• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Modal Sosial Marsiadapari Pada Aktifitas Pertanian Padi Pada Masyarakat Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasunduan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Potensi Modal Sosial Marsiadapari Pada Aktifitas Pertanian Padi Pada Masyarakat Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasunduan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris karena secara geografis daerah Indonesia sangat mendukung untuk bertani. Sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian sangat penting dalam perekonomian nasional dan sebagian besar penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional Indonesia dan sebagian ekspor Indonesia berasal dari sektor pertanian. Berdasarkan laporan bulanan data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 16,80 % orang dari total penduduk indonesia sebanyak 237.641.326 juta orang. (BPS Indonesia, Edisi September 2013).

Pada umumnya masyarakat pertanian mayoritas mengerjakan tanamam hortikultura, tanamam keras dan tanaman palawija. Di dalam masyarakat petani di Indonesia masih banyak yang miskin karena memiliki lahan yang sempit. Kondisi ini juga diperkuat semakin berkurangnya masyarakat yang mengerjakan lahan pertanian karena masyarakat petani yang tinggal di pedesaan lebih memilih untuk memperbaiki kehidupan di perkotaan. Streotipe masyarakat bahwa kehidupan di perkotaan lebih menjamin untuk hidup sejahtera dibanding dengan kehidupan di desa yang identik dengan miskin. Pada gilirannya orang-orang yang bekerja membantu pemilik lahan pertanian berkurang.

(2)

kelembagaan bagi hasil, berbagai bentuk kearifan lokal (local wisdom) yang dimiliki semua etnis, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari budaya ekonomi modern. Sistem pengolahan pertanian di Indonesia secara budaya dapat ditemukan pada masyarakat Bali. Aktifitas dalam pengolahan pertanian disebut dengan istilah subak yang meliputi aktifitas pengolahan lahan pertanian di sawah seperti menanam, menyiangi, sampai tiba panen. Dalam pola tersebut dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga kerja yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga.

Seperti halnya dalam kehidupan masyarakat desa di Jawa, sambatan merupakan suatu bentuk pengerahan tenaga kerja pada masa kerja dalam aktifitas pertanian di sawah, untuk keperluan itu dengan adat sopan santun yang sudah tetap, seorang petani meminta penduduk di desanya untuk membantunya dalam memanen hasil pertanian padi di sawahnya, sebagai imbalan bagi tenaga petani tersebut, cukup disediakan makan siang setiap hari kepada teman-temanya yang datang membantu, selama pekerjaan berlangsung (Koentjaraningrat, 1993:57). Khusus di masyarakat Batak Toba dikenal budaya marsiadapari dalam pengolahan lahan pertanian. Kegiatan ini meliputi: makkali aek, mangarambas, mangombak, manggadui, maname, manggaor, marsuan, marbabo dan tahap gotilan (panen).

(3)

bergantung kepada mesin traktor untuk mengolah lahannya dan menggunakan mesin sampai ke tahap panen. Kehadiran teknologi ini membuat masyarakat petani lebih memilih bantuan orang lain dari pada mengerjakan sendiri, di mana alat-alat ini tidak dimiliki petani namun dimiliki masyarakat terbatas.

Hasil penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia. Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi, kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202). Penelitian Scott menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat, dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Kondisi ini akan memperluas struktur kemiskinan, sedangkan tujuan dari pembangunan pertanian itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan (Marhaeni Munthe, 2007)

(4)

pangan. Selain itu, petani juga harus menyewa alat untuk mengolah lahan dan memanen padinya, sehingga dapat mengurangi keuntungan dan mengurangi hasil produksi karena biaya yang digunakan untuk menyewa alat (mesin).

Di dalam masyarakat banyak potensi yang dapat digunakan sebagai kekuatan dan pendukung keberhasilan kegiatannya. Potensi tersebut seperti sumber daya manusia (SDM), sumber daya ekonomi (SDE) dan modal sosial. Sumber daya manusia lebih merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu dan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan material atau fisik. Sumber daya ekonomi seperti uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan lainya yang dapat dihitung dan memiliki nilai nominal. Selain modal ekonomi di dalam masyarakat ditemukan modal sosial.

(5)

kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.

Sederhananya, modal sosial adalah bagaimana membangun hubungan satu sama lain serta memelihara efektifitas hubungan tersebut secara terus menerus yang akhirnya berwujud pada kerjasama untuk memperoleh sesuatu yang belum atau tidak dapat dicapai seorang diri. Modal sosial bertujuan menciptakan aturan formal yang mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Modal sosial sendiri muncul karena adanya kebiasaan masa lalu yang dilaksanakan hingga saat ini dalam hubungan sosial di masyarakat sebagai dasar individu maupun kelompok dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sangat penting jika modal sosial untuk mengatur tingkah laku dan resiprositas dalam suatu kelompok sosial. Modal sosial mengedepankan nilai budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap setiap individu untuk bekerjasama, saling percaya, serta memahami satu sama lain, sehingga dapat memperlakukan orang lain sebagai sesama teman bukan lawan atau pihak yang menjadi sasaran mencari keuntungan.

(6)

Modal sosial dipahami sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan bekerja sama dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama dengan aturan-aturan kolektif masyarakat, misalnya seperti dalam budaya suku Batak Toba terdapat modal sosial seperti marsiurupan, marsirippa dan arisan marga. Secara teori menurut Robert D. Putnam, defenisi modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Field, 2011: 51). Bourdie mendefinisikan modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan (Field, 2011: 23).

(7)

adalah norma yaitu sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dilaksanakan dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu (Lawang, 2005:70).

Norma yang dibuat bersama memberikan sanksi bagi masyarakat yang melanggar atau tidak mematuhi kebiasaan yang sudah berlaku di masyarakat. Apabila dipertahankan dan kuat di dalam komunitas, akan memperkuat masyarakat itu sendiri. Norma tidak dapat dipisahkan dengan jaringan dan kepercayaan. Norma terdiri atas pemahaman tentang nilai, harapan, dan tujuan yang diyakini dan dilaksanakan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti kode etik profesional. Norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Norma sosial ini biasanya bersifat institusional dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

(8)

masyarakat dengan adanya budaya Marsiadapari atau dalam Bahasa Indonesia yang artinya gotong royong.

Pertanian yang ada di Desa Parsingguran II adalah pertanian tanam pangan. Pertanian padi adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh masyarakat petani Desa Parsingguran II. Petani pada Desa Parsingguran II mengandalkan padi sebagai tanaman utama yang mereka tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Aktifitas ini dikerjakan selama delapan bulan yaitu mulai dari proses pengolahan lahan, penanaman, perawatan sampai ke tahap panen.

Pada masyarakat Desa Parsingguran II dalam proses pengolahan pertanian padi memiliki suatu aturan yang dikenal sebagai kegiatan ‘marsiadapari’. Kerja sama dalam aktifitas pertanian ini mulai dari pengolahan pertanian seperti proses penanaman, perawatan tanaman sampai pada proses memanen hasil pertanian. Aktifitas marsiadapari dikerjakan antara sejumlah orang petani untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Bentuk aktifitas pertanian padi dalam mayarakat petani di Desa Parsingguran II adalah sebagai berikut

1. Makkali aek yaitu proses perbaikan irigasi air (tali air) untuk sawah 2. Mangarambas yaitu membabat rumput yang ada di pematang sawah

3. Mangombak yaitu pembalikan lapisan tanah, sekaligus untuk menggemburkan tanah tersebut

4. Manggadui yaitu proses penambalas tanah yang berlumpur berkeliling pematang sawah (gadu-gadu)

5. Maname yaitu penyemaian benih

(9)

8. Marbabo yaitu merawat tanaman berupa tumbuhnya tanaman liar 9. Tahap terakhir adalah tahap gotilan yaitu panen.

Aktifitas pertanian seperti yang tertulis di atas merupakan kerja sama dalam pengolahan lahan pertanian. Hampir semua aktifitas marsiadapari ini dikerjakan secara bersama-sama. Hal ini, sudah menjadi tradisi lokal yang sudah ditanamkan sejak dahulu oleh nenek moyang kepada setiap generasi ke generasi yang ada di Desa Parsingguran II, dan karena kondisi keterbatasan kemampuan yang dimiliki dan keterbatasan tenaga kerja, sehingga masyarakat mengolah lahan pertanian secara bersama-sama. Di sisi lain karena masyarakat petani tersebut saling membutuhkan satu sama lain.

Hasil observasi menunjukkan petani padi telah memiliki jaringan dalam pengolahan lahan pertanian yaitu berdasarkan hubungan kekeluargaan, rumah yang berdekatan dan lahan berdampingan. Pada tahap makkali aek, biasanya salah seorang petani itu akan mengunjungi setiap rumah dan menginformasikan kepada petani lain bahwasanya mereka akan memperbaiki irigasi (tali air). Atas kesepakatan bersama, mereka akan bekerja sama untuk makkali aek. Pada tahap kedua yaitu mangarambas, setiap petani akan mengerjakan bagian yang sama yaitu membabat rumput yang ada di pematang sawah dengan menggunakan panaktak (sejenis sabit tetapi dengan ukuran besar). Mangombak adalah mencangkul (pembalikan lapisan tanah) sekaligus menggemburkan tanah. Pada tahap ini petani akan bersama-sama mencangkul lahan satu orang petani dan mereka melakukannya secara bergiliran.

(10)

(tanpa melibatkan petani lain) karena tahap ini cenderung cepat selesai dikerjakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Tahap marbabo, adalah tahap dimana setiap petani akan sama-sama marbabo (mencabuti rumput liar) sampai selesai dan dilakukan secara bergantian. Pada tahap terakhir yaitu panen atau gotilan merupakan puncak dari semua tahapan dalam pertanian padi. Petani akan memanen padi secara bersama-sama, yaitu dimulai dengan manabi eme (menyabit padi) kemudian mengumpulkan batang padi (mangaluhut) dan mambanting eme (dengan menggunakan susunan kayu) yaitu untuk mengeluarkan biji padi dari batangnya.

Jika dikaji lebih mendalam, marsiadapari merupakan kekuatan yang dapat digunakan untuk mempercepat dalam mengerjakan lahan pertanian. Selain itu modal sosial ini di dalam penggunaan waktu relatif cepat, jika dibandingkan dengan pengolahan lahan dengan sendiri tentunya akan menghabiskan waktu yang lama, serta hemat di dalam pengeluaran biaya.

Marsiadapari sebenarnya dapat dilihat sebagai modal sosial di mana gambaran di atas menunjukkan petani padi memiliki jaringan, nilai, dan kepercayaan. Kerja sama yang terjadi dalam masyarakat pertanian pada gilirannya menciptakan ketergantungan fungsional dan munculnya hubungan emosional yang erat dan asosiatif antara satu dengan yang lainnya. (Rahardjo, 2004:156). Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi modal sosial yang ada dalam masyarakat pertani Desa Parsingguran II.

1.2 Rumusan Masalah

(11)

1. Bagaimana potensi modal sosial marsiadapari pada aktifitas petani di Desa Parsingguran II?

2. Apakah marsiadapari dapat dijadikan sebagai potensi modal sosial pada aktifitas petani di Desa Parsingguran II ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan potensi modal sosial marsiadapari dalam aktifitas pertanian padi, dan untuk mengetahui fenomena apa yang sedang terjadi di dalam pelaksanaan aktivitas marsiadapari. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai potensi modal sosial marsiadapari dalam aktifitas petani.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan sumber informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosiologi seperti kajian sosiologi pedesaan serta kajian modal sosial pada masyarakat petani padi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

(12)

pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pendataan kependudukan masyarakat yang bermatapencaharian petani padi serta melihat potensi lokal yang dimiliki masyarakat Desa Parsingguran II.

1.5 Defenisi Konsep 1. Petani

Petani adalah seseorang yang memiliki atau mengusahakan sebidang tanah atau lahan untuk bercocok tanam. Dalam penelitian ini petani yang dimaksud adalah petani padi yang mengolah sawah, dan petani tersebut adalah petani yang mengolah lahan pertaniannya dengan sistem marsiadapari.

2. Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dalam penelitian ini adalah pertanian padi.

3. Aktifitas Pertanian

Yang dimaksud aktifitas pertanian adalah kegiatan yang dilakukan petani padi di dalam mengolah lahan pertanian.

4. Marsiadapari

(13)

5. Modal Sosial

Referensi

Dokumen terkait

: Ruang Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Jl.. Abdulrahman Saleh Nomor

Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan yang selanjutnya disebut UNPK adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik program Paket A, Paket B,

70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti Proses pemilihan penyedia untuk pekerjaan Pengerasan/Paving Blok Jalan dan Halaman Pos

Hingga saat ini, belum banyak alat bantu (aplikasi) yang secara khusus dapat digunakan untuk menghitung estimasi resiko proyek software. Oleh karena itu, dipandang perlu

Berdasarkan tabel 7 menunjukan adanya pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap penurunan nyeri hiperuresemia pada lansia yang ditunjukkan oleh hasil

The making of Jatiduwur puppet batik motif has several purposes, such as: (1) reintroducing Jatiduwur puppet mask art which is now no longer performing live, through the

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pada polimorfisme genetik gen CYP1A2*1F pada pasien asma dan nonasma yang dapat digunakan untuk pertimbangan

Hari Jumat tanggal 15 Januari 2016 peneliti menyerahkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) penelitian untuk dikonsultasikan. Hari ini juga mengambil soal tes yang