PENGARUH EFISIENSI KONSUMEN TERHADAP
HARGA SUATU BARANG DAN JASA PADA MEKANISME PASAR
Disusun oleh AZIS HIDAYAT
F1117016
PROGRAM STUDI S1 – EKONOMI PEMBANGUNAN TRANSFER UNIVERSITAS SEBELAS MARET
BAB 1 PENDAHULUAN
Pasar merupakan suatu tempat dimana terjadi proses interaksi antara
permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu,
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan
jumlah yang diperdagangkan. Pasar merupakan sebuah tempat untuk
bertemunya penjual dengan pembeli guna melakukan transaksi ekonomi yaitu
untuk menjual atau membeli suatu barang dan jasa atau sumber daya ekonomi
dan berbagai faktor produksi lainya. Pemenuhan barang dan jasa yang
disediakan oleh pasar dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Barang yang dapat
disediakan melalui sistem pasar disebut barang swasta. Barang swasta dapat
menyebabkan alokasi sumber – sumber ekonomi secara efisien, efisien konsumen dan efisien produsen.
Dalam menentukan harga pada barang swasta harus ada kesepakatan
antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi pada barang swasta adalah
fluktuatif artinya bisa naik bisa turun. Naik dan turunya harga pada barang
swasta ini mengikuti mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh hukum permintaan
dan penawaran, yaitu hukum yang tercipta karena adanya tarik antara
kepentingan dari produsen dan konsumen. Harga barang bisa turun apabila jenis
barang swasta jumlahnya lebih banyak disediakan oleh produsen (penawaran
tinggi) sedangkan permintaan konsumen lebih sedikit (permintaan rendah).
Sedangkan harga barang akan terdongkrak naik apabila jenis barang tersebut
tidak banyak disediakan (penawaran rendah) sedangkan permintaan dari
konsumen terhitung banyak (permintaan tinggi).
Dalam hal ini terdapat hubungan antara mekanisme pasar dengan
pemenuhan barang dan jasa dalam pasar. Di dalam mekanisme pasar terdapat
kecenderungan perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang yaitu jumlah
yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta. Harga tinggi menyebabkan
penggunaan sumber ekonomi akan menjadi boros karena memproduksi terlalu
banyak. Demikian juga harga yang terlalu rendah menyebabkan potensi daya
beli masyarakat akan beralih ke tangan penjual. Seperti halnya pada kasus
harga terlalu tinggi disertai produksi barang yang sedikit, hal ini menyebabkan
daya beli konsumen beralih ke penjual. Hal ini menyebabkan pengurangan
pembelian barang lain, dimana barang dan jasa yang ditawarkan disana tidak
terbeli sehingga terjadi kemunduran dan terjadi pengangguran atau hilangnya
BAB 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan barang swasta?
2. Bagaimana pengaruh efisiensi konsumen terhadap harga suatu barang
BAB 3
KAJIAN LITERATUR
3.1 Mekanisme Pasar
Mekanisme Pasar adalah kecenderungan dalam pasar bebas untuk
terjadinya perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang atau jumlah
yang ditawarkan samadengan jumlah yang diminta. Mekanisme Pasar
adalah proses tarik menarik antara penawaran dan permintaan dimana tarik
menarik tersebut bertujuan untuk memperoleh suatu keseimbangan
antara jumlah dan harga. Mekanisme pasar adalah suatu mekanisme yang
membahas mengenai daya beli konsumen, persaingan antar produsen, dan
juga permintaan dan penawaran
3.1.1 Pasar
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112
tahun 2007, Pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan
jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat
perdagangan maupun sebutan lainnya.
Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat
atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran
(penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat
menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan.
Jadi, berdasarkan pernyataan diatas pasar adalah area
tempat jual beli barang/ jasa dengan penjual lebih dari satu orang
yang didalamnya terjadi proses interaksi antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) sehingga menetapkan harga
dan jumlah yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Pasar (Surjanti, 2016) adalah tempat atau keadaan yang
terorganisasi sebagai sarana bertemunya permintaan dan
penawaran. Berdasarkan strukturnya, pasar dibagi menjadi 4
(empat), yaitu :
2. Pasar monopoli
3. Pasar persaingan monopolistik
4. Pasar oligopoli
3.2 Definisi Permintaan dan Penawaran
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan atau sejumlah
barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dalam waktu tertentu.
Sedangkan penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan
pada suatu harga dan waktu tertentu.
3.2.1 Hukum Permintaan dan Penawaran
Hukum permintaan adalah semakin rendah tingkat harga
suatu barang akan semakin banyak barang tersebut yang diminta
dan sebaliknya. Semakin tinggi tingkat harga suatu barang akan
semakin sedikit permintaan barang tersebut (ceteris paribus).
Hukum permintaan tersebut memberikan gambaran bahwa
konsumen (pembeli) akan berlaku semakin konsumtif terhadap
barang maka barang tersebut makin banyak diminta. Hal ini terjadi
karena mereka ingin mendapatkan suatu kepuasan berupa
keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Namun, jika harga mulai
menaik (tinggi) konsumen tidak lagi mementingkan suatu barang
tersebut dengan barang yang lebih murah. Misalnya, dalam kurun
waktu tertentu permintaan terhadap kacang kedelai menurun
dikarenakan harga yang semakin meningkat. Sehingga para
pengusaha atau pembuat tempe sementara berhenti untuk tidak
memproduksi tempe. Jika terjadi suatu permintaan yang tak
terhingga atau melebihi batas maka hal ini akan menjadikan suatu
kondisi berupa kelangkaan barang (kebutuhan/keinginan
seseorang atau masyarakat lebih besar daripada tersedianya
barang dan jasa tersebut). Kelangkaan barang ini terjadi ketika
harga barang yang sangat murah banyak diminta oleh para
tersebut. Karena kelangkaan tersebut maka harga yang
sebelumnya jauh lebih murah, lambat laun akan meningkat.
Dalam hukum permintaan dijelaskan bahwa semakin
rendah tingkat harga suatu barang akan semakin banyak barang
tersebut yang diminta, dan sebaliknya. Hal yang berbeda justru
terjadi pada saat hari raya tiba, pada saat hari raya harga-harga
barang semakin naik tetapi permintaan juga semakin bertambah.
Hal ini disebabkan karena para pelaku ekonomi (khususnya para
pelaku rumah tangga) memerlukan kebutuhkan yang lebih besar
dari kondisi yang sebelumnya. Dalam menghadapi hari raya semua
orang yang merayakan membutuhkan segala sesuatunya lebih
banyak jika dibandingkan hari biasanya, sehingga hal ini
dimanfaatkan bagi para pedagang untuk mengambil untung yang
sebesar-besarnya. Hal tersebut sangat bertentangan dengan
hukum permintaan ekonomi. Jadi hukum permintaan tidak berlaku
mutlak pada asumsi ceteris paribus.
Hukum penawaran adalah semakin tinggi tingkat harga
suatu barang akan semakin banyak jumlah barang yang
ditawarkan, dengan anggapan cateris paribus. Apabila harga naik,
maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan meningkat. Jika
harga barang atau jasa turun, maka jumlah barang atau jasa yang
ditawarkan berkurang. Hukum penawaran berbanding lurus dengan
harga barang. Hukum ini juga tidak berlaku mutlak cateris paribus.
Semakin banyak penawaran harga cenderung turun. Harga akan
naik bila penawaran sedikit. Semakin tinggi harga semakin banyak
pula penawaran yang dilakukan dengan anggapan ceteris paribus.
Setara dengan; bila harga naik maka permintaan turun, permintaan
semakin banyak bila harga turun (hukum permintaan).
3.2.2 Faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaran
Faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga barang lain yang terkait
4) Selera atau kebiasaan
5) Jumlah penduduk
6) Perkiraan harga di masa mendatang
7) Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.
Faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga barang lain yang terkait
3) Harga faktor produksi
4) Biaya produksi
5) Teknologi produksi
6) Jumlah pedagang/penjual
7) Tujuan perusahaan
8) Kebijakan pemerintah
3.3 Harga
3.3.1 Pengertian harga
Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam
mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk,
sehingga sangat menentukan keberhasilan pemasaran suatu
produk. Menurut Tjiptono (2004:178) harga dapat diartikan
sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain
(nonmoneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu jasa.
Definisi harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439)
adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau
jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas
manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa
3.3.2 Tujuan penetapan harga
Menurut Tjiptono (2005:35), ada 4 hal yang menjadi tujuan
penetapan harga, yaitu:
1) Tujuan berorientasi pada laba. Ini didasarkan pada asumsi
teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap
perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan
laba yang maksimum. Dalam kondisi persaingan yang ketat
dan serba kompleks penerapannya sangat sulit untuk
dilakukan.
2) Tujuan berorientasi pada volume. Tujuan ini berorientasi
pada volume, dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar
dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan,
ataupun untuk menguasai pangsa pasar. Misalnya: biaya
operasional pemasangan jalur telepon untuk satu rumah tidak
berbeda jauh dengan biaya pemasangan untuk lima rumah.
3) Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat
menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah
dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.
4) Tujuan stabilisasi harga. Tujuan stabilisasi dilakukan
dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan
hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industri.
5) Tujuan-tujuan lainnya. Penetapan harga dapat juga
bertujuan untuk mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Barang swasta
Barang swasta adalah barang yang setelah produsen memperoleh
kompensasi bagi biaya produksinya, memberikan manfaat hanya pada
mereka yang mendapatkannya dan tidak bagi orang lain. Harga barang
swasta ditentukan di pasar dengan adanya permintaan dan penawaran
terhadapnya dan dalam hal ini tidak ada eksternalitas.
Barang swasta dapat diperoleh dengan membayar di pasar. Barang
tersebut memiliki ciri ”excludability” dan ”rivalry.” Excludablity adalah prinsip hak milik atau property right, orang lain yang tidak membayar dapat di
exclude atau dikeluarkan dari memilikinya, dan tidak berhak menjualnya.
Rivalry adalah prinsip di mana manfaat diinternalisasi atau
dipribadikan. Orang lain yangikut mengkonsumsi barang tersebut akan
mengurangi hak atau manfaat orang pertama. Sepotong ikan yang dibeli di
pasar akan berkurang manfaatnya jika orang lain ikut memakannya. Dalam
pembahasan kali ini kita membagi analisis menjadi dua golongan, yaitu
golongan konsumen dan golongan produsen. Namun dalam pembahasan
ini hanya focus terhadap efisiensi konsumen
4.2 Efisiensi Konsumen
Dalam perekonomian yang menggunakan sistem pasar, harga
barang dan jasa, upah dan sebagainya ditentukan oleh permintaan dan
penawaran. Bagi seorang konsumen, permintaannya akan suatu barang
hanya merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh
konsumen, sehingga ia tidak dapat mempengaruhi tingkat harga suatu
barang dengan merubah permintaannya akan barang tersebut, walaupun
konsumen secara berkelompok dapat mempengaruhi tingkat harga. Dalam
analisa efisiensi konsumen, ada beberapa asumsi yang digunakan
untuk mempermudah analisis,yaitu:
1. Dalam masyakat hanya ada 2 orang konsumen, A dan B.
2. Hanya ada dua barang swasta yang bersedia, makanan dan pakaian
Setiap konsumen, dalam menentukan berapa jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh harga barang-barang tersebut dan tingakat pendapatan.
Gambar 4.1 Keseimbangan Konsumen A dan B MA
Kurva indifferent adalah kurva yang menghubungkan titik-titik
kombinasi (a set of combination) dari sejumlah barang tertentu yang
menghasilkan tingkat guna total sama kepada konsumen, atau dengan
mana konsumen berada keadaan indifferen. Pada Gambar 4.1 konsumen
(A) menunjukan kurva indeferens bagi A sedangkan konsumen (B)
menunjukan hal yang sama yaitu kurva indeferens bagi B. Apabila A
menggunakan seluruh pendapatannya untuk membeli makanan, ia akan
memperoleh OMo unit makanan. Apabila Ingin membeli pakaian dengan
seluruh pendapatannya, maka ia akan memperoleh OPo unit pakaian.
Setiap titik pada garis lurus PoMo menunjukan kombinasi pakaian dan
makanan yang dapat diperoleh dengan pendapatannya. Jumlah seluruh
pakaian yang ada dalam perekonomian sebanyak OPa+OPb sedangkan
seluruh makanan yang ada dalam perekonomian sebanyak OMa+OMb.
Gambar 4.2 Diagram Kotak Konsumen
Gambar 4.2 merupakan diagram kotak konsumen yang diperoleh
dengan membalikan sumbu diagram konsumen (B) pada gambar 4.1
Keseimbangan konsumen (A) dan (B). Pada diagram ini dapat dijelaskan
atau dianalisis mengenai alokasi dan pakaian yang di dapat oleh masing – masing konsumen. Pada titik T, kurva indeferens A (Ka2) berpotongan
dengan kurvaindeferens B (Kb3), dimana individu A memperoleh pakaian
sebanyak OaP1 unit sedangkan B mendapat pakaian sebanyak P1Pe unit.
Pada titik T, A mendapat makanan sebanyak OaP2unit sedangkan B
mendapat makanan sebanyak P2Me unit. Kedua konsumen (A dan B)
dapat memperoleh kepuasan yang lebih tinggi dengan mengubah
kombinasi makanan dan pakaian, sehingga titik T bukanlah merupakan titik
optimum. Pada titik D, konsumen A lebih banyak memiliki makanan
daripada pakaian dibandingkan pada titik T. Karena titik D terletak pada
kurva indeferens yang lebih tinggi (Ka3) daripada titik T yang terletak pada
kurva indeverens Ka2 maka kepuasan A di titik D lebih besar daripada
kepuasa A di titik T. Pada titik D kepuasan B tidak berubah dibandingkan
pada titik T oleh kerena kedua titik tersebut terletak pada kurva indeferens
yang sama (Kb3). Sebaliknya perpindahan posisi dari titik T ke titik F
menyebabkan kepuasan B menjadi lebih besar (dari Kb3 ke Kb4)
sedangkan kepuasan A tidak berubah, tetap pada kurva indeferens Ka2.
Pada titik Ob alokasi kedua barang juga sangat efisien tetapi
distribusi kedua barang tersebut sangat tidak merata oleh karena
konsumen A memiliki semua makanan dan pakaian sedangkan B tidak
mengkonsumsikan apa-apa. Begitu juga pada titik optimum Oa, efisiensi
alokasi pakaian dan makanan tercapai, tetapi B memiliki semua pakaian
dan makanan yang ada sedangkan A tidak memiliki apa-apa hal ini juga
BAB 5
KESIMPULAN
Barang swasta adalah barang yang tidak dapat diperoleh tanpa adanya
pengorbanan, barang swasta berasal dari tarik-menarik antara konsumen dan
produsen. Oleh karena itu barang swasta dapat dipelajari dari pendekatan
efisiensi konsumen. Dalam efisiensi konsumen permintaan akan suatu barang
hanya merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh
konsumen, sehingga ia tidak dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang
dengan merubah permintaannya akan barang tersebut, akan tetapi konsumen
secara berkelompok dapat mempengaruhi tingkat harga.
Dalam menentukan harga pada barang swasta harus ada kesepakatan
antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi pada barang swasta adalah
fluktuatif artinya bisa naik bisa turun. Naik dan turunya harga pada barang
swasta ini mengikuti mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh hukum permintaan
dan penawaran, yaitu hukum yang tercipta karena adanya tarik antara
kepentingan dari produsen dan konsumen. Harga barang bisa turun apabila jenis
barang swasta jumlahnya lebih banyak disediakan oleh produsen (penawaran
tinggi) sedangkan permintaan konsumen lebih sedikit (permintaan rendah).
Sedangkan harga barang akan terdongkrak naik apabila jenis barang tersebut
tidak banyak disediakan (penawaran rendah) sedangkan permintaan dari
konsumen terhitung banyak (permintaan tinggi).
Mekanisme pasar tanpa adanya campur tangan pemerintah dapat
menyebabkan alokasi barang-barang yang efisien diantara para konsumen akan
tetapi tidak dapat memecahkan masalah distribusi barang. Sehingga pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip dan Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi Indonesia, Edisi
Milenium,Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid II Edisi Indonesia, Edisi
Milenium,Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik Edisi 3. Yogyakarta: BPFE
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007
Prasetya,Ferry. 2012. Modul ekonomi Publik. Malang
Rosyidi, Suherman. 2011. Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada.
Sudarman, Ari. 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada.
Surjanti, Jun. 2016. Edisi Belajar Teori Ekonomi (Pendekatan Mikro) berbasis
karakter. Yogyakarta: Deepublish.
Tjiptono, Fandy. 2004. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia Publishing.
Tjiptono, Fandy. 2004. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi
https://www.scribd.com/doc/94530639/Ek-Publik-Barang-Swasta
di akses pada tanggal 05-01-2018, pukul 13.48
https://sayifulogic.files.wordpress.com/2014/09/teori-barang-swasta.pdf