• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBEBASAN DEBITUR MEMILIH PERUSAHAAN ASURANSI SEBAGAI TEMPAT MENGASURANSIKAN BARANG AGUNAN YANG TELAH DIBEBANI DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Prosedur Hukum Perjanjian Kredit Pada Bank Dengan Jaminan Hak Tanggungan - Kewajiban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KEBEBASAN DEBITUR MEMILIH PERUSAHAAN ASURANSI SEBAGAI TEMPAT MENGASURANSIKAN BARANG AGUNAN YANG TELAH DIBEBANI DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Prosedur Hukum Perjanjian Kredit Pada Bank Dengan Jaminan Hak Tanggungan - Kewajiban"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEBEBASAN DEBITUR MEMILIH PERUSAHAAN ASURANSI SEBAGAI TEMPAT MENGASURANSIKAN BARANG AGUNAN YANG TELAH

DIBEBANI DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PERJANJIAN KREDIT BANK

A. Prosedur Hukum Perjanjian Kredit Pada Bank Dengan Jaminan Hak Tanggungan

Menurut hukum, perjanjian kredit dapat dilakukan secara lisan atau tertulis yang terpenting memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUH Perdata. Namun dari sudut pembuktian, perjanjian yang dilakukan secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dalam dunia modern yang kompleks ini perjanjian lisan tentu sudah tidak dapat disarankan untuk digunakan meskipun secara teori diperbolehkan karena perjanjian secara lisan sulit dijadikan sebagai alat pembuktian bila terjadi masalah dikemudian hari. Untuk itu setiap transaksi apapun haruslah dibuat secara tertulis yang digunakan sebagai alat bukti. Kita menyimpan tabungan atau deposito di bank maka akan memperoleh tabungan atau bilyet sebagai alat bukti. Untuk pemberian kredit perlu dibuat perjanjian kredit sebagai alat bukti.

Dasar hukum yang mengharuskan perjanjian kredit harus tertulis adalah 1. Instruksi Presidium Kabinet Nomor 155/EK/IN/10/1996 Tangga 10 Oktober

(2)

dalam memberikan kredit dalam berbagai bentuk wajib dibuatkan perjanjian atau akad kreditnya.

2. Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 27/17/UPB Tanggal 31 Maret 1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum, yang menyatakan bahwa setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati pemohon kredit dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis. 3. Surat Bank Indonesia yang ditujukan kepada segenap bank devisa No.

01/1093/UPK/PKD Tanggal 29 Desember 1970, khususnya butir 4 yang berbunyi untuk pemberian kredit harus dibuat surat perjanjian kredit. Dengan keputusan-keputusan tersebut maka pemberian kredit oleh bank kepada debiturnya menjadi pasti bahwa :

a) Perjanjian diberi nama perjanjian kredit b) Perjanjian kredit harus dibuat secara tertulis

Perjanjian kredit termasuk salah satu jenis/bentuk akta yang dibuat sebagai alat bukti.

Setiap kredit yang diberikan harus dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis yang sekurang-kurang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(3)

2. Memuat jumah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan-persyaratan kredit lainnya yang sebagaimana ditetapkan dalam keputusan persetujuan kredit dimaksud.

Dalam praktek bank ada dua bentuk perjanjian kredit yaitu :

1. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan dinamakan akta di bawah tangan. Menurut Pasal 1874 KUH Perdata yang dimaksud akta di bawah tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat oleh para pihak tidak melalui perantara pejabat yang berwenang (pejabat umum) untuk dijadikan alat bukti. Pengikatan yang dilakukan antara bank dan nasabah tanpa dihadapan notaris.35 Artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard (standaardform) yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan dahulu secara lengkap, bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh baik tersebut termasuk jenis akta di bawah tangan.

Dalam rangka penandanganan perjanjian kredit, formulir perjanjian kredit yang isinya sudah disiapkan bank dikemudian disodorkan kepada setiap calon debitur untuk dipahami mengenai syarat-syarat dan ketentuan pemberian kredit tersebut yang sebelumnya syarat-syarat tersebut tidak pernah

35Jopie Jusuf,Kriteria Jitu Memperoleh Kredit Bank, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta,

(4)

dirundingkan atau dinegosiasikan dengan calon debitur. Debitur mau tidak mau harus menerima semua persyaratan yang tercantum dalam formulir perjanjian kredit karena calon debitur dalam posisi lemah karena sangat membutuhkan kredit sehingga apapun persyaratan yang tercantum dalam formulir perjanjian kredit calon debitur dapat menyetujui.

2. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan notaris atau pengikatan yang dilakukan dihadapan notaris yang dinamakan akta otentik atau akta notariil. Pasal 1868 KUH Perdata akta otentik adalah akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang yang dibuat atau dihadapan pegawai yang berkuasa (pegawai umum) untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian ini adalah seorang notaris namun dalam praktek semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh bank kemudian diberikan kepada bank untuk dirumuskan dalam akta noril dimana notaris dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak yang bersangkutan dalam bentuk akta notaris atau akta otentik.

(5)

kredit sindikat (kredit yang diberikan lebih dari satu kreditur atau lebih dari satu bank).36

Dengan demikian Perjanjian Kredit wajib dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis, baik dengan akta di bawah tangan maupun akta notariil. Perbedaan kekuatan pembuktian perjanjian kredit secara notaril dan secara bawah tangan dapat disarikan sebagai berikut :

1. Perjanjian bawa tangan

a) Jika salah satu pihak menyangkal tanda tangannya, maka pihak lain yang harus membuktikan bahwa tanda tangan yang disangkal itu adalah benar adanya.

b) Salah satu pihak dapat mengajukan alibi bahwa tanda tangan tersebut benar tanda tangannya tetapi pengisiannya diluar pengetahuannya, sehingga dipengadilan perjanjian kredit di bawah tangan tersebut hanya dipakai sebagai permulaan bukti saja, bukan merupakan alat bukti yang sempurna. 2. Perjanjian notaril

a) Jika salah satu pihak menyangkal tanda tangannya maka pihak tersebut yang harus membuktikan bahwa tanda tangannya adalah tidak benar atau palsu. b) Jika salinan otentiknya hilang, maka bisa dimintakan lagi kepada notaris yang

bersangkutan. Bahkan apabila minutnya (akta asli) hilang, maka salinan otentiknya mempunyai kekuatan yang sama dengan minutnya.

36Sutamo,Aspek-Aspek Hukum Perkredit

(6)

c) Membuktikan kebenaran formal, dianggap benar bahwa pada pihak menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut dan material bahwa apa yang diterangkan dalam akta tersebut adalah benar dan tanggal akta mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak ketiga.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengikat secara notaril memberikan kepastian yang lebih tinggi kepada bank, karena itu maka bank lebih suka pengikatan dilakukan secara notarial.

Secara umum prosedur perjanjian kredit pada bank baik bank pemerintah maupun bank swasta dengan jaminan hak tanggungan adalah sama. Pengajuan permohonan kredit oleh calon debitur kepada kreditur, yang dalam hal ini adalah pihak bank, dilakukan dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Calon debitur mengajukan permohonan kredit dan menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan dan telah ditentukan oleh pihak bank dalam pengajuan kredit b. Calon debitur mengisi formulir permohonan kredit yang telah disediakan oleh

pihak bank. Setelah formulir diisi dengan lengkap dan benar, formulir tersebut kemudian diserahkan kembali pada bank

c. Pihak bank kemudian melakukan analisis dan evaluasi kredit atas dasar data yang tercantum dalam formulir permohonan kredit tersebut.

(7)

akan diberikan pihak bank kepada nasabah tersebut, keperluan kredit, jangka waktu kredit, biaya administrasi, denda, bunga dan sebagainya.

e. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak maka dilakukan penandatanganan perjanjian kredit yang berupa surat pengakuan hutang dengan pengikatan jaminan, dalam hal ini berupa jaminan hak tanggungan dihadapan PPAT dan pejabat bank yang berwenang

f. Setelah dilakukan pengikatan jaminan hak tanggungan dan PPAT telah memberikan keterangan bahwa calon debitur dinyatakan telah memenuhi persyaratan, baru kemudian bank merealisasikan pemberian kredit kepada calon debitur.37

Pengikatan jaminan hak tanggungan yang dilakukan dalam perjanjian kredit yang dimaksud disini adalah melalui proses pembebanan hak tanggungan sebagaimana telah ditentukan oleh Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) No.4 Tahun 1996, yaitu melalui dua tahap:

a. Tahap pemberian hak tanggungan yang dilakukan dihadapan PPAT

b. Tahap pendaftaran hak tanggungan yang dilakukan di kantor pertanahan kabupaten/kota setempat, yang merupakan saat lahirnya hak tanggungan

Menurut Pasal 1 angka (4) UUHT No.4 Tahun 1996 disebutkan bahwa PPAT adalah pejabat umumyang diberikan wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa

37 Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Hukum Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama Jakarta,

(8)

pembebanan hak tanggungan. Dalam penjelasan umum angka (7) dijelaskan pula bahwa dalam kedudukan sebagaimana disebut dalam Pasal 1 angka (4), maka akta yang dibuat PPAT adalah akta otentik.

(9)

ada, akan tetapi proses administrasi dalam konversinya belum selesai dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.38

Terhadap objek Hak Tanggungan yang terdiri lebih dari satu bidang tanah dan diantaranya ada letaknya diluar daerah kerjanya, untuk pembuatan pemberian APHT yang bersangkutan PPAT memerlukan ijin dari Kepala kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Propinsi. Dengan ketentuan bahwa bidang-bidang tanah tersebut harus terletak dalam satu daerah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota (Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menetri Agraria No. 15 Tahun 1961 dan Pasal 3 Keputusan Direktur Jendral Agraria No. SK.67/DDA/1968).39Hal ini berkaitan pula dengan Pasal 5 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA) No.1 Tahun 2006. Pasal 5 ayat (1) PMNA No.1 Tahun 2006 berbunyi, “Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan” Pasal 5 ayat (2) berbunyi, “Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT khusus meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat pemerintah yang menjadi dasar penunjukannya”.

Selanjutnya Undang-Undang menetapkan isi yang sifatnya wajib untuk sahnya APHT. Dengan tidak mencantumkannya secara lengkap hal-hal yang wajib disebut dalam APHT. Maka mengakibatkan akta yang bersangkutan menjadi batal demi hukum. Dalam Pasal 11 ayat (1) UUHT disebutkan hal-hal yang wajib dicantumkan dalam APHT, yaitu :

1. Nama dan identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan;

38Adrian Sutedi,Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Hal.17.

39Bambang Setijoprodjo, Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan

(10)

2. Domisili pihak-pihak sebagaiman dimaksud pada angka 1, dan apabila di antara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia, baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia. Apabila domisili pilihan itu tidak dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia. Apabila domisili pilihan itu tidak dicantumkan dalam APHT maka Kantor PPAT tempat pembuatan APHT dianggap sebagai domisili yang dipilih;

3. Penunjukan secara jelas hutang atau hutang-hutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dan meliputi juga nama dan identitas beditur yang bersangkutan;

4. Nilai tanggungan;

5. Uraian yang jelas mengenai objek Hak Tanggungan, yakni meliputi rincian mengenai sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan, atau bagi tanah yang belum terdaftar sekurang-kurangnya memuat uraian mengenai pemilikan, letak, batas-batas, dan luas tanah.

Selain hal tersebut di atas, dalam APHT dapat dicantumkan janji-janji yang sifatnya fakultatif dan tidak mempunyai pengaruh terhada[ sahnya APHT (Pasal 11 ayat (2) UUHT). Dalam hal ini pihak-pihak bebas menentukan untuk menyebutkanb atau tidak menyebutkan janji tersebut dalam APHT. Dalam dimuatnya janji itu dalam APHT yang kemudian di daftar pada Kantor Pertanahan, maka janji-janji tersebut juga mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak ketiga.40

(11)

Adapun janji-janji yang disebutkan dalam APHT sebagaimana tersebut dalam Pasal 11 ayat (2), antara lain :

1. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk menyewakan objek Hak Tanggungan dan/atau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa di muka, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan

2. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan

3. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi objek Hak Tanggungan apabila debitur sungguh-sungguh cidera janji

4. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menyelamatkan objek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi objek Hak Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan Undang-Undang ;

5. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek Hak Tanggungan apabila debitur cidera janji

(12)

7. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas objek Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan

8. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian dari gangi rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya apabila objek Hak Tanggungan dilepaskan dari haknya oleh pemberi Hak Tanggungan atau dicabut haknya untuk kepentingan umum;

9. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika objek Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika objek Hak Tanggungan diasuransikan

10. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan mengosongkan objek Hak Tanggung pada waktu eksekusi Hak Tanggungan

11. Janji bahaw sertifikat Hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan pembebaban Hak Tanggungan tetap berada di tangan kreditur sampai seluruh kewajiban debitur dipenuhi sebagaimana mestinya

(13)

hutang yang dijamin. Oleh karena itu pemegang Hak Tanggungan dilarang untuk serta merta menjadi pemilik objek Hak Tanggungan jika debitur dcidera janji.

Tahap Pendaftaran Hak Tanggungan

Menurut Pasal 13 UUHT, pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan ke Kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah penandatanganan APHT. PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutan dan berkas lainnya yang diperlukan kepada Kantor Pertanahan.

Dengan pengiriman oleh PPAT berarti akta dan berkas lain yang diperlukan itu disampaikan ke Kantor Pertanahan melalui petugasnya atau dikirim melalui pos tercatat. PPAT wajib menggunakan cara yang paling baik dan aman dengan memperhatikan kondisi di daerah dan fasilitas yang ada, serta selalu berpedoman pada tujuannya untuk didaftarkannya Hak Tanggungan itu secepat mungkin. Berkas lain yang dimaksud di sini adalah meliputi surat-surat bukti yang berkaitan dengan objek Hak Tanggungan, dan identitas pihak-pihak yang bersangkutan, termasuk di dalamnya sertifikat hak atas tanah dan/atau surat-surat keterangan mengenai objek Hak Tanggungan. PPAT wajib melaksanakan ketentuan tersebut karena jabatannya. Saksi atas pelanggarannya akan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur jabatan PPAT.

(14)

dibuatkan buku tanah Hak Tanggungan. Bentuk dan isi buku tanah Hak Tanggungan telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria No. 3 Tahun 1997.41

Dengan dibuatnya buku tanah tersebut, Hak Tanggungan lahir dan kreditur menjadi kreditur pemegang Hak Tanggungan, dengan kedudukan mendahului dari kreditur-kreditur lain.

Menurut Pasal 13 ayat (4) UUHT tanggal pembuatan buku tanah Hak Tanggungan adalah hari ke -7 setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran Hak Tanggungan. Jika hari ke-7 jatuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Kepastian tanggal buku tanah itu dimaksudkan agar pembuatan buku tanah Hak Tanggungan tidak berlarut-larut sehingga dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan dan mengurangi jaminan kepastian hokum.

Dalam hal hak atas tanah yang dijadikan jaminan belum bersertifikasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pendaftaran Hak Tanggungan. Waktu hari ketujuh yang ditetapkan sebagai tanggal buku tanah Hak Tanggungan tersebut dalam hal yang demikian, dihitung sejak selesainya pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan.

Untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hokum yang tetap, sertifikat Hak Tanggungan diberi irah-irah dengan membubuhkan pada sampulnya kalimat DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (Pasal 14 ayat (2) dan (3)

41 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku 2, Citra

(15)

UUHT). Dengan pencantuman irah-irah tersebut pada sertifikat Hak Tanggungan, maka untuk itu dapat dipergunakan Lembaga Parate Eksekusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 HR dan 258 RBg.

Setelah sertifikat Hak Tanggungan selesai dibuat, kemudian sertifikat Hak Tanggungan tersebut diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan yang bersangkutan.

B. Manfaat Asuransi Agunan Dalam Suatu Perjanjian Kredit Bank

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, tentang Perasuransian, asuransi atau pertanggungan didefinisikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur yaitu: a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi

(16)

b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

c. Suatu peristiwa(accident)yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya) d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tak tertentu.

Institusi yang mengelola asuransi tersebut sebagai perusahaan asuransi, menurut ketentuan Undang-Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992 dapat mengelola produk asuransi, yaitu asuransi jiwa dan atau asuransi kerugian atau asuransi umum. Keseluruhan dari kegiatan bisnis asuransi adalah menggambarkan keadaan industri perasuransian.

Industri perasuransian atau industri asuransi merupakan salah satu unsur dari industri keuangan, disamping unsur lainnya. Perbankan, dana pensiun, pembayaran, sekuritas dan pegadaian. Pada keseluruhan pelaku industri inilah bisa terlihat bagaimana kiprah asuransi yang diukur dari sisi peranan berupa bagian sumbangan atau pangsanya.

Peranan industri asuransi diukur dari pangsa aset Industri Keuangan ternyata belumlah besar. Data per bulan September 2012 komposisi pangsa pasar industri jasa keuangan adalah masih didominasi oleh Perbankan sebesar 83,80%, dimana sebesar 82,59% merupakan pangsa asset bank umum dan BPR hanya sebesar 1,21%.

(17)

sekuritas dan pegadaian memperoleh porsi yang kecil. Perusahaan asuransi hanya menyumbang 5,39%, dimana asuransi jiwa sebesar 4,14% dan asuransi umum sebesar 1,25%.

Para ahli sependapat adanya sikap atau respon manusia di dalam menghadapi risiko, yaitu : menghindar, mengurangi, menahan, membagi, dan mentransfer. a. Menghindari risiko

Menghindari risiko(risk avoidance)dilakukan dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dianggap merugikan. Misalnya, seseorang yang merasa takut mengalami kerugian dari berdagang, harus memutuskan untuk tidak berdagang. Sikap ini memang dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, karena menyebabkan kekurangan pengusaha dan kehilangan semangat untuk menghadapi tantangan.

b. Mengurangi risiko

Mengurangi risiko (risk reduction) dapat dilakukan misalnya dengan menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama (P3K) di rumah. Penyediaan P3K tidak menghilangkan risiko kecelakaan, tetapi mengurangi bahaya dari kecelakaan dibanding jika tidak ada pertolongan pertama

c. Menahan risiko

(18)

yang berat bila nilai kerugiannya atau kemungkinan terjadi sangat besar. Misalkan, risiko kecopetan atau penjambretan dalam perjalanan dengan menggunakan jasa transportasi umum.

d. Membagi risiko

Membagi risiko (risksharing) dilakukan bila peluang terjadi kerugian ataupun besarnya kerugian yang dialami relatif besar. Dapat melakukan kerja sama dengan orang lain untuk membagi risiko tersebut. Seorang pengusaha yang ragu menggunakan seluruh modalnya dalam sebuah proyek, dapat mencari mitra usaha. Makin besar dan kompleks proyek yang akan dikelola, mitra yang dibutuhkan makin banyak dan atau beragam.

e. Mentransfer Risiko

Mentransfer risiko (risk transfer) dilakukan dengan cara memindahkan risiko kerugian kepada pihak yang lain. Hal inilah yang dilakukan oleh perusahaan asuransi. Bila sebuah perusahaan di Indonesia mengirimkan sejumlah barang ke negara lain ingin memindahkan risiko kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan atau karena hal lainnya, perusahaan tersebut dapat menggunakan jasa asuransi.

Manfaat asuransi dapat ditilik dari banyak dimensi yang dalam hal ini dapat diuraikan, sebagai berikut :

1. Asuransi Mengurangi Risiko Suatu Investasi

(19)

untuk mengkonsentrasikan kemampuan dalam mengembangkan usaha-usaha yang kreatif.

Asuransi telah menjadi bagian yang esensial dari setiap perusahaan. Investment banker misalnya, akan merasa lebih yakin penilaiannya terhadap proyek-proyek tertentu apabila semua risiko proyek itu yang mungkin terjadi telah dilindungi oleh asurasni.

Dengan demikian, perusahaan-perusahaan asuransi yang tugas utamanya adalah memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan lain telah menjadi suatu institusi ekonomi yang mempunyai peranan yang tidak kecil. Tanpa asuransi, kemajuan ekonomi yang ada sekarang ini mustahil tercapai.

2. Asuransi Sebagai Sumber Dana Investasi

Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang menghimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk investasi di berbagai bidang.

Mengingat bahwa akumulasi dana dalam perusahaan-perusahaan asuransi pada umumnya berbentuk cadangan maka Penempatan dana dalam bentuk investasi portofolio, seperti surat berharga jangka panjang seperti obligasi saham dan reksadana dapat dibenarkan, misalkan perkara.

3. Asuransi untuk melengkapi kewajiban persyaratan kredit

(20)

perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadian-kejadian yang tidak terduga dimasa depan. Cara untuk memperoleh perlindungan tersebut adalah dengan memiliki polis asuransi.

Dalam hubungannya dengan pinjaman dari bank, seringkali salah satu informasi yang dibutuhkan, selain laporan keuangan perusahaan, adalah berkenaan dengan jumlah penutupan asuransi yang memadai sebelum kredit dapat diberikan.

4. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran

Fungsi primer dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian-kerugian tak terduga. Ketetraman hati yang diberikan oleh sauransi inilah salah satu jasa utama yang diterima tertanggung bila ia telah membayar premi asuransi. Bila seesorang telah membayar premi asuransi, mereka terbebas dari kekhawatiran kerugian besar dengan memikul suatu kerugian kecil dalam hal ini berupa premi yang telah dibayar).

Dengan dapat ditentukannya biaya kerugian, asuransi mengurangi beban risiko yang dihadapi pada pengusaha. Hal ini merangsang kegiatan ekobomi di banyak bidang yang resikonya besar sehingga merangsang tertumbuhan kegatan ekonomi tersebut.

5. Asuransi Mendorong usaha pencegahan kerugian

(21)

berbagai bidang usaha menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk memberikan perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, mereka sendiri secara sadar dan sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperoleh kemungkingan yang dapat menimbulkan kerugian

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, pada Pasal 3 dijelaskan produk asuransi, yaitu :

1. Asuransi kerugian

Asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atau kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti

2. Asuransi jiwa

Asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan

3. Usaha reasuransi

Asuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perasuransian Asuransi kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

(22)

perusahaan asuransi dimana agunan tersebut diasuransikan. Hal ini untuk mencegah/ mengurangi resiko pihak bank dalam pelaksanaan perjanjian kredit tersebut apabila agunan yang telah diberikan dikemudian hari ternyata mengalami kerusakan atau bahkan musnah sehingga mengurangi nilai ekonomi atau sama sekali tidak lagi bernilai agunan yang telah diberikan tersebut. Oleh karena itu pihak bank dalam suatu perjanjian kredit mewajibkan debitur untuk mengasuransikan barang agunan yang telah diberikannya berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/Dir tanggal 31 Maret 1995. Kewajiban untuk mengasuransikan agunan yang telah diberikan oleh debitur kepada bank merupakan suatu prinsip kehati-hatian dari bank untuk mengurangi resiko kerugian dalam suatu perjanjian kredit yang dilakukannya.

(23)

maka kerugian yang ditimbulkan dari rusaknya / musnahnya agunan tersebut adalah merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari perusahaan asuransi tersebut.

C. Kebebasan Debitur Memilih Perusahaan Asuransi Sebagai Tempat Mengasuransikan Barang Agunan Dalam Perjanjian Kredit Bank

Dalam Undang-Undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 tidak terdapat ketentuan yang mewajibkan pemberian hak tanggungan untuk mengasuransikan barang agunan yang dibebani hak tanggungan. Namun UUHT No.4 Tahun 1996 masih memberikan kemungkinan kepada para pihak untuk menentukan janji asuransi atas benda jaminan yang diikat dengan hak tanggungan tersebut. Hal ini terdapat dalam ketentuan Pasal 11 ayat (2) huruf b UUHT No. 4 Tahun 1996 yang menyebutkan bahwa “Dalam akte pemberian hak tanggungan, dapat dicantumkan janji-janji, antara lain janji bahwa pemegang hak tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi hak tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika objek hak tanggungan diasuransikan.”

(24)

memperhitungkan ganti kerugian yang terhutang itu dengan penagih yang dijamin dengan hipotik.42

Selanjutnya Pasal 298 KUHD menyebutkan bahwa, “janji yang disebutkan dalam Pasal 297 KUHD tersebut tidak mempunyai akibat kecuali bilamana dan sekedar penagih yang dijamin dengan hipotik akan ditentukan beruntun bilamana kerugian itu tidak terjadi. Adanya ketentuan seperti tersebut dalam Pasal 297 dan Pasal 298 KUHD tersebut diatas dimaksudkan agar penagih hutang atau pemegang hipotik tidak mempunyai tujuan lebih menguntungkan dirinya sendiri, dengan janji itu jika dibandingkan dengan keadaan seandainya keadaan yang tidak diinginkan terjadi atas barang agunan yang dibebani dengan hipotik dan diasuransikan itu. Karena ketentuan mengenai hipotik telah dicabut dengan keluarnya UUHT No. 4 Tahun 1996 maka ketentuan dalam Pasal 297 dan Pasal 298 KUHD tersebut dapatlah diberlakukan terhadap barang agunan yang dibebani dengan hak tanggungan. Karena pada prinsipnya hipotik dan hak tanggungan memiliki kesamaan dari segi objek haknya yaitu barang-barang tidak bergerak.

Dalam praktek perbankan pihak bank sebagai kreditur yang memberikan fasilitas kredit kepada debitur dengan suatu jaminan hak tanggungan, meminta syarat supaya barang agunan yang dibebani hak tanggungan tersebut diasuransikan kepada suatu perusahaan yang mereka tunjuk atau sejak tidaknya mereka percaya. Setiap barang agunan milik debitur, akan diasuransikan oleh pihak bank atas nama bank c.q.

42 Emmy Pangaribuan Simanjuntak , Hukum Pertanggungan (Pokok-pokok Pertanggungan

(25)

nasabah oleh perusahaan asuransi yang ditunjuk. Hal tersebut berlaku bagi barang agunan sebagai jaminan pokok maupun jaminan tambahan yang insurable. Pada hakekatnya yang menjadi risiko bagi penanggung pada umumnya adalah yang merupakan akibat dari rusak/musnahnya barang agunan yang diasuransikan tersebut.

(26)

mengganti kerugian kepada tertanggung. Kalau kepentingan tersebut jatuh bersama benda pertanggungan maka nilai penuh kepentingan tertanggu sama dengan nilai benda pertanggungan.43

Pasal 253 ayat (1) dan ayat (2) KUHD yang mengatur mengenai harga pertanggungan menentukan bahwa, “pertanggungan yang melebihi harga atau kepentingan yang sesungguhnya hanya sah untuk sejumlah harganya. Bilaman tidak dipertanggungkan seluruh harta benda, maka dalam hal terjadi kerugian penanggung hanya terikat seimbang dengan bagian yang dipertanggungkan terhadap bagian yang tidak dapat dipertanggungkan”.

Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak, disamping berfungsi sebagai jumlah maksimum dari ganti kerugian, jumlah yang dipertanggungkan tersebut dapat juga berfungsi sebagai dasar perhitungan dalam hal ada kerugian sebagian dalam pertanggungan di bawah nilai benda. Apabila tertanggung hendak mempertanggungkan kepentingan itu secara penuh, maka haruslah jumlah yang dipertanggungan itu sama nilainya dengan benda yang dipertanggungkan sejauh itu dapat dipertanggungkan. Tetapi sering pula bahwa yang dipertanggungkan itu tidaklah nilai penuh, akan tetapi hanya sebagian saja, akan tetapi hanya sebagian saja, sehingga tertanggung memikul resiko untuk bagian yang tidak dipertanggungkan itu, dan tentunya berakibat bahwa jumlah yang dipertanggungkan itu akan menjadi lebih kecil dari nilai benda sesungguhnya.44

Pada umumnya dalam praktek pelaksanaan perjanjian kredit pada bank, baik pada bank pemerintah maupun bank swasta di kota Medan, perusahaan asuransi

43 Sri Rejeki Hartono, 1992, Hukum Asuransi dan perusahaan Asuransi, Sinar Grafika,

Jakarta, 2003. hal. 125

(27)

sebagai tempat mengasuransikan barang agunan milik kreditur tersebut ditentukan/ditetapkan oleh bank kreditur. Penentuan nama perusahaan asuransi sebagai tempat mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut oleh bank kreditur pada umumnya didasarkan kepada dua hal yaitu:

1. Perusahaan asuransi tersebut merupakan anak perusahaan atau group Perusahaan dari Bank kreditur tersebut

2. Perusahaan asuransi tersebut telah menjalin kerjasama dengan bank kreditur tersebut

(28)

kewajiban debitur harus patuh kepada bank kreditur dalam penentuan secara sepihak nama perusahaan asuransi sebagai tempat mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut.

Dalam praktek pelaksanaan perjanjian kredit pada umumnya, pihak bank kreditur atas nama debitur, bertindak secara langsung dalam mengasuransikan barang agunan milik debitur kepada perusahaan asuransi yang telah ditunjuknya secara sepihak. Bank kreditur yang mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut atas nama debitur. Di dalam polis asuransi tersebut tertulis nama bank yang mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut, QQ nama debitur pemilik barang agunan tersebut. Arti dari kalimat tersebut adalah nama perusahaan yang mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut adalah pihak bank kreditur, akan tetapi segala kewajiban yang berkaitan dengan pembayaran premi asuransi tersebut menjadi tanggung jawab debitur dalam pembayarannya.

Praktek pelaksanaan kewajiban mengasuransikan barang agunan milik debitur sebagai salah satu syarat dari dikabulkannya suatu pemberian kredit oleh bank kreditur pada hakekatnya telah bertentangan dengan dasar hukum kewajiban mengasuransikan barang agunan milik debitur sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/Dir/Tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), karena debitur tidak diberikan kebebasan dalam memilih perusahaan asuransi yang dikehendakinya sebagai tempat mengasuransikan barang agunan yang dimilikinya.

(29)

nasabah asuransi. Apabila terdapat potongan harga premi dalam pelaksanaan asuransi barang agunan tersebut, hal ini tidak diberitahukan kepada debitur. Potongan harga premi yang seharusnya menjadi hak debitur tersebut, pada umumnya diambil atau menjadi hak milik bank kreditur. Karena dalam praktek pelaksanaan asuransi barang agunan tersebut, pihak perusahaan asuransi tidak menggunakan bukti tertulis dalam melaksanakan pemotongan premi. Pihak perusahaan asuransi melakukan pemotongan premi tersebut tanpa adanya bukti kuitansi yang menjadi alat bukti telah dilakukan pemotongan premi dari debitur tersebut.45Pihak bank kreditur yang seharusnya memberitahukan mengenai pemotongan harga tersebut, juga tidak memberitahukannya, bahkan cendrung untuk menutup-nutupinya agar debitur tidak mengetahuinya. Sehingga pemotongan harga premi yang seharusnya menjadi hak milik debitur, diambil alih oleh pihak bank kreditur. Hal ini jelas telah melanggar hak-hak dari debitur. Debitur hanya diberitahukan mengenai kewajiban-kewajibannya saja dalam membayar premi asuransi, tanpa diberitahukan hak-haknya dalam memperoleh potongan harga premi, atau kemudahan-kemudahan lain yang menjadi hak debitur. Apabila debitur hendak melakukan tuntutan kepada pihak perusahaan asuransi mengenai pemenuhan hak-haknya tersebut, kedudukan debitur secara hukum lemah, karena tidak memiliki bukti-bukti tertulis yang otentik dalam mendukung tuntutannya tersebut. Oleh karena itu debitur dalam perjanjian kredit yang melakukan kewajiban mengasuransikan barang agunan miliknya, hanya bisa mematuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pihak bank maupun pihak

45 Wawancara dengan tiga orang nasabah bank Pemerintah yang tidak mau disebutkan

(30)

perusahaan asuransi yang pada umumnya adalah kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur tersebut.

Debitur yang mengasuransikan barang agunan miliknya dalam perjanjian kredit bank yang tidak mematuhi kehendak pihak bank kreditur dalam penentuan perusahaan asuransi sebagai tempat mengasuransikan barang agunan milik debitur tersebut, maka konsekuensinya adalah permohonan kredit yang diajukannya pada bank kredit tersebut pada umumnya akan tidak disetujui/ditolak oleh bank kreditur. Oleh karena itu dalam praktek pelaksanaan perjanjian kredit pada bank dengan kewajiban mengasuransikan barang agunan yang dimiliki oleh debitur, pihak debitur tidak memiliki kebebasan dalam menentukan perusahaan asuransi yang dikehendakinya, karena penentuan/penetapan pemilihan perusahaan asuransi sebagai tempat diasuransikannya barang agunan milik debitur tersebut, sepenuhnya/mutlak menjadi hak dari bank kreditur.46

46Wawancara dengan tiga orang nasabah bank swasta di Kota Medan yang tidak mau

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan Keterampilan Membuat Box File Melalui Metode Demonstrasi pada Anak Tunagrahita Ringan di Kelas VI SLB Binar Tarusan.. Anur Yetti 1 , Damri 2 , Markis

Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2006 yaitu laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN masih mendapat predikat

Semua aksesi nilam uji terdapat variasi yang tinggi pada karakter kuantitatif antara lain jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan tebal daun, produksi terna, jumlah

Usahatani konservasi dengan penerapan bedengan searah lereng, gulud setiap 5 m, tanam rapat searah lereng merupakan perlakuan terbaik untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan

Demikianlah berita acara serah terima barang ini di perbuat oleh kedua belah pihak, adapun barang- barang tersebut dalam keadaan baik dan cukup, sejak penandatanganan berita

PL.Ini yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta hukum baik keterangan saksi-saksi,keterangan terdakwa,dan adanya barang bukti, yakni terdakwa didakwakan dengan dakwaan

Dari definisi ini menunjukkan bahwa suatu manajemen sumber daya manusia perlu diterapkan di lembaga sekolah, untuk meningkatkan kualitas sekolah.Hal yang harus

1LODL0DNVLPDO-XUQDOOOPLDK 1LODL$NKLU .RPSRQHQ\DQJGLQLODL OQWHPDVLRQDO OQWHUQDVLRQDO 1DVLRQDO 1DVLRQDO1DVLRQDO 7HUDNUH WHULQGHNVGL'2$- \DQJ. %HUHSXWDVL GLWDVL