• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Masyarakat Penderita Malaria di Propinsi Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik Masyarakat Penderita Malaria di Propinsi Bengkulu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENDERITA MALARIA DI PROPINSI BENGKULU

Rika Maya Sari, Lasbudi P. Ambarita

Loka Litbang P2B2 Baturaja

Jl. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak, Baturaja, OKU. Telp. 0735325303, Fax : 0735322774, HP : 085268335595

Email : monde_cute@yahoo.com

Abstract

Diseases transmitted by vectors such as malaria is still a problem in Indonesia. One of the provinces outside Java island which have problems with malaria that Bengkulu Province. Riskesdas is a community-based research to get a picture of the health of the community including the basic malaria and the factors that predicted role in takes. This research aims to see relationships with community characteristics of Malaria in the province of Bengkulu. Analyzed Data obtained from The Litbangkes who have undergone the process of data management. Analysis test done in bivariat using logistic regression (binary logistic) using the SPSS program Ver. 15.

Results of a statistical analysis shows a statistically significant relationship with the occurrence of malaria that age and this type of work. Risk factors that play a role in the transmission of malaria in Bengkulu Province-based data Riskesdas 2007 did not describe risk factors comprehensively However a number of facts to present actionable.

Keywords: malaria, Bengkulu, basic medical Research

COMMUNITY CHARACTERISTICS OF MALARIA SUFFERERS IN BENGKULU PROVINCE

Abstrak

Penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti malaria masih menjadi masalah di Indonesia. Salah satu propinsi di luar Pulau Jawa yang memiliki masalah malaria yaitu Propinsi Bengkulu. Riskesdas adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan dasar masyarakat diantaranya adalah penyakit malaria dan faktor-faktor yang diperkirakan berperan dalam penularannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik masyarakat dengan kejadian Malaria di Provinsi Bengkulu. Data yang dianalisis diperoleh dari Badan Litbangkes yang telah menjalani proses manajemen data. Uji analisis dilakukan secara bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.

Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara kejadian malaria yaitu umur dan jenis pekerjaan. Faktor-faktor resiko yang berperan dalam penularan malaria di Propinsi Bengkulu berbasis data Riskesdas 2007 memang tidak menggambarkan faktor-faktor resiko secara komprehensif namun menyajikan sejumlah fakta yang perlu ditindaklanjuti.

Kata kunci : malaria, Bengkulu, Riset Kesehatan Dasar

Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak, Baturaja, OKU.32111

(2)

PENDAHULUAN

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas. Hal ini disebabkan oleh parasit yang bisa hidup pada tubuh manusia dan nyamuk. Sekitar 41% penduduk tinggal di daerah yang memiliki risiko tinggi terkena infeksi malaria dan ditemukan 300 sampai dengan 500 juta kasus klinis pertahun dan hampir 2,7 juta

kematian setengahnya adalah anak di bawah 5 tahun.Berkaitan dengan penyebaran

malaria, ada tiga faktor utama yang saling berhubungan yakni host (manusia/nyamuk),

agent (parasit plasmodium) dan environment (lingkungan). Penyebaran malaria terjadi

apabila ketiga komponen tersebut mendukung. Host intermediate (manusia) dipengaruhi

oleh agent dan cara hidup, hereditas (keturunan), status gizi dan tingkat imunitas1. Selain itu kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku, dan keturunan.

Bengkulu adalah salah satu daerah endemik malaria, dari data yang diperoleh diketahui AMI pada tahun 2005 sebanyak 20,77 per mil, tahun 2006 sebanyak 20,52 per

mil dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 20,88 per mil2.

Karakteristik masyarakat menjadi elemen penting juga dalam kejadian Malaria baik di tinjau dari segi umur, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, dan status ekonomi. Permasalahan penyakit Malaria di provinsi Bengkulu merupakan permasalahan kesehatan yang perlu diatasi. Dengan menggunakan data hasil kegiatan Riskesdas ini bisa dijadikan pemecahan terhadap masalah kesehatan di Provinsi Bengkulu.

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan non intervensi dengan disain potong lintang (cross sectional). Populasi riset untuk Riskesdas adalah semua rumah tangga di indonesia. Sampel untuk Riskesdas adalah rumah tangga terpilih di Blok Sensus (BS) terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Susenas 2007. Seluruh anggota rumah tangga terpilih merupakan unit observasi/pengamatan dalam rumah tangga yang akan diwawancarai menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Kegiatan Riskesdas di Propinsi Bengkulu dilaksanakan di seluruh kabupaten kota mulai bulan September hingga akhir Desember 2007.

Kerangka pengambilan sampel (sampling frame) menggunakan BS dari BPS.

Cara pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan menggunakan blok sensus

BPS. Rancangan sampel 2 tahap di daerah perkotaan dan 3 tahap di daerah perdesaan. Untuk rancangan sampel 2 tahap, tahap-1 dari kerangka sampel BS dipilih sejumlah BS

secara Probability proportional to size (PPS) menggunakan linear systematic sampling

dengan size adalah banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap BS hasil Pendaftaran

Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Pada tahap-2, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. Untuk rancangan sampel 3 tahap, hampir sama dengan 2 tahap, hanya sesudah tahap-1, dibentuk sejumlah sub-BS. Selanjutnya dipilih satu sub-BS secara PPS

dengan size banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap sub-BS hasil P4B. Pada

tahap-3, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga

secara linear systematic sampling.

Penentuan jumlah sampel berdasarkan perhitungan dengan rumus :

2

(3)

biasanya dipakai angka 2, sehingga jumlah sampel per kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan drop out sebesat 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga. Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten adalah 400 rumah tangga. Dengan menggunakan kerangka sampling BPS dan perkiraan jumlah sampel di atas, di seluruh Indonesia didapatkan 280 ribu rumah-tangga terpilih. Jumlah rumah-tangga tiap provinsi dan kabupaten/ kota berbeda sesuai dengan prinsip PPS tersebut.Rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya. Menurut perhitungan jumlah penghitungan sampel, di propinsi Bengkulu total sampel (responden) berjumlah 19.042 responden.

Data Riskesdas yang digunakan dalam Analisis Lanjut ini adalah data keterangan anggota rumah tangga, karakteristik responden dan akses pelayanan kesehatan terhadap kejadian Malaria. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah dirancang oleh Pokja Riskesdes dan telah diujicobakan terlebih dahulu. Pada akhirnya data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang telah menjalani manajemen data baik pada tingkat kabupaten, korwil (koordinator wilayah) dan telah diverifikasi pada tingkat pusat.

HASIL

a. Prevalensi Malaria di Propinsi Bengkulu

Angka prevalensi malaria di propinsi Bengkulu menurut data Riskesdas tahun 2007 seperti pada Gambar 1. Kabupaten Kaur memiliki angka prevalensi malaria paling tinggi di propinsi Bengkulu (13,6%) sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Rejang Lebong (2,4%).

Gambar 1. Distribusi prevalensi malaria di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)

(4)

Hasil analisis data menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penderita malaria lebih banyak pada kelompok umur >14 tahun (8,55%), namun menjadi perhatian adalah pada kelompok umur < 1 tahun juga ditemukan kejadian malaria

yang cukup besar (3,3%).

Gambar 2. Persentase masyarakat yang sehat dan penderita malaria berdasarkan kelompok umur di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)

Analisis statistik faktor risiko variabel umur terhadap kejadian malaria di Propinsi Bengkulu diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian malaria (p<0,05). Kelompok umur >14 tahun lebih berisiko menderita malaria dibandingkan umur lainnya (OR = 2,74).

Tabel 1. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan kelompok umur masyarakat di Propinsi Bengkulu (Data Riskesdas Tahun 2007)

Umur Persentase (%) Total p Value OR Cl 95%

Sehat Sakit Lower Upper

<1 96,70 3,30 333 0.00

1-4 95,24 4,76 1470 1,46 0,77 2,80

5-9 93,72 6,28 2086 1,96 1,05 3,67

10-14 93,59 6,41 2185 2,00 1,07 3,74

>14 91,45 8,55 12968 2,74 1,50 5,01

c. Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Jenis Pekerjaan di Propinsi Bengkulu

(5)

Tabel 2. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan jenis pekerjaan masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)

Pekerjaan Utama Persentase (%) Total p Value Cl 95%

Sehat Sakit OR Lower Upper

Tidak kerja 92,37 7,63 1441 0.00

Sekolah 93,94 6,06 3184 0,78 0,61 0,99

Ibu rumah tangga 92,72 7,28 1786 0,95 0,73 1,23

TNI/Polri 98,89 1,11 719 0,13 0,06 0,27

PNS 90,29 9,71 896 1,30 0,97 1,75

Pegawai BUMN 92,03 7,97 1343 1,05 0,80 1,38

Pegawai swasta 95,89 4,11 1972 0,52 0,38 0,69

Wiraswasta/

Pedagang 92,62 7,38 1165 0,96 0,72 1,29

Pelayanan Jasa 93,18 6,82 220 0,89 0,51 1,55

Petani 91,14 8,86 5553 1,18 0,95 1,46

Nelayan 89,29 10,71 84 1,47 0,72 3,01

Buruh 91,73 8,27 508 1,08 0,75 1,57

Lainnya 95,35 4,65 172 0,58 0,28 1,22

d. Prevalensi Malaria Menurut Jenis Pendidikan di Propinsi Bengkulu

Pendidikan paling banyak di Propinsi Bengkulu adalah Tamat Sekolah Dasar (28,6%) dan sebanyak 5,1% masyarakat belum pernah mengecap pendidikan dasar.

Gambar 3. Persentase masyarakat menurut jenjang pendidikan di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)

(6)

walaupun masyarakat dengan pendidikan tinggi (tamat Perguruan Tinggi) juga terdapat 7,37% yang menderita malaria.

Tabel 3. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan jenis pendidikan masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)

Pendidikan Persentase (%) Total p Value

Sehat Sakit

Tidak pernah sekolah 89,38 10,62 753 0.067

Tidak tamat SD 90,76 9,24 3484

Tamat SD 92,39 7,61 4229

Tamat SLTP 92,12 7,88 2944

Tamat SLTA 92,14 7,86 2800

Tamat PT 92,63 7,37 597

e. Prevalensi Malaria Menurut Status Ekonomi di Propinsi Bengkulu

Status ekonomi masyarakat dibagi dalam 5 kuintil yaitu kuintil 1, 2, 3, 4, 5. Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah masyarakat terbanyak adalah pada kuintil 1 (23,7%) yang paling kecil pada kuintil 5 (15,1%).

Gambar4. Persentase status ekonomi masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007

Analisis statistik terhadap variabel status ekonomi dengan kejadian malaria tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Dari kelima kategori tersebut, penderita malaria paling banyak dijumpai pada masyarakat dengan status ekonomi kategori kuintil 1.

Tabel 4. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan status ekonomi masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)

Status sosial ekonomi

Persentase (%)

Total p Value

Sehat Sakit

Kuintil 1 92,41 7,59 4507 0,70

Kuintil 2 93,20 6,80 4223

Kuintil 3 92,78 7,22 3891

Kuintil 4 92,92 7,08 3546

(7)

PEMBAHASAN

Umur, pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi termasuk di dalam karakteristik masyarakat yang diteliti. Masing-masing kategori dianalisis menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil analisis dengan menggunakan uji regresi logistik masing-masing variabel yang diteliti secara tunggal didapatkan bahwa variabel umur berhubungan secara bermakna (p<0,05). Hasil analisis ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Radiati (2002) yang menyatakan bahwa responden yang menderita malaria lebuh banyak pada kelompok umur dewasa. Hal ini disebabkan karena kelompok umur ini merupakan kelompok usia produktif dimana pada usia tersebut memungkinkan untuk bekerja dan bepergian keluar

rumah sehingga lebih berpeluang untuk kontak dengan vektor penyakit malaria3,4. Di Asia

Tenggara dilaporkan bahwa penderita malaria sebagian besar adalah orang dewasa muda5.

Demikian juga bahwa variabel jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kejadian malaria. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil penelitian Harijanto (2000)

bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan (berkebun, nelayan dan

buruh yang bekerja pada malam hari) dengan kejadian Malaria6. Berdasarkan Gambar 3

juga menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi pekerjaan, responden yang paling banyak menderita malaria adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan dikarenakan kemungkinan besar terkait dengan letak geografis propinsi ini yang sebagian besarnya merupakan daratan yang membujur mengikuti garis pantai bagian barat Sumatera. Selain itu, perilaku hidup sehat masyarakat agar memperhatikan lingkungan yang bersih belum membudaya. Kawasan pantai selama ini dikenal sebagai kawasan potensial terjangkiti penyakit malaria yang aktifitasnya kebanyakan di luar rumah sehingga memudahkan nyamuk untuk menggigit. Hal ini juga ditunjang berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Friaraiyatini yang menyatakan bahwa hasil survei nyamuk

menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles sp. lebih suka menggigit manusia di luar rumah

dengan rerata kepadatan 4,10 nyamuk per jam per orang, sedangkan di dalam rumah

1,72 nyamuk per jam per orang7. Selain itu Bengkulu dikenal dengan daerah perpantaian

sehingga tidak jarang ditemukan beberapa genangan air atau lagoi. Selanjutnya Prabowo (2004) menyatakan bahwa salinitas air sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya Malaria di suatu daerah. Adanya danau, genangan air, persawahan, kolam ataupun parit disuatu daerah yang merupakan tempat perindukan nyamuk, sehingga meningkatkan

kemungkinan timbulnya penularan penyakit Malaria8.

Variabel pendidikan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan p > 0,05.

Hal ini bertentangan dengan penelitian Baderuddin (2002) yang menyatakan bahwa

secara umum, pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih mudah mengetahui mengenai penyakit malaria karena lebih mudah memahami informasi tentang sesuatu hal

termasuk informasi tentang penyakit Malaria7.

Variabel sosial ekonomi tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian Malaria (p > 0,05). Prof. Umar Fahmi Ahmad menanggapi permasalahan ini menjadi hal yang berbeda, beliau menjelaskan bahwa penduduk miskin memiliki risiko tinggi terhadap penyakit malaria, sedangkan malaria itu sendiri merupakan salah satu penyebab kemiskinan sebuah wilayah sehingga dengan kata lain memberantas kemiskinan merupakan investasi pengendalian malaria dan juga sebaliknya Malaria

merupakan investasi pengentasan kemiskinan9.

KESIMPULAN

(8)

1. Kelompok umur masyarakat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria di Propinsi Bengkulu. Kelompok umur >14 tahun lebih berisiko menderita malaria dibandingkan kelompok umur lainnya.

2. Jenis pekerjaan masyarakat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria di Propinsi Bengkulu. Pekerjaan sebagai nelayan lebih berisiko menderita malaria dibandingkan jenis pekerjaan lainnya.

3. Jenjang pendidikan dan status ekonomi tidak berhubungan yang bermakna dengan kejadian malaria pada masyarakat Bengkulu.

SARAN

Penyakit tular vektor seperti malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di propinsi Bengkulu sehingga harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah pusat dan propinsi pada umumnya dan khususnya bagi pengelola program pengendalian penyakit bersumber binatang. Perlu kiranya menambah pengetahuan bagi masyarakat untuk peningkatan perilaku proteksi diri dari kontak nyamuk vektor selama bekerja dimalam hari atau di dalam rumah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1999. Entomologi Malaria Modul 1 dan 3. Direktorat Jenderal PPM & PLP

Depkes RI, Jakarta.

2. Dinkes Prop. Bengkulu, 2008. Profil Dinkes Prop. Bengkulu. Dinas Kesehatan Propinsi

Bengkulu, Bengkulu.

3. Radiati, A. 2002. Pengaruh Infeksi Malaria Terhadap Status Gizi di Kabupaten Kapuas. Buletin Penelitian Sistim Kesehatan Nasional. 7:151-165.

4. Akal YG dan Wahyuni CU. 2006. Pengetahuan Tindakan Dan Persepsi Masyarakat Tentang kejadian Malaria Dalam Kaitannya Dengan Kondisi Lingkungan. Jurnal kesehatan Lingkungan. Volume 3 No. 1/2006, hal 35-48.

5. Kusmartisnawati, Dachlan.Y.P., Ideham B., Hidajati S., Widodo A, Machfuddz, Pusarawati S. 1999. Keberadaan Parasit Malaria di Desa Penyaring Kab. Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia.

6. Harijanto, PN. (2000). Malaria: Epidemilogi Patogenesis, Manifestasi Klinis dan

Penanganannya. Jakarta : EGC.

7. Prabowo A. (2004). Hubungan Pekerja yang Menginap di Hutan dengan Kejadian

Malaria di Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Thesis. Jakarta: Pascasarjana IKM Universitas Indonesia.

8. Sudini, Y., dan Soetanto. 2005. Kejadian Luar Biasa Malaria di Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No. 1.

9. Kondrashin, A V., dan Rooney, W., Epiemiology Of Malaria and It’s Control in

Gambar

Gambar 1. Distribusi prevalensi malaria di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007)
Gambar 2. Persentase masyarakat yang sehat dan penderita malaria berdasarkan kelompok umur di Propinsi Bengkulu  (data Riskesdas tahun 2007)
Tabel 2. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan jenis pekerjaan
Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah masyarakat terbanyak adalah pada kuintil 1 Status ekonomi masyarakat dibagi dalam 5 kuintil yaitu kuintil 1, 2, 3, 4, 5

Referensi

Dokumen terkait

Artinya ada satu pernyataan deret pangkat untuk satu fungsi, sejauh pangkat untuk satu fungsi, sejauh variabel x berada dalam selang konvergensi deret.... URAIAN TAYLOR

Metode Fishbowl adalah metode diskusi yang menekankan pada prinsip belajar berpusat pada pengalaman siswa (the center of students experience). Metode ini bertujuan supaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil berbagai varietas bawang merah ( Allium ascalonicum L.) Penelitian ini

Nii ei saagi eesti rahvalikku muusikat kirjeldada lihtsalt kui omaaegse rahvamuusika edasiarendust tänapäeva massimeedia-maailmas, nagu see on näiteks saksa rahvaliku muusika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa SMA Kolese De Britto kelas X IPA 5 pada tahun pelajaran 2014/2015 dalam mengerjakan soal

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun

Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah 80% dari 19 orang guru terampil menggunakan KIT Pembelajaran secara benar. Yang dimaksud benar dalam

Sedangkan partisi pembeda Π memastikan representasi berbeda untuk semua simpul di graf G, yaitu dengan menunjukkan jarak simpul v ∈ V (G) ke semua kelas partisi dalam Π dan