SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN
AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH
PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SALAM
(Syzygium Polyanthum Wight)
SKRIPSI
FITRI YUNIATI HARAHAP
090801002
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH
PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum Wight)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
FITRI YUNIATI HARAHAP 090801002
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Sifat Fisis dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight)
Kategori : Skripsi
Nama : Fitri Yuniati Harahap
Nomor Induk Mahasiswa : 090801002
Program Studi : Sarjana (S1) Fisika
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, 17 Februari 2014
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Rusfian, drg, M.Kes Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc
NIP. 195209201983031011 NIP. 196505171993031009
Disetujui Oleh :
Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH
PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum Wight)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Februari 2014
PENGHARGAAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan study selama perkuliahan dan dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Sifat Fisis Dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight).
Terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua saya R.E Harahap dan J. Sagala dan adik – adik saya serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil selama penulis kuliah sampai penyelesaian skripsi ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc selaku pembimbing 1 dan bapak Rusfian, drg., M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada bapak Dr. Mester Sitepu, M.Sc selaku dosen wali. Kepada bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Ketua Departemen Fisika FMIPA – USU. Kepada Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA – USU. Kepada seluruh Bapak/Ibu staff pengajar dan pegawai Fisika FMIPA – USU. Kepada bapak DR. Lamek Marpaung, M.Phil selaku kepala Lab. Kimia Bahan Alam yang telah membantu penulis dalam membuat ekstrak daun salam dan bapak Zulfikar selaku teknisi Lab. Teknik Mesin S2 yang membantu penulis dalam pengujian sampel. Kepada bapak Mulyadi selaku staff pegawai departemen IMTKG FKG USU.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman – teman seperjuangan: Arvilla, Ade Irma, Agus Ningsih, Sukria Novianti, Monora, Silviana, Agus Siahaan, Nur Jannah, Zainalludin, Resdina, Andrean, Esra, Ferdy, Istas dan seluruh teman-teman stambuk “breaving” 2009 yang tak bisa tersebukan satu per satu namanya yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Abang/Kakak Senior dan adik Junior Fisika USU stambuk 2010, 2011, dan 2012. Kepada teman – teman Asrama Putri USU: Reni, Asmi dan Nirma serta teman – teman FKG: Bang Margo, Linir dan Nadya yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT akan membalasnya.
SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH
PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum Wight)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang sifat fisis dan mekanis basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight). Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah pengaruh lama perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun salam terhadap sifat fisis dan mekanis. Sampel direndam dalam larutan ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) dengan konsentrasi 40% dengan lama perendaman 5,10,15,20 dan 25 menit. Dari hasil pengujian terhadap sampel diketahui bahwa pada lama perendaman 15 menit merupakan kondisi yang efektif dengan densitas 1,1328 gr/cm3, daya serap air 0,01162%, kekuatan impak 8,679 x 103 Jm-2 dan kekuatan lentur 68,3775 MPa. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis.
PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES HEAT CURED ACRYLIC RESIN DENTURE BASE MATERIAL
IMMERSED BAY LEAF EXTRACT (Syzygium Polyanthum Wight)
ABSTRACT
Research on the physical and mechanical properties heat cured acrylic resin denture base material immersed bay leaf extract (Syzygium polyanthum wight) has been done. This research aimed to see the effect of immersing time heat cured acrylic resin denture base in the bay leaf extracts for physical and mechanical properties. Samples were immersed in a solution of bay leaf extract with 40% concentration and soaking time 5, 10, 15, 20 and 25 minutes. From the results tests of samples known that immersing for 15 minutes is a condition that is effective with density 1.1328 gr/cm3, water absorption 0,01162%, impact strength 8.679 x 103 Jm-2 and flexural strength of 68.3775 MPa. Based on this result, conclusion that can be drawn is a long immersion heat cured acrylic resin in a bay leaf axtract (syzygium polyanthum wight) effect physical and mechanical properties.
DAFTAR ISI
2.2.3.1 Resin Akrilik Swapolimerisasi 8 2.2.3.2 Resin Akrilik Polimerisasi Sinar 8 2.2.3.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas 9
2.2.3.3.1 Komposisi 9
2.2.3.3.2 Manipulasi 10
2.2.3.3.3 Keuntungan dan kerugian 11
2.3 Sifat Fisis 12
2.3.1 Porositas 12
2.3.2 Densitas 12
2.3.2.1 Pengukuran Densitas 13
2.3.3 Absorbsi air 13
2.3.3.1 Pengukuran Daya serap air 14
2.4 Sifat Mekanis 14
2.4.1 Kekuatan Impak 14
2.5 Daun Salam 17
2.5.1 Karakteristik 17
2.5.2 Klasifikasi Syzygium Polyanthum Wight 17
2.5.3 Kandungan 18
2.5.4 Kegunaan 18
Bab 3. Metodologi Percobaan
3.1 Rancangan Penelitian 20
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 39
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
4.1 Data hasil pengujian densitas resin akrilik 28 Polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak
daun salam (syzygium polyanthum wight) 40%
4.2 Hasil Uji Statistik Densitas Basis Gigi Tiruan 29 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah
Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
4.3 Data hasil pengujian daya serap air resin akrilik 31 Polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak
daun salam (syzygium polyanthum wight) 40%
4.4 Hasil Uji Statistik Daya Serap Air Basis Gigi 31 Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah
Perendaman Ekstrak Daun Salam
(Syzygium Polyanthum Wight) 40% 33 4.5 Data hasil pengujian kekuatan impak
resin akrilik polimerisasi panas setelah (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
4.7 Data hasil pengujian kekuatan lentur 36 resin akrilik polimerisasi panas setelah
perendaman ekstrak daun salam
(syzygium polyanthum wight) 40%
4.8 Hasil Uji Statistik Kekuatan Lentur Basis Gigi 36 Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1 Ilustrasi skematis pengujian impak 15 dengan benda uji charpy dan izod
2.2 Skematis pengujian kekuatan lentur 16 3.1 Bentuk sampel pengujian kekuatan lentur 20 3.2 Bentuk sampel pengujian kekuatan impak 20
4.1 Grafik hubungan antara 29
Densitas vs waktu perendaman
4.2 Grafik hubungan antara 32
Daya Serap Air vs waktu perendaman
4.3 Grafik hubungan antara Kekuatan 34 Impak vs waktu perendaman
4.4 Grafik hubungan antara 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lamp
1. Lampiran A 43
2. Lampiran B 47
SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH
PERENDAMAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum Wight)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang sifat fisis dan mekanis basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight). Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah pengaruh lama perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun salam terhadap sifat fisis dan mekanis. Sampel direndam dalam larutan ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) dengan konsentrasi 40% dengan lama perendaman 5,10,15,20 dan 25 menit. Dari hasil pengujian terhadap sampel diketahui bahwa pada lama perendaman 15 menit merupakan kondisi yang efektif dengan densitas 1,1328 gr/cm3, daya serap air 0,01162%, kekuatan impak 8,679 x 103 Jm-2 dan kekuatan lentur 68,3775 MPa. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis.
PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES HEAT CURED ACRYLIC RESIN DENTURE BASE MATERIAL
IMMERSED BAY LEAF EXTRACT (Syzygium Polyanthum Wight)
ABSTRACT
Research on the physical and mechanical properties heat cured acrylic resin denture base material immersed bay leaf extract (Syzygium polyanthum wight) has been done. This research aimed to see the effect of immersing time heat cured acrylic resin denture base in the bay leaf extracts for physical and mechanical properties. Samples were immersed in a solution of bay leaf extract with 40% concentration and soaking time 5, 10, 15, 20 and 25 minutes. From the results tests of samples known that immersing for 15 minutes is a condition that is effective with density 1.1328 gr/cm3, water absorption 0,01162%, impact strength 8.679 x 103 Jm-2 and flexural strength of 68.3775 MPa. Based on this result, conclusion that can be drawn is a long immersion heat cured acrylic resin in a bay leaf axtract (syzygium polyanthum wight) effect physical and mechanical properties.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi tiruan lengkap dapat didefenisikan sebagai gigi tiruan lepasan yang
dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur
yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Gigi
tiruan tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis gigi tiruan.
Basis gigi tiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan
jaringan mulut di bawahnya.
Meskipun basis gigi tiruan individual dapat dibuat dari logam atau
non-logam, kebanyakan basis gigi tiruan terbuat dari bahan non-logam terutama
polimer. Polimer tersebut dipilih berdasarkan keberadaanya, kestabilan dimensi,
karakteristik penanganan, warna, dan kekompakan dengan jaringan mulut.Resin
akrilik telah digunakan sebagai basis gigi tiruan selama lebih dari 60 tahun dan
saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis
gigi tiruan.
Akrilik merupakan suatu bahan dasar yang digunakan untuk membuat
basis gigi tiruan karena bahan tersebut mudah didapat, teknik aplikasi yang
sederhana, hasil estetik yang memuaskan dan sudah sangat dikenal. Jenis resin
akrilik yang sering digunakan untuk bahan basis gigi tiruan adalah resin akrilik
polimerisasi panas karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu memiliki nilai
estetis yang baik, tidak toksik, murah dan mudah untuk diproses,
biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut, stabilitas warna baik,
tidak mengiritasi, tidak memiliki bau dan rasa (Anusavice, 2003).
Resin akrilik mempunyai beberapa kekurangan, yaitu dapat menyerap air
permukaan yang keras. Sifat fisik dan sifat mekanis resin basis gigi tiruan yang
perlu diperhatikan termasuk kekerasan, kerapatan, pengerutan polimerisasi,
porositas, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau
goresan serta kekuatan. Kekuatan dan kekerasan dari resin basis gigi tiruan
bergantung pada beberapa faktor yaitu komposisi resin, teknik pembuatan, dan
kondisi-kondisi yang ada dalam ronnga mulut.
Gigi tiruan resin akrilik selalu berkontak dengan saliva, minuman dan
makanan sehingga gigi tiruan merupakan tempat terbentuknya stain, karang gigi
dan plak karena kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi tiruan resin akrilik. Pada
pemakaian gigi tiruan resin akrilik, mukosa akan tertutup sehingga menghalangi
pembersihan permukaan mukosa maupun permukaan gigi tiruan oleh lidah dan
saliva sehingga terjadi akumulasi plak pada gigi tiruan. Plak pada gigi tiruan
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa
palatal dan terjadinya denture stomatitis. Faktor yang menyebabkan denture stomatitis adalah Candida albicans, infeksi bakteri, alergi, faktor psikologsi, kurangnya kebersihan gigi tiruan, aliran saliva dan nutrisi (Wahyuningtyas, 2008).
Denture stomatitis dapat dicegah dengan cara rutin membersihkan gigi tiruan baik secara mekanik menggunakan sikat gigi maupun secara kimia
menggunakan denture cleanser. Penggunaan denture cleanser terbukti efektif mengurangi plak dan pertumbuhan Candida Albicans pada gigi tiruan. Klorhexidin merupakan salah satu obat kumur yang paling banyak digunakan dan
efektif untuk mencegah pembentukan plak (Basker dkk, 1996).
Tidak semua masyarakat dengan mudah memperoleh klorhexidin,
terutama masyarakat yang jauh dari toko obat maupun apotek. Upaya yang dapat
dilakukan oleh golongan masyarakat ini adalah memanfaatkan tanaman yang
mempunyai khasiat obat. Para ahli mengembangkan obat-obatan tradisional yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan dapat dipakai sebagai obat kumur serta
berfungsi sebagai antiseptik maupun desinfektan (Djuleha, 1999). Daun salam
bervariasi. Beberapa minyak atsiri dikenal memiliki aktivitas antijamur dan
antibakteri (Noveriza, 2010). Dari penelitian (Sumono, 2009) melaporkan bahwa
kumur air rebusan daun salam (Eugenia Polyantha Wight) dapat mengurangi jumlah koloni bakteri Streptococcus sp pada rongga mulut dan pada penelitian (Murhadi dkk, 2007) melaporkan bahwa ekstrak daun salam dapat menurunkan
relative daya antibakteri.
Metode penggunaan pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan
merendam gigi tiruan ke dalam bahan desinfektan. Ekstrak daun salam (Eugenia polyantha Wight) 40% dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik (Sumono, 2008). Bahan resin akrilik dapat menyerap
air atau cairan hal ini dapat mempengaruhi sifat fisis dan mekanis dari bahan resin
akrilik tersebut, seperti pada penelitian (David, 2005) melaporkan bahwa terdapat
perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan
sodium hipoklorit dan klorhexidin serta menyimpulkan bahwa semakin lama
perendaman dalam sodium hipoklorit dan klorhexidin ternyata pigmen warna
lempeng akrilik semakin memudar sehingga perubahan warna yang terjadi
semakin besar.
Pada penelitian (Susilaningtyas dkk, 2012) menyatakan bahwa efek lama
perendaman resin akrilik heat cured dalam larutan natrium hipoklorit 0,5% berpengaruh terhadap penurunan kekuatan impak resin akrilik. (Setyohadi, 2013)
menyatakan bahwa perendaman minuman kopi robusta berpengaruh terhadap
kekuatan impak yaitu dapat menurunkan kekuatan impak resin akrilik heat cured
dengan penambahan serat kaca 3%. Semakin tinggi konsentrasi minuman kopi
robusta, maka semakin besar pengaruhnya untuk menurunkan kekuatan impak
resin akrilik heat cured dengan penambahan serat kaca 3%. (Weny, 2012) menyatakan bahwa lama perendaman resin akrilik heat cured dalam ekstrak rosella (Hibiscus sabdariffa) 30% berpengaruh terhadap kekuatan lentur. Pendapat ini sama dengan (Lestari, 2012) yang menyatakan bahwa perendaman plat gigi
tiruan akrilik dalam ekstrak kelopak bunga rosella dapat menurunkan kekuatan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian tentang Sifat Fisis dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah
1. Bagaimana sifat fisis dan mekanis basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas setelah perendaman dalam ekstrak daun salam
2. Berapa lama perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
yang mempengaruhi sifat fisis dan mekanis
1.3 Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka penulis perlu membatasi masalah
yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Lama perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas (5 menit,
10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit)
2. Pengujian bahan melalui pengujian fisis dan mekanik yaitu :
a. Uji Densitas
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh perendaman basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam ekstrak daun salam terhadap sifat fisis dan mekanis
2. Untuk mengetahui waktu yang efektif perendaman basis gigi tiruan resin
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini :
1. Dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar pengaruh lama
perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas terhadap sifat
fisis dan mekanis
2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam
penggunaan bahan tradisonal
3. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah
BAB I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, perumusan
masalah, batasan masalah yang akan diteliti, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan
untuk proses pengembilan data, analisa data serta
pembahasan.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang rancangan penelitian, tempat dan
waktu penelitian, peralatan dan bahan penelitian, diagram alir
penelitian, pembuatan sampel dan pengujian sampel.
BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian
Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan anlisa
data yang diperoleh dari penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimplan yang diperoleh dari
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer 2.1.1 Pengertian
Polimer merupakan unit material yang dibentuk oleh rantai molekul yang dibuat
dari satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Nama ini diturunkan dari
bahasa Yunani Poly, yang berarti “banyak”, dan mer, yang berarti “bagian”.
Kebanyakan polimer adalah material organik (kaki-karbon) yang terdiri
dari molekul-molekul yang disusun dari variasi kombinasi hidrogen, oksigen,
nitrogen dan karbon. Rantai polimer terbelit dan membentuk gulungan tak
beraturan, yang memberikan kekuatan tambahan (Setiabudy, 2007).
2.1.2 Sifat-sifat Polimer
Berdasarkan sifat termalnya polimer dibedakan atas termoplastik dan termoset.
Kedua sifat inilah yang merupakan pengklasifikasian dari bahan-bahan polimer
(Daryanto, 2003).
2.1.2.1 Termoplastik
Polimer termoplastik biasanya berupa plastik, bersifat kenyal/dapat diregangkan.
Sifat ini dapat terbentuk dengan dipanaskan, didinginkan, dapat dilelehkan dan
berubah menjadi bentuk yang berbeda tanpa mengubah sifat bahan dari polimer
2.1.2.2 Termoset
Polimer termoset memiliki ikatan primer yang kuat, dan biasanya terbentuk
dengan kondensasi. Polimer yang termoset selain memiliki ikatan primer yang
tinggi, juga struktur penyusunnya berupa molekul yang besar. Sifat ini merupakan
hasil perubahan kimiawi selama pemrosesan, berupa pemanasan ataupun adanya
pemakaian katalis. Setelah terfiksasi menjadi bentuk yang keras, polimer termoset
tidak dapat direnggangkan dan berubah menjadi bentuk semula, karena sebagian
molekul banyak yang terbuang selama proses pengembalian bentuk. Jika
panasnya dinaikkan kembali, maka polimer termoset akan berubah menjadi arang,
terbakar, dan terurai. Contoh polimer yang termoset seperti fenol, asam amino,
polyester, epoxies, asam alkil.
2.2 Plat Gigi Tiruan 2.2.1 Basis Gigi Tiruan
Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak
dan sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan (Walls, 2008). Gigi tiruan
lengkap merupakan gigi tiruan lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan
permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu
lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.
Gigi tiruan tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis
gigi tiruan. Daya tahan, penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigi tiruan
sangat dipengaruhi oleh bahan yang digunakan untuk membuatnya. Berbagai
bahan telah digunakan untuk membuat basis gigi tiruan, namun belum ada
satupun bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan yang diperlukan suatu
basis gigi tiruan (Noort R, 2007).
2.2.2 Bahan Basis Gigi Tiruan
Meskipun basis gigi tiruan individual dapat dibuat dari logam atau non-logam,
Polimer tersebut dipilih berdasarkan keberadaanya, kestabilan dimensi,
karakteristik penanganan, warna, dan kekompakan dengan jaringan mulut.Bahan
yang paling umum digunakan adalah polimer seperti polimetil metakrilat
(PMMA) atau resin akrilik. Polimetil metakrilat memiliki sifat mekanik dan
estetika baik, dan mudah dikerjakan (Anusavice, 2003).
Resin akrilik bahan yang paling sering digunakan untuk basis gigi tiruan
lepasan merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit-unit metil metakrilat
yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil
metakrilat multiple. Bahan basis gigi tiruan poli(metal metakrilat) biasanya
dikemas dalam sistem bubuk-cairan (Combe, 1986).
2.2.3 Jenis Resin Akrilik
Resin akrilik dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi,
resin akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas (Combe,1986).
2.2.3.1 Resin Akrilik Swapolimerisasi
Resin akrilik swapolimerisasi (resin akrilik cold curing atau self curing autopolymeryzing) adalah resin akrilik yang ditambahkan aktivator kimia yaitu
dimetil-para-toluidin karena memerlukan aktivasi secara kimia dalam proses polimerisasi selama 5 menit. Resin ini jarang digunakan sebagai bahan untuk
membuat basis gigi tiruan karena kekuatan dan stabilitas warnanya tidak sebaik
resin akrilik polimerisasi panas, selain itu jumlah monomer sisa pada resin akrilik
swapolimerisasi lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas.
2.2.3.2 Resin akrilik polimerisasi sinar
dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah
camphoroquinone. Penyinaran selama 5 menit membutuhkan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm sehingga memerlukan unit kuring khusus dengan
menggunakan empat buah lampu halogen tungtens/ultraviolet. Bahan ini juga
jarang dipakai untuk membuat basis gigi tiruan karena disamping memerlukan
unit kuring khusus, bahan ini juga memiliki kekuatan perlekatan yang rendah
terhadap anasir gigi tiruan berbahan resin jika dibandingkan dengan resin akrilik
polimerisasi panas (Combe, 1986).
2.2.3.3 Resin akrilik polimerisasi panas
Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah resin akrilik yang polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk
polimerisasi bahan dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau oven
gelombang mikro (Powers JM dkk, 2000).
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer yang paling banyak
digunakan saat ini dalam pembuatan basis gigi tiruan karena bernilai estetis dan
ekonomis, memiliki sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, serta mudah
dimanipulasi dengan peralatan yang sederhana (Noort R, 2007). Namun resin
akrilik polimerisasi panas ini masih memiliki kekurangan yaitu mudah fraktur
(Nirwana, 2005).
2.2.3.3.1 Komposisi
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas dan fungsinya, yaitu :
A. Bubuk
a. Polimetil metakrilat : polimer
b. Benzoil peroksida : inisiator
c. Titanium oksida : opacfier
d. Dibutil phthalate : plasticizer
f. Nilon/akrilik : serat sintesis
B. Cairan
a. Metil metakrilat : monomer
b. Hidroquinone : inhibitor untuk mencegah polimerisasi
selama penyimpanan
c. Etilen glikol dimetakrilat : ikatan silang (cross-linked) berfungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer dan akan
memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi
solubilitas dan penyerapan air (Noort R, 2007)
2.2.3.3.2 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat manipulasi resin akrilik
polimerisasi panas yaitu :
a) Perbandingan polimer dan monomer
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5:1 satuan volume atau 2,5:1
satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer sanggup
dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan
bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik.
b) Pencampuran
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampur dalam
tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga membentuk adonan.
c) Pengisian
Sebelum pengisian, dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari
gips masuk ke dalam resin akrilik (Powers JM dkk, 2008).
dilakukan pres terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit
(Combe, 1986).
d) Kuring
Kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian dipanaskan pada suhu
70 0C dibiarkan selama 30 menit, dan selanjutnya 100 0C dibiarkan selama 90
menit (Nirwana, 2005).
2.2.3.3.3 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan pemakaian bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
adalah sebagai berikut (Walls, 2008).
f. Daya penghantar panas rendah
g. Tidak larut dalam cairan rongga mulut
h. Koefesien termal ekspansi tinggi
i. Ikatan yang baik antara basis dengan anasir gigi tiruan resin akrilik
j. Tidak toksik
k. Estetis
Kerugian pemakaian bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas adalah sebagai berikut:
a. Mudah fraktur
b. Tidak tahan abrasi
c. Konduktivitas termal yang rendah
d. Adanya monomer sisa yang dapat mengakibatkan reaksi alergi
e. Dapat menyerap cairan
2.3 Sifat Fisis
Sifat fisis adalah sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya
dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas
porositas, kekasaran permukaan, densitas dan daya serap air.
2.3.1 Porositas
Adanya gelembung atau porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas
cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas polimer
yang rendah, disertai temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau
melebihi titik didih bahan tersebut.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan
yang tidak homogen. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan
resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer
yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu
pengisian bahan ke dalam mould yang tepat. (Jagger D, 1999)
2.3.2 Densitas ( Density)
Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 0,09975 g/cm3. Hal ini
disebabkan resin terdiri dari kumpulan atom – atom ringan, seperti karbon,
oksigen, dan hydrogen (Romania, 2012). Densitas merupakan ukuran kepadatan
dari suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan antara massa
(m) dengan volume (V) dalam hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut:
(2.1)
dengan :
= densitas (g/cm3)
m = massa sampel (gr)
2.3.2.1 Pengukuran Densitas
Pengukuran densitas yang dilakukan adalah untuk mengetahui kerapatan suatu
bahan. Densitas dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2.1)
Cara pengukuran densitas :
1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Sampel yang akan diuji, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 100oC
selama 1 jam
3. Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang massanya dengan
menggunakan neraca digital (m)
4. Diisi larutan ekstrak daun salam (V) ke dalam gelas ukur
5. Dimasukkan sampel ke dalam gelas ukur yang telah diisi larutan ekstrak
daun salam
6. Ditimbang massa sampel
2.3.3 Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan
yang basah. Tingkat penyerapan air berdasarkan ISO 20795 menunjukkan bahwa
interval tingkat penyerapan air standar bagi bahan resin akrilik dalam interval
0,3% sampai 1,9% (Suci R dkk, 2011). Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi
akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diabsorbsi pada permukaan polimer
yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer. Hal
inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan
berat akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan
terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan
disertai oleh timbulnya kontraksi. Secara matematis daya serap air dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
( 2.2)
dengan :
mb = Massa sampel basah (gr)
2.3.3.1 Pengukuran Daya Serap Air
Pengujian penyerapan air dilakukan dengan cara membandingkan massa air yang
terserap dalam sampel setelah direndam dan dibandingkan dengan sampel tanpa
perendaman. Pengujian daya serap air mengacu pada ASTM C 373.
Cara pengukuran daya serap air:
1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Sampel yang akan diuji, ditimbang massanya sebagai massa kering (mk)
dengan menggunakan timbangan digital
3. Sampel direndam sesuai waktu perendaman masing-masing
4. Sampel yang telah direndam dalam ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) dilap terlebih dahulu
5. Ditimbang massa sampel sebagai massa basah (mb) dengan menggunakan timbangan digital
2.4 Sifat Mekanis
Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan terdiri atas kekuatan tarik, kekuatan fatik,
kekuatan impak dan kekuatan lentur. Kekuatan tarik ditentukan dengan
memanjangkan bahan dengan uji kekuatan tarik satu sumbu. Kekuatan fatik
adalah patahnya bahan yang disebabkan beban berulang di bawah batas tahanan
bahan. Kekuatan impak adalah energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu
bahan dengan gaya benturan. Kekuatan lentur adalah uji kekuatan bahan resin
akrilik yang terdukung pada kedua ujungnya kemudian diberi beban secara
beraturan dan berhenti ketika batang uji patah (Hyer, 1998).
2.4.1 Kekuatan Impak
Pengujian impak bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap
suatu material samapai material tersebut patah. Pengujian impak ini merupakan
respon terhadap beban yang tiba – tiba yang bertujuan mengetahui ketangguhan
suatu bahan terhadap pembebanan dinamis, sehingga dapat diketahui apakah suatu
energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu
dan menumbukbenda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Semakin
banyak energi yang terserap maka akan semakin besar kekuatan impak dari suatu
beban.
Umumnya kekuatan impak bahan polimer lebih kecil daripada kekuatan
impak bahan logam. Untuk menguji impak ini kedua ujung sampel dengan ukuran
standar diletakkan pada penumpu, kemudian beban dinamis dilepaskan dengan
tiba-tiba dan cepat menuju sampel. Dalam pengujian impak, impaktor yang
digunakan dalam bentuk pendulum yang diayunkan dari ketinggian dengan massa.
Gambar 2.1 Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy dan Izod
Besarnya kekuatan impak dari benda uji dengan luas penampang lintang (A)
adalah (Surdia, 2005) :
(2.3)
dengan :
Is = Kekuatan Impak (J/m2)
Es = Energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)
2.4.2 Kekuatan Lentur
Bahan basis gigi tiruan dalam pemakaiannya harus dapat menahan beban yang
terjadi pada waktu proses pengunyahan. Basis tersebut diharapkan mempunyai
ketahanan terhadap suatu beban pada saat gigi tiruan difungsikan. Pengujian
beban yang akan mengakibatkan defleksi dan patahnya basis resin akrilik ialah
dengan uji terhadap kekuatan lenturnya. Kekuatan lentur atau flexural adalah
beban yang diberikan pada sebuah benda berbentuk batang yang ditumpu pada
kedua ujungnya dan beban tesebut diberikan di tengah-tengahnya, selama batang
ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berenti ketika batang uji
patah. Hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rumus untuk
mengetahui nilai kekuatan lenturnya (Anderson, 1972).
Uji kekuatan lentur dapat memberikan gambaran tentang ketahanan benda
dalam menerima beban pada waktu pengunyahan. Sifat fisik dan mekanik bahan
mempengaruhi kenyamanan pemakai gigi tiruan dan alat piranti ortodonsia pada
saat pengunyahan. Uji kekuatan lentur lebih banyak digunakan daripada uji
kekuatan tarik, karena uji kekuatan lentur dapat mewakili tipe – tipe kekuatan
yang diterima alat dalam mulut selama pengunyahan (Orsi, 2004). Kekuatan
lentur dari resin akrilik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti berat molekul,
ukuran partikel polimer, residual monomer, komposisi plasticizer, jumlah dari
cross-linking agent, porositas dan ketebalan dari bahan. Lama perendaman pada plat gigi tiruan juga dapat mempengaruhi kekuatan transvesalnya namun
perendaman plat gigi tiruan yang terlalu lama juga dapat mengakibatkan
penurunan kekuatan lentur (Lestari, 2012).
Kekuatan lentur dihitung dengan persamaan (Sturgeon, 1971):
rendah sampai ketinggian 1400 m dpl. Pohon dengan ketinggian mencapai 25 m.
Daun berbentuk bulat telur sampai elips dan mempunyai pangkal daun yang
lancip. Bila helaian daun diremas akan memberikan bau harum. Bunga berwarna
kuning lembayung yang keluar dari ranting. Buah berbentuk bulat berwarna hijau,
setelah tua berwarna merah.
2.5.2 Klasifikasi Syzygium polyanthum Wight
Divisi : Spermatophyta
Jenis : Syzygium polyanthum Wight
2.5.3 Kandungan
Daun salam mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid, dan minyak asiri
0,05 % yang terdiri dari eugenol dan sitral. Kandungan Syzygium polyanthum
merupakan bahan aktif yang diduga mempunyai efek farmakologis. Tanin dan
flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti-inflamasi dan
antimikroba, sedangkan minyak asiri mempunyai efek analgesik (Sumono, 2008).
Minyak atsiri dan ekstrak dari beberapa tanaman akhir-akhir ini banyak
mendapat perhatian untuk diteliti sebagai pengganti pestisida kimia. Beberapa
produk yang berbahan dasar minyak atsiri kini bahkan telah tersedia secara
komersial. Misalnya formula minyak rosemary telah digunakan sebagai
insektisida (mitisida) pada tanaman buah-buahan, kacang, dan sayuran. Formula
lain yang mengandung minyak rosemary juga telah ditawarkan sebagai fungisida.
Daun salam salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dengan persentase
yang bervariasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun salam memiliki
aktivitas antijamur dan antibakteri. Atsiri daun salam menunjukkan aktivitas
antijamur melawan kapang kontaminan pada produk roti yaitu Euroticum sp, Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Infusa daun salam ternyata mampu menghambat bakteri V. choleare dengan konsentrasi hambat minimal 3,12%. Sementara pada bakteri E. coli enteropatogen, infusa daun salam mempunyai konsentrasi hambat minimal sebesar 12,5% (Noveriza, 2010).
2.5.4. Kegunaan
Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya. Selain sebagai bumbu dalam
masakan, daun salam juga digunakan sebagai obat. Daun mengandung minyak
atsiri yang terdiri dari sitral dan eugenol dan salamol yang mempunyai sifat
antibakteri, tanin yang bersifat astringen, dan flavonoida. Daun salam sering
digunakan dalam ramuan untuk poengobatan diare dan untuk tujuan
Dalam penelitian (Enda, 2009) menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit
batang salam dapat digunakan sebagai obat anti diare. Selain itu akar dan ekstrak
buah salam juga memiliki kemampuan untuk menetralisir overdosis konsumsi
alkohol. Ekstrak daun digunakan untuk menghentikan diare, gastritis, diabetes
mellitus, gatal, zat dan kudis. Ini efek samping lebih rendah dibandingkan dengan
obat sintetik. Ekstrak merebus daun digunakan sebagai obat, sementara daun yang
ditumbuk digunakan sebagai salep dan diterapkan pada kulit yang terkontaminasi
(Sumono, 2009).
Rongga mulut merupakan salah satu tempat dalam tubuh yang
mengandung mikro-organisme dengan populasi dan keanekaragaman paling tinggi
disbanding tempat lain. Mikro-organisme yang paling banyak di rongga mulut
yaitu Streptococcus sp. Streptococcus sp ini berperan terhadap awal terjadinya proses karies gigi adalah Streptococcus sp. (Sumono, 2009) menyatakan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha Wight) dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. Ekstrak Eugenia Polyantha Wight) pada konsentrasi 40%, 60%, dan 80% dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada basis
gigi tiruan resin akrilik. Sehingga syzygium polyanthum wight di prostodontik digunakan sebagai pembersih gigi tiruan dan menghambat pertumbuhan jamur
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories
3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP)
dengan bentuk batang uji berukuran 50mm x 6mm x 4mm dan 64mm x 10mm x
2,5mm (sesuai dengan American Dental Association No.12) untuk menguji kekuatan impak dan kekuatan lentur.
6.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel 3.3.1.1 Variabel Bebas
Bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam
ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) dengan variasi lama perendaman (5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit)
3.3.1.2 Variabel Terikat
3.3.2 Definisi Operasional
1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang terdiri
atas bubuk dan cairan yang setelah pencampuran dan pemanasan
membentuk suatu bahan padat yang kaku.
2. Ekstrak daun salam adalah tanaman daun tanaman Salam yang
diekstrak dengan menggunakan metode meserasi
3. Densitas adalah ukuran kepadatan dari suatu material atau sering
didefenisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume
(v)
4. Daya serap air adalah untuk mengetahui besarnya persentase air yang
terserap oleh sampel yang direndam dalam suatu larutan
5. Kuat impak adalah energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu
bahan dengan gaya benturan
6. Kekuatan lentur adalah uji kekuatan pada batang uji yang terbuat
dari bahan resin akrilik yang terdukung pada kedua ujungnya kemudian
diberi beban secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah
3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian
3.4.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel
1. Model induk dari logam dengan ukuran 50mm x 6mm x 4mm dan 64mm
x 10mm x 2,5mm : sebagai cetakan sampel
2. Kuvet (Smic, China) : untuk menanam model induk 3. Rubber bowl dan spatula : untuk mengaduk tepung gips
4. Pres hidolik (OL 57 Manfredi, Italy) : untuk mem-press sampel 5. Beaker glass : untuk mengukur banyaknya air yang digunakan
6. Vibrator : untuk mengaduk tepung gips agar tercampur rata
7. Spatula semen dan pot porselen : untuk mengaduk resin akrilik
8. Mata bur freser : untuk merapikan sampel
11. Plastic selopan : untuk menutup sampel ketika akan di press
12. Kertas pasir waterproff : untuk menghaluskan permukaan sampel
3.4.1.2 Alat yang Digunakan untuk Pembuatan Ekstrak Daun Salam
1. Tabung Erlenmeyer : untuk tempat daun yang sudah dihaluskan
2. Aluminium foil : untuk menutup tabung Erlenmeyer
3. Rotary Evaporator (Buchi, Switzerland) : untuk mengentalkan ekstrak cair daun salam
4. Timbangan biasa : untuk menimbang daun salam
5. Timbangan digital : untuk menimbang hasil ekstrak yang sudah kering
6. Blender : untuk menghaluskan daun salam
7. Pipet tetes : untuk mengambil ekstrak cair dari tabung Erlenmeyer
8. Kapas : untuk menyaring ampas daun salam
9. Beaker glass 1000 mL : untuk mengukur larutan methanol
10. Corong kaca : untuk tempat memindahkan ekstrak cair daun salam
11. Botol vieal : untuk tempat ekstrak kental daun salam
12. Water bath : untuk mengeringkan ekstrak kental daun salam
13. Labu takar 500 ml : untuk tempat menentukan konsentrasi ekstrak daun
salam yang akan digunakan
3.4.1.3 Alat yang digunakan untuk menguji sampel
1. Alat uji kekuatan impak : Gotec ImpactTester
2. Alat uji kekuatan lentur : Universal Testing Machine Shimadzu Servopulser 100kN, Tokyo-Japan
3. Alat uji densitas dan daya serap air : Timbangan Digital dan Beaker Glass
3.4.2 Bahan Penelitian
3.4.2.1 Bahan Pembuatan Sampel
1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England) 2. Cold mould seal (QC 20, England)
4. Air
5. Vaselin
6. Aquades
3.4.2.2 Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Salam
1. Daun Salam 500 gr
2. Etanol 96% 1500 mL (Kimia Farma, Indonesia)
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 3.5.1 Tempat Pembuatan Sampel
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi USU
3.5.2 Tempat Pembuatan Ekstrak daun Salam
Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA USU
3.5.3 Tempat Pengujian Sampel
Laboratorium Impact and Fracture Research Center T.Mesin F.T USU
3.5.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Desember 2013
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pembuatan Model Induk
Model induk dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 50mm x 6mm x
A. Pembuatan Mould
1. Gips keras dicampur air dengan perbandingan 150 gram gips keras : 75 ml air
dan diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik sampai adonan
tercampur homogeny
2. Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet bawah dan dibiarkan beberapa
menit
3. Model induk dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras
dalam kuvet bawah dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit
4. Permukaan gips keras, model induk, dan kuvet atas diolesi vaselin
5. Disatukan kuvet bawah dengan kuvet atas dan diisi dengan adonan gips keras
yang telah diaduk hingga homogen dengan perbandingan 200 gr gips keras
dan 100 ml air
6. Kuvet diletakkan di atas vibrator dan vibrator dinyalakan
7. Didiamkan selama 60 menit hingga gips mengeras, lalu kuvet dibuka dan
model induk diangkat dengan menggunakan lekros mass
8. Setelah kering, permukaan gips pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi
dengan cold mould seal, kemudian dibiarkan selama 20 menit
B. Pengisian resin akrilik pada mould
1. Monomer dituang kedalam pot porselen dan polimer dimasukkan dengan
perbandingan polimer : monomer sebesar 2 : 1, diaduk perlahan-lahan dengan
menggunakan spatula semen samapi polimer dan monomer tercampur dengan
baik
2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mould
yang berada pada kuvet bawah
3. Diletakkan plastik selopan diantara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet
ditutup dan ditekan dengan menggunakan pres hidrolik dengan tekanan 1000
psi
4. Dibuka kuvet dan kelebihan akrilik dipotong, lalu kuvet ditutup kembali
5. Dilakukan penekan kedua dengan tekanan 2200 psi, prosedur diulang, lalu
baut dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar dapat
C. Kuring
Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath. Pada tahap pertama, kuvet dimasukkan ke dalam air pada suhu kamar, kemudian diatur suhu 700C dan dibiarkan selama 90
menit. Selanjutnya suhu dinaikkan menjadi 1000C dan dibiarkan selama 30 menit.
Kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu kamar.
D. Penyelesaian
Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu akrilik yang berlebihan disekitar sampel
dibuang dan dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan
menggunakan bur fraser dan sampel dihaluskan dengan kertas ampelas waterproof
berukuran 600.
3.6.2 Pembuatan Ekstrak Daun Salam
1. Menyediakan Daun Salam segar yang sudah tua (hijau tua) sebanyak 500 gr
2. Daun salam dicuci bersih dan ditiriskan
3. Dikeringkan selama 10 hari dengan suhu kamar
4. Daun salam yang sudah kering dihaluskan dengan blender hingga dalam
bentuk serbuk kemudian ditimbang sebanyak 300 gr
5. Serbuk daun salam dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer dan
ditambahkan 1300 ml methanol 96%
6. Ditutup rapat dengan aluminium foil
7. Didiamkan selama 2x24 jam dan dilakukan pengadukan setiap harinya
8. Setelah 2 hari disaring dengan menggunakan kertas saring dan diperoleh
ekstrak cair daun salam
9. Ampas daun salam dimaserasi kembali (remaserasi) selama 2 hari dengan
menambahkan etanol 96% dan diperoleh ekstrak cair daun salam
10. Setiap ekstrak cair daun salam diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental daun salam
11. Estrak kental daun salam diuapkan dengan waterbath untuk memisahkan ekstrak dengan pelarutnya
3.7 Diagram Alir Penelitian
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap sampel basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40% dengan lama perendaman yang bervariasi: pengujian densitas, pengujian daya serap air, pengujian kekuatan impak (impact strength test) dan pengujian kekuatan lentur (flexural strength test). Dari analisis yang dilakukan diperoleh data – data sebagai berikut.
4.1 PENGUJIAN SIFAT FISIS 4.1.1 Densitas (Density)
Densitas merupakan sifat fisis yang menunjukkan perbandingan antara massa
dengan volume. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka nilai densitas
dapat ditentukan dengan Persamaan (2.1) dan nilainya dapat dilihat pada Tabel 4.1
di bawah ini.
Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40% dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan ( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Waktu (menit)
N Mean ± SD Mean-Difference (I-J) Sig
5 4 1,0375 ± 0,0125
10 4 1,1000 ± 0,0102 -0,0625* 0,000
15 4 1,1328 ± 0,0386 -0,0953* 0,000
20 4 1,0781 ± 0,0062 -0,0406* 0,010
25 4 1,0784 ± 0,0088 0,0062*
Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat grafik hubungan antara densitas dengan waktu
lama perendaman sebagai grafik 4.1 berikut:
Dari grafik 4.1 dapat diketahui bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai
kerapatan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang diperoleh 1,1328
gr/cm3 sampai 1,0375 gr/cm3, nilai kerapatan minimum pada waktu lama
perendaman 5 menit yaitu 1,0375 gr/cm3 dan nilai kerapatan maksimum pada
waktu lama perendaman 15 menit yaitu 1,1328 gr/cm3. Perendaman selama 5, 10,
dan 15 menit menunjukkan kenaikan nilai densitas yang cukup signifikan yaitu,
1,0375 gr/cm3, 1,1000 gr/cm3, dan 1,1328 gr/cm3. Sedangkan pada perendaman
20 dan 25 menit menghasilkan penurunan nilai densitas yaitu, 1,0781 gr/cm3 dan
1,0437 gr/cm3. Hasil analisa uji statistik ANOVA juga menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada setiap perlakuan perendaman.
Berdasarkan referensi ISO 1183, resin akrilik polimerisasi panas memiliki
densitas yang relatif rendah, yaitu sekitar 0,9975 g/cm3. Hal ini disebabkan resin
akrilik polimerisasi panas terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon,
oksigen dan hydrogen (Romania, 2012). Densitas suatu bahan dapat menunjukkan
tingkat kekuatan mekanis dalam bahan tersebut. Semakin tinggi nilai kerapatan
suatu bahan maka semakin kuat pula sifat mekanis bahan tersebut.
4.1.2 Daya Serap Air
Pengujian daya serap air dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase air
yang terserap oleh sampel yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam
(syzygium polyanthum wight) 40%. Pada penelitian ini pengujian daya serap air dilakukan empat kali pengukuran pada setiap perlakuan resin akrilik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka nilai daya serap air dapat
ditentukan dengan Persamaan (2.2) dan nilainya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di
Tabel 4.3 Data hasil pengujian daya serap air resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40% dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan ( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Daya Serap Air Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai daya
serap air basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang diperoleh 0,01935
15 menit yaitu 0,01162 % dan nilai daya serap air maksimum pada waktu lama
perendaman 25 menit yaitu 0,06805 %.
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat grafik hubungan antara daya serap air
dengan waktu lama perendaman sebagai grafik 4.2 berikut:
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Daya Serap Air vs Waktu Perendaman
Nilai daya serap air basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas berada pada
interval 0,01162% – 0,06805 %, hal ini terlihat dari grafik 4.2 di atas. Pada waktu
5 sampai 15 menit nilai daya serap air mengalami penurunan yang signifikan,
namun pada waktu perendaman 15 sampai 25 menit nilai daya serap air
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada perendaman 15 menit terlihat
penyerapan air semakin menurun yaitu 0,01162% ini sesuai dengan hasil densitas
yang menunjukkan bahwa sampel tersebut memiliki tingkat kepadatan yang
tinggi.
Sesuai dengan pernyataan (Anusavice, 2003) bahwa resin akrilik heat cured menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan yang basah. Namun, air yang diserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik dan
dimensi polimer. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi
yaitu berpindahnya suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua.
akrilik dan menempati posisi di antara rantai polimer yang mengakibatkan rantai
polimer terdesak kemudian memisah. Molekul air juga mengganggu ikatan rantai
polimer dan karenanya mengubah karakteristik fisik polimer tersebut. Bila hal ini
terjadi, rantai polimer umumnya menjadi lebih mudah bergerak dan dapat
mempengaruhi sifat mekanis (Setyohadi dkk, 2013).
4.2 PENGUJIAN SIFAT MEKANIK 4.2.1 Pengujian Kekuatan Impak
Kekuatan Impak merupakan salah satu sifat yang mempengaruhi ketahanan
terhadap fraktur dari basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pengujian
ini menggunakan alat Gotech Impact Tester metode Charphy dengan beban 5,5 Joule. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketangguhan sampel yang
terjatuh pada permukaan yang kasar. Data – data yang dihasilkan untuk pengujian
kekuatan lentur seperti pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Data hasil pengujian kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
ANOVA dengan tingkat kemaknaan ( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Kekuatan Impak Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Waktu (menit)
N Mean ± SD Mean-Difference
(I-J)
Sig
0 4 7788 ± 476,86
5 4 8328 ± 117,09 -539,500* 0,046
10 4 395 ± 233,26 -606,600* 0,027
15 4 8679 ± 356,67 -890,600* 0,002
20 4 9428 ± 252,35 -1639,200* 0,000
25 4 9242 ± 520,63 -1453,300* 0,000
Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai kekuatan
impak basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh 7,788 x 103 Jm-2
sampai 9,428 x 103 Jm-2, dengan kekuatan impak rerata 8,643 x 103 Jm-2.
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat grafik hubungan antara kekuatan impak
dengan waktu lama perendaman sebagai grafik 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara Kekuatan Impak vs Waktu Perendaman
Berdasarkan pada grafik 4.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil
pengujian kekuatan impak maksimum pada waktu lama perendaman 20 menit
yaitu 9,428 x 103 Jm-2 dan nilai pengujian kekuatan impak minimum pada waktu
lama perendaman 5 menit yaitu 8,328 x 103 Jm-2, namun jika dibandingkan
dengan kekuatan impak dengan tanpa perlakuan perendaman memiliki nilai
kekuatan impak yang jauh lebih rendah yaitu 7,788 x 103 Jm-2.
Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata nilai perubahan kekuatan impak
pada sampel resin akrilik meningkat pada setiap perlakuan perendaman 5, 10, 15,
20 dan 25 menit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil juga menunjukkan
ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada setiap perlakuan perendaman.
Pada perendaman 20 menit terlihat kekuatan impak tertinggi dibandingkan
lama perendaman yang lain yaitu 9,428 x 103 Jm-2 dan pada perendaman selama
25 menit yaitu 9,242 x 103 Jm-2 , terlihat nilai kekuatan impak menurun kembali.
Besarnya kekuatan impak yang berbeda pada setiap sampel dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi proses polimerisasi basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas, antara lain monomer sisa, teknik pengadukan dan
internal porositas (Watri, 2010). Kekuatan impak juga dapat dipengaruhi oleh
komponen yang terkandung dalam ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) yaitu flavonoid yang merupakan bahan aktif mempunyai efek anti-inflamasi dan antimikroba (Sumono, 2008). Flavonoid merupakan senyawa fenol
yang dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan perubahan
kimiawi resin akrilik yang berakibat pada penurunan kekuatan mekanisnya
(Indiani, 2008)
4.2.2 Pengujian Kekuatan Lentur
Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer
terhadap pembebanan. Dalam metode ini yang digunakan adalah metode tiga titik
arahnya tegak lurus terhadap sampel. Data – data yang dihasilkan untuk pengujian
kekuatan lentur seperti pada tabel 4.4
Tabel 4.7 Data hasil pengujian kekuatan lentur resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40% dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan ( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Kekuatan Lentur Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) 40%
Waktu
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai kekuatan
lentur basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) yang diperoleh
79,3700 MPa sampai 52,8025 MPa.
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat grafik hubungan antara kekuatan lentur
dengan waktu lama perendaman sebagai grafik 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara Kekuatan Lentur vs Waktu Perendaman
Berdasarkan grafik 4.4 dapat dilihat bahwa lama perendaman RAPP optimum
pada waktu lama perendaman 10 menit yaitu 79,3700 MPa. Terdapat perbedaan
kekuatan lentur basis gigi tiruan RAPP antara sampel yang tidak direndam
(sampel kontrol) dengan kekuatan lentur basis gigi tiruan RAPP yang direndam
dalam larutan ekstrak daun salam dengan waktu lama perendaman 5, 10, 15, 20,
dan 25 menit.
Berdasarkan International Organizational for Standardization (ISO)
kekuatan lentur bahan basis gigi tiruan yang ideal tidak kurang dari 60 – 65 MPa
(Ramadhani, 2011). Pada penelitian ini perendaman 5, 10, dan 15 menit diperoleh
67,5125 MPa, 79,3700 MPa, dan 68,3775 MPa. Hasil ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) dapat mempengaruhi kekuatan lentur resin akrilik heat cured, namun pada perendaman 20 dan 25 menit
#
$
diperoleh 59,8900 MPa dan 58,0050 MPa. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Indiani, 2008 dan Lestari, 2012) yang menyatakan bahwa kekuatan lentur
tergantung pada lamanya waktu perendaman dan semakin lama perendaman dapat
menurunkan kekuatan lenturnya, hal ini disebabkan apabila resin akrilk tersebut
semakin meningkat dalam mengabsorbsi air.
Menurut (Anusavice, 2003) bahwa resin akrilik heat cured menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan yang basah. Namun, air yang
diserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekaniknya. Umumnya
mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Ekstrak daun salam juga
mempunyai kandungan kimia yaitu flavonoid, dan minyak asiri 0,05 % yang
terdiri dari eugenol dan sitral (Sumono, 2008). Flavonoid merupakan golongan
terbesar dari senyawa fenol. Apabila fenol berkontak dengan resin akrilik akan
menyebabkan kerusakan resin akrilik heat cured secara kimiawi. Fenol yang
terkandung dalam larutan mengalami penetrasi ke dalaam lempeng resin akrilik
dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga
mengakibatkan beberapa hal yaitu ikatan antar molekul menurun, perusakan
secara kimiawi, retak/crazing, dan penurunan kekuatan lentur resin akrilik tersebut
(Weny, 2012)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan untuk
pengaruh lama perendaman ekstrak daun salam (syzygium polyanthum wight) 40 % pada basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan pengujian sifat
fisis dan sifat mekanis sebagai berikut:
1. Sifat fisis basis gigi tiruan RAPP setelah perendaman ekstrak daun salam
meliputi : densitas 1,0375 gr/cm3 - 1,1328 gr/cm3, daya serap air 0,01162%
-0,06805%. Hasil sifat fisis basis gigi tiruan RAPP menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh lama perendaman terhadap penambahan nilai densitas dan
daya serap air. Sifat mekanik basis gigi tiruan RAPP setelah perendaman
ekstrak daun salam meliputi : kekuatan impak 9,428 x 103 Jm-2 - 7,788 x 103
Jm-2 dan kekuatan lentur 52,8025 MPa - 79,3700 MPa. Hasil sifat mekanik
basis gigi tiruan RAPP menunjukkan bahwa adanya pengaruh lama
perendaman terhadap kekuatan impak dan kekuatan lentur.
2. Waktu yang efektif lamanya perendaman dalam ekstrak daun salam terhadap
sifat fisis dan mekanis pada waktu 15 menit yaitu : densitas 1,1328 gr/cm3,
daya serap air 0,01162%, kekuatan impak 8,679 x 103 Jm-2 dan kekuatan
lentur 68,3775 MPa.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan :
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti penggunaan ekstrak daun
salam sebagai pembersih gigi tiruan terhadap mikrostruktur basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti perbedaan pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, John N. 1972. Applied Dental Materials. Blackwell Scientific
Publications. England.
Daryanto, Hari Amanto. 2003. lmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta.
Djuleha. 1999. Khasiat Infusa Daun Kacapiring Sebagai Obat Kumur Terhadap Keberadaan Candida Albicans. Majalah Kedokteran Gigi
Enda, Winda.G. 2009. Uji Efek Anti Diare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan. [Skripsi]. F. Farmasi USU.Medan.
Hyer MW. 1998. Stress Analysis Of Fiber-Reinforced Composite Materials. Mc
Graw-Hill. Singapore.
Indiani, Sri Redjeki. 2008. The Transversal Strength Of Acrylic Resin Plate After
Being Immersed Soaking In Noni Fruit (Morinda citrifolia Linn.) Juice.
Dent. J. (Maj. Ked. Gigi). 41(2): 84-87.
Jagger D, Harrison A. 1999. Complete Dentures-Problems Solving. British Dental
Association. London.
Lestari, Widya Ayu. 2012. Pengaruh Lama Perendaman Plat Gigitiruan Akrilik
Dalam Ekstrak Kelopak Bunga Rosella Terhadap Kekuatan Transversa
Plat Gigitiruan. [Skripsi]. FKG Universitas Hasanuddin. Makassar.
Murhadi, Suharyono, AS., dan Susilawati. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Daun Salam (Syzygium Polyanta) dan Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius). Jurnal Teknol dan Industri Pangan. XVIII (1): 17-24. Nirwana, Intan. 2005. Kekuatan Transversa Resin Akrilik Hybrid Setelah
Noort, R. 2007. Introduction to dental materials. Mosby Elsevier. London.
Noveriza, R. dan Miftakhurohmah. 2010. Efektivitas Ekstrak Metanol Daun
Salam (Eugenia Polyantha) dan Daun Jeruk Purut (Cytrus Histrix)
Sebagai Antijamur Pada Pertumbuhan Fusarium Oxysporum. Jurnal Littri. 16(1): 6-11.
Orsi IA, Andrade VG. 2004. Effect Of Chemical Disinfectant On The Transverse Strength Of Heat-Polimerized Acrylic Resins Submitted To Mechanical And Chemical Polishing. J Pros Dent
Powers, J.M., Wataha John C, and Craig Robert G. 2000. Dental Materials
Properties And Manipulation. Mosby. India.
Ramadhani, Suci. 2011. Pembuatan Dan Karakterisasi Bahan Gingiva Berbasis
Komposit Resin Akrilik Dengan Penambahan Serat Kaca. [Skripsi].
Universitas Sumatera Utara.
Rumonia, Yosephin. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Gigi Tiruan Berbahan
Dasar Komposit Resin Akrilik No.3 dengan Penambahan Serat Kaca.
[Sripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Schuurs, A.H.B. 1988. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Karies
gigi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Setiabudy, Rudy. 2007. Material Teknik Listrik. Universitas Indonesia. Jakarta. Setyohadi, R., Wulan, Kartika., Dan Rindy, Septa. 2013. Pengaruh Perendaman
Lempeng Akrilik Serat Kaca 3% (Heat Cured) Dalam Larutan Kopi Robusta Terhadap Kekuatan Impak. [Tugas Akhir]. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Sturgeon, J.B. 1971. Speciment And test Methods for Carbon Fiber Reinforced Plastics. St. Mary Cray: Ministry Of Avitation Supply.
Suci, R., Sebayang, Perdamean., dan Kurniawan, Candra. 2011. Peningkatan Sifat
Fisis dan Mekanik Bahan Gusi Tiruan Berbasis Komposit Resin Akrilik
Dengan Penambahan Variasi Ukuran Serat Kaca. Pusat Penelitian Fisika – LIPI. Serpong Tangerang Selatan. Banten. Departemen Fisika USU.
Sumono, A. and Wulan, A. 2008. The use of bay leaf (Eugenia polyantha Wight)