petugas rehabilitasi melakukan seleksi pasien

rehabilitasi, yaitu 4-10 orang per kelompok. Setelah proses terapi

kelompok selesai, petugas membuat penilaian dan pasien dikembalikan

ke bangsal.

7) Standar Pelayanan Psikologi

a) Tujuan : pelayanan psikologis yang memuaskan pelanggan

b) Prosedur : Pasien yang dinyatakan boleh pulang diantar ke

layanan psikologik. Psikolog rnenulis status penyelesaian

administrasi. Pada saat pasien diberi pelayanan psikologi, keluarga

menyelesaikan administrasi. Setelah keluarga selesai mengurus

administrasi, dilakukan konsultasi keluarga, kemudian pasien &

keluarga boleh pulang.

5. Persyaratan Rumah Sakit Jiwa

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 920/Menkes/Per/XII/ 1986, tentang upaya pelayanan kesehatan di

bidang medic bab IV pasal 18 menyatakan bahwa Rumah Sakit Jiwa

diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau yayasan dengan persyaratan

sebagai berikut:

a. Dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis atau Dokter Umum yang

bekerja penuh dan telah memiliki surat izin dokter.

b. Harus mempunyai gedung yang terdiri dari :

Ruang rawat jalan

Merupakan ruan konultasi atau peneriksaan dalam rangka pertemuan

diagnose dini dari penyakit yang diderita.

a) Syarat fisik :

Terletak di bagian muka kompleks; agar mudah dicapai umum,

dekat dengan apotek, laboratorium, UGD, kantin.Syarat Non

Fisik

b) Syarat non fisik :

Berhubungan dengan laboratorium dan administrasi eksternal.

UGD

(33)

23

a) Syarat fisik :

Mudah dicapai, R. Jenazah tidak terlihat langsung oleh pasien.

b) Syarat non fisik :

Berhubungan dengan apotek, administrasi intern, dan servis.

Berhubungan dengan laboratorium, administrasi„intern..

Bangunan instalasi penunjang medic (laboratorium, radiologi, dll)

a) Syarat fisik :

Dekat dengan poliklinik, emergency, rehabilitasi. Laboratorium klinik

pada sentral kesehatan. Laboratorium tidak harus 1 zone

b) Syarat non fisik :

Kondisi ruang konstan, menggunakan penghawaan buatan. Ruang

mudah dibersihkan.

Ruang rawat inap

Tempat opname/ perawatan pasien yang hendak atau sudah

menjalani pemeriksaan dan atau perawatan intensif.

a) Syarat fisik :

Berhubungan langsung dengan bagian diagnostic dan

rehabilitasi

b) Syarat non fisik :

Tenang , jauh dari sirkulasi padat, Berhubungan erat dengan

rehabilitasi medic, administrasi intern dan lab.,memiliki

minimal 50 tempat tidur.

Bangunan Intesive Care

Perawatan intensif, pasien yang dirawat adalah pasien

gangguan kejiwaa yang dalam keadaan emergency/ gaduh yang

perlu perawatan intensif.

a) Syarat fisik :

terpisah dengan unit perawatan lainnya. Masih berhubungan dengan

bagian pelayanan.

b) Syarat non fisik :

Private, dengan kebisingan rendah. Merupakan ruang steril.

Bangunan administrasi

(34)

24

Pelayanan Administrasi intern terpisah dari kegiatan medik.

b) Syarat non fisik :

Kenyamanan ruang.

Instalasi non medik

Terpisah dari bagian perawatan, tetapi masih berhubungan.

c. Mempunyai tenaga media paramedis perawatan paramedis non

perawatan tenaga -non medic, dan tenaga medic spesialis sesuai dengan

kekhususannya, yang berpedoman pada.standarisasi ketenagaan rumah

sakit pernerintah.

d. Mempunyai peralatan medis, penunjang media, non media, dan

obat-obatan yang berpedoman pada standarisasi rumah sakit.

e. Mempunyai susunan organisasi kerja yang berpedoman standarisasi RS.

f. Standarisasi diatas ditetapkan Direktorat Jenderal Pelayanan Medic.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1993/Kdj/U/ 1970

Tentang Perawatan Penderita Penyakit Jiwa Bab II Pasal 4 menvatakan bahwa

syarat-syarat untuk Rumah sakit jiwa adalah :

1) Letak perawatan harus di dalam kota

2) Kapasitas tempat perawatan dapat menampung minimum 20 orang

penderita, maksimum untuk 500 orang.

3) Bangunan tempat perawatan harus tampak jelas dari luar. (tidak boleh

berpagar tembok yang tinggi).

4) Ruangan dan tempat :

a) Ruangan dan tempat untuk suatu perawatan terdiri dari :

i. Ruangan-ruangan tidur penderita dengan fasilitas untuk terapi

dan resosialisasi.

ii. Ruangan untuk administrasi.

iii. Ruangan untuk laboratorium.

iv. Ruangan apotek.

v. Ruangan pemeriksaan dokter.

vi. Ruangan untuk pemeriksaan berobat jalan [outpatient clinic]. Tempat

untuk memasak.

(35)

25

viii. Tempat untuk rekreasi dan terapi dalam ikatan kelompok [group

therapy].

ix. Tempat untuk memberikan pendidikan [khusus].

b) Penderita-penderita yang akut dan yang kronis hares dipisah [tid ak

boleh dicampur].

c) Tempat perawatan dapat memiliki bagian yang tertutup untuk

penderita observasi dan berbahaya.

d) Ruangan-ruangann untuk penderita hendaknya menmberikan

kemungkinan bergerak dengan betas sebagaimana halnya dengan

penderita-di Rumah Sakit Umum, supava tidak memberikan kesan

penderita dan masyarakat, bahwa tempat perawatan itu adalah

tempat, untuk menutup atau mengurung penderita.

Pada pasal 6 juga disebutkan bahwa 'Tempat perawatan rnerawat dan

inengobati penderita dalarn segala corak dan bentuk, serta dapat

mertyelenggarakan bimbingan, dan jika dipandang perlu, ternpat perawatan dapat

dil-angkapi dengan alat.-alai dan cara-cara pemeriksaan, pengobatan, dan

bimbingan yang khusus "RSJ harus sesuai dengan jenis pasien, sistem

pengawasan, perlindungan dari kecenderungan menghancurkan diri sendin dan

tindakan merusak, bahkan hingga membunuh. Dengan beragainya latar belakang

penyebab gangguan kejiwaan pasien, maka dalam menentukan tampilan fisik

maupun sistem sirkulasi, psikologis pasien merupakan dasar pertimbangan utama.

RSJ hendaknya menghindari ukuran ruang yang besar. Pasien sebaiknya

dikelompokkan dalam beberapa unit bumlah maksimal tiap unit 30 pasien, fasilitas

dalam ukuran kecil dapat memberi dukungan pengembangan semangat bermasyarakat.

C. Healing Environment

1. Pengertian

Dari segi bahasa Healing Environment berarti lingkungan yang

menyembuhkan, dalam artian yang lebih luas Healing Environment merupakan

sebuah konsep seting lingkungan yang mendukung pasien untuk menjadi lebih baik

dan membawa mereka kedalam kondisi kesehatan yang baik dengan mengeliminasi

faktor environmental stressors.1

1

(36)

26

Keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas yang

terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis (inner mind) manusia.

Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk mendukung

kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang menyehatkan, nyaman,

dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses

penyembuhan. Desain interior dalam rumah sakit merupakan lingkungan binaan yang

keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-elemen desain

seperti warna, dapat diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang dapat

mendukung proses penyembuhan. lingkungan yang baik membuat kita merasa lebih

baik, dan merasa lebih baik adalah kunci untuk menjadi lebih baik.

2. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan

Dalam beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia

dengan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial

maupun para profesional dibidang arsitektur, perencanaan kota, regional dan lanskap.

Kata `perilaku` menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua

aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun

dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan menghasilkan suatu

bentuk fisik yang bisa dilihat dan diraba. Karena itu, hasil desain arsitektur dapat

menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi

penghalang terjadinya perilaku.

Menurut Kaplan Sadock (synopsis psikiatri), kecenderungan untuk selalu

mengerti lingkunganya adalah salah satu ciri utama manusia sebagai makhluk berakal

sehat. Manusia selalu mempersepsikan lingkunganya tidak secara terbagi bagi dalam

elemen elemen, melainkan sekaligus dalam bentuk totalitas yang terorganisir secara

tertentu. Dengan kata lain, manusia mempersepsikan lingkunganya secara gestalt

(bentuk keseluruhan).

Berkaitan dengan gangguan jiwa, adalah gangguan dalam cara berpikir

(cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dari

berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun

dengan mental. Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting

Gambar

Tabel 2.I. Macam macam jarak personal  Sumber : Holahan & Fisher
Tabel 2.2. Macam BEntuk Geometris Dasar
Tabel 2.3. Material Berdasarkan Tekstur  Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.1. .Masterplan RSJ Daerah Surakarta. Sumber :Dokumen Pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan terhadap intensitas penyakit busuk batang yang disebabkan oleh S.rolfsii pada berbagai konsentrasi inokulum dilihat pada Tabel 3... Persentase

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Persepsi Harga Terhadap Nilai Pengertian dari perceived value adalah evaluasi menyeluruh dari kegunaan suatu produk yang didasari oleh persepsi konsumen terhadap sejumlah manfaat

Myosin yang terfosforilasi akan berinteraksi dengan filamen aktin sehingga terjadi kontraksi (Lodish, 2000). Alkaloid lada Piper nigrum Linn. dapat dikatakan memiliki aktivitas

Jika bintang mengalami habis bahan bakar di pusatnya, maka tekanan gravitasi akan memampatkan bintang sehingga materi menjadi sangat mampat gt gr/cm dan elektron yang berada

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi konsumen yang telah dikeluarkan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota

         H. M. ZAINUL MAJDI Diundangkan di Mataram pada tanggal